Anda di halaman 1dari 29

MODUL 04

FUNGSI NUMERIK DAN RELASI REKURENSI

Berbagai kasus yang kita hadapi sehari-hari sering kali mempunyai bentuk abstraksi berupa
sebuah barisan bilangan. Sebagai contoh: kasus perkembangan nilai deposito, kasus per-
kembangan nilai asuransi, dsb. Sebuah barisan bilangan sering direpresentasikan dengan me-
nuliskan suku umumnya yang berupa sebuah fungsi numerik diskrit atau dengan meng-
gunakan sebuah relasi rekurensi. Pemecahan kasus yang kita hadapi diatas sering kali secara
abstraksi identik dengan mendapatkan fungsi numerik dari sebuah barisan bilangan yang
merupakan bentuk abstraksinya atau memecahkan relasi rekurensi yang merupakan sebuah
representasi dari bentuk abstraksi dari kasus tersebut. Oleh karena itu, dalam modul ini
didiskusikan tentang fungsi numerik diskrit beserta manipulasinya dan relasi rekurensi beserta
metode pemecahannya.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini dengan baik, mahasiswa memahami secara baik dan be-
nar tentang relasi rekurensi dari sebuah barisan bilangan dan terampil mendapatkan fungsi
numerik sebuah barisan sebagai pemecahan dari rekurensi barisan bilangan.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pembelajaran ini dengan baik, maka:
1. mahasiswa memahami secara baik dan benar tentang konsep barisan bilangan.
2. mahasiswa memahami secara baik dan benar tentang konsep fungsi numerik diskrit dan
terampil melakukan manipulasi fungsi numerik diskrit.
3. mahasiswa memahami secara baik dan benar tentang konsep fungsi pembangkit dan
terampil untuk mendapatkan fungsi pembangkit dari sebuah fungsi numerik diskrit.
4. mahasiswa memahami secara baik dan benar tentang konsep relasi rekurensi dan terampil
mendapatkan pemecahan dari sebuah relasi rekurensi.

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 1


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

4.1 BARISAN BILANGAN, FUNGSI NUMERIK DAN MANIPULASI

Marilah kita mulai pembahasan disini dengan mengkaji sebuah struktur bilangan sederhana,
yaitu : barisan bilangan.

4.1.1 Barisan Bilangan

Misalkan t n adalah bilangan real untuk setiap bilangan natural n, bentuk berikut

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-1)
menyatakan sebuah barisan takhingga bilangan.

Secara jelas dapat kita lihat bahwa sebuah barisan bilangan merupakan sebuah fungsi dengan
daerah asal himpunan bilangan natural dan daerah kawan himpunan bilangan real. Kita
menyebut t n sebagai suku ke-n (suku umum) barisan (4-1). Beberapa barisan suku
umumnya (sebagai fungsi dari posisi urutan dalam barisan) mempunyai aturan fungsi yang
mudah dirumuskan, tetapi ada barisan yang suku umumnya tidak mudah dirumuskan.
Beberapa barisan suku umumnya mempunyai hubungan yang teratur dengan beberapa suku
didepannya.

Contoh-4.1. Beberapa contoh barisan bilangan.


a. Diberikan sebuah barisan: 1, 4, 9, 16, 25, ….. = (0  1) 2 , (1  1) 2 , (2  1) 2 ,..., (n  1) 2 ,.....
Suku umum barisan ini merupakan fungsi dari posisi urutan, yaitu: t n  (n  1) 2 .
b. Barisan Fibonacci derajat dua
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, ….. = 1, 1, 1+1, 1+2, 2+3, 3+5, 5+8, …..
Barisan ini mempunyai suku umum barisan yang berhubungan dengan tepat dua suku di-
depannya, yaitu: .

Definisi-4.1. Barisan Aritmatika,


Ialah sebuah barisan dimana setiap suku dalam barisan adalah sebuah konstanta q lebih
dari (atau kurang dari) suku tepat didepannya. Barisan aritmatika ditulis sebagai berikut
. . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-2)

Di barisan ini terdapat aturan


t n  t n1  q ; (n  1) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-3)

dan suku umumnya adalah t n  t 0  nq ; (n  0)

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 2


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Contoh-4.2. Berikut beberapa contoh barisan aritmatika:


a. Jika pada persamaan (4-2) diberikan: t 0  1 , q = 2, maka diperoleh sebuah barisan arit-
matika 1, 3, 5, …, 1+2n, … , yaitu sebuah barisan bilangan bulat positif ganjil.
b. Jika diberikan: t 0  0 , q = 1, maka diperoleh sebuah barisan aritmatika 0, 1, 2, …, n, …
yaitu sebuah barisan bilangan bulat tak negatif.
c. Jika diberikan: t 0  4 , q = 0, maka diperoleh sebuah barisan 4, 4, 4, …, 4, …
Ini adalah barisan konstanta dengan masing-masing suku sama dengan 4.

Definisi-4.2. Barisan Geometrika.


Ialah sebuah barisan dimana setiap suku dalam barisan adalah sebuah perkalian konstan q
dari suku tepat didepannya. Barisan geometrika ditulis sebagai berikut
. . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-4)

Di barisan ini terdapat aturan


t n  qt n1 ; (n  1) , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-5)

dan suku umumnya adalah t n  t 0 .q n ; (n  0)

Contoh-4.3. Beberapa contoh barisan geometrika:.


a. Jika pada pers. (4-4) diberikan: t 0  1 , q = 2, maka diperoleh sebuah barisan geometrika

1, 2, 2 2 , …, 2 n , …
yaitu barisan bilangan bulat tak negatif perpangkatan dari 2.
b. Jika diberikan: t 0  5 , q = 3, maka diperoleh sebuah barisan 5, 3x5, 3 2 x5, …, 3 n x5, …
Ini adalah barisan untuk masalah counting yang menanyakan jumlah submultiset dari
multiset yang memuat n+1 obyek dan mempunyai bilangan berulang (repetition numbers)
4, 2, 2, 2, …, 2

Definisi-4.3. Jumlahan parsial (partial sums) dari suatu barisan adalah jumlahan dari n
suku pertama sebuah barisan.

Jumlahan parsial untuk barisan (4-1) berbentuk sebagai berikut


s0  t 0
s1  t 0  t1
s 2  t 0  t1  t 2
.......................
n
s n  t 0  t1  t 2  ...  t n   t k
k 0
..........................

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 3


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Disini, jumlahan parsial dari barisan (4-1) membentuk sebuah barisan baru, s0 , s1 , s2 ,..., sn ,...
dengan suku umum s n .

Contoh-4.4. Beberapa contoh jumlahan parsial barisan.


a. Jumlahan parsial untuk barisan aritmatika (4-2) adalah
n
qn(n  1)
s n   (t 0  kq)  (n  1)t 0 
k 0 2
b. Jumlahan parsial untuk barisan geometrika (4-4) adalah
 q n 1  1
n
 t , (q  1)
sn   q k t0   q  1 0
k 0 (n  1)t , (q  1)
 0

Contoh-4.5. Tentukan t n , yaitu banyaknya daerah yang diciptakan oleh n lingkaran yang
saling tumpang tindih (overlapping) pada bidang datar.
Pemecahan.
Tanpa lingkaran bidang datar merupakan sebuah daerah.
Sebuah lingkaran pada bidang membagi bidang datar menjadi 2 daerah,
Dua lingkaran yang saling tumpang tindih membagi bidang datar menjadi 4 daerah,
Tiga lingkaran yang saling tumpang tindih membagi bidang datar menjadi 8 daerah
Dst.
Sehingga barisan tersebut adalah 1, 2, 4, 8,…, 2 n , ….
Jadi t n  2 n .

4.1.2 Fungsi Numerik

Definisi-4.4. Fungsi Numerik


Ialah sebuah fungsi yang mempunyai daerah asal (domain) himpunan bilangan natural dan
daerah hasil (range) himpunan bilangan real.

Kita gunakan huruf kecil yang tebal, seperti: a, b, c, …, untuk menyatakan sebuah fungsi
numerik. Untuk sebuah fungsi numerik t, kita gunakan t 0 , t1 , t 2 , ... , t n , … untuk
menyata-kan nilai fungsi di titik 0, 1, 2, …, n, …, dan kita dapat spesifikasi sebuah fungsi
numerik dengan mendaftar nilainya sebagai berikut
t = ( t 0 , t1 , t 2 , ... , t n , …) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-6)
Dalam praktek kita perlu mengggunakan sebuah representasi yang tidak terlalu panjang, yaitu
dengan menuliskan rumus fungsi secara umum yang menentukan nilai fungsi sebagai berikut
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-7)

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 4


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Contoh-4.6. Beberapa contoh penulisan fungsi numerik secara singkat


a)

b) .

c)

d)

Contoh-4.7. Misalkan kita mendepositokan uang sebesar Rp. 1 juta dalam sebuah buku
tabungan dengan bunga majemuk 7% per tahun. Pada akhir tahun pertama, total jumlah
uang tabungan Rp. 1.07 juta; pada akhir tahun kedua, total jumlah uang tabungan adalah
Rp. 1.1449 juta; pada akhir tahun ketiga, total jumlah uang tabungan adalah Rp. 1.2250 juta;
dst. Jumlah uang tabungan pada setiap akhir tahun dapat dinyatakan dengan sebuah fungsi
numerik a, yang dapat dispesifikasi sebagai

a = ( 1.000.000, 1.070.000, 1.144.900, 1.225.000, … )


atau

atau
.

Contoh-4.8. Misalkan menyatakan ketinggian dari sebuah pesawat terbang, dalam


ribuan meter, pada menit ke-n. Andaikan pesawat lepas landas setelah menghabiskan waktu
10 menit di landasan, menanjak dengan kecepatan seragam menuju sebuah ketinggian 30.000
meter dalam waktu 10 menit, mulai diperlambat secara seragam setelah 110 menit waktu
penerbangan, dan mendarat 10 menit berikutnya. Disini kita mempunyai

4.1.3 Manipulasi Fungsi Numerik

Definsi-4.5. Jumlah (sums) dari dua fungsi numerik adalah sebuah fungsi numerik yang
mempunyai nilai di n sama dengan jumlah nilai dari dua fungsi numerik tersebut di n.

Definisi-4.6. Perkalian (product) dari dua fungsi numerik adalah sebuah fungsi numerik
yang mempunyai nilai di n sama dengan perkalian nilai dari dua fungsi numerik tersebut di n

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 5


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Contoh-4.9. Perhatikan dua fungsi numerik a dan b dimana

dan .

Misalkan c adalah jumlah dari dua fungsi a dan b yang kita nyatakan dengan a + b, maka

Misalkan d adalah perkalian dari dua fungsi a dan b yang kita nyatakan dengan ab, maka

Misalkan a sebuah fungsi numerik dan sebuah bilangan real. Kita gunakan untuk
menyatakan sebuah fungsi numerik yang mempunyai nilai di n sama dengan kali .
Fungsi numerik disebut sebuah versi terskala (scaled version) dari a dengan faktor
skala .

Contoh-4.10. Misalkan: a = (1, 2, 4, 8, 16, 32, …) dan


Maka: 3a = (3, 6, 12, 24, 48, 96, …)
4b = c dengan

Misalkan a sebuah fungsi numerik. Kita gunakan untuk menyatakan sebuah fungsi
numerik yang mempunyai nilai di n sama dengan jika tak negatif dan sama dengan
- jika negatif.

Contoh-4.11. Misalkan: a = (1, -2, 3, -4, 5, -6, …) dan

Maka:

dengan

Misalkan a sebuah fungsi numerik dan i sebuah bilangan bulat positif. Kita gunakan
untuk menyatakan sebuah fungsi numerik sedemikian hingga nilainya di n adalah 0 untuk
n = 0, 1, 2, …, i-1 dan sama dengan untuk .

Misalkan a sebuah fungsi numerik dan i sebuah bilangan bulat positif. Kita gunakan
untuk menyatakan sebuah fungsi numerik sedemikian hingga nilainya di n adalah
untuk .

Contoh-4.12. Misalkan a = (1, 3, 5, 7, 9, 11, …)


Maka:

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 6


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Definisi-4.7. Jumlah terakumulasi dari sebuah fungsi numerik a adalah sebuah fungsi
numerik yang mempunyai nilai di n sama dengan

Contoh-4.13. Misalkan a = ( 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …)
Maka jumlah terakumukasi dari a adalah sebuah fungsi numerik
(1, 1+2, 1+2+3, 1+2+3+4, 1+2+3+4+5, …) = (1, 3, 6, 10, 15, …)

Definisi-4.8. Beda maju (forward difference) dari sebuah fungsi numerik a adalah sebuah
fungsi numerik yang dinyatakan dengan dan mempunyai nilai di n sama dengan

Definisi-4.9. Beda mundur (backward difference) dari sebuah fungsi numerik a adalah
sebuah fungsi numerik yang dinyatakan dengan dan mempunyai nilai di 0 dan sama
dengan di

Contoh-4.14. Misalkan a = (1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, …)


Maka:

Definisi-4.10. Misalkan a dan b adalah dua fungsi numerik. Konvolusi (convolution) dari
a dan b, dinyatakan dengan , adalah sebuah fungsi numerik c sehingga

Contoh-4.15. Misalkan: a = (1, 2, 4, 6, 8, 10, …) dan b = (1, 3, 5, 7, 9, 11, …)


Konvolusi dari a dan b adalah

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 7


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Latihan-4.1

1. Sebuah bola ping-pong dijatuhkan ke 6. a) Misal a dan b dua fungsi numerik.


lantai dari ketinggian 20 meter. Andaikan Pembagian dari a dan b dinyatakan
bahwa bola selalu memantul mencapai adalah sebuah fungsi numerik
setengah dari ketinggian dimana ia jatuh. yang mempunyai nilai di n sama de-
Misalkan menyatakan tinggi yang ia ngan . Misalkan d = .
capai dalam pantulan ke-n, Sket fungsi
Tunjukkan bahwa:
numerik a

2. Misal a adalah sebuah fungsi numerik


sehingga adalah sisanya apabila bilangan
b) Tentukan ) untuk fungsi nume-
bulat n dibagi dengan 17. Misal b adalah
rik a dan b dalam bagian (b).
sebuah fungsi numerik sehingga sama
dengan 0 jika bilangan bulat n dibagi
dengan 3, dan sama dengan 1 jika tidak.
a) Misalkan . Untuk nilai n
berapa Untuk nilai n berapa

b) Misalkan . Untuk nilai n


berapa Untuk nilai n berapa

3. Misal a adalah sebuah fungsi numerik


sehingga .

a) Tentukan dan .
b) Tentukan dan

4. Kita perkenalkan notasi ,


, …, .
a) Jika a adalah sebuah fungsi numerik se-
hingga
Tentukan: , ,
b) Jika a adalah sebuah fungsi numerik se-
hingga
Tunjukkan bahwa .

5. a) Misalkan c = ab. Tunjukkan bahwa :

b) Misal a dan b dua fungsi numerik se-


hingga dan untuk
. Tentukan .

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 8


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

4.2 SIFAT ASIMTOTIK FUNGSI NUMERIK


Dengan sifat asimtotik (asymptotic behavior) dari sebuah fungsi numerik, kita maknai
sebagai bagaimana nilai fungsi numerik bervariasi (berubah) terhadap perubahan nilai n
untuk nilai n besar. Sebagai contoh, untuk fungsi

nilai fungsi numerik tetap untuk kenaikan nilai n. Untuk fungsi numerik

nilai fungsi numerik naik untuk kenaikan nilai n dan nilainya berbanding lurus dengan
sementara untuk fungsi numerik

nilai fungsi numerik naik untuk kenaikan nilai n dan nilainya berbanding lurus dengan
Akhirnya untuk fungsi numerik

nilai fungsi numerik turun untuk kenaikan nilai n dan nilainya berbanding lurus dengan
dan mendekati 0 sebagai nilai batas.
Dalam banyak pengecualian, kita tertarik untuk membandingkan sifat asimtotik dari
dua fungsi numerik. Untuk yang terakhir ini, kita kenalkan istilah dominan asimtotik
(asymptotic dominance). Misalkan a dan b dua fungsi numerik. Kita katakan bahwa a
secara asimtotik mendominasi (asymptotically dominates) b, atau b secara asimtotik di-
dominasi (asymptotically dominated) oleh a, jika terdapat bilangan konstan positif k dan m
sehingga berlaku

Contoh-4.16. Misalkan a dan b dua fungsi numerik sehingga

Maka a secara asimtotik mendominasi b, karena untuk k = 7 dan m = 1 dipenuhi bahwa

Dengan kata lain, b secara asimtotik tidak mendominasi a, karena untuk sembarang pemilihan
nilai dari k dan m, terdapat sehingga dan .

Contoh-4.17. Misalkan a dan b dua fungsi numerik sehingga

Karena untuk dan m = 10, dipenuhi bahwa

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 9


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Kita menyerahkan pembuktian dari pernyataan berikut kepada para pembaca

1. Untuk sembarang fungsi numerik a, secara asimtotik mendominasi a.


2. Jika b secara asimtotik didominasi oleh a, maka untuk sembarang konstanta ,
juga secara asimtotik didominasi oleh a.
3. Jika b secara asimtotik didominasi oleh a, maka untuk sembarang bilangan bulat i,
juga secara asimtotik didominasi oleh .
4. Jika b dan c secara asimtotik didominasi oleh a, maka untuk sembarang konstanta
dan , juga secara asimtotik didominasi oleh a.
5. Jika c secara asimtotik didominasi oleh b dan b secara asimtotik didominasi oleh
a, maka c secara asimtotik didominasi oleh a.
6. Adalah dimungkinkan bahwa a secara asimtotik medominasi b, dan b juga secara
asimtotik medominasi a.
7. Dimungkinkan terjadi bahwa a tidak secara asimtotik mendominasi b dan b tidak
secara asimtotik mendominasi a.
8. Dimungkinkan bahwa a dan b secara asimtotik mendominasi c, sementara a tidak
secara asimtotik mendominasi b dan b tidak secara asimtotik mendominasi a.

Definisi-4.10. Big-oh.
Untuk sebuah fungsi numerik a, big-oh (order) dari a ialah himpunan semua fungsi numerik
yang secara asimtotik didominasi oleh a dan dilambangkan dengan O(a) .

Jadi jika b secara asimtotik didominasi oleh a, maka b adalah dalam himpunan O(a), dan
sering dikatakan secara singkat sebagai b adalah O(a).

Kita catat bahwa relasi yang dinyatakan diatas dalam kasus dominan asimtotik dapat
juga dinyatakan ulang dalam kasus notasi “0 besar” (big-oh) sebagai berikut

1. Untuk sembarang fungsi numerik a, a adalah O( ).


2. Jika b adalah O(a), maka untuk sembarang konstanta , adalah juga O(a).
3. Jika b adalah O(a), maka untuk sembarang bilangan bulat i, adalah O( .
4. Jika b dan c adalah O(a), maka untuk sembarang konstanta dan ,
adalah juga O(a).
5. Jika c adalah O(b) dan b adalah O(a), maka c adalah O(a).

6. Adalah dimungkinkan bahwa a adalah O(b), dan b adalah juga O(a).


7. Dimungkinkan bahwa a adalah tidak O(b), dan b adalah tidak O(a).
8. Adalah dimungkinkan bahwa c adalah O(a) dan O(b), sementara a adalah tidak O(b),
dan b adalah tidak O(a).

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 10


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Contoh-4.18. Tunjukkan bahwa untuk


Catat bahwa untuk k = 1 dan m = 1, maka berlaku

Hal itu berarti bahwa . Akibatnya, .

Contoh-4.19. Misalkan . Kita ingin memperlihatkan


bahwa
Pemecahan.
Catat bahwa

Karena untuk k = 1 dan m = dipenuhi bahwa

maka a secara asimtotik didominasi oleh Akibatnya, a adalah O( .

Contoh-4.20. Kita catat bahwa


Kita meminta pembaca untuk mengkonfirmasi hal ini.

Misalkan A dan B dua himpunan fungsi numerik. Kita gunakan notasi berikut untuk
menyatakan himpunan fungsi numerik

Kita nyatakan hasil berikut dan menyerahkan pembuktiannya kepada para pembaca

1. Jika b adalah O(a), maka O(b) adalah sebuah himpunan bagian dari O(a).
Akibatnya, jika b adalah O(a) dan a adalah O(b), maka himpunan O(a) = O(b).
2. Untuk sembarang a, O(a) + O(a) = O(a).
3. Jika b O(a), maka O(a) + O(b) = O(a).
4. Untuk sembarang konstanta , O(a) = O( a) = O(a).
5. Untuk sembarang a dan b, O(a)O(b) = O(ab).

Contoh-4.21. Misal, diberikan sebuah fungsi numerik a berikut

Jelas bahwa a adalah Juga, a adalah dalam himpunan fungsi numerik

dan juga sebagai himpunan fungsi numerik

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 11


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Dalam buku literatur, kita sering menuliskan sebagai berikut

untuk mengartikan

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 12


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

4.3 FUNGSI PEMBANGKIT

Dalam bagian ini kita perkenalkan sebuah bentuk representasi yang lain dari fungsi numerik.

Definisi-4.11. Fungsi Pembangkit


Untuk sebuah fungsi numerik t = ( t 0 , t1 , t 2 , ... , t n , …), kita definisikan sebuah deret tak
hingga
T(z) = t 0  t1 z  t 2 z 2  ...  t n z n  ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-8)
yang disebut fungsi pembangkit (generating function) dari fungsi numerik t.

Contoh-4.22. Fungsi pembangkit dari fungsi numerik (3 0 , 31 , 3 2 , … , 3 n , …) adalah


1
30  3z  32 z 2  ...  3n z n  ... = (3z) 0 + (3z) 1 + (3z) 2 + …+ (3z) n + … =
1  3z

z2
Contoh-4.23. Tentukan fungsi numerik yang mempunyai fungsi pembangkit A( z ) 
1 z
Pemecahan.
Fungsi pembangkit dapat ditulis sebagai berikut
z2 1
A( z )  = 1 z  = (1  z)  (1  z  z 2  z 3  ...)
1 z 1 z
= 0 z 0  0 z 1  1z 2  1z 3  ...
Jadi fungsi numerik tersebut adalah a = (0, 0, 1, 1, 1, …).

Sifat-sifat fungsi pembangkit. Untuk sebarang fungsi numerik a, b, c, dan konstanta 


berlaku:
(i) Jika b =  . a, maka B(z) =  . A(z),
(ii) Jika c = a + b, maka C(z) = A(z) + B(z),
(iii) Jika a dan b fungsi numerik sehingga , maka B(z) = A( z ).

(i) Misalkan a = ( , maka A(z) = .


Fungsi numerik b =  . a = (  . . . . ,
Sehingga
B(z) =  . . . . .
= .
=  . A(z).

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 13


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Contoh-4.24. Telah diketahui bahwa fungsi pembangkit dari fungsi numerik


1
adalah A(z) = , sehingga
1  3z
(a) Fungsi pembangkit dari fungsi numerik 7. adalah A(z) =
(b) Fungsi pembangkit dari fungsi numerik adalah A(z) =

(ii) Misalkan: a = ( dan b = ( .


Maka: A(z) = .
B(z) = .
Fungsi numerik c = a + b = ( .
Sehingga
C(z) = .

= +
= A(z) + B(z).

Contoh-4.25. Mudah diperlihatkan bahwa fungsi pembangkit dari fungsi numerik


dan berturut-turut adalah A(z) = dan B(z) = .

Jadi fungsi pembangkit dari fungsi numerik adalah

C(z) = = .

(iii) Fungsi numerik mempunyai fungsi pembangkit sebagai berikut

Contoh-4.26. Misalkan diberikan fungsi numerik , maka A(z) = .

Jika , maka

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 14


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

4.4 RELASI REKURENSI DAN SOLUSI

4.4.1 Relasi Rekurensi

Definisi-4.12. Prinsip Rekursi.


Misalkan X adalah sebuah himpunan tak kosong. Untuk mendefinisikan sebuah barisan
, cukup dengan mendefinisikan fungsi f secara eksplisit pada suatu potongan di
awal dari N dan mendapatkan sebuah aturan yang mendefinisikan untuk setiap
yaitu dalam unsur-unsur Nilai dari f
yang diberikan secara eksplisit disebut nilai awal dan aturan yang mendefinisikan
dalam unsur-unsur disebut sebuah relasi rekursi. Disini
barisan f dikatakan didefinisikan secara rekursif (induktif).

Perhatikan sebuah barisan bilangan berikut


t 0 , t1 , t 2 , … , t n … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-9)

Definisi-4.13. Barisan (4-9) dikatakan memenuhi sebuah relasi rekurensi linier orde k, jika
terdapat besaran a1 , a2 , a3 ,..., ak , dengan a k  0, dan sebuah besaran bn (setiap besaran
a1 , a2 , a3 ,..., ak , bn mungkin bergantung pada n) sehingga

t n  a1t n1  a2 t n2  a3t n3  ...  ak t nk  bn , (n  k ). . . . . . . . . . . . . (4-10)

Contoh-4.27. Barisan bilangan tak beraturan D0 , D1 , D2 ,..., Dn ,...


memenuhi dua relasi rekurensi:
Dn  (n  1) Dn1  (n  1) Dn2 , (n  2)
Dn  nDn1  (1) , n
(n  1).

Relasi rekurensi pertama mempunyai orde 2 dan kita mempunyai a1  n  1, a2  n  1 dan


bn  0. Relasi rekurensi kedua mempunyai orde 1 dan kita mempunyai a1  n dan
bn  (1) n .

Contoh-4.28. Barisan Fibonacci orde-2: f 0 , f1 , f 2 ,..., f n ,... memenuhi relasi rekurensi


orde-2
f n  f n1  f n2 , (n  2)
dengan a1  1, a 2  1 dan bn  0.

Contoh-4.29. Barisan faktorial: h0 , h1 , h2 ,..., hn ,..., dimana hn  n!, memenuhi relasi


rekurensi orde-1
hn  nhn1 , (n  1)
dengan a1  n dan bn  0.

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 15


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

4.4.2 Solusi Relasi Rekurensi

Definisi-4.14. Sebuah relasi rekurensi linier dengan koefisien konstan orde k ialah relasi
(4-10) dengan semua koefisien a1 , a2 , a3 ,..., ak , berupa konstanta.

Sebuah relasi rekurensi linier dengan koefisien konstan mempunyai bentuk umum sebagai
berikut
a0 t n  a1t n1  a2 t n2  ...  ak t nk = f (n) . . . . . . . . . . . . . . . . (4-11)
dengan a 0 , a1 , a 2 , … , a k konstanta dan f (n) sebuah fungsi n.

Relasi rekurensi (4-11) dikatakan homogen jika f (n)  0 (atau kombinasi linier dari
t i sama dengan nol), dan dikatakan tak homogen jika f (n)  0 (atau kombinasi linier dari
t i tidak sama dengan nol).
Sebuah solusi (pemecahan) dari rekurensi (4-11) ialah sebuah fungsi t n yang
memenuhi relasi rekurensi itu. Solusi dari sebuah relasi rekurensi homogen disebut solusi
homogen dan dinyatakankan dengan t nh , sedangkan solusi dari sebuah relasi rekurensi tak
homogen (persamaan lengkap) disebut solusi partikulir dan dinyatakan dengan t np .

(i) Menyelesaikan Relasi Rekurensi Homogen

Perhatikan relasi rekurensi linier homogen dengan koefisien konstan berikut

a0 t n  a1t n1  a2 t n2  ...  ak t nk  0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-12)

dengan t i adalah nilai-nilai yang kita cari. Solusi dari relasi rekurensi (4-12) adalah sebuah
fungsi numerik t n yang memenuhi relasi rekurensi tersebut.

Teorema-4.1. Jika t n dan t n* adalah solusi dari relasi rekurensi (4-12) maka kombinasi
linier dari kedua solusi itu juga merupakan solusi dari rekurensi (4-12).
Bukti.
Misalkan t n dan t n* adalah solusi dari relasi rekurensi (4-12) maka dua persama-an berikut
benar
a0 t n  a1t n1  ...  ak t nk  0 dan a0 t n*  a1t n*1  ...  ak t n*k  0

Untuk sebarang konstanta c1 dan c 2 berlaku

c1[a0 t n  a1t n1  ...  ak t nk ]  0 dan c2 [a0 t n*  a1t n*1  ...  ak t n*k ]  0

Jika dua persamaan yang terakhir ini dijumlahkan diperoleh

c1[a0 t n  a1t n1  ...  ak t nk ]  c2 [a0 t n*  a1t n*1  ...  ak t n*k ]  0
atau

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 16


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

a0 [c1 .t n  c2 .t n* ]  a1[c1 .t n1  c2 .t n*1 ]  ...  ak [c1 .t nk  c2 .t n*k ]  0

Dapat dilihat bahwa kombinasi liniernya, c1 .t n  c2 .t n* , memenuhi relasi rekurensi (4-12).


[Terbukti]

Untuk mendapatkan solusi dari rekurensi (4-12), kita misalkan solusinya berbentuk
t n  x n , dengan x sebuah konstanta yang belum diketahui dan akan dicari nilainya. Jika
solusi ini disubstitusikan ke rekurensi (4-12) maka diperoleh

a0 x n  a1 x n1  a2 x n2  ...  ak x nk  0


atau
x nk [a0 x k  a1 x k 1  a2 x k 2  ...  ak ]  0

Persamaan ini dipenuhi: (i) jika x = 0 (atau t n  0 ) dan disebut sebuah solusi trivial dan tak
diminati (karena kurang bermanfaat), atau (ii) jika

a0 x k  a1 x k 1  a2 x k 2  ...  ak  0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-13)

Persamaan (4-13) adalah sebuah polinomial derajat k dalam x dan disebut persamaan
karakteristik dari relasi rekurensi (4-12) diatas.

Ada beberapa pemecahan relasi rekurensi (4-12) yang mungkin, sesuai dengan jenis
akar persamaan karakteristik (4-13), yaitu:

(i) Jika k akar, r 1 , r 2 , r 3 , … , r k , dari persamaan (4-13) semuanya berbeda,


maka dapat dibuktikan bahwa
k
t n   ci .ri
n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-14)
i 1

dengan c1 , c 2 , c3 , …, c k konstanta, merupakan solusi dari rekurensi (4-12).

Contoh-4.30. Dapatkan solusi untuk rekurensi berikut ini


t n  3.t n1  4.t n2  0 ; n2
dengan t 0  0 dan t1  1.
Pemecahan.
Misalkan solusi berbentuk t n  x n , maka persamaan karakteristiknya x 2  3x  4  0
mempunyai akar-akar karakteristik: r1  1 dan r2  4.
Solusi umumnya
t n  c1 .(1) n  c2 .4 n

Keadaan awal memberikan : n=0  c1  c2  0


n = 1   c1  4c2  0

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 17


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

1 1
dan pemecahannya adalah c1   dan c 2  .
5 5
1
 t n  [ 4 n  (1) n ].
5
Disini untuk n = 2:
1 1
t 2 = [ 4 2  (1) 2 ] = [16  1] = 3 dan disubstitusikan ke relasi rekurensi diperoleh
5 5
t 2  3.t1  4.t 0 = 3 – 3.1 – 4.0 = 3 – 3 – 0 = 0 (memenuhi rekurensi)

Contoh-4.31. Barisan Fibonacci derajat dua, 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, …, mempunyai suku ke-n


yang dapat dinyatakan dengan rekurensi berikut
t n  t n1  t n2 ; n2
dengan t 0  0 dan t1  1.
Dapatkan fungsi t n yang menyatakan suku ke-n dari barisan tersebut !
Pemecahan.
Rekurensi diatas dapat kita tuliskan sebagai berikut
t n  t n1  t n2  0 ; n  2 dengan t 0  0 dan t1  1.

Substitusi t n  x n , diperoleh persamaan karakteristiknya adalah x 2  x  1  0 dengan akar-


akar karakteristik:
1 1
r1  [1  5 ] dan r2  [1  5 ]
2 2
n n
Solusi umumnya t n  c1 .r1  c2 .r2

Keadaan awal memberikan: n=0  c1  c2  0


n = 1  r1 .c1  r2 .c2  1
1 1
memberikan: c1  dan c 2  
5 5
1  1  5   1  5  
n n

 tn      
5  2   2  
 

n n
Contoh-4.32. Tunjukkan bahwa: t n  2 2 sin
merupakan solusi dari rekurensi berikut
4
t n  2.t n1  2.t n2 ; n  2 dengan t 0  0 dan t1  1.
Pemecahan.
Rekurensi diatas dapat kita tuliskan sebagai berikut
t n  2.t n1  2.t n2  0 ; n2
Substitusi t n  x n , diperoleh persamaan karakteristiknya adalah x 2  2 x  2  0 dengan akar-
akar karakteristik:
r1  1  i dan r2  1  i .

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 18


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Akar-akar ini dapat kita tuliskan sebagai berikut:


   
r1  1  i  2[cos  i. sin ] dan r2  1  i  2[cos  i. sin ]
4 4 4 4
Solusi umumnya
n n
t n  c1 .r1  c2 .r2
n n n n n n
= c1 .2 2 [cos  i. sin ]  c2 .2 2 [cos  i. sin ]
4 4 4 4
Keadaan awal memberikan: n=0  c1  c2  0
n = 1  (1  i).c1  (1  i).c2  1
i i
yang mempunyai pemecahan c1   dan c 2 
2 2
1 n2 n n n n n n
 tn  .2 [i. cos  sin  i. cos  sin ]  2 2 . sin .
2 4 4 4 4 4

(ii) Jika akar-akar karakteristik tak semuanya beda.


Misalkan p( x)  a0 x k  a1 x k 1  a2 x k 2  ...  ak adalah sebuah polinomial yang
menyatakan persaman karakteristik dari relasi rekurensi (4-13) dan r adalah sebuah akar
ganda (kembar dua).

Untuk setiap n  k , perhatikan polinomial derajat n yang didefinisikan sebagai berikut

h( x)  x[ x nk . p( x)]1
= a0 nx n  a1 (n  1) x n1  a2 (n  2) x n2  ...  ak (n  k ) x nk

Misalkan q(x) sebuah polinomial sehingga p( x)  ( x  r ) 2 .q( x) , maka diperoleh

h( x)  x[( x  r ) 2 x nk q( x)]1


= x[2( x  r ) x nk q( x)  ( x  r ) 2 ( x nk q( x))1 ]

Khusus untuk h(r )  0, diperoleh


a0 nr n  a1 (n  1)r n1  a2 (n  2)r n2  ...  ak (n  k )r nk  0

Ini berarti t n  nr n juga merupakan solusi dari relasi rekurensi (4-12), dan solusi umumnya
berbentuk
k 2
t n   ci .ri  ck 1 .r n  ck .n.r n
n

i 1

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 19


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Jika m adalah kerangkapan (multiplicity) dari akar karakteristik r dari (4-13), maka:
t n  r n ; t n  nr n ; t n  n 2 r n ; … ; t n  n m1r n
semuanya merupakan solusi yang mungkin dari relasi rekurensi (4-12), dan solusi umumnya
berbentuk
k m m
t n   ci .ri   ck mi .n i 1 .r n
n
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-15)
i 1 i 1

Contoh-4.33. Dapatkan solusi dari rekurensi berikut ini


t n  5.t n1  8.t n2  4.t n3 ; n3
dengan t 0  0, t1  1 dan t 2  2.
Pemecahan.
Rekurensi diatas dapat kita tuliskan sebagai berikut
t n  5.t n1  8.t n2  4.t n3  0 ; n3
Substitusi t n  x n , diperoleh persamaan karakteristiknya adalah x 3  5x 2  8x  4  0 
( x  1)( x  2)  0 dan akar-akar karakteristiknya: r1  1, dan r2  r3  2
2

Solusi umumnya t n  c1 .1n  c2 .2 n  c3 .n.2 n

Keadaan awal memberikan: n=0  c1  c2  0


n=1  c1  2.c2  2.c3  1

c1  4.c2  8.c3  2
n=2
1
yang mempunyai pemecahan c1  2, c2  2 dan c3   .
2
1
 t n  2.1n  2.2 n  .n.2 n  2 n 1  n.2 n 1  2.
2

(ii) Menyelesaikan Relasi Rekurensi Takhomogen


Disini kita mengkaji solusi rekurensi linier tak homogen, untuk f (n)  b n . p(n) . Perhatikan
rekurensi linier tak homogen berikut
a0 t n  a1t n1  a2 t n2  ...  ak t nk  b n . p(n) . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-16)
dengan (i) b sebuah konstanta,
(ii) p(n) sebuah polinomial dalam n derajat d.

Teorema-4.2. Jika t nh adalah solusi homogen dan t np adalah solusi partikulir dari
rekurensi (4-16) maka t  th
n
p
n juga merupakan solusi dari rekurensi (4-16) tersebut.

Bukti.
Misal t nh adalah solusi homogen dan t np adalah solusi partikulir dari rekurensi (4-16) maka:

a0 t nh  a1t nh1  a2 t nh2  ...  ak t nhk  0


dan

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 20


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

a0 t np  a1t np1  a2 t np2  ...  ak t npk  b n . p(n)


Jika dua persamaan ini dijumlahkan diperoleh
a0 (t nh  t np )  a1 (t nh1  t np1 )  a2 (t nh2  t np2 )  ...  ak (t nhk  t npk )  b n . p(n)

Terlihat bahwa t nh  t np merupakan solusi dari rekurensi (4-16).


[Terbukti]

Solusi rekurensi linier tak homogen dinamakan solusi total, t ntot , yang merupakan jumlah
solusi homogen, t nh , dan solusi partikulir, t np . Jadi kita menuliskan solusi total sebagai
berikut
t ntot  t nh  t np . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-17)
Solusi homogen dapat diperoleh dengan cara sebagaimana dibahas pada subbab sebelumnya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan berikut kita memfokuskan pada kajian solusi partikulir
saja.

(i) Jika (sebuah polinomial derajat r)


Persamaan (4-16) dapat ditulis sebagai berikut
a0 t n  a1t n1  a2 t n2  ...  ak t nk  . . . . . . . . . . . . . . . (4-18)
Misalkan solusi partikulir (4-18) berupa sebuah polinomial derajat r dalam n yang berbentuk:
, dimana adalah konstanta yang akan
dicari. Substitusi persamaan ini kedalam (4-18) diperoleh

+
Dari kesamaan polinomial derajat r dalam n ini diperoleh sebuah persamaan linier serentak
dalam . Jadi nilai dapat dicari.

Contoh-4.34. Dapatkan solusi umum (solusi total) untuk rekurensi berikut ini

Pemecahan.
Substitusi kedalam relasi rekurensi, diperoleh persamaan karakteristik x – 4 = 0
dengan akar karakteristik r = 4. Jadi solusi homogen dari relasi rekurensi adalah
Substitusi kedalam relasi rekurensi diperoleh

Dari kesamaan polinomial ini diperoleh

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 21


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Sehingga solusi partikulir dari relasi rekurensi adalah


Jadi solusi umum dari relasi rekurensi adalah

(ii) Jika
Persamaan (4-16) dapat ditulis sebagai berikut
. . . . . . . . . . . . (4-19)

Misalkan solusi partikulirnya berbentuk , dimana


adalah konstanta yang akan dicari. Substitusi persamaan ini kedalam (4-19)
diperoleh

Dengan mengeliminasi faktor dari kedua ruas persamaan ini, diperoleh sebuah kesamaan
polinomial derajat r dalam n. Selanjutnya, dari kesamaan polinomial ini diperoleh sebuah
persamaan linier serentak dalam . Jadi nilai dapat dicari.

Untuk kasus (atau , maka (4-15) dapat ditulis sebagai berikut

. . . . . . . . . . . . . . . (4-20)

Dengan substitusi solusi partikulir berbentuk , dimana P konstanta yang dicari,


pada (4-20), diperoleh

Jadi nilai konstanta P dapat dicari dan solusi partikulir dari relasi rekurensi diketahui.

Cara alternatif
Kedua ruas persamaan (4-20) digandakan dengan b diperoleh
a0 bt n  a1bt n1  a2 bt n2  ...  ak bt nk  b n 1 … . . . . . . . . . . . . . . (4-21)
Substitusi n oleh n + 1 pada persamaan (4-21) diperoleh
a0 t n1  a1t n  a2 t n1  ...  ak t nk 1  b b1 … . . . . . . . . . . . . . . . .(4-22)
Dengan melakukan pengurangan (4-22)-(4-21) diperoleh sebuah rekurensi homogen
a0 t n1  (a1  a0 b)t n  (a2  a1b)t n1  ...  ak bt nk  0 . . . . . . . . . . . . . . (4-23)

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 22


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

dengan substitusi t n  x n pada persamaan (4-23) diperoleh persamaan karakteristik

a0 x k 1  (a1  a0 b) x k  (a2  a1b) x k 1  ...  ak b  0 . . . . . . . . . . . . . . . .(4-24)


Disini, akar-akar karakteristik, dapat dicari. Solusi umum dari relasi
rekurensi berbentuk

Contoh-4.35. Dapatkan solusi khusus untuk rekurensi berikut ini


t n  2t n1  3n ;
Pemecahan.
(i) Substitusi pada relasi rekurensi homogen diperoleh persamaan karakteristik
dengan sebuah akar karakteristik r = 2. Jadi solusi homogen
Selanjutnya, substitusi diperoleh

P) =

atau P .

Sehingga solusi partikulirnya adalah .


Jadi solusi umumnya
Karena maka Diperoleh c = -2.
Jadi solusi khususnya adalah

(ii) Kedua ruas dari relasi rekurensi digandakan dengan 3 diperoleh 3t n  6t n1  3n1 .

Substitusi n dengan n + 1 pada relasi rekurensi soal diperoleh t n1  2t n  3n1 .

Dengan mengurangkan dua relasi rekurensi terakhir diperoleh t n1  5t n  6t n1  0 .

Substitusi t n  x n dalam relasi rekurensi homogen ini diperoleh persamaan karakteristik

t 2  5t  6  0 dengan akar-akar karakteristik: r1  2 dan r2  3 .


Jadi solusi umumnya adalah t n  c1 .2  c2 .3 .
n n

Karena maka , sehingga diperoleh


dan .
Pemecahan dari persamaan ini adalah .
Jadi solusi khusus dari relasi rekurensi adalah

Contoh-4.36. Dapatkan solusi umum untuk rekurensi berikut ini

Pemecahan.
Substitusi pada relasi rekurensi homogen diperoleh persamaan karakteristik
dengan sebuah akar karakteristik r = 4. Jadi solusi homogen

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 23


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Selanjutnya, substitusi solusi partikulir berbentuk diperoleh

Dari kesamaan polinomial ini, diperoleh

Sehingga solusi partikulirnya adalah


Jadi solusi umum dari relasi rekurensi diatas adalah

(iii) Jika
Solusi partikulir berbentuk

Contoh-4.37. Dapatkan solusi khusus untuk rekurensi berikut ini


;
Pemecahan.
Substitusi pada relasi rekurensi homogen diperoleh persamaan karakteristiknya
dengan sebuah akar karakteristik r = 2. Jadi solusi homogen
Karena 2 adalah sebuah akar karakteristik dengan kerangkapan 1, substitusi solusi partikulir
berbentuk diperoleh

P=3
Sehingga solusi partikulirnya adalah
Jadi solusi umum dari relasi rekurensi diatas adalah
Karena , diperoleh . Akibatnya nilai c = 2.
Jadi solusi khususnya adalah

(iii) Metode Fungsi Pembangkit

Metode ini mempunyai tahapan sebagai berikut: (i) relasi rekurensi di dekomposisi kedalam
struktur fungsi pembangkit dengan mengalikan kedua ruasnya dengan dan menjumlahkan
nya untuk semua n; (ii) fungsi pembangkit dinyatakan secara eksplisit; (iii) fungsi
pembangkit dinyatakan dalam fungsi numerik yang bersesuaian.

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 24


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Perhatikan relasi rekurensi


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-25)

dengan syarat batas


Dengan mengalikan kedua ruas dari (4-25) dengan , diperoleh

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(4-26)

Dengan menjumlahkan (4-26) untuk semua n, diperoleh

Karena:

Maka kita peroleh

Persamaan disederhanakan menjadi

Akibatnya, kita peroleh

Contoh-4.38. Dengan menggunakan metode fungsi pembangkit, dapatkan solusi khusus


untuk rekurensi berikut ini

Dengan syarat batas dan


Pemecahan.
Pertama, kedua ruas dari relasi rekurensi kita kalikan dengan , diperoleh

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 25


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Kemudian dijumlahkan untuk semua n, diperoleh

Suku-suku di ruas kiri kita nyatakan dalam unsur fungsi pembangkit, diperoleh

Sehingga diperoleh relasi berikut

Fungsi pembangkit kita nyatakan secara eksplisit, diperoleh

Akibatnya, kita peroleh solusi dari relasi rekurensi sebagai berikut

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 26


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Latihan-4.4

1. Selesaikan relasi rekurensi berikut:


a) jika diberikan dan
b) jika diberikan dan

2. Selesaikan relasi rekurensi berikut:


a) jika diberikan dan
b) jika diberikan dan
c) jika diberikan dan

3. Selesaikan relasi rekurensi berikut:


a) jika diberikan dan
b) jika diberikan , dan

4. Diberikan bahwa , , dan memenuhi relasi rekurensi berikut


. Tentukan

5. Pemecahan dari relasi rekurensi adalah


Diberikan bahwa f(n) = 6 untuk semua n, tentukan dan .

6. Pemecahan rekurensi adalah


Diberikan dan tentukan nilai konstanta A, B, C, dan D.

7. Misalkan adalah sebuah rekurensi linier orde 2


dengan koefisien konstan. Untuk suatu syarat batas dan , pemecahan rekurensi
adalah . Tentukan , dan f(n).

8. Perhatikan relasi rekurensi .


a) Selesaikan relasi rekurensi, jika diberikan dan
b) Dapatkah Anda menyelesaikan relasi rekurensi itu, jika diberikan dan ?
c) Ulangi bagian b), jika diberikan bahwa dan

9. a) Tentukan pemecahan partikulir untuk persamaan beda


b) Tentukan pemecahan partikulir untuk persamaan beda

10. a) Tentukan pemecahan partikulir untuk persamaan beda dimana

b) Ulangi bagian a), untuk


c) Tentukan pemecahan partikulir untuk persamaan beda
d) Ulangi bagian c), untuk
e) Misalkan adalah sebuah persamaan beda de-
ngan sebuah akar karakteristik 1. Misalkan Apakah yang bisa dikatakan
tentang bentuk umum dari pemecahan partikulir

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 27


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

DAFTAR PUSTAKA

1. BRUALDI, R.A., “Introductory – Combinatorics”, 4 th Ed., Prentice-Hall Inc., New


Jersey, 2004.

2. GRIMALDI, R.P., “Discrete and Combinatorial Mathematics-An Applied Introduc-


tion” Addison-Wesley Publishing Co., 1989.

3. LIU, C.L., “Elements of Dscrete mathematics”, McGraw-Hill, Inc., 1985.

4. ROBERT, F.S., “Applied Combinatorics”, Prentice-Hall Inc., 1984.

5. ROSEN, K.H., “Discrete Mathematics and Its Applications”, McGraw-Hill, 2003.

6. ROSS, S., “A First Course in Probability”, McMillan Publishing Co., Inc., 1976.

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 28


Modul Ajar Matematika Diskrit Fungsi Numerik Dan Relasi Rekurensi

Copyright©2015, by Soetrisno, Jurusan Matematika FMIPA-ITS. 29

Anda mungkin juga menyukai