Xe - Azhar Naufal Afandi - T5
Xe - Azhar Naufal Afandi - T5
“Ayolah, Nda,” kata Karlina sambil meraih lengan Kiri Manda. Dipegangnya lengan sahabatnya itu.
Manda mengusap kepalanya perlahan. “Mereka memang ada di sini, Lin,” tandasnya kemudian.
“Mereka?”
“Mereka itu siapa?” desak Karlina yang memang sudah lama penasaran dengan desas-desus cerita horor
yang kerap terjadi di dalam lingkup bioskop. Apalagi yang dialaminya sendiri akhir-akhir ini.
“Kenapa?”
“Aku takut mereka mendengar aku bercerita, dan aku jadi celaka,” terang Manda. “Aku gak mau itu
sampai terjadi sama aku sendiri,” lanjutnya sambil menggeleng-geleng pelan.
"Mmm... aku sudah bekerja tiga bulan di sini,kenapa aku baru tahu ada hal semacam itu?"
"Entahlah," sahut Manda dengan cepat sambil mengangkat sedikit kedua bahunya. "Memang sudah
turun-temurun mitosnya seperti itu," terangnya.
"Mitos?"
"Dulu, waktu aku baru bekerja di sini, aku pun begitu, Lin. Ya, aku sama sepertimu, banyak
pertanyaan yang muncul dalam benakku, tapi gak ada orang yang mau cerita sama aku tentang kejadian-
kejadian aneh yang terjadi di sini," tutur Manda, lalu berhenti sejenak. "Sampai akhirnya, Bang Ramlan
yang menceritakan tentang kejadian yang sudah lama sekali terjadi di sini," sambungnya.
"Bang Ramlan security itu?" tanya Karlina memastikan.
“Iya,” jawab Manda. “Mungkin karena dia kasihan sama aku yang sering sekali ketakutan, makanya dia
ceritakan semuanya, Lin. Tapi...”
“Tapi dia menceritakannya gak di sini, di luar area bioskop ini,” jawab Manda. Dia ingat betul kejadian
waktu itu
“Seperti yang aku bilang tadi, kalau gak mau celaka, jangan menceritakan cerita itu di sini,” jelas
Manda.
Sementara itu, bioskop saat ini agak lengang. Memang, sekarang jam tayang di hampir semua teater
belum lama baru dimulai. Jadilah para pengunjung berada di dalam teater, sedangkan di luar hanya ada
beberapa pengunjung yang baru datang, dan ada pula yang sedang menunggu jam tayang film berikutnya
sambil bersantai di bangku panjang.
“Aku yakin, cerita yang gak boleh diceritakan di sini pastilah sangat mengerikan,” ucap Karlina
kemudian.
“Jadi kapan kamu mau menceritakannya sama aku, Nda?” tanya Karlina yang memang sangat
penasaran.
“Kalau aku ceritakan, apa kamu masih mau bekerja di sini?” Manda malah balik bertanya.
Manda.“Janji?”
Manda mengangguk.
“Apa semua teman-teman kita tahu hal ini, Nda?” tanya Karlina lagi. Sebab, baginya aneh sekali jikalau
teman-temannya tahu tapi tampak tenang dan santai satai saja bekerja di bioskop ini.
"Hah...? Maksudmu...?"
"Ah sudahlah, Lin," kata Manda dengan cepat. "Sudah, jangan dipikirkan, santai saja." Dia tertawa pelan
lagi.
"Maksudku begini, mungkin teman-teman sudah berpikir biarlah kita dan mereka itu masing-masing
saja, gak saling menganggu. Begitu, Lin," jelas Manda.
"Jahil bagaimana?"
"Sudah dua kali aku melihat penampakan hantu bocah laki-laki itu, dan dia tersenyum sama aku," ujar
Karlina.
Karlina tidak mengerti kenapa Manda tampak tenang saja mendengar dia bertutur tentang hantu itu.
"Kalau jahil kamu disentil, Lin," kata Manda lagi, kemudian dia terkekeh.
"Haduhhh... jangan sampai deh aku disentil begitu," ucap Karlina sambil bergidik ngeri.
"Pokoknya, kamu harus tenang. Mereka memang ada, kita hanya perlu gak usah mengusik mereka,"
ucap Manda dengan wajah serius.
Kini, Karlina semakin tak sabar. Ingin rasanya jam pulang segera berdentang. Ya, dia ingin menagih janji Manda
untuk menceritakan kisah yang tidak boleh diceritakan di bioskop ini.
Halaman 19-24