Anda di halaman 1dari 56

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

a. Hakikat Futsal

Pengertian Futsal, Futsal adalah permainan berupa regu terdiri atas 5 Pihak

lawan 5, dan produktivitas setiap gol pertandingannya sangat cepat sehingga olahraga

ini nyaman untuk ditekuni. Menang atau kalah dalam pertandingan dilihat dari tingkat

baik buruknya pemain serta proses strategi dalam pertandingan. Menurut Mulyono

(2017: 5)| “futsal adalah salah satu cabang olahraga yang termaksud bentuk

permainan bola besar. Sepak bola futsal yang dimainkan di dalam ruangan adalah

olahraga berupa team dengansifat dinamis”.

Sedangkan menurut Naser & Ali (2016: 1)” pengertian futsal adalah sebuah

versi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan lima Pihak lawan lima (satu

penjaga gawang dan lima sebagai pemain) yang telah disetujui oleh badan pengatur

sepak bola internasional atau yang biasa kita sebut (Federation International de

asosiasi sepakbola, FIFA 2014)”.

Menurut Rezaimanesh (2012: 3138) “disetiap kompetisi pertandingan

olahraga atlet dapat memecahkan rekor yang dilakukan sebelum atau sesudah dengan

hasil yang jauh lebih baik karena persiapan fisik, mental dan teknis”. Serrano (2013:

157) menambahkan mengenai keputusan juga faktor- faktor penting kenyamanan

dalam permainan. Menurut Dogramaci (2011: 650)” secara alami, hasil pertandingan

adalah penentu utama 11 intensitas selama pertandingan pertandingan futsal. Menjadi

tinggi insensitas pemain futsal juga akan lebih cepat ketika merasakan kelelahan

antara waktu ketika permainan berlangsung”. Permainan bentuk team futsal mampu

bertransisi
dalam hitungan perdetik, dengan mengiringi perubahan dari posisi bertahan ke

serangan begitu pula sebaliknya (Aji 2016: 84).

Menurut Mulyono (2017: 5) futsal adalah “salah satu di antara cabang

olahraga yang termaksud bentuk permainan bola besar”. Sepak bola berkembang

menjadi alternatif olahraga futsal, karena lebih efesien untuk digunakan lahan sera

ukuran lapangan yang agak lebih kecil. Futsal dimainkan oleh dua tim yang masing-

masing terdiri atas lima pemain, salah satunya adalah kiper, futal mempunyai

karakteristik di antaranya adalah semua pemain aktif berpartisipasi secara merata dan

kapan saja bisa main walaupun dalam keadaan fase bertahan atau menyerang,

eksekusi sangat cepat dengan tingkat presisi yang sangat tinggi sehingga dapat

mengejutkanPihak lawan kemudian melakukan langkah cepat sepanjang permainan.

Olahraga permainan futsal seolah-olah mengalir begitu saja, karena atlet

kewajiban melakukan improvisasi arahan dari pelaih ketika dalam menghadapi yang

berbeda-beda, sehingga diperlukan konsentrasi dan intlegensi yang tinggi. Tiap atlet

diharuskan berjuang agar selalu menguasai mengontrol bola, dan juga ditekankan

agar selalu berlari dengan tempo yang tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan

Lhaksana (2012: 4) bahwa “olahraga futsal merupakan permainan dinamis dan cepat,

dan transisi bola bertahan ke menyerang harus seimbang”. Setiap altet melakukan

gerakan kombinasi tubuh yang baik dari rotasi sepatu pemain dan permukaan

lapangan futsal”. Menurut Sarmento (2016: 628)


analisis “permainan futsal semestinya tidak hanya mencakup aksi permainan

di lapangan saja, namum sebaiknya pemain futsal yang dapat dihasilkan dari

lapangan khususnya pola atau strategi untuk menciptakan gol”.

Olahraga futsal mempunyaai kesamaan dengan sepak bola, salah satu bentuk

kesamaannya adalah memiliki tujuan untuk merebut bola dari penguasaan Pihak

lawan dan memasukkan bola sebanyak mungkin, serta menjaga pertahanan sehinggah

tidak kemasukan bola, dan pemenang diketahui dari total gol tercipta. Walaupun

futsal dan sepak bola itu sepintas hanya memiliki kesamaan namun ada beberapa yang

membedakan.

Berdasarkan penjelasan penjelasan para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa permainan futsal adalah sebuah permainan dilakukan dengan dua regu yang

masing-masing terdiri atas lima orang pemain disetiap team. Permainan futsal

merupakan hasil dari adopsi olahraga sepak bola yang telah dimodivikasi menjadi

sebuah permainan dan memiliki tujuan yang sama yaitu merebut bola dari penguasaan

Pihak lawan juga mencetak gol sebanyak banyaknya ke gawang dengan melibatkan

seluruh tubuh tidak termaksud tangan. Olahraga futsal sendiri mempunyai peraturan

yang sangat terperinci, sehingga bisa membedakan mana sepak bola dan mana futsal.

Adapun khusus aturan di lapangan baik ukuran tertentu seperti, ukuran bola, ukuran

pada gawang, ukuran lapangan,permainan, dan tidak terbatas melakukan pergantian

pemain.
b. Peraturan Olahraga Futsal

Pada permainan futsal, bola yang digunakan berbeda dengan bola yang biasa

digunakan dalam permainan sepakbola. Ukuran bola standar international yang

digunakan dalam permainan futsal ukurannya lebih kecil ketimbang bola yang

digunakan dalam permainan sepak bola. terdapat beberapa aturan bola yang harus

diperhatikan. Menurut standar aturan resmi FIFA dalam law of the game (2014: 5)

bola yang digunakan harus:

a) Mempunyai bentuk bulat


b) Bahan kulit atau sejenisnya
c) Minimal 62 cm dan maksimalnya 64 cm.
d) Ketika pertandingan berat bola minimal 400 gram dan maksilamnya440
gram.
e) Mempunyai tekanan yang sama dengan 0,6-0,9 atmosfir (600-900gram).
f) Ketika dipantulkan ketinggian bola antara 50cm –65 cm dari dau meter.
Gambar 1. Bola

c. Lapangan Futsal

Menurut Aji (2016: 96) “lapangan futsal memiliki ukuran ukuran tersendiri

seperti bentuk persegi panjang dengan ukuran 25-42 m, dan lebar lapangan 25 m”.

Dimaksudkan lapangan berbentuk bujar sangakar dengan garis ke samping kemudian

pembatas lapangan harus lebih panjang dari pada garis gawang, minimal panjang 25

m kemudian untuk panjang 42 m lebar minimal 16 m dan maksimalnya 25 m.

Ukurukan yang digunakan untuk pertandingan internasional adalah panjangnya

minimal 38 m, dan maksimalnya 42 m, kemudian lebar untuk ukurannya minimal 20

m, kemudian maksimalnya 25 m. Lapangan mempunyai segala sesuatu yang sudah

diatur dalam menggunakan batas batas lapangan yang ditujukan kepada pemain agar

mengetahui bola masih keadaan aktif atau tidak (Mulynoo, 2014: 10).” Lapangan

futsal juga mempunyai tanda garis yang menempel di lapangan, diperoleh dua garis

pembatas utama yaitu garis pada gawang dan garis pada lapangan”.

Lapangan menjadi dua bagian dengan digunakannya garis tengah lapangan,

dimana diameternya diberi tanda titik bulat yang persis di tengah- tengah lapangan.

Tanda titik bulat letaknya di tengah memiiki fungsi untuk menaruh bola di tengah

menandakan dimulainya pertandingan, kemudian titik bulat bertanda sebuah lingkaran

yang memiliki radius 3 m. Didalam area pinalti memiliki tanda garis yang berbentuk

setegah lingkaran dari kedua garis


berukuran seperempat lingkaran. Adapun ketentuannya sebagai berikut:

a) Tendangan titik penalti pertama: Terletak posisi yang berjarak 6 m dari titik

tengah yang berada diantara kedua tiang gawang.

b) Tendangan titik penalti kedua Terletak posisi 10 m dari titik tengah yang

berada diantara kedua tiang dan gawang. Tendangan sudut disetiap pojok

lapangan telah dibuat garis berbentuk seperempat lingkaran yang mempunyai

25 jari-jari cm. Tendangan sudut adalah jalan untuk memulai kembali

permainan, kemudian melalui tengan sudut dapat menciptakan gol akan tetapi

diberikan untuk tim Pihak lawan. Mengenai pemberian tendangan pojok

dalam.
Gambar 2. Lapangan Futsal

d. Gawang

Menurut Aji (2016: 98) “garis gawang harus ditempatkan pada bagian tengah.

Gawang adalah salah satu alat perlengkapan futsal yang letaknya pada posisi kedua

sisi lapangan”.Menurut (Mulyono, 2017: 55). Aturan law of the games futsal (2012: 4)

“posisi gawang wajib pada bagian tengah diantara masing-masing garis gawang. Pada

dasarnya futsal dan sepak bola memilikikesamaan mengenai gawang, yakni memiliki

dua tiang diantara tiang yang satu dan tiang lainnya, kemudian bentuknya horizontal

yang terletak bagian tas diantara masing-masing kedua tiang. Akan tetapi, ukuran

gawang dalam permainan futsal memiliki ukuran yang lebih kecil ketimbang ukuran

gawang dalam permainan sepak bola. Bentuk penopang pada tiang gawang hanya

bolehkan berbentuk kotak dan lingkaran, dari kedua pilihan tersebut penopang yang

berbentuk lingkaran lebih untuk dianjurkan, alasannya karena relatif lebih aman bila

bola terbentur pada penopang akan menghasilkan pantulan bola yang akurat.

Tinggi gawang permainan futsal masing-masing memiliki dua meter dan tiga

meter. Jaring gawang lataknya pada bagian belakang tiang pas diluar garis pembatas.

Ukuran bagian atas jaring gawang adalah 80 cm dan ukurang bagian bawah 100 cm,

kemudian bahan tali gawang dianjurkan dengan tali nilon karena bahasnya agak kuat

dan tahan lama.


Gambar 3. Gawang Futsal

e. Durasi Pertandingan

Durasi pertandingan futsal 2 x 20 menit bersih selama dua babak. Durasi akan

dilanjutkan apabila selama pertandingan belum diketahui pemenangnya. Oleh karena

itu durasi pertandingan ditambahkan kurang lebih 2 x 10 menit, jika masih tetap

seimbang maka Siswa menentukan dengan cara pinalti. Tiap-tiap tim diberikan

kesempatan untuk melakukan time out. Time out memiliki durasi kurang lebih satu

menit, kemudian untuk waktu


istirahat diantara babak kedua dan pertama maksimal 12 menit.

f. Jumlah Pemain

Saat pertandingan futsal berjalan, masing masing dari kedua tim tersebut

terdiri atas 5 player yang berada di lapangan, salah satunya yaitu kiper. Permainan

futsal dalam pertandingan pemain tidak dibatasi pergantian pemain, maksudnya setiap

player diizinkan berbuat bergantian pemain sewaktu waktu dalam pertandingan.

Pergantian dapat dibolehkan ketika bola berada didalam lapangan ataupun di luar.

Jumlah 18 player pengganti di batasi hingga 9 player (law of the games, 2012: 8).

Kiper juga dapat bergantian posisi dengan pemain lainnya pada saat permainan.

g. Perlengkapan pemain

Menurut law of the games (2012: 10) Bahwa “Setiap pemain diwajibkan

memakai perlengkapan bertujuan menunjang pemain’. Adapun beberapa dasar

perlengkapan yang wajib dimiliki seorang pemain adalah:

a) Memakai seragam kostum team kecuali kiper.

b) Celana pendek, jika pemain memakai celana yang bentuknya stretch pants

maka warnanya ikut menyusuaikan dengan warna utama.

c) Memakai kaos kaki, juga plaster disesuaikan dengan warna yang sudah

disepakati.

d) Wajib memakai shinguards

e) Sepatu yang dipakai harus sama dengan model yang diperkenankan petunjuk

lapangan. 2. Teknik Dasar Keterampilan Bermain Futsal


Teknik dasar olahraga futsal dan sepak bola memiliki kesamaan yang hampir

mirip, namum yang membedakan diantara kedua cabang ini adalah permainan futsal

dimainkan ditempat yang lebih kecil dari pada lapangan sepak bola. Permukaan

lapangan futsal yang digunakan ialah datar sehingga terjadi sedikit perbedaan dalam

melaksanakan teknik permainan. Menurut Hermans (2011: 23) “teknik adalah

permainan yang dalam bentuk memperebutkan bola dan tujuannya untuk melwati

Pihak lawan lebih dari satu dan menyuplai gerakan team”. Setiap pemain diwajibkan

untuk dapat melaksanakan transisi bermain cepat, dari bertahan ke menyerang

maupun menyerang dan bertahan. Oleh sebab itu memerlukan kesanggupan dalam

mengontrol teknik dalam permainan futsal dengan benar dan baik. Adapun mengenai

teknik futsal yang patut dikuasai yaitu:

h. Teknik passing

Teknik passing dalam pernainan futsal sangat sering dilakukan selama

pertandingan maupun bermain keterampilan futsal, setimbang dari teknik lainnya,

karena untuk melatihan teknik dasar passing sesuatu yang diwajibkan bagi pemain.

Passing bola kepada teman dengan kaki bagian dalam agar melakukan passing cukup

keras dan bola dapat dikontrol oleh teman (Aji, 2016: 88). Menurut Hermans

(2011: 31) “passingsalah satu bagian yang penting dalam permainan futsal yang serba

cepat, seperti awal memulai serangan menjadi akurasi yang penting”. Dalam

keterampilan
bermain futsal, passing adalah hal yang terpenting dilakukan seorang pemain, namun

kebanyakan yang terjadi saat ini ketika melakukan passing tidak tepat melakukan

passing ke arah sasaran.

Teknik passing bisa dilihat pada gambar di bawah:

Gambar 4. Teknik Dasar Passing


i. Hakikat Latihan

Pengertian Latihan Latihan dalam bahasa inggris memiliki istilah yang dapat

diartikan menjadi beberapa makna yang berbeda, contohnya seperti training, exercise,

24 dan practice (Mylsidayu & Febi, 2015: 47). Dari penjelasan di atas, ketiga makna

tersebut memiliki arti dan makna yang berbeda-beda, yaitu:

1) Training adalah sebuah proses menyempurnakan kemampuan dalam berolahraga

yang didalamnya terdapat teori maupun praktik, dan aturan kegiatannya mencakup

pendekatan secara ilmiah, serta prinsip dan metode latihan yang teratur dan

terencana, sehingga membuat sebuah tujuan menjadi efektif

2) Latihan dari kata exercise merupakan alat yang paling utama dalam meningkatkan

proses latihan harian untuk kualitas sistem organ tubuh manusia, sehingga dapat

membuat atlet sempurna dalam melakukan segala gerakannya. Adapun susunan

materi dalam latihan yang dilakukan satu kali pertemuan berisi: a) Pengantar atau

pembukaan, b) Warming up c)Inti dari latihan, d) Ekstra latihan, e) Penutup.

3) Latihan dari kata practice adalah kegiatan olahraga untuk meningkatkan

keterampilan gerak untuk mencapai tujuan dengan menggunakan berbagaiperalatan

olahraga sebagai penunjang. Menurut Suharjana (2013: 38) “latihan merupakan

sesuatu yang berproses sistematis untuk


mengembangkan dan mempertahankan unsur unsur dalam kebugaran jasmani

dalam waktu cukup lama, dan 25 peningkatannya secara progresif dilakukan secara

terus-menerus”. Menurut Sukadiyanto 2011: 7) “latihan adalah progressif konsep

latihan maupun berlatih dan meningkatkan pendekatan pengalaman praktis yang

keilmuan, agar selama kegiatan berjalan dengan baik dan tepat”. Penulis

menyimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa latihan adalah sebuah proses

yang dilakukan dengan cara sistematis juga terencana baik individual maupun

terus- menerus tujuan meningkatkan fisik maupun kesegaran dan lebugaran

jasmani. Menurut Bompa (1999: 46) “terbentuknya kemajuan latihan yang

dilakukan dalam kurun waktu seminggu tiga kali, dan semaksimalnya kurang lebih

12-14 pertemuan dalam seminggu dua sesi”. Penulis menyipulkan latihan

meningkat secara signifikan jika melakukan latihan tiga kali dalam seminggu dan

selama empat minggu.

Ektrakurikuler a. Hakikat Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan yang diikuti siswa yang tidak termasuk dalam kurikulum normal sekolah.

Siswa ditemukan di semua tingkatan sekolah. Ada banyak bentuk kegiatan

ekstrakurikuler seperti olahraga, futsal, basket, voli, takraw (Singgih & Mishra, 2013:

92).

Menurut Adamczyk (2012: 414) “keterlibatan kegiatan ekstrakurikuler

terdapat kegiatan sekuler yang telah didukung, kemudian memungkinkan


seseorang memupuk sebuah pertemenan yang baru”. Ekstrakurikuler adalah kegiatan

yang dilaksanakan di luar jam pelajaran yang dilaksanakan dalam lingkup sekolah

maupun di luar sekolah dengan tujuan menyalurkan bakat dan minat dalam

meningkatkan pembinaan. Kegiatan ekstrakurikuler kebanyakan dari remaja, karena

dasarnya untuk membantu mengembangkan motorik kasar pada siswa. Menurut Corey

& Bonnie (2011: 582) “aktivitas ekstrakurikuler dapat membuat remaja berkembang

dan berpengalaman untuk meningkatkan pribadi dan interpersonal yang positif”.

Menurut Armenta (2011: 158)’kegiatan ekstrakurikuler dalam olahraga telah menjadi

bagian integral dari lingkungan sekolah”.

Diperolehnya suatu keberhasilan, dinilai dari sistem administrasi yang

bergantung dari kualitas dan fasilitas yang digunakan di sekolah, mulai dari kualitas

kurikulum, kualitas pengajaran, kualitas kepemimpinan, serta kualitas yang profesional

tenaga pendidik di sekolah. Menurut Amy & Jennifer (2012: 28) “ekstrakurikuler

sangat tersebut berhubungan erat dengan prestasi akademik. Kegiatan ektrakurikuler

merupakan salah satu alat universitas dalam melakukan tugas sebagai sebuah sarana

untuk mencapai tujuan dari pendidikan, kesehatan sosial, psikologis, ekonomi dan

fisik bagi siswa mereka, jika hal tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baik maka

disempurnakan rencananya untuk mengevaluasi dan memantau”.

Menurut Filiz (2012: 828) “dalam meningkatkan keterampilan interaksi


siswa selama pendidikan formal sangat efektif”. Maksudnya dalam setiap kegiatan

ekstrakulikuler pengajar di sekolah dapat memantau ataupun mengawasi kemajuan

siswa di luar jam sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler yang akan dikembangkan

sesuai dengan bakat dan minat siswa itu sendiri. Menurut Bradley & Conway (2016:

1) aktivitas ekstrakurikuler dapat dipengaruhi bagi siswa yang telah memiliki

karakteristiknon-kognitif.

Aktivitas di luar kelas memberikan kepada seluruh siswa dalam

mengambangkan kemampuan dan meningkatkan belajar dalam bekerja sama di dalam

berolahraga, serta mengembangkan mental dengan cara mengikuti kompetisi dalam

berbagai olahraga yang digemarinya.

j. Tujuan Ekstrakulikuler

Menurut Bakoban & Aljarallah (2015: 2737) tujuan kegiatan ektrakurikuler

adalah “untuk menjadikan siswa lebih fokus pada setiap individu (siswa),

institusional lebih meningkat, serta membuat sebuah komunitas yang lebih luas.

Tujuan aktivitas ekstrakurikuler untuk menunjang suatu keberhasilan belajar siswa di

luar jam sekolah yang memiliki keterbatasan di setiap 47 pelajarannya”. Menurut

Singgih & Mishra (2013: 92) “ke ikut sertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

dapat dikaitkan dengan kegiatan sosial dan keikutsertaan siswa”. Ekstrakurikuler

sebagai sarana penunjang untuk proses pembelajaran yang akan dilaksanakan di

sekolah
sebagaimana untuk mengaplikasikan praktik dan teori yang telah didapatkan sebagai

bentuk hasil prosess pembelajaran. Menurut Tristan (2014: 444) “ekstrakurikuler

olahraga dirancang untuk memberikan pengalaman olahraga motivasi yang positif

terhadap siswa. Berdasarkan keterangan beberapa ahlidi atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kegiatan ektrakulikuler bertujuan agar siswa dapat memperluas pengetahuan

baik di luar jam sekolah maupun jam pembelajaran di kelas”. Mengetahui hubungan

antara berbagai bentuk pengetahuan, dapat menyalurkan bakat dan minat dalam

rangka memperluas wawasan maupun untuk meningkatkan penerapan nilai

pengetahuan tentangolahraga, merupakan tujuan yang lain.

B. Hakikat Latihan Keterampilan Psikologis

1. Pengertian Latihan Keterampilan Psikologis

Prestasi dalam dunia olahraga sangat terkait dengan aspek psikologis. Aspek

psikologis dalam olahraga seringkali tidak menjadi perhatian Siswa bahkan

pembinaan seorang Siswa lebih menitikberatkan pada kemampuan fisik saja terutama

dalam meningkatkan kebugaran jasmaninya.

Siswa perlu memiliki mental yang tangguh dan sehat untuk dapat meningkatkan

prestasi atau menampilkan kinerjanya secara optimal pada saat memimpin

pertandingan. Siswa perlu melakukan latihan keterampilan psikologis yang sistematis

supaya memiliki mental yang tangguh. Oleh karena itu, latihan psikologis merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari


program latihan olahraga secara umum dan tertuang dalam perencanaan latihan.

Latihan keterampilan psikologis harus dilakukan sepanjang Siswa menjalani program

latihan, karena latihan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

program latihan.

Beberapa latihan harus dilakukan Siswa sebagaimana dijelaskan Suryanto

(2012, hlm. 21) bahwa :

Ada 3 (tiga) karakteristik yang sebaiknya terdapat pada diri Siswa yang akan
menjalani latihan keterampilan psikologis, yaitu :
1. Siswa harus mau menjalani latihan keterampilan psikologis.
2. Siswa harus menjalankan setiap program latihan secara utuh.
3. Siswa harus memiliki kemauan untuk menjalani latihan dengan sempurna.
Latihan keterampilan psikologis merupakan program yang harus

dikembangkan dan dilatihkan kepada Siswa karena partisipasi Siswa sangat

terorganisir untuk melakukan olahraga di masa kini untuk mencapai kinerja mereka

pada tingkat puncak. Karena itu Siswa harus memiliki dan menggunakan

keterampilan psikologis dalam meningkatkan kinerjanya. Mengenai latihan

keterampilan psikologis, Aparuebo dalam Mudian (2005, hlm. 457) menjelaskan:

Psychological Sklis Training (PST) is established as a scientifc basi for


the development of psychological sklis. In fact, the program was developedduetoathletesacriveparticipationinahighlyorganizedand
innovativesportsinthepresentimestounderstandtheirperformance atheirpeaklevelofeficiency.

Maksud pendapat tersebut bahwa latihan keterampilan psikologis merupakan

dasar ilmu untuk mengembangkan keterampilan psikologis.


Program tersebut dikembangkan dengan melibatkan atlet dalam olahraga dengan

tujuan atlet memahami performanya untuk mencapai prestasi puncaksecara efesien.

Pendapat lain dikemukakan Church and Wann (dalam Apruebo, 2005, hlm.

457) bahwa “Psychological Skils Training (PST) is a comprehensivemental training programs which

are intervention packages designed to educateandtrainathletesinmentalpreparation;andareassistingathletesin

the improvement of multiple psychological skills”. Berdasarkan pendapat tersebut latihan

keterampilan psikologis adalah program pelatihan mental secara komprehensif, latihan

intervensi yang dirancang untuk mendidik dan melatih Siswa dalam persiapan mental

dan membantu Siswa dalam meningkatkan keterampilan psikologis.

Gill (2000, hlm. 1) juga berpendapat bahwa: “Psychological Skils

Training(PST)isanSiswaalydesignedcombinationofmethodsselectedto atain psychological

skil needs”. Maksud pendapat tersebut, pelatihan keterampilan psikologis adalah

kombinasi yang dirancang secara metode yang dipilih untuk mencapai kebutuhan

keterampilan psikologis. Setiap program harus disesuaikan dengan Siswa masing-

masing, karena harus berdasarkan kondisi psikologis Siswa dan olahraga yang

ditekuninya.

Untuk merancang program latihan keterampilan psikologis, diharapkan Siswa

dapat membedakan antara keterampilan latihan psikologis dan metode latihan

keterampilan psikologis. Menurut Calmels (2003, hlm. 1) bahwa “PST


skilsarethepsychologicalqualitiesoratributesthatneedtobedeveloped (i.e.confidence,concentration),thePSTmethodisthetoolthatwilbeused

to help improve the PST skill”. Maksud pendapat tersebut keterampilan latihan

psikologis merupakan kualitas psikologis atau atribut yang perlu dikembangkan (yaitu

kepercayaan diri, konsentrasi), metode latihan keterampilan psikologis adalah alat

yang akan digunakan untuk membantu meningkatkan keterampilan psikologis.

Beberapa penelitian mengenai keterampilan psikologis menurut (Hall, 1999)

menjelaskan “Much of the early research utilzing prescriptive PST programs used single

PST methods and examined their efect on performance”.Menurut penjelasan tersebut

bahwa banyak penelitian memanfaatkan program latihan keterampilan psikologis dan

menggunakan metode latihan keterampilan psikologis untuk meneliti efeknya pada

kinerja. Thelwell dan Greenlees (2001, hlm. 1) berpendapat bahwa “When

implementing a PST program, it is improvable that a single method wli be employedbyasportspsychologist”.Selain itu

Thelwell dan Greenlees (2001) berpendapat “. . . it is more efective to employ a combination of mental

skils that relate to the specific sport”. Menurut pendapat tersebut pembelajaran

psikologis lebih efektif untuk menggunakan kombinasi keterampilan mental yang

berhubungan dengan olahraga tertentu.

Selain itu, pengertian latihan keterampilan psikologis menurut Martens (dalam

Komarudin, 2013, hlm. 4) menyatakan bahwa “Psychologicalskils


training is that athlete are basicaly mentaly healthy but they may need to learncognitiveskilandstrategiestocopewiththevariousdemandofsport

competion”. Maksudnya, latihan keterampilan mental merupakan dasar kesehatan mental

bagi Siswa yang terkait dengan keterampilan kognitif dan strategi yang harus

dipelajari untuk mengatasi berbagai tuntutan dalam setiap memimpin pertandingan.

Vealey (dalam Morgan, 2009, hlm. 79) menjelaskan bahwa ada empat dasar

teknik mental yang banyak digunakan Siswa dalam intervensi psikologi yaitu “Imagery,

penetapan tujuan, self-talk dan teknik relaksasi”, dilengkapi dengan multimodel latihan

keterampilan psikologi yang menggabungkan kombinasi teknik dasar tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa latihan

keterampilan psikologis merupakan dasar untuk mencapai kesehatan mental Siswa

yang terkait dengan keterampilan kognitif dan strategi yang harus dipelajari untuk

mengatasi berbagai tuntutan dalam pertandingan sepakbola.

2. Tujuan dan Manfaat Latihan Keterampilan Psikologis

Pelatihan keterampilan psikologis dikembangkan untuk membantu

memfasilitasi kinerja pelatih atau pelaku olahraga lainnya. Apruebo (2005, hlm. 249)

menjelaskan “Theprimarygoalofsportpsychologyinterventionsis theenhancementofperformance,athletes,coaches,andsportpsychologists

use varioustechniques”. Latihan keterampilan psikologis adalah program


untuk meningkatkan kinerja yang dirancang untuk mendidik dan melatih Siswa

berbagai keterampilan psikologis untuk mencapai kinerja atau prestasi puncak.

Apruebo (2005, hlm. 243) menjelaskan bahwa: “PsychologicalSkils

Training(PST)areprogramsforenhancingperformancedesignedtoeducate andtrainathletes

variousmentalandpsychologicalskilsinachievingpeakperformancetowardsexcelence”.Selain itu Smith (dalam Hidayat,

2011, hlm. 132) menjelaskan bahwa latihan keterampilan psikologis adalah

“Program latihan yang dirancang secara sistematis yang bertujuan untuk membantu

Siswa dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan psikologis yang sangat

berguna untuk meningkatkan kinerja”. Program latihan keerampilan psikologis ini

membuktikan bahwa dapat membantu untuk meningkatkan kinerja Siswa dalam

memimpin pertandingan sepakbola.

Manfaat keterampilan psikologis dalam olahraga bisa meningkatkan kualitas

hidup yang lebih baik. Menurut Cohn (2012, hlm 1) dijelaskan bahwa “How Sports

Psychoolgy Skils Can Become Life Skils: a) Focusing On Strengths, b) Moving On From Failures, c)

Coping with Perfectionism, d) Learningfromfeedbackorcritcism,e)StayingComposedUnderPressure”.

Menurut pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa cara agar mendapatkan kualitas

hidup lebih baik dari latihan keterampilan psikologis, adalah sebagai berikut:

a. Fokus pada kekuatan. Banyak Siswa memiliki kebiasaan membandingkan diri

dengan orang lain. Psikologi olahraga membantu Siswa fokus pada


kekuatan mereka. Hal ini penting untuk kepercayaan dalam hubungan, sekolah,

dan pilihan karir. Membangun dan menjaga kepercayaan sangat penting untuk

olahraga dan kehidupan.

b. Movingon dari kegagalan. Siswa yang sukses telah belajar untuk berurusan dengan

kegagalan dan kemunduran. Siswa mengalami beberapa kegagalan dalam hidup.

Psikologi olahraga mengajarkan Siswa bagaimana untuk tetap percaya diri, moveon

setelah kegagalan, dan menggunakan kegagalan sebagai motivasi untuk

memperbaiki.

c. Mengatasi perfeksionisme. Siswa yang perfeksionis mengalami kesulitan bergerak

dari kesalahan dan merasa frustrasi setelah kemunduran baik besar dan kecil.

Mengharapkan untuk tampil sempurna dalam olahraga dan sekolah memegang

Siswa kembali dan membuat lebih sulit bagi mereka untuk menikmati prosesnya.

Psikologi olahraga mengajarkan Siswa tentang keuntungan dan kerugian dari

perfeksionisme dan bagaimana cara mengatasi masalah ini.

d. Belajar dari umpan balik atau kritik. Sebagian besar Siswa menyetujui pendapat

pelatih mereka, guru, orang tua, dan rekan tim. Hal ini biasanya membuat sulit

bagi para Siswa untuk menerima kritik atau bahkan umpan balik yang konstruktif.

Tinggal kepercayaan diri dan belajar dari kritik adalah strategi lain psikologi

olahraga yang membantu Siswa berhasil dalam hidup.


Beberapa manfaat lainnya dari latihan keterampilan psikologis jugadiungkapkan

Burton (dalam Apruebo, 2005, hlm. 247) yaitu:

1. AtentionandConcentrationControl/Focusing.
2. Communication.
3. EnergyManagement.
4. GoalSeting.
5. Hypnosis.
6. Imagery, Visualization, and Mental Practice. Skil using all the mind'ssenses to
re-create or create experience in the mind. Uses:a) mentalpreparation, b)Arousal Control,
c)Atention, d)Building Self-Confidence,e)LearningnewSkils,f)Injuryrecovery.
7. Self-talk. Saying or thinking technique to oneself. Self-talk paterns are related to
how athletes feel and act. Uses: a) Prompting a specifcbehavior, b)
Improving self-confidence, c)Atention control, d)Motivatio,e)Arousalcontrol.
8. TeamBuilding.
9. TimeManagement/Organization.Thisistheabiltytoplanandmaintain onesregularscheduleinawaythatavoidsconfusion,conflictandundue
stress. Common techniques are: a) Teaching how to use a planner,b)Learning
about the demands of a task, c)Seting legitmate goals for tasks, d)Understanding
the demands of ones life, e Developing pre-performanceroutines.
Menurut pendapat tersebut, latihah keterampilan psikologis memiliki berbagai

macam bentuk latihan disertai manfaat latihan keterampilan tersebut. diantaranya:

1. Perhatian dan Konsentrasi Kontrol / Fokus. Keterampilan digunakan untuk


membantu Siswa mengidentifikasi situasi mereka saat ini dan rangsangan yang
relevan dalam situasi itu.
2. Komunikasi. Keterampilan digunakan untuk membantu meningkatkan kelompok
dan interaksi Siswa dalam pengaturan olahraga (misalnya, Siswa-Siswa Siswa-
pelatih, pelatih-orang tua). Teknik yang digunakan dengan keterampilan ini
melibatkan mengajar mendengarkan secara aktif dan keterampilan berkomunikasi
(mencerminkan, mengklarifikasi, mendorong, dan parafrase); dan membantu
Siswa menciptakan lingkungan yang bebas dan terbuka; dan pelatihan ketegasan.
3. Manajemen Energi. Keterampilan yang paling umum digunakan untuk
membantu Siswa yang mengalami gairah pada tingkat yang tidak efektif.
(misalnya, terlalu tinggi atau terlalu rendah) untuk kinerja yang optimal. Teknik
ini juga telah digunakan untuk kegelisahan dan stres.
4. Menetapkan Tujuan. Keterampilan digunakan untuk meningkatkan motivasi dan
memfokuskan perhatian pada aspek kinerja yang paling membutuhkan perbaikan.
Pembentukan program penetapan tujuan mencakup beberapa komponen umum,
termasuk mengidentifikasi target untuk mencapai tujuan, mengidentifikasi strategi
pencapaian tujuan, dan memberikan evaluasi tujuan biasa.
5. Hypnosis. Keterampilan yang digunakan untuk membantu Siswa mencapai
keadaan relaksasi yang mendalam, perubahan kesadaran atau perhatian fokus dan
sugesti tinggi. Siswa biasanya mengalami perubahan sensasi, persepsi, pikiran,
atau perilaku. Kecemasan, gangguan atensi, dan fobia adalah beberapa gangguan
untuk pengobatan hipnosis.
6. Imagery.Visualisasi, dan Praktek Mental. Keterampilan menggunakan semua
indra pikiran untuk menciptakan kembali atau membuat
pengalaman dalam pikiran, yaitu: a) Persiapan Mental, b) Gairah Control, c)
Perhatian, d) Membangun Percaya Diri, e) Belajar Keterampilan baru f)
Pemulihan cedera.
7. Self-talk, Mengatakan atau berpikir teknik untuk diri sendiri. Pola self-talk yang terkait
dengan bagaimana Siswa merasa dan bertindak, yaitu: a) Mendorong perilaku
tertentu b) Meningkatkan kepercayaan diri, c) Kontrolperhatian, d) Motivasion, e)
gairah Kontrol.
8. Team building. Teknik ini merupakan proses suatu anggota kelompok untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja erat melalui peningkatan
komunikasi, tujuan kelompok, kepercayaan, dan rasa hormat.
9. Manajemen / Organisasi. Merencanakan dan memelihara satu jadwal rutin untuk
mengurangi konflik dan stres yang tidak semestinya. Teknik yang umum adalah:
a) Mengajar bagaimana menggunakan seorang perencana, b) Belajar tentang
tuntutan tugas, c) Menetapkan tujuan yang sah untuk tugas-tugas, d) Memahami
tuntutan hidup, e) Mengembangkanrutinitas performance.
Maka dengan itu kita lebih tau beberapa keterampilan psikologis, dan juga

mengetahui tahapan apa saja yang harus dikembangkan pada setiap bagian

keterampilan psikologis. Dari berbagai macam bentuk latihanketerampilan psikologis dalam

penelitan ini hanya menggunakan latihanketerampilan psikologis berupa latihan

rileksasi-magery, yang bertujuanuntukmembantu meningkatkan kinerja Siswaketika sedang memimpin


pertandingansepakbola.

3. TahapLatihanKeterampilanPsikologis

Keterampilan latihan psikologi harus dipelajari, dilatih, dan dikembangkan

dalam sebuah kemasan program yang sitstematis. Weinberg dan Gould (dalam

Aprruebo, 2005, hlm. 246) menyebutkan tiga tahapan dalam program latihan

keterampilan psikologis, yaitu:

1. EducationPhase.
2. AcquisitonPhase.
3. Practice Phase. It has three primary objectives: a) To automateskils through
over learning, b) To teach/train athletes in a systematic way to integrate psycho-logical
skilsinto theirperformancesituations,c)Tosimulateskilsapersonmaywanto applyinactualcompeti¬tion.
Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat tiga tahapan dalam latihan

keterampilan psikologis, yaitu: tahap pendidikan, penguasaan, dan latihan. Berikut

penjelasan lebih lanjut tentang tahapan-tahapan tersebut:

a. Tahap Pendidikan

Tahap pendidikan adalah tahap menjelaskan kepada Siswa tentang pentingnya

latihan keterampilan psikologis. Kepada Siswa dijelaskan tentang betapa

pentingnya menguasai latihan keterampilan psikologis dan bagaimana keterampilan

psikologis dapat mempengaruhi penampilan kinerja Siswa ketika sedang

memimpin pertandingan sepakbola. Tahap pendidikan biasanya merupakan

pertemuan pertama antara psikolog dengan pelatih dari Siswa. Tahap pendidikan

bisa dilakukan beberapa hari


lamanya satu atau dua jam perhari. Melalui tahap pendidikan ini diharapkan

terbangun komitmen instruktur Siswa pengawas pertandingan dan Siswa untuk

melaksanakan program latihan keterampilan psikologis. Misalnya, mereka sepakat

melakukan latihan imagery selama 15 menit pada akhir liatihan fisik. Ditegaskan

oleh Cox (dalam Hidayat, 2011, hlm.152) bahwa pada akhir tahap ini diharapkan

Siswa memiliki pandangan tentang latihan keterampilan psikologis sebagai

program yangsama pentingnya dengan latihan keterampilan fisik.

b. Tahap Penguasaan

Tahap penguasaan memfokuskan pada strategi atau teknik untuk mempelajari

berbagai keterampilan psikologis, baik dilakukan dalam bentuk pertemuan yang

bersifat formal atau non formal. Tahap penguasaan terdiri dari dua sub tahap yaitu

sub tahap pengembangan rencana asesmen kebutuhan

(developemtofaneedassessmentplan)danpemilihan metode atau strategilatihan keterampilan psikologis yang

harus diajarkan (psychologicalmethoddanstrategiestobetaught.)

c. Tahap Latihan

Tahap latihan disebut juga tahap pembelajaran keterampilan psikologis atau actual

etaching and learning of selected psychological methods.Tahap ini memiliki tiga tujuan

pokok, yaitu (1) mengotomatisasikan keterampilan melalui pembebanan belajar,

(2) mengajar atau melatih Siswa mengintegrasikan keterampilan psikologis

secara sistematik
kedalam situasi penampilan yang sebenarnya, dan (3) mensimulasi keterampilan

Siswa yang akan diterapkan dalam pertandingan yang sebenarnya.

Selain itu Eugene F. Gauron (dalam Setyobroto, 1989, hlm. 105) memberikan

gambaran tentang tahapan latihan keterampilan psikologis yang menyebutkan adanya

tujuh tahapan, yaitu:

1) Mengontrol perhatian, hal ini Siswa harus mampu berkonsentrasi dan

memfokuskan perhatian pada titik tertentu, sesuai dengan yang akan dikerjakan.

2) Mengontrol emosi, menguasai perasaan marah, benci, gembira, nervous, dan

sebagainya, sehingga dapat menguasai ketegangan dan memimpin pertandingan

dengan tenang.

3) Energization, dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kekuatan sesudah bermain al-out,

sehingga Siswa dapat mengerahkan kekuatan seperti biasa.

4) Body awarnes, dengan penguasaan body awarnes Siswa akan lebih memahami dan

menyadari keadaan tubuhnya, dapat melokalisasi ketegangan dalam tubuhnya.

5) Mengembangkan rasa percaya diri, faktor yang dapat menentukan dalam

penampilan puncak seorang Siswa adalah kepercayaan pada diri sendiri. Dengan

percaya diri Siswa akan dapat memimpin pertandingan dengan baik dan mencapai

hasil yang maksimal.


6) Membuat perencanaan faktor bawah sadar, badan adalah bagian yang dapat

dikontrol sesuai yang kita inginkan. Dengan menggunakan mental imagerysebagai

salah satu cara latihan psikologis mental, maka apa yang kita pikirkan atau

bayangkan dapat dilakukan.

7) Rekonstrukturisasi pemikiran apa yang dipikirkan akan berpengaruh dalam

penampilan. Dengan merubah pemikiran juga akan merubah perasaan (misalnya

perasaan pasti kalah). Karena itu dengan merubah pemikiran juga dapat

menghasilkan tingkah laku dan penampilan yang berbada.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka langkah-langkah agar Siswa dapat

memperlihatkan prestasi ketika sedang memimpin pertandingan. Pada hakikatnya

latihan keterampilan psikologis dilakukan seperti halnya pada latihan fisik.

Pelaksanaan latihan keterampilan psikologis dapat dilakukan secara serempak atau

dilibatkan langsung pada saat latihan fisik, atau dilakukan secara tersendiri.

4. Program Latihan Keterampilan Psikologis

Ada empat metode dasar yang digunakan untuk menyelanggarakan program

latihan keterampilan psikologis menurut Weinberg & Gould (1995, hlm. 205)

meliputi: “1) Pengaturan serta pengendalian gugahan atau regulasi gugahan (arousalregulation),2)

Penggunaan imajinasi, 3) Perencanaan atau penetapan sasaran (goal seting), 4)

Pengendalian perhatian serta pikiran (atention/throught control)”. Menurut Vealey (dalam

Komarudin, 2013, hlm.


12) sejumlah metode tersebut dapat dikembangkan menjadi tiga bentuk

keterampilan psikologis, yaitu :

a. Keterampilan dasar (foundationskil), diantaranya :

1) Mengarahkan kehendak,

2) Meningkatkan kesadar diri,

3) Meningkatkan harga diri,

4) Meningkatkan rasa percaya diri.

b. Keterampilan kinerja (performaskil), diantaranya:

1) Optimasi gugahan fisik,

2) Optimasi gugahan mental,

3) Optimasi pemusatan perhatian.

c. Keterampilan penunjang (faciltativeskil), diantaranya:

1) Keterampilan membina hubungan interpersonal,

2) Kemampuan mengendalikan gaya hidup.

Latihan keterampilan psikologi adalah program untuk meningkatkan kinerja

yang dirancang untuk mendidik dan melatih Siswa yang terkait dengan keterampilan

psikologis dalam mencapai kinerja puncak. Oricton and Hcnrich (dalam Apruebo,

2005, hlm. 244) menjelaskan beberapa latihan keterampilan psikologis yang dapat

meningkatkan kinerja Siswa sebagai berikut:

a) PostingLearningEnvironment,b)VisualandAuditoryLearningDevices,
c)Proximo-distalAdaptations, d)PlanforActivityOutsideoftheTrainingroom,
e)EfectiveAssessmentEnvironment.

Berdasarkan pendapat tersebut program latihan keterampilan psikologi yang

dapat meningkatkan kinerja Siswa dijelasankan lebih lanjut sepertiberikut:

a. Posting Learning Environment. Pelatih harus menyediakan program kegiatan yang

mengenali dan menerima semua tingkat kemampuan skill. Dia juga harus

mempromosikan pembelajaran dan interaksi dengan rekan sebaya. Pengembangan

keterampilan harus didasarkan pada latihan dalam lingkungan yang kooperatif

dengan berbagai tingkat aktivitas kompetitif. Mendorong Siswa untuk bekerja

sama untuk mencapai tujuankegiatan.

b. Visualdan auditoryperangkat pembelajaran. Belajar melalui penggunaan perangkat visual

dan pendengaran seperti aktivitas buku teks, gambar, video kegiatan, kaset audio,

dan demonstrasi yang baik dengan penjelasan yang mudah diikuti. Pelatih dapat

memberikan Siswa sebuahrekaman fitur penting dari keterampilan dengan isyarat

belajar verbal yang akan memfasilitasi perolehan informasi kognitif yang

diperlukan untuk pengembangan keterampilan yang sukses.

c. Proximo-distal Adaptations. Siswa mengembangkan kontrol otot dari pusat tubuh

ke bagian-bagian tubuh yang lebih jauh seperti lengan dan tangan.

Perkembangan praximodistai, mungkin menjadi salah satu


penyebab keterampilan motorik tangan mata yang buruk.

d. Rencana Kegiatan luar ruang pelatihan. Siswa harus memiliki waktu untuk

menerima luar atau praktek dari instruksi pelatih Siswa. Hal inimemberikan lebih

khusus, para Siswa terampil rendah pengalaman nyaman dengan aktivitas

sementara meningkatkan kinerja dari pelatih tersebut.

e. Plan for Activity Outside of the Training room. Siswa harus memiliki waktu

untuk menerima luar atau praktek dari instruksi pelatih. Hal ini memberikan

lebih khusus, para Siswa terampil rendah pengalaman nyaman dengan aktivitas

sementara meningkatkan kinerja dari pelatih tersebut.

f. Efective Asesment Environment. Para Siswa yang terampil rendah membutuhkan praktek

evaluasi yang akan mempromosikan kelangsungan kegiatan belajar menjadi

Siswa. Instruksi yang baik, latihan cukup dengan umpan balik yang spesifik

tentang kinerja, dan dorongan dari pelatih tiga faktor kunci dalam

mempersiapkan Siswa untuk sukses selama penilaian. Siswa membutuhkan

lingkungan yang mendukung dan aman yang akan memungkinkan mereka untuk

mencapai kinerja yang optimal.

5. Rancangan dan Penerapan Latihan Keterampilan Psikologis

Cara terbaik melakukan latihan keterampilan mental adalah ketikakompetisi

berakhir atau ketika jeda kompetisi, sesuai pendapat Weinberg dan


Gold (1995, hlm. 251) bahwa “ItisbestoinitiateaPSTprogramduringthe of-season or

preseason when there is more time to learn new skils and athletesarenotsopressuredwithwinning”. Karena ada

lebih banyak waktu untuk belajar keterampilan baru dan Siswa tidak begitu

tertekan dengan hasil setiap pertandingan. Beberapa Siswa melaporkan bahwa

diperlukan waktu beberapa bulan sampai satu tahun untuk sepenuhnya memahami

keterampilan psikologis dan mengintegrasikan mereka ke kompetisi sebenarnya.

Pelatihan mental adalah proses yang berkelanjutan yang harus terintegrasi dengan

latihan fisik dari waktu ke waktu.

Siswa untuk memulai program latihan keterampilan mental di tengah musim,

karena beberapa situasi yang sangat menegangkan, namun pelatihan mental dalam

situasi seperti ini tidak efektif. Waktu yang dibutuhkan untuk berlatih keterampilan

mental bervariasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apabila keterampilan

psikologis baru yang sedang dipelajari, pelatihan tersebut dilakukan selama 15 menit 3

sampai 5 hari seminggu. Weinberg dan Gold (1995, hlm. 251) menjelaskan: “Ifanewpsychologicalskil

isbeinglearned,specialto15-minutetrainingsessions3to5daysaweek”.

Proses latihan mental bersifat kompleks, yakni dengan cara menggunakan

berbagai pendekatan intregratif untuk mengembangkan keterampilan psikologis pada

Siswa. Latihan keterampilan psikologis akan matang jika dimulai dari intervensi awal

yang memfokuskan kepada penerapan teknik latihan keterampilan psikologis, seperti

imagery,dan goal
seting.Model intervensi yang digunakan dalam latihan keterampilan psikologis harus

mengikuti beberapa tahapan, tahapan tersebut menurut Komarudin (2013, hlm. 14)

adalah :

1. Tahap filosofi
Proses latihan psikologis harus di mulai dari filosofi psikologis atau pelatih,
atau ide dan kepercayaan yang terkait dengan latihan keterampilan
psikologis. Biasanya dalam filosofi terkandung tujuan dari program yang
akan dilaksanakan, serta peran psikolog, pelatih, dan Siswa dalam latihan
tersebut.
2. Tahap Model
Tahapan kedua dalam psoses latihan psikologis setelah filosofi adalah model
(model intervensi). Model intervensi adalah ruang lingkup strategi dan
teknik yang spesifik mengenai latihan keterampilan psikologis yang harus
dikembangkan.

3. Tahap Strategi
Tahapan ketiga dalam proses latihan psikologis adalah strategi. Strategi
merupakan pengorganisasian rencana kegiatan serta bagaimana pelaksanaan
model intervensi latihan psikologis secara spesifik, khususnya dalam
menggunakan langkah-langkah, dan teknik praktik latihan psikologis.
4. Tahap Teknik
Tahapan terakhir dalam proses latihan mental adalah teknik atau metode.
Metode adalah cara untuk mengimplementasikan strategi yang berperan
sebagai alat yang sudah familiar diketahui oleh sesama psikolog atau pelatih
dalam latihan keterampilan psikologis yang meliputi imageri, rleksasi, self
talk, bio-feedback, profil penampilan, dan teknik manajemen prilaku.

C. Hakikat Latihan Imagery

1. Pengertian Imagery

Imagerymerupakan salah satu teknik atau metode latihan keterampilan mental yang

harus dikuasai oleh Siswa. Latihan imageryterbukti memberikan


manfaat kepada Siswa untuk menciptakan kembali pengalaman gerak di dalam

otaknya, sehingga Siswa memungkinkan untuk menampilkan pola gerak tersebut

dengan baik. Prosesnya terjadi dengan cara mengamati, memperhatikan, dan

membayangkan pola gerak tertentu dan mengingat-ingat pola gerak tersebut di dalam

otaknya.

Imagery juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan Siswa dalam

menghadapi berbagai permasalahan. Salah satunya berkaitan dengan penguasaan

keterampilan olahraga, penguasaan strategi yang akan digunakan dalam pertandingan,

mempersiapkan untuk tampil percaya diri, meningkatkan keterampilan interpersonal,

dan mengendalikan gejala-gejala psikologis, konsentrasi, memperbaiki kesalahan.

Imagery suatu teknik yang biasa digunakan oleh psikolog olahraga untuk

membantu seseorang memvisualisasikan atau melatih mental berkaitan dengan

kegiatan yang akan dilakukan, disini seseorang diberi kebebasan untuk berimajinasi

menggunakan pikirannya untuk melihat dan membayangkan segala kemungkinan

yang dapat terjadi pada saat pertandingan. Singgih (1996, hlm. 109), menjelaskan yaitu:

“Imagery mental dimaksudkan untuk membuat gerakan-gerakan yang benar melalui

imajinasi, setelah gerakan-gerakan dimatangkan dalam imajinasi kemudian benar-benar

dilaksanakan untuk dievaluasi”.

Imagery digunakan untuk membantu Siswa membuat visualisasi yang lebih nyata

berkaitan dengan pertandingan atau kompetisi yang akan


dijalaninya. Suryanto (2012, hlm. 21) menjelaskan bahwa : ”Kata ‘mentalimagery’dalam

psikologi kognitif merupakan suatu representasi situasi lingkungan dalam kognisi

atau pikiran seseorang”. Imagery sering disebut dengan guided imagery, visualization, latihan

mental, atau self hypnosis.Imagery adalah teknik yang biasa digunakan oleh psikolog

olahraga untuk membantu seseorang memvisualisasikan atau melatih mental berkaitan

dengan kegiatan yang akan dilakukan. Imagery dalam konteks olahraga, digunakan untuk

membantu Siswa membuat visualisasi yang lebih nyata berkaitan dengan pertandingan

atau kompetisi yang akan dijalaninya.

Annie Plessinger (dalam Suryanto, 2012, hlm. 21) bahwa : ”Mental imageryada

juga yang mengatakan sebagai visualisasi dan mental rehearsal merupakan pengalaman

yang dalam persepsi seseorang, dan terjadinya tanpa kehadiran rangsangan langsung”.

Istilah yang menggambarkan latihan mental menurut Komarudin (2013, hlm.

86) untuk Siswa dalam pertandingan, meliputi ‘visualitation, mentalrehearsal, imagery,

meditation, danmentalpractice”. Semua istilah tersebut pada prinsipnya sama, seperti

dijelaskan oleh Quinn (dalam Komarudin, 2013, hlm. 86) bahwa:

"Thebasictechniquesandconceptsarethesame". Istilah tersebut mengacu kepada

ungkapan "tocreatingorrecreatinganexperiencein the mind",yaitu menciptakan atau menciptakan

kembali sebuah pengalaman dalam otak. Prosesnya meliputi mengingat kembali

informasi atau pengalaman yang disimpan di bagian memori dan membentuknya.


Pengalaman tersebut merupakan produk penting pada memori, yang diingat dan

dibentuk kembali berdasarkan peristiwa yang terjadi sebelumnya. Vealey & Greenleaf

(dalam Komarudin, 2013, hlm. 86) mendefinisikan imagerysebagai:

"Asre-creatingorcreating,aspolysensoryexperience,astheabsenceofexternalstimuli". Imagerymerupakan sebuah bentuk

simulasi yang aktual, dalam imageryberbagai pengalaman itu nyata melalui

pancaindra (melihat, merasakan, dan mendengarkan), tetapi secarakeseluruhan

pengalaman itu terjadi di dalam otak

. Weinberg & Gould (1995, hlm. 280) menjelaskan: "Throughimageryyou

canrecreatepreviouspositveexperiencesorpictureneweventstoprepare

yourselfmentalyforperformance".

Selanjutnya Orlick (dalam Setyobroto, 1989, hlm. 144-145) menjelaskan:"mental

imagery adalah suatu simulasi yang terjadi dalam otak. Kartono & Gulo (2000, hlm.

217) menjelaskan bahwa “Imagerymerupakan gambaran- gambaran mental secara kolektif,

yang menyebabkan seseorang dapat membentuk gambar-gambar dalam otaknya”.

Dalam latihan mental imageryakan terjadi proses visualisasi yaitu suatu keterampilan

melihat diri sendiri dalam benak atau layar mata hatinya, dengan penuh kesadaran

memanggil bayangan (gambaran) yang sudah dibayangkan dalam proses imagery. Orlick

(dalam Setyobroto, 1989, hlm. 144

-145) menjelaskan: "Apabila melakukan latihan imagery secara otomatis seseorang melihat

dirinya sendiri (visualisasi)dalam melakukan sesuatu,


seperti melihat dirinya dalam rekaman video". Hal terpenting yang diperoleh dari

latihan imagery adalah Siswa melihat dan merasakan bahwa dirinya melakukan gerakan

atau keterampilan tertentu secara benar. Hal ini akan berpengaruh secara positif

terhadap penguasaan gerak penampilan olahraga yang sesungguhnya. Ketika dalam

latihan imagery terjadi proses visualisasi, maka banyak rasa (sense) yang memungkinkan

terlibat, seperti kinestetik, auditori, taktil, dan olfaktori sense. Kinestetik menurut

Weinberg & Gould (1995, hlm. 281) yaitu: "The feeling of our body as it

moves in diferentpositons".

Kinestetik sangat penting untuk Siswa sebab adanya sensasi posisi tubuh atau

pergerakan yang timbul dari rangsangan ujung syaraf sensoris dalam otot, sendi, dan

tendon. Di samping keterlibatan perasaan (sense),belajar untuk menyertakan sejumlah

keadaan emosional dan moods untuk menggambarkan pengalaman merupakan bagian

penting dalam latihan imagery.Menciptakan kembali emosi-emosi seperti (kecemasan,

marah, kesenangan, atau perasaan sakit) melalui imagery akan membantu Siswa

mengendalikan keadaan tersebut. Misalnya, instruktur Siswa marah-marah setelah

membuat kesalahan, selanjutnya, dia membayangkan kemarahan itu tetapi selanjutnya

mengendalikan kemarahan itu dengan cara mengalihkan pemikirannya pada kegiatan

rutinnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa imagery

adalah kemampuan fikiran seseorang untuk berimajinasi


tentang segala kemungkinan yang bisa terjadi pada saat pertandingan, yang

selanjutnya Siswa dapat mengatasi masalah tersebut jika kemungkinan itu terjadi.

2. Bentuk Latihan Imagery

Manusia merupakan makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk

hidup yang lainnya karena selain fisik manusia yang dapat dilatih, maka mental yang

merupakan penggerak fisiknya pun dapat dilatih. Kemampuan seseorang untuk

berimajinasi akan berbeda dengan Siswa yang lainnya karena berhayal dalam hal ini

diperlukan adanya konsentrasi dalam menciptakan imajinasi-imajinasinya dalam

kondisi dan situasi tertentu.

Siswa ada baiknya melakukan latihan mental terlebih dahulu untuk dapat

melakukan imagery dan memudahkan proses imajinasinya. Khayalan mental (mentalimagery)

merupakan suatu metode yang merupakan bagian penting untuk mempercepat

belajar dan menumbuhkan semangat Siswa dalam bertanding. Siswa dilatih untuk

mampu membentuk khayalan-khayalan mental mengenai suatu gerakan atau

keterampilan tertentu, atau mengenai apa yang harus dilakukannya dalam suatu

situasi tertentu. Caranya adalah dengan menyuruh Siswa untuk melihat, mengamati,

mempraktikan, dan membayangkan dengan seksama suatu pola gerakan tertentu dan

kemudianmengingat-ingat gerakan tersebut.

Latihan imagerydibagi menjadi beberapa bentuk latihan menurut Hall,


et al., (dalam Hidayat, 2011, hlm. 198) menjadi lima bentuk yaitu:

1. Cognitve Specifc (CS): imagery ini khusus untuk keterampilan olahraga yang
spesifik, seperti tembakan bebas dalam bolabasket.
2. Cognitve General (CG): imagery ini merupakan strategi yang dilakukan
secara rutin, seperti strategi pertahanan dan penyerangan yang dilakukan
oleh tim sepakbola.
3. Motivational specifc(MS): imagery ini dilakukan untuk menentukan tujuan
secara spesifik, dan membentuk perilaku yang berorientasi pada tujuan,
seperti atlet angkat berat ingin mencapai rekor angkatan, memperoleh medali
dalam kejuaraan.
4. Motivational general arousal (MGA): imagery berhubungan dengan emosi dan
performa, seperti merasa gembira dan semangat ketika bertanding di depan
penonton yang banyak.
5. Motivational general mastery (MGM): imagery terkait dengan penguasaan situasi
olahraga, seperti Siswa sepakbola tetap fokus ketika berada pada posisi
dicaci-maki oleh penonton.

Werner (1999, hlm. 1) menjelaskan beberapa macam latihan khusus melakukan

latihan imagery:“a) Control performance, b) Controlingperformanceagainstatoughopponent,c)Controlingemotions”.

Maka untuk melakukan khayalan mental (mental imagery), seorang Siswa harus

melihat dirinya dengan senang hati melakukan aktivitas dan merasakan apa yang

terjadi secara penuh perasaan. Siswa harus mencoba ketika memasuki lingkungan atau

melakukan aktivitas menajamkan penglihatannya, pendengarannya, perasaannya,

penciumannya, dan melakukan tindakan seolah-olah ia melakukan dalam situasi yang

sebenarnya. Seorang Siswa perlu berada dalam kondisi rileks dan pikirannya bisa

dikonsentrasikan pada latihan tersebut untuk bisa melakukan penajaman indera.

Kedua hal tersebut sangat penting karena dengan rileks, seorang Siswa akan dengan

mudah adaptasi dan memasuki suatu lingkungan yang


baru,dan dengan konsentrasi seseorang akan mudah untuk melakukankhayalan

mental (mentalimagery).

3. Tujuan dan Manfaat Latihan Imagery

Mental imagerydapat memberikan manfaat yang positif bagi seseorang, yaitu dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan dapat mengontrol emosi ketika mendapatkan

tekanan-tekanan dari para pemain, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja

Siswa pada saat memimpin pertandingan. Manfaat mental imagerydikemukakan oleh

Suryanto (2012, hlm. 21), bahwa:

Mental imagerydapat digunakan dalam berbagai kesempatan, yaitu : 1) untuk


mengembangkan kepercayaan diri, 2) untuk mengembangkan strategi pre-
kompetisi dan kompetisi, 3) membantu memfokuskan perhatian atau
konsentrasinya pada suatu bentuk ketrampilan tertentu yang sedang dilatihnya,
4) membantu memfokuskan diri pada pertandingan.
Atlet elit sering menggunakan latihan imagery sebagai bagian dalam proses latihan

dan pertandingan. Banyak data menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan

latihan imagerypenampilannya menjadi lebih baik, tidak hanya dalam proses latihan tetapi

dalam pertandingan. Calmels, et al.,; Cumming & Hall (dalam Komarudin, 2013,

hlm. 91) menjelaskan: "Overal, more succesful elite athletes use imagery more extensively and more

systematicaly and have beter imagery skil than les succesful athletes". Siswa

melakukan latihan imagery secara sistematis sedikitnya satu kali dalam sehari, empat

hari setiap minggunya, setiap latihan dilakukan selama

12 menit, bahkan pada pertandingan tingkat olimpiade latihan imagery


dilakukan selama dua sampai tiga jam dalam persiapan pertandingan.

Siswa melakukan latihan imagery dengan berbagai tujuan, ada yang berlatih untuk

tujuan belajar keterampilan, mengembangkan strategi, mempersiapkan pertandingan

seperti memperkenalkan venues, atau untuk mempersiapkan mental dan

mengembangkan keterampilan mental, mengatasi stress, dan rintangan dalam

olahraga (cedera, latihan berat, dan gangguan-gangguan lainnya).

Beberapa pertimbangan penting terkait dengan penggunaan latihan imagery,

beberapa hasil penelitian yang dijelaskan oleh Vealey (dalam Komarudin, 2013,

hlm. 91) menunjukkan bahwa: ". .theimageryperspectivethat will best faciltate the

efectiveness of imagery on enhancingperformance". Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa latihan imagerymemberikan fasilitas terbaik kepada Siswa untuk meningkatkan

performa, kepercayaan diri, motivasi, mengendalikan perhatian, melihat kemampuan

secara visual, selama pertandingan. Selain itu, latihan imagerydalam bentuk spesifik sangat

efektif untuk mengubah persepsi Siswa terkait dengan kecemasan yang mengganggu

yang dialami oleh Siswa.

Ada dua pendekatan menurut Komarudin (2013, hlm. 91) yaitu pendekatan

kognitif (cognitive), dan pendekatan psikologis (psychologicalstate). Pendekatan kognitif

terfokus pada proses informasi dan bagaimana informasi tersebut diperoleh, disimpan,

didapatkan kembali, dan digunakan di dalam otak. Menurut teori bio-informasi lebih

populer disebut sebagai "mental


blueprints for perfect responses". Dengan demikian performa Siswa akan meningkat lebih

baik melalui latihan imageryyang menekankan pada produktivitas respons. Latihan imagery

yang berorientasi kepada produktivitas respons telah menciptakan ruang lingkup

respons dalam otak yang diukur dengan aktivitas electroencephalographic.

Pendekatan psikologis (psychological states) terfokus kepada fungsi motivasi

dari latihan imagery dalam membantu Siswa merasakan lebih percaya diri, memiliki

arrousal optimal, dan lebih fokus pada pertandingan. Latihan imagerymemberikan

dampak positif terhadap performa Siswa untuk sukses. Hal ini sesuai dengan pendapat

Loehr (1986, hlm. 159) bahwa: "Visualizationisoneofthemostpowerfulmentaltrainingstrategiesavailable

toperformingathletes". Maksud pendapat tersebut, visualisasi memberikan kontribusi kepada

keberhasilan Siswa dalam olahraga, visualisasi dapat meningkatkan reaksi fisik dan

psikologis, mampu membangun kepercayaan diri Siswa dalam menampilkan

kemampuan dan keterampilannya di bawah tekanan dan di dalam berbagai situasi.

Berdasarkan studi meta-analisys (kumpulan hasil penelitian sebelumnya pada

topik tertentu yang menggambarkan kesimpulan secara umum tentang efektivitas

intervensi dari sejumlah studi yang berbeda) tekait dengan kajian visualisasi dan imagery

Richardson (dalam Lane, 2001, hlm. 140) menunjukkan bahwa: "25 mental

practice studies and included that this techniquewas efectivein improvingmotorperformance". Dari beberapa
studi meta-analysis tersebut latihan mental khsususnya latihan imagery

memberikan pengaruh terhadap performa Siswa.

Latihan imagery umumnya digunakan oleh Siswa elit dalam rangka meningkatkan

penampilan. Hall, et al, (dalam Komarudin, 2013, hlm. 92) menjelaskan "Athletes

espesialyeliteathletes, useimageryextensivelyandbelievethatibenefitsperformance". Beberapa manfaat lain

yang diperoleh dari latihan imagery, Lane (2001, hlm. 140) menjelaskan: "Imagery training

canincreaseself-awareness,faciltateskilacquisitonandmainlenance,build self

confidence, control emotion, relieve pain, regulate emotional statesbelieved to be

asociated with performance, and enhance preparationstrategies". Maksudnya latihan imagery dapat

meningkatkan kesadaran diri, mengendalikan emosi. mengurangi rasa sakit, mengatur

keadaan emosi yang berhubungan dengan penampilan, dan meningkatkan strategi

dalam persiapan.

Pelatih dan Siswa seringkali menggunakan latihan imagerytentu sangat berdasar.

Latihan visualisasi dan imagery berpengaruh terhadap penampilan Siswa tentu sudah

melalui beberapa kajian baik berupa kajian teoritik maupun kajian empirik dalam kajian

neuroscience. Lane (2001, hlm. 142) mengatakan: "Whenareasofthebrainarebeingspecificalyused,thebloodflowtothese

areas wil increase. This can then be mapping during imagery and actual performancetoassesswhetherthesameareasarebeingactivated".Maksud

pendapat tersebut ketika bagian otak digunakan secara spesifik, aliran darah
pada bagian otak tersebut meningkat. Hal ini bisa tampil sebagai petunjuk arah selama

melakukan latihan imagerydan penampilan aktual sama dengan penampilan yang

diaktifkan pada bagian otak. Decety, Philippon & Ingvar (dalam Lane, 2001,

hlm. 142) menjelaskan: "Theypoundthatheequivalentareasof the brainwereactivewhenimagingand actualycompletingthe

writingtask.Theonlydifferencewasthatheprimarymotorcortexwasnot active during

imagery, but this is responsible for the final execution of movements, so this finding

was ecpexted”. Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa bagian yang sama pada

otak berfungsi selama membayangkan gerak yang terjadi pada struktur pusat otak.

Pendapat tersebut diperkuat dengan ilustrasi Siswa pada waktu melakukan latihan

imagery,sebagaimana dipaparkan pada bahasan selanjutnya.

Dijelaskan juga ada beberapa teori imagery yang bertujuan untuk membantu

meningkatkan kinerja Siswa dalam memimpin pertandingan sepakbola, Apruebo

(2005, hlm. 258) menjelaskan sebagai berikut: ‘a) Psychoneuromuscular theory, b)

Symbolic Learning Theory, c) Bio-informational theory, d)Atention-Arousal Theory”.

Berdasarkan pendapat tersebut ada beberapa teori yang memfasilitasi performa

Siswa, yaitu:

a) Psychoneuromusculartheory. Teori ini disebut juga "musclememory".

Latihan imageryterjadi dalam otak dan otot, ketika Siswa menggambarkan atau

membayangkan pola gerak tanpa Siswa menampilkan gerak yang sebenarnya.

Ketika Siswa membayangkan


sebuah keterampilan olahraga tertentu ototnya akan terjadi kontraksi, hal ini

kondisinya sama dengan keadaan Siswa menampilkan rangkaian keterampilan

dalam konteks yang sebenarnya.

b) Symbolic learning theory. Teori ini dikenal sebagai "mentalblueprint".

Siswa melakukan latihan imagery akan menampilkan sistem kode di dalam sistem

syaraf pusat yang akan membantu Siswa membentuk, dan merencanakan, pola

gerak yang akan dilakukannya. Teori ini akan membantu dan memfasilitasi

performa Siswa dengan cara Siswa membuat blue-print atau kode gerak ke dalam

komponen simbol, yang menyebabkan Siswa dapat melakukan pola gerak lebih

mudah, lebih familiar, dan lebih otomatis.

c) Bio-informational theory. Teori ini menjelaskan bahwa dalam latihan imageryterjadi

adanya keterlibatan jaringan aktivasi kode stimulus dan respons secara

proporsional yang disimpan dalam waktu lama dalam memori. Ketika Siswa

melakukan imagery, cenderung mengaktifkan karakteristik stimulus yang

menggambarkan isi (pola gerak) yang akan dibayangkannya, dan mengaktifkan

karakteristik respons yang menggambarkan stimulus apa yang harus mereka

respons dalam situasitertentu.

d) Atention-arousal theory. Teori ini menekankan pada efektivitas latihan imagery

sebagai sebuah regulasi diri yang sangat penting dalam mengatasi

keterampilan, kemampuan untuk menetapkan tujuan,


perencanaan, memecahkan masalah, meregulasi tingkat arousal, kecemasan pada

saat pertandingan, emosi sebagai komponen penting untuk sukses, dan Siswa

membuat imageryjelas, realistik, dan mendetail. Contoh, ketika Siswa

memvisualisasikan persiapannya dalam menghadapi pertandingan, sistem syaraf

pusatnya memprogram keberhasilan sebab aktivitas yang divisualisasikan benar-

benar telah siapditampilkan.

Imagery merupakan pengalaman sensoris yang terjadi dalam pikiran tanpa adanya

alat bantu dari lingkungan. Melalui imagery misalnya Siswa berlari-lari mengejar bola

sambil berbaring di sofa tanpa harus menggunakanperlengkapan Siswa.

4. Pelaksanaan Latihan Imagery

Sebelum dilakukannya latihan imagery, terlebih dahulu Siswa diberikan latihan

relaksasi karena untuk mencapai sukses latihan imagery yang di berikan kepada Siswa,

Siswa harus dalam keadaan rileks. Sesuai yang diungkapkan Hidayat (2011, hlm.

205) menjelaskan bahwa “Untuk memperoleh hasil yang efektif latihan mental imagery,

hal yang harus diperhatikan yaitu latihan imagery harus dilakukan dalam kondisi

rileks”. Maka dari itu latihan rileksasi dapat membantu mempelancar latihan

keterampilan imagery yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja Siswa pada saat

memimpin pertandingan.
Petunjuk praktis melakukan latihan imagery, menurut Syer & Cannolly dalam

Setyobroto (1989, hlm. 144) bahwa: "Mulailah dengan rilaksasi, apabila anda sedang

belajar keterampilan tertentu yang dianggap sulit dan sudah lama anda tekuni, maka

latihan relaksasi dalam waktu yang tepat dan dalam tempo yang singkat akan

memberikan peningkatan dan kemajuan yang pesat”.

Pelaksanaan latihan imagery yaitu: "Duduklah seenak mungkin dan tutuplah mata

anda. Usahakan relaks terlebih dahulu, bernapaslah dalam- dalam beberapa kali,

usahakan membayangkan atau membuat imaginasi satu persatu pengalaman yang

berhubungan dengan panca indra".

Siswa dilatih untuk membuat khayalan-khayalan mental mengenai suatu gerakan

atau keterampilan tertentu, atau mengenai apa yang harus dilakukannya dalam suatu

situasi tertentu (membuat cognitive images). Caranya adalah menyuruh Siswa untuk

melihat, mengamati, memperhatikan, dan membayangkan dengan seksama pola gerak

tertentu, selanjutnya mengingat-ingat kembali gerakan tersebut dalam otak kita.

Meurut Eberspacher (dalam Setyobroto, 1989, hlm. 144) menjelaskan bahwa

“Metode latihan imagery dinamakan juga metode "non-motortainingmethod", atau dalam

bahasa Jerman dinamakan "nichtmotorichestraining".Selanjutnya mengenai pembahasan ini

Harsono (1988, hlm. 259) menjelaskan: "Meskipun kita tidak melakukan gerakan, kita

tetap akan dapat memperkembangkan behavior (perilaku) kita, asalkan kita secara

intensif dan
dengan konsentrasi penuh memikirkan dan mengamati suatu pola gerakan". Hal ini

disebabkan karena ada rangsangan-rangsangan neuromuscular yang berhubungan

dengan otak dalam tubuh kita”. Dengan demikian mental imagery (hayalan mental)

memudahkan orang yang bersangkutan untuk mentransformasikan image tersebut ke

dalam tindakan fisik atau gerakannya. Menurut Cox (2021-261)

menyatakan pelatihan mental imagery bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan psikologis atlet dilakukan 5

sampai 6 kali pertemuan.

Menurut Apruebo (2005, hlm. 259) ada beberapa karakteristik dalam

pelaksanaan latihan rileksasi, yaitu sebagai berikut: “a)Vividness, b)Multisensory,

c) Controlabilty, d)Internal/External Perspective, e) Energizing Concentration Cues and

Triggers to Enhance Recal, f) MasteryRehearsal,g)CopingRehearsal’. Maksud pendapat tersebut,

latihan imageryterdapat beberapa karakteristik, diantaranya:

a. Vividness. Sebuah bayangan yang jelas, dimana bayangan tersebutseakan-akan nyata,

multisensory dan bayangan tersebut dilhat secaradetail.

b. Multisensory. Membayangkan banyaknya peristwa ( misalnya, melihat aksi,mendengarkanmusikataumenciumbau)danmembayangkanlebih

banyak bayangan seolah-olah anda melakukannya dengan nyata. Semakinnyatamembayangansesuatuyangnyatadiciptakansesuaiakal

pikiran,emosi, perasaan,tindakan,semakinbaiktransferkonsepaktual
yangdidapatkanmakasemakinbaikjugahasilyangakandidapatkan.

c. Controlabilty. Membayangkan apa yang akan kamu bayangan. Siswamembayangkan hal-hal yang

menjadi masalah disetiap pertandingan,keterampilaninimembutuhkanwaktuuntukdapatmencapaikesuksesan.

d. Internal/ExternalPerspective.Perspektifnternaladalahmembayangkan suatu peristiwa

yang dilhat dari hasil penglihatan sendir. Perspektif eksternal adalah

membayangkan suatu peristiwa yang dilihat dari rekaman video. Biasanya latihan

persektif internal digunakan untuk memfokuskan Siswa terhadap pertandingan

yang akan dilakukan. Sedangkan persektif eksternal biasanya digunakan untuk

mengoreksi kesalahan dari hasil video.

e. Energizing Concentration Cuesand Triggers to Enhance Recal.

Penggunaaanlatihandenganisyaratemosionalyangdapatmeningkatkan

kualitas,rasa,danefektifitasSiswa.Misalkan,“Jadilahhalusdankuat”

f. MasteryRehearsa.,Ketika melihat dan mendengar peristiwa yang terjadi.

Dengan merasakan energi adrenalin, intesitas dan emosional positifbergerak

melalui pikiran dan badan anda.

Selain itu Harsono (1988, hlm. 260) menjelaskan bahwa: "Seseorang yang

memiliki berbagai mental images biasanya akan lebih siap dalam mengalami berbagai

situasi yang ditemuinya dalam situasi pertandingan, oleh karena situasi-situasi tersebut

kebanyakan sudah berkali-kali dipraktikkan di


dalam imajinasinya". Lebih lanjut Harsono (1988, hlm. 266) menjelaskan: "Mental

images ini dapat dilakukan sambil istirahat sebelum pertandingan dimulai, pada waktu

menunggu giliran lari, lompat, menembak, atau sambil rileks di kereta api atau kapal

terbang dalam perjalanan menuju tempat pertandingan".

5. Tahapan Latihan Imagery.

Dalam melaksanakan latihan imageryada beberapa tahapan yang bisa dilakukan , ada

beberapa tahapan pelaksanaan imagery agar lebih efektif dilakukan. Eberspacher (dalam

Harsono, 1988, hlm. 259) menyarankan urutanlatihannya sebagai berikut:

1. Mula-mula kepada para Siswa diperlihatkan suatu pola gerak, misalnya


suatu pola gerak Siswa ketika sedang memimpin pertandngan. Demontrasi
ini juga dapat diberikan melalui peragaan langsung atau melalui video atau
film. Siswa diminta untuk memperhatikan dan mengamati demontrasi
tersebut dengan seksama dan konsentrasi penuh. Konsentrasi ini penting
sekali karena dengan konsentrasi biasanya akan diperoleh dimensi kognitif
yang kuat.
2. Siswa disuruh untuk mendiskusikan masalah teknik baru yang baru saja
diperlihatkan itu. Mungkin saja dalam diskusi tersebut akan berkembang
tanggapan-tanggapan seperti "gerakan itu terlalu rumit", atau "gerakan itu
hanya merupakan modifikasi dari gerakan yang kita pelajari dulu", atau
"gerakan itu baik dan perlu kita latih".
3. Langkah selanjutnya adalah Siswa disuruh melakukan apa yang disebut interval
mental rehearsal, atau dengan perkataan lain membayangkan dan mengimajinasi
gerakan-gerakan yang didemontrasikan tadi.
4. Kemudian diperlihatkan lagi demontrasi tersebut agar mereka bisa
melengkapi kekurangan-kekurangan yang mungkin ada dalam
imajinasi mereka.
5. Akhirnya mereka disuruh mempraktikan gerakan teknik tersebut.

Mereka akan menyusun mental imagery yang merupakan bagian integral dalam

strategi latihan seorang pelatih. Menurut Harsono (1988, hlm. 260) menjelaskan

bahwa: "Siswa yang memiliki berbagai mental imagesbiasanya akan lebih siap dalam

mengalami berbagai situasi yang ditemuinya dalam situasi pertandingan, oleh karena

situasi-situasi tersebut kebanyakan sudah berkali-kali dipraktikkan di dalam

imajinasinya". Lebih lanjut Harsono (1988) menjelaskan: "Mental images ini dapat

dilakukan sambil istirahat sebelum pertandingan dimulai, atau sambil rileks di

keretaapi atau kapal terbang dalam perjalanan menuju tempat pertandingan".

Menurut (Goald & Weinberg, 1995) secara umum program latihan imajeri mental

dibangun oleh empat tahapan proses, yakni “Tahap pemahaman, pengukuran, latihan imajeri

dasar dan latihan imajeri sebenarnya”. Pada tahap pemahaman siswa atau Siswa belajar

konseptual tentang imajeri mental. Hal ini sangat penting sebab imajeri mental hanya

akan berhasil jika Siswa meyakininya. Karena itu terlebih dahulu mereka harus

memperoleh informasi yang jelas, sehingga mengetahui dan memahami tentang

substansi dan tujua imajeri mental. Berikan pula pemahaman tentang pentingnya

latihan mental baik dalam kaitannya dengan penguasaan keterampilan pengembangan

aspek-aspek psikologis, maupun peningkatan prestasinya


Tahap pengukuran kemampuan imagery mental dimaksud mengukur tingkat

ketajaman dan kemampuan Siswa dalam mengendalikan gambaran yang sesuai.

Biasanya pengukuran tersebutmelalui latihan dasar imajeriatau pengisian kuesioner.

Pengukuran penting dilakukan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan modalitas

sensori setiap Siswa sehingga dapat dirancang program latihan yang sesuai.

Tahap latihan dasar diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan modalitas

siswa atau Siswa yang diidentifikasi sebagai bagian penting dalam penampilan

olahraga (dimensi ketajaman) dan meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan

imagery. Tahap ini ibarat tahap preseason pada program pengkondisian fisik. Tahap

latihan yang sebenarnya berisi latihan imagery mental tentang gerakan yang akan

dipelajari. Untuk memperoleh hasil yang efektif, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan menurut Hidayat (2011, hlm. 205) antara lain:

a. Latihan harus dilakukan dalam kondisi rileks;


b. Latihan harus dilakukan di tempat yang tenang;
c. Gunakan mulri modalitas sensori (visual, auditorial, kinestetik, penciuman,
perabaan, dan pengecap);
d. Upayakan agar menggunakan kombinasi perspektif imajeri mental (internal
dan eksternal), terutama untuk Siswa top;
e. Latihan imajeri mental akan berhasil jika dilakukan secara teratur, metodis,
dan sistematis;
f. Kombinasikan latihan imajeri mental dengan latihan gerak yang
sebenar¬nya;
g. Lakukan pengecekan untuk meyakinkan bahwa Siswa membayangkan
obyek yang sesuai dengan apa yang harus dibayangkan, sebab jika keliru
akan berdampak negatif.

Maka dari itu banyak cara yang dilakukan untuk lebih mengefektifkan
latihan imagery, salah satu cara yang digunakan agar latihan keterampilan imageryberhasil

adalah dengan memperlhatkan video kepada Siswa sebelum dilaksanakannya latihan imagery,

dan video tersebut harus berhubungan dengan materi latihan yang akan diberikan

kepada Siswa.

D. Penelitian Yang Relevan


Beberapa penlitian relevan yang dapat memperkuat penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Hidayat (2004) mengenai “Latihan
keterampilan psikologis dalam belajar keterampilan gerak, Penelitian eksperimen
tentang pengaruh penetapan tujuan dan latihan Imagery Mental terhadap hasil
belajar keterampilan gerak bermain Bulutangkis pada anak usia 10-12 tahun”.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses imajeri mental dari kelompok
subyek yang mendapatkan latihan imajeri mental lebih tinggi secara sangat
signifikan daripada kelompok yang tidak mendapatkan latihan imajeri mental dan
secara keseluruhan semua kelompok eksperimen memiliki hasil belajar yang
lebih tinggi secara signifikan daripada kemlompok kontrol.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanto (2012) mengenai “Identifikasi Kondisi
Psikologis (Mental) Siswa Cabang Olahraga Panahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikologis siswar
cabang olahraga panahan di Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas (1)
Motivasi, (2) Komunikasi, (3) Kerjasama, (4) Adaptasi, (5) Inisiatif, dan (6)
Keyakinan, semuanya masuk dalam kategori Sangat Baik.
3. Penelitian yang di lakukan oleh D. Birrer, G. Morgan (2010) mengenai
“Psychological skills training as a way to enhance an athlete’s performance in
high-intensity sports”. Hasil dari penelitiannya adalah
berkembangnya gairah harmoni, integrasi dalam mengatur kehendak, penggunaan
asosiatif dalam teknik attentional, teknik mengatur rasa sakit, penggunaan
pendekatan kesadaran penerimaan dan fasilitatif interpretasi sensasi kognitif dan
somatik dianggap sebagai cocok untuk memenuhi tuntutan psikologis HIS.
Mereka direkomendasikan untuk aplikasi sistematis oleh siswa dan pelatih .

4. Penelitian yang dilakukan Caroline J. Wakefield dan Dave Smith (2009) yang
berjudul “Impact of Differing Frequencies of PETTLEP Imageryon Netball Shooting
Performance”. Penelitian ini meneliti efek dari perbedaan frekuensi imagery pada
kinerja menembak olahraga netball. Tiga puluh dua peserta perempuan yang
dibagi menjadi empat kelompok: imagerysekali per minggu (1x/wk), imagerydua
kali per minggu (2x/wk), imagery tiga kali per minggu (3x/wk) dan kontrol. Hasilnya
kelompok x ANOVAs tes untuk skor kinerja dan tembakan mencetak terungkap
efek interaksi yang signifikan (p <.01). Tes Tukey menunjukkan bahwa
kelompok 3x/wk imagerypeningkatan kinerja pada kedua langkah, sedangkan 2x/wk,
1x/wk dan kelompok kontrol tidak. Hasil ini mendukung gagasan bahwa imagery
mungkin lebih efektif jika diselesaikan di sedikitnya tiga kali per minggu.

E. Kerangka Berfikir
latihan keterampilan psikologis dalam bentuk latihan imagery dapat meningkatkan
keterampilan psikologis siswa ketika sedang dalam pertandingan, karena dengan
diberikan latihan imagerysecara sistematis dan teratur, dengan demi kian minggu berbeda
materi imageryyang di bayangkannya, sehingga seakan-akan siswa banyak mengalami
peristiwa- peristiwa yang tidak terduga sebelumnya, sehingga siswa dapat melakukan
passing dengan baik dan cepat. Harsono (1989, hlm. 260), bahwa “Siswa
yang memiliki berbagai mental imagery biasanya akan lebih siap dalam mengalami
berbagai situasi yang ditemuinya dalam situasi pertandingan, olehkarena situasi-situasi
tersebut kebanyakan sudah berkali-kali di praktekan dalam imajinasinya”.
Mental imagerydapat memberikan manfaat yang positif bagi seseorang, yaitu
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan dapat mengontrol emosi ketika
mendapatkan tekanan-tekanan dari para pemain, yang selanjutnya akan meningkatkan
keterampilan psikologis siswa pada saat memimpin pertandingan. Manfaat mental imagery
dikemukakan oleh Suryanto (2008 : 21), bahwa:
Mental imagerydapat digunakan dalam berbagai kesempatan, yaitu : 1) untuk
mengembangkan kepercayaan diri atlet, 2) untuk mengembangkan strategi
pre-kompetisi dan kompetisi, 3) membantu siswa memfokuskan perhatian atau
konsentrasinya pada suatu bentuk ketrampilan tertentu yang sedang dilatihnya,
4) membantu atlett memfokuskan diri pada pertandingan.

Menurut Lane (2001: 140) menjelaskan: "Imagerytrainingcanincreaseself-awareness, faciltate skil


acquisiton and mainlenance, build self confidence,controlemotion,relievepain,regulateemotionalstatesbelieved
to be asociated with performance, and enhance preparation strategies".Maksudnya latihan
imagerydapat meningkatkan kesadaran diri, mengendalikan emosi. mengurangi rasa
sakit, mengatur keadaan emosi yang berhubungan dengan penampilan, dan
meningkatkan strategi dalam persiapan. Maka diduga imagerysangat dibutuhkan yang akan
berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan psikologis siswa ektrakulikuler pada
saat pertandingan futsal.

F. Hipotesis
. Berdasarkan hasil kerangka berfikir diatas maka didapat hipotesis bahwa
:”Penerapan metode latihan keterampilan psikologis berupa latihan
imagerymemberi pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan dasar
futsal pada siswa ektrakulikuler futsal di smp’it alamy dalam melaksanakan
pertandingan futsal”.

Anda mungkin juga menyukai