3.1 Materi 3.1.1 Alat a. Penlight b. Stethoscope c. Thermometer 3.1.2 Bahan a. Handscoon b. Sapi c. Tali 3.2 Metode Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu metode learning dan praktek lapangan (inspeksi, palpasi, aukskultasi dan perkusi). Dokter dan asisten menjelaskan mengenai materi yang didasarkan pada rekam medik, cara pemeriksaan klinis, cara mendiagnosa, metode penentuan umur dan bobot badan (body condition score), dan pengambilan darah pada sapi. Selain menjelaskan terkait teori, asisten juga memberi contoh langsung terkait tata cara melakukan uji pemeriksaan fisik pada sapi seperti uji alu, uji gumba dan uji tinju serta titik orientasinya masing-masing. a. Inspeksi Inspeksi adalah teknik pemeriksaan klinis dengan peninjauan atau pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat dari jarak pandang secukupnya sebelum hewan diperiksa lebih lanjut. b. Palpasi Palpasi adalah teknik pemeriksaan perabaan pada permukaan luar ragawi yang dapat dilakukan dengan cara perabaan menggunakan tangan. Dapat diperiksa bagian-bagian pulsus, limfonodus, pertulangan dada, pertulangan kaki dan daerah lainnya. c. Auskultasi Auskultasi adalah teknik pemeriksaan klinis dengan mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh kerja organ baik pada saat fungsional maupun pada kasus-kasus tertentu, biasanya menggunakan alat bantu stethoscope. d. Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan klinis dengan cara mengetuk, memukul dengan menggunakan kepalan tangan atau bantuan alat yang diletakkan pada bidang datar di daerah yang dipenuhi udara pada bagian bawahnya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Pemeriksaan Data Fisiologis
Gambar 10. Pemeriksaan data fisiologis
4.1.2 Penentuan Umur
Gambar 11. Penentuan umur
4.1.3 Pemeriksaan Uji
Gambar 12. Pemeriksaan uji
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pemeriksaan Data Fisiologis Pada praktikum kali ini dijelaskan mengenai data fisiologis normal pada sapi. Data- data fisiologis ini meliputi umur, suhu normal, frekuensi pernapasan dan juga frekuensi pulsus. Normalnya, sapi memiliki rataan suhu berkisar antara 37-39,5 oC dengan frekuensi napas 15-35 kali per menit dengan metode pengukuran menghitung naik turunnya flank pada sapi atau dengan merasakan aliran udara pada bagian depan lubang hidung sapi, dan frekuensi pulsus normal sapi berkisar antara 40-70 kali per menit dengan melakukan perhitungan pada bagian vena femoralis atau pada vena coccygeal. 4.2.2 Penentuan Umur Pada praktikum kali ini dijelaskan mengenai penentuan umur pada sapi. Penentuan umur ini meliputi metode teething, penghitungan lingkaran pada tanduk sapi dan pengamatan pada tali pusar pedet. Indikator yang perlu diperhatikan saat melakukan teething ialah mengamati banyaknya jumlah gigi permanen dan gigi susu pada gigi incisor mandibula sapi. Semakin banyak gigi permanen sapi, maka menandakan semakin berumur sapi tersebut. Pada metode penghitungan lingkar tanduk perlu diamati seberapa banyak lingkaran yang bisa ditemui pada pangkal tanduk, metode ini hanya bisa digunakan pada kondisi sapi pasca melahirkan atau pada sapi yang telah berumur. Sedangkan pada metode pengamatan pusar hal yang perlu diperhatikan ialah bagaimana kondisi kelembapan pada tali pusar pedet. Semakin kering tali pusarnya, maka semakin berumur juga pedet tersebut. 4.2.3 Pemeriksaan Uji Pada praktikum kali ini dijelaskan 3 uji yang seringkali diujikan pada sapi. Uji-uji ini meliputi uji alu, uji gumba, dan uji tinju. Uji alu merupakan uji yang dilakukan dengan menggunakan bilah bambu yang diletakkan pada processus xiphoideus sapi kemudian bambu tersebut diangkat oleh 2 orang dan sapi diletakkan kembali. Indikasi dilakukannya uji ini ialah untuk melihat apakah ada kelainan pada rongga thorax maupun rongga abdomen sapi. Uji gumba merupakan uji yang dilakukan dengan menarik kulit pada bagian gumba sapi. Indikator yang dilihat pada uji ini ialah apakah sapi merespon sakit atau tidak ketika kulit gumba tersebut ditarik. Uji tinju dilakukan dengan “meninju” pada bagian flank sapi ke arah cranial. Indikasi dari uji ini ialah untuk melihat gerakan rumen dari sapi.