Berbagai kasus yang kita hadapi sehari-hari sering kali mempunyai bentuk abstraksi berupa
sebuah barisan bilangan. Sebagai contoh: kasus perkembangan nilai deposito, kasus per-
kembangan nilai asuransi, dsb. Sebuah barisan bilangan sering direpresentasikan dengan me-
nuliskan suku umumnya yang berupa sebuah fungsi numerik diskrit atau dengan meng-
gunakan sebuah relasi rekurensi. Pemecahan kasus yang kita hadapi diatas sering kali secara
abstraksi identik dengan mendapatkan fungsi numerik dari sebuah barisan bilangan yang
merupakan bentuk abstraksinya atau memecahkan relasi rekurensi yang merupakan sebuah
representasi dari bentuk abstraksi dari kasus tersebut. Oleh karena itu, dalam modul ini
didiskusikan tentang fungsi numerik diskrit beserta manipulasinya dan relasi rekurensi beserta
metode pemecahannya.
Marilah kita mulai pembahasan disini dengan mengkaji sebuah struktur bilangan sederhana,
yaitu : barisan bilangan.
Misalkan t n adalah bilangan real untuk setiap bilangan natural n, bentuk berikut
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-1)
menyatakan sebuah barisan takhingga bilangan.
Secara jelas dapat kita lihat bahwa sebuah barisan bilangan merupakan sebuah fungsi dengan
daerah asal himpunan bilangan natural dan daerah kawan himpunan bilangan real. Kita
menyebut t n sebagai suku ke-n (suku umum) barisan (4-1). Beberapa barisan suku
umumnya (sebagai fungsi dari posisi urutan dalam barisan) mempunyai aturan fungsi yang
mudah dirumuskan, tetapi ada barisan yang suku umumnya tidak mudah dirumuskan.
Beberapa barisan suku umumnya mempunyai hubungan yang teratur dengan beberapa suku
didepannya.
1, 2, 2 2 , …, 2 n , …
yaitu barisan bilangan bulat tak negatif perpangkatan dari 2.
b. Jika diberikan: t 0 5 , q = 3, maka diperoleh sebuah barisan 5, 3x5, 3 2 x5, …, 3 n x5, …
Ini adalah barisan untuk masalah counting yang menanyakan jumlah submultiset dari
multiset yang memuat n+1 obyek dan mempunyai bilangan berulang (repetition numbers)
4, 2, 2, 2, …, 2
Definisi-4.3. Jumlahan parsial (partial sums) dari suatu barisan adalah jumlahan dari n
suku pertama sebuah barisan.
Disini, jumlahan parsial dari barisan (4-1) membentuk sebuah barisan baru, s0 , s1 , s2 ,..., sn ,...
dengan suku umum s n .
Contoh-4.5. Tentukan t n , yaitu banyaknya daerah yang diciptakan oleh n lingkaran yang
saling tumpang tindih (overlapping) pada bidang datar.
Pemecahan.
Tanpa lingkaran bidang datar merupakan sebuah daerah.
Sebuah lingkaran pada bidang membagi bidang datar menjadi 2 daerah,
Dua lingkaran yang saling tumpang tindih membagi bidang datar menjadi 4 daerah,
Tiga lingkaran yang saling tumpang tindih membagi bidang datar menjadi 8 daerah
Dst.
Sehingga barisan tersebut adalah 1, 2, 4, 8,…, 2 n , ….
Jadi t n 2 n .
Kita gunakan huruf kecil yang tebal, seperti: a, b, c, …, untuk menyatakan sebuah fungsi
numerik. Untuk sebuah fungsi numerik t, kita gunakan t 0 , t1 , t 2 , ... , t n , … untuk
menyata-kan nilai fungsi di titik 0, 1, 2, …, n, …, dan kita dapat spesifikasi sebuah fungsi
numerik dengan mendaftar nilainya sebagai berikut
t = ( t 0 , t1 , t 2 , ... , t n , …) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-6)
Dalam praktek kita perlu mengggunakan sebuah representasi yang tidak terlalu panjang, yaitu
dengan menuliskan rumus fungsi secara umum yang menentukan nilai fungsi sebagai berikut
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-7)
b) .
c)
d)
Contoh-4.7. Misalkan kita mendepositokan uang sebesar Rp. 1 juta dalam sebuah buku
tabungan dengan bunga majemuk 7% per tahun. Pada akhir tahun pertama, total jumlah
uang tabungan Rp. 1.07 juta; pada akhir tahun kedua, total jumlah uang tabungan adalah
Rp. 1.1449 juta; pada akhir tahun ketiga, total jumlah uang tabungan adalah Rp. 1.2250 juta;
dst. Jumlah uang tabungan pada setiap akhir tahun dapat dinyatakan dengan sebuah fungsi
numerik a, yang dapat dispesifikasi sebagai
atau
.
Definsi-4.5. Jumlah (sums) dari dua fungsi numerik adalah sebuah fungsi numerik yang
mempunyai nilai di n sama dengan jumlah nilai dari dua fungsi numerik tersebut di n.
Definisi-4.6. Perkalian (product) dari dua fungsi numerik adalah sebuah fungsi numerik
yang mempunyai nilai di n sama dengan perkalian nilai dari dua fungsi numerik tersebut di n
dan .
Misalkan c adalah jumlah dari dua fungsi a dan b yang kita nyatakan dengan a + b, maka
Misalkan d adalah perkalian dari dua fungsi a dan b yang kita nyatakan dengan ab, maka
Misalkan a sebuah fungsi numerik dan sebuah bilangan real. Kita gunakan untuk
menyatakan sebuah fungsi numerik yang mempunyai nilai di n sama dengan kali .
Fungsi numerik disebut sebuah versi terskala (scaled version) dari a dengan faktor
skala .
Misalkan a sebuah fungsi numerik. Kita gunakan untuk menyatakan sebuah fungsi
numerik yang mempunyai nilai di n sama dengan jika tak negatif dan sama dengan
- jika negatif.
Maka:
dengan
Misalkan a sebuah fungsi numerik dan i sebuah bilangan bulat positif. Kita gunakan
untuk menyatakan sebuah fungsi numerik sedemikian hingga nilainya di n adalah 0 untuk
n = 0, 1, 2, …, i-1 dan sama dengan untuk .
Misalkan a sebuah fungsi numerik dan i sebuah bilangan bulat positif. Kita gunakan
untuk menyatakan sebuah fungsi numerik sedemikian hingga nilainya di n adalah
untuk .
Definisi-4.7. Jumlah terakumulasi dari sebuah fungsi numerik a adalah sebuah fungsi
numerik yang mempunyai nilai di n sama dengan
Contoh-4.13. Misalkan a = ( 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …)
Maka jumlah terakumukasi dari a adalah sebuah fungsi numerik
(1, 1+2, 1+2+3, 1+2+3+4, 1+2+3+4+5, …) = (1, 3, 6, 10, 15, …)
Definisi-4.8. Beda maju (forward difference) dari sebuah fungsi numerik a adalah sebuah
fungsi numerik yang dinyatakan dengan dan mempunyai nilai di n sama dengan
Definisi-4.9. Beda mundur (backward difference) dari sebuah fungsi numerik a adalah
sebuah fungsi numerik yang dinyatakan dengan dan mempunyai nilai di 0 dan sama
dengan di
Definisi-4.10. Misalkan a dan b adalah dua fungsi numerik. Konvolusi (convolution) dari
a dan b, dinyatakan dengan , adalah sebuah fungsi numerik c sehingga
Latihan-4.1
a) Tentukan dan .
b) Tentukan dan
nilai fungsi numerik tetap untuk kenaikan nilai n. Untuk fungsi numerik
nilai fungsi numerik naik untuk kenaikan nilai n dan nilainya berbanding lurus dengan
sementara untuk fungsi numerik
nilai fungsi numerik naik untuk kenaikan nilai n dan nilainya berbanding lurus dengan
Akhirnya untuk fungsi numerik
nilai fungsi numerik turun untuk kenaikan nilai n dan nilainya berbanding lurus dengan
dan mendekati 0 sebagai nilai batas.
Dalam banyak pengecualian, kita tertarik untuk membandingkan sifat asimtotik dari
dua fungsi numerik. Untuk yang terakhir ini, kita kenalkan istilah dominan asimtotik
(asymptotic dominance). Misalkan a dan b dua fungsi numerik. Kita katakan bahwa a
secara asimtotik mendominasi (asymptotically dominates) b, atau b secara asimtotik di-
dominasi (asymptotically dominated) oleh a, jika terdapat bilangan konstan positif k dan m
sehingga berlaku
Dengan kata lain, b secara asimtotik tidak mendominasi a, karena untuk sembarang pemilihan
nilai dari k dan m, terdapat sehingga dan .
Definisi-4.10. Big-oh.
Untuk sebuah fungsi numerik a, big-oh (order) dari a ialah himpunan semua fungsi numerik
yang secara asimtotik didominasi oleh a dan dilambangkan dengan O(a) .
Jadi jika b secara asimtotik didominasi oleh a, maka b adalah dalam himpunan O(a), dan
sering dikatakan secara singkat sebagai b adalah O(a).
Kita catat bahwa relasi yang dinyatakan diatas dalam kasus dominan asimtotik dapat
juga dinyatakan ulang dalam kasus notasi “0 besar” (big-oh) sebagai berikut
Misalkan A dan B dua himpunan fungsi numerik. Kita gunakan notasi berikut untuk
menyatakan himpunan fungsi numerik
Kita nyatakan hasil berikut dan menyerahkan pembuktiannya kepada para pembaca
1. Jika b adalah O(a), maka O(b) adalah sebuah himpunan bagian dari O(a).
Akibatnya, jika b adalah O(a) dan a adalah O(b), maka himpunan O(a) = O(b).
2. Untuk sembarang a, O(a) + O(a) = O(a).
3. Jika b O(a), maka O(a) + O(b) = O(a).
4. Untuk sembarang konstanta , O(a) = O( a) = O(a).
5. Untuk sembarang a dan b, O(a)O(b) = O(ab).
untuk mengartikan
Dalam bagian ini kita perkenalkan sebuah bentuk representasi yang lain dari fungsi numerik.
z2
Contoh-4.23. Tentukan fungsi numerik yang mempunyai fungsi pembangkit A( z )
1 z
Pemecahan.
Fungsi pembangkit dapat ditulis sebagai berikut
z2 1
A( z ) = 1 z = (1 z) (1 z z 2 z 3 ...)
1 z 1 z
= 0 z 0 0 z 1 1z 2 1z 3 ...
Jadi fungsi numerik tersebut adalah a = (0, 0, 1, 1, 1, …).
= +
= A(z) + B(z).
C(z) = = .
Jika , maka
Definisi-4.13. Barisan (4-9) dikatakan memenuhi sebuah relasi rekurensi linier orde k, jika
terdapat besaran a1 , a2 , a3 ,..., ak , dengan a k 0, dan sebuah besaran bn (setiap besaran
a1 , a2 , a3 ,..., ak , bn mungkin bergantung pada n) sehingga
Definisi-4.14. Sebuah relasi rekurensi linier dengan koefisien konstan orde k ialah relasi
(4-10) dengan semua koefisien a1 , a2 , a3 ,..., ak , berupa konstanta.
Sebuah relasi rekurensi linier dengan koefisien konstan mempunyai bentuk umum sebagai
berikut
a0 t n a1t n1 a2 t n2 ... ak t nk = f (n) . . . . . . . . . . . . . . . . (4-11)
dengan a 0 , a1 , a 2 , … , a k konstanta dan f (n) sebuah fungsi n.
Relasi rekurensi (4-11) dikatakan homogen jika f (n) 0 (atau kombinasi linier dari
t i sama dengan nol), dan dikatakan tak homogen jika f (n) 0 (atau kombinasi linier dari
t i tidak sama dengan nol).
Sebuah solusi (pemecahan) dari rekurensi (4-11) ialah sebuah fungsi t n yang
memenuhi relasi rekurensi itu. Solusi dari sebuah relasi rekurensi homogen disebut solusi
homogen dan dinyatakankan dengan t nh , sedangkan solusi dari sebuah relasi rekurensi tak
homogen (persamaan lengkap) disebut solusi partikulir dan dinyatakan dengan t np .
dengan t i adalah nilai-nilai yang kita cari. Solusi dari relasi rekurensi (4-12) adalah sebuah
fungsi numerik t n yang memenuhi relasi rekurensi tersebut.
Teorema-4.1. Jika t n dan t n* adalah solusi dari relasi rekurensi (4-12) maka kombinasi
linier dari kedua solusi itu juga merupakan solusi dari rekurensi (4-12).
Bukti.
Misalkan t n dan t n* adalah solusi dari relasi rekurensi (4-12) maka dua persama-an berikut
benar
a0 t n a1t n1 ... ak t nk 0 dan a0 t n* a1t n*1 ... ak t n*k 0
c1[a0 t n a1t n1 ... ak t nk ] 0 dan c2 [a0 t n* a1t n*1 ... ak t n*k ] 0
c1[a0 t n a1t n1 ... ak t nk ] c2 [a0 t n* a1t n*1 ... ak t n*k ] 0
atau
Untuk mendapatkan solusi dari rekurensi (4-12), kita misalkan solusinya berbentuk
t n x n , dengan x sebuah konstanta yang belum diketahui dan akan dicari nilainya. Jika
solusi ini disubstitusikan ke rekurensi (4-12) maka diperoleh
Persamaan ini dipenuhi: (i) jika x = 0 (atau t n 0 ) dan disebut sebuah solusi trivial dan tak
diminati (karena kurang bermanfaat), atau (ii) jika
a0 x k a1 x k 1 a2 x k 2 ... ak 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-13)
Persamaan (4-13) adalah sebuah polinomial derajat k dalam x dan disebut persamaan
karakteristik dari relasi rekurensi (4-12) diatas.
Ada beberapa pemecahan relasi rekurensi (4-12) yang mungkin, sesuai dengan jenis
akar persamaan karakteristik (4-13), yaitu:
1 1
dan pemecahannya adalah c1 dan c 2 .
5 5
1
t n [ 4 n (1) n ].
5
Disini untuk n = 2:
1 1
t 2 = [ 4 2 (1) 2 ] = [16 1] = 3 dan disubstitusikan ke relasi rekurensi diperoleh
5 5
t 2 3.t1 4.t 0 = 3 – 3.1 – 4.0 = 3 – 3 – 0 = 0 (memenuhi rekurensi)
tn
5 2 2
n n
Contoh-4.32. Tunjukkan bahwa: t n 2 2 sin
merupakan solusi dari rekurensi berikut
4
t n 2.t n1 2.t n2 ; n 2 dengan t 0 0 dan t1 1.
Pemecahan.
Rekurensi diatas dapat kita tuliskan sebagai berikut
t n 2.t n1 2.t n2 0 ; n2
Substitusi t n x n , diperoleh persamaan karakteristiknya adalah x 2 2 x 2 0 dengan akar-
akar karakteristik:
r1 1 i dan r2 1 i .
h( x) x[ x nk . p( x)]1
= a0 nx n a1 (n 1) x n1 a2 (n 2) x n2 ... ak (n k ) x nk
Ini berarti t n nr n juga merupakan solusi dari relasi rekurensi (4-12), dan solusi umumnya
berbentuk
k 2
t n ci .ri ck 1 .r n ck .n.r n
n
i 1
Jika m adalah kerangkapan (multiplicity) dari akar karakteristik r dari (4-13), maka:
t n r n ; t n nr n ; t n n 2 r n ; … ; t n n m1r n
semuanya merupakan solusi yang mungkin dari relasi rekurensi (4-12), dan solusi umumnya
berbentuk
k m m
t n ci .ri ck mi .n i 1 .r n
n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-15)
i 1 i 1
Teorema-4.2. Jika t nh adalah solusi homogen dan t np adalah solusi partikulir dari
rekurensi (4-16) maka t th
n
p
n juga merupakan solusi dari rekurensi (4-16) tersebut.
Bukti.
Misal t nh adalah solusi homogen dan t np adalah solusi partikulir dari rekurensi (4-16) maka:
Solusi rekurensi linier tak homogen dinamakan solusi total, t ntot , yang merupakan jumlah
solusi homogen, t nh , dan solusi partikulir, t np . Jadi kita menuliskan solusi total sebagai
berikut
t ntot t nh t np . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-17)
Solusi homogen dapat diperoleh dengan cara sebagaimana dibahas pada subbab sebelumnya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan berikut kita memfokuskan pada kajian solusi partikulir
saja.
+
Dari kesamaan polinomial derajat r dalam n ini diperoleh sebuah persamaan linier serentak
dalam . Jadi nilai dapat dicari.
Contoh-4.34. Dapatkan solusi umum (solusi total) untuk rekurensi berikut ini
Pemecahan.
Substitusi kedalam relasi rekurensi, diperoleh persamaan karakteristik x – 4 = 0
dengan akar karakteristik r = 4. Jadi solusi homogen dari relasi rekurensi adalah
Substitusi kedalam relasi rekurensi diperoleh
(ii) Jika
Persamaan (4-16) dapat ditulis sebagai berikut
. . . . . . . . . . . . (4-19)
Dengan mengeliminasi faktor dari kedua ruas persamaan ini, diperoleh sebuah kesamaan
polinomial derajat r dalam n. Selanjutnya, dari kesamaan polinomial ini diperoleh sebuah
persamaan linier serentak dalam . Jadi nilai dapat dicari.
. . . . . . . . . . . . . . . (4-20)
Jadi nilai konstanta P dapat dicari dan solusi partikulir dari relasi rekurensi diketahui.
Cara alternatif
Kedua ruas persamaan (4-20) digandakan dengan b diperoleh
a0 bt n a1bt n1 a2 bt n2 ... ak bt nk b n 1 … . . . . . . . . . . . . . . (4-21)
Substitusi n oleh n + 1 pada persamaan (4-21) diperoleh
a0 t n1 a1t n a2 t n1 ... ak t nk 1 b b1 … . . . . . . . . . . . . . . . .(4-22)
Dengan melakukan pengurangan (4-22)-(4-21) diperoleh sebuah rekurensi homogen
a0 t n1 (a1 a0 b)t n (a2 a1b)t n1 ... ak bt nk 0 . . . . . . . . . . . . . . (4-23)
P) =
atau P .
(ii) Kedua ruas dari relasi rekurensi digandakan dengan 3 diperoleh 3t n 6t n1 3n1 .
Pemecahan.
Substitusi pada relasi rekurensi homogen diperoleh persamaan karakteristik
dengan sebuah akar karakteristik r = 4. Jadi solusi homogen
(iii) Jika
Solusi partikulir berbentuk
P=3
Sehingga solusi partikulirnya adalah
Jadi solusi umum dari relasi rekurensi diatas adalah
Karena , diperoleh . Akibatnya nilai c = 2.
Jadi solusi khususnya adalah
Metode ini mempunyai tahapan sebagai berikut: (i) relasi rekurensi di dekomposisi kedalam
struktur fungsi pembangkit dengan mengalikan kedua ruasnya dengan dan menjumlahkan
nya untuk semua n; (ii) fungsi pembangkit dinyatakan secara eksplisit; (iii) fungsi
pembangkit dinyatakan dalam fungsi numerik yang bersesuaian.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-26)
Karena:
Suku-suku di ruas kiri kita nyatakan dalam unsur fungsi pembangkit, diperoleh
Latihan-4.4
DAFTAR PUSTAKA
6. ROSS, S., “A First Course in Probability”, McMillan Publishing Co., Inc., 1976.