RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
Jalan Raya Pondok Ge
Gede
de Jakarta Ti
Timur
mur
Telp. (021) 8000693 – 95, 8000701 – 702, Fax. (021) 8000702 Certificate No : JKT 0500123
TEN
TE NTAN
ANG
G
Menimbang : a. bahwa
bahwa setiap p pasien
asien yang telah memasuki tahap
terminal/akhir kehidupan berhak mendapatkan pelayanan
terbaik yang mengarahkan kepada ketenangan,
kehormatan pasien, dan keluarga
b. bahwa dalam m mengantisipasi
engantisipasi pesatnya pembangunan
perumahsakitan tersebut, maka Rumah Sakit Haji Jakarta
perlu meningkatkan
pengelolaannya mutu pelayanan
termasuk pelayanankesehatan maupun
pasien di akhir
hidupnya;
c. bahwa dalam rangka m melaksanakan
elaksanakan upaya tersebut perlu
adanya keputusan Direktur tentang pelayanan pasien pada
akhir kehidupan di Rumah Sakit Haji Jakarta;
d. bahwa mempertimbangkan butir a, b, dan c di atas perlu
ditetapkan Keputusan Direktur Tentang Kebijakan
Pelayanan Pasien Pada Akhir Kehidupan dan Penanganan
Pasien Akan meninggal Dunia (End
(End of Life)
Life) di Rumah Sakit
Haji Jakarta.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN DI AKHIR
KEHIDUPAN DAN PENANGANAN PASIEN AKAN
MENINGGAL DUNIA (END OF LIFE) DI RUMAH SAKIT HAJI
JAKARTA
JAKARTA
KEDUA : Pelayanan Pasien Pada AAkhir
khir Keh
Kehidupan
idupan dan Penanga
Penanganan
nan
Pasien Akan meninggal Dunia (End
(End of Life)
Life) di Rumah Sakit Haji
Jakarta sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu terlampir dalam
lampiran keputusan ini.
KETIGA : Pasien yang telah memasuki masa terminal/akhir kehidupan di
Rumah Sakit Haji Jakarta berhak mendapatkan pe
pelayanan
layanan terbaik
yang mengarah
keluarga kepada
dalam upaya ketenangan,
mencapai khusnulkehormatan
Khatimah. pasien dan
KEEMPAT : Semua pelaksanaan pasien pada akhir hidup yang diberikan di
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan pelayanan yang dipandu
dengan kebijakan dan prosedur yang mengarah pada
ketenangan pasien, keluarga dan meningkatkan kenyamanan
dan kehormatannya.
KELIMA : Semua pelaksanaan kegiatan pelayanan pasien pad pada
a ak
akhir
hir
hidup yang dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta dari tujuan
meningkatkan ketenangan, kenyamanan, dan kehormatan secara
rinci harus mengacu kepada kebijak
kebijakan
an dan prosedur yang
berlaku di Rumah Sakit Haji Jakarta sebagaimana
sebagai mana tersebut dalam
lampiran keputusan ini.
KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku sej
sejak
ak tang
tanggal
gal d
ditetapkan
itetapkan d
dan
an
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 03 SEPTEMBER 2012
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
A. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kondisi pasien sedang kritis ditandai dengan kesadaran yang menurun
tekanan darah dan nadi tak teraba, napas tidak ada, denyut jantung
melemah (bradikardi). Pada kondisi seperti inilah peranan bimbingan
sakaratul maut sangat diperlukan.
Pasien yang memasuki tahap terminal atau tahapan akhir
kehidupannya berhak mendapat kualitas asuhan yang sama di rumah sakit.
Untuk melaksanakan prinsip “kualitas asuhan yang setingkat” mengharuskan
pimpinan merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara
khusus, pelayanan yang diberikan k
kepada
epada pasien tahap term
terminal
inal sama pada
berbagai unit
unit kerja, dipandu oleh kebijak
kebijakan
an dan prosedur yang meng
menghasilkan
hasilkan
pelayanan yang seragam. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin
bahwa rumah sakit menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap
hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Kebijakan dan prosedur tersebut
harus sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku yang
membentuk proses pelayanan pasien pada akhir kehidupan yang
mengutamakan ketenangan, kenyamanan
kenyamanan dan kehormatan pasien.
Pasien dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk
dilayani dengan penuh hormat dan kasih,untuk mencapai semua ini semua
staf harus sadar akan uniknya kebutuhan pasien dalam akhir kehidupannya.
Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek asuhan selama stadium akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang
diberikan oleh rumah sakit meliputi
meli puti beberapa hal sebagai berikut :
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : 03 SEPTEMBER 2012
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
SAKARATUL MAUT (E ND OF LI
LIFE
FE )
A. LATAR BELAKANG
BELAKANG
Pasien menjelang meninggal dan keluarganya memerlukan pelayanan
yang terfokus pada kebutuhan yang unik dari masing-masing pasien. Pasien
yang menjelang meninggal bisa mengalami gejala lain yang berhubungan
dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau membutuhkan bantuan dalam
menghadapinya secara psikososial, spiritual dan kultural berhubungan dengan
kematian dan sekarat. Pasien dapat pula merasakan nyeri berkaitan dengan
terapi atau prosedur seperti nyeri pasca operasi, nyeri saat sesi fisioterapi atau
nyeri yang berhubungan dengan penyakit
penyakit kronis atau nyeri akut.
Tujuan rumah sakit dalam manajemen nyeri atau pelayanan pasien
menjelang meninggal termasuk menentukan setting dari pelayanan yg
disediakan (seperti unit pelayanan paliatif atau hospice
hospice),
), jenis pelayanan yang
disediakan, dan populasi pasien yang dilayani. Rumah sakit menyusun proses
manajemen nyeri
nyeri dan pelayanan pasien menjelang meningga
meninggal.
l. Proses ini :
1. Meyakinkankan pasien bahwa nyeri dan gejala-gejala lain akan dikaji dan
dikelola dengan tepat.
2. Memastikan pasien yang berad
berada
a dalam keadaan nyeri atau terminal akan
diperlakukan dengan menjunjung
menjunjung tinggi harga diri dan respek.
3. Merencanakan pend
pendekatan
ekatan prevent
preventif
if dan terapetik untuk manaj
manajemen
emen nyeri
dan gejala lain.
4. Mengedukasi pasien dan st
staf
af mengenai m
manajemen
anajemen nyeri dan gejala lain.
Untuk mengatur hal-hal tersebut, maka disusunlah kebijakan tentang
penanganan Pasien
Pasien Akan Meningga
Meninggall Dunia / Sakaratul Maut ((End
End Of Life Care).
Care).
B. TUJUAN
TUJUAN
Sebagai acuan dalam penanganan pasien menjelang meninggal, termasuk
penanganan berbagai
berbagai keluhan yang mengganggu kualitas
kualitas hidup (terutama nyeri).
C. KEBIJAKAN
KEBIJAKAN
1. Kehendak langsung dari pasien (Advanced Directives)
Directives)
Kebijakan :
hospital discharge rate following CPR yang rendah membuat upaya CPR
pada kasus-kasus di bawah ini (lihat tabel) tidak terlalu dirasakan
manfaatnya, baik bagi pasien maupun keluarga. Untuk itu, dokter perlu
memberikan penjelasan yang proporsional sesuai dengan prognosis
pasien, dengan mempertimbangkan kehendak pasien maupun keluarga
1) Persetujuan pas
pasien
ien yang d
dinyatakan
inyatakan m
mampu
ampu merupakan pertimbangan
utama.
2) Bilamana pasien tidak berada dalam kondisi mampu mengambil
keputusan untuk dirinya sendiri, maka keluarganya akan dapat
mengambil keputusan untuk dirinya.
3) Keluarga yang berhak mengambil keputusan mengikuti SK Direktur
tentang informed consent maupun peraturan pemerintah terkait.
4) Sedikitnya 2 anggota keluarga terdekat menanda-tangani form
PENOLAKAN TINDAKAN RESUSITASI JANTUNG PARU
f. Pengumuman DNR
Pasien yang telah dinyatakan DNR diberikan tanda pada rekam medik.
Pemberian tanda ini diatur dalam kebijkan tersendiri terkait dengan
standarisasi lambang, simbol dan penandaan dari rekam medik pasien.
g. Pencabutan status DNR
Status DNR dapat dicabut bila :
1) Ada anggota keluarga dengan tingkat kedekatan
kedekatan 1 lev
level
el yang merasa
keberatan dengan status DNR tersebut, kecuali kehendak langsung
dari pasien.
2) Dokter berdasarkan perkembangan klinis pasien menilai bahwa
prognosis pasien telah berubah dan bahwa pasien secara klinis
atau menurun.
3) Tidak termasuk dalam kategori ini adalah menghentikan tindakan
resusitasi jantung paru sesuai indikasi
b. Tujuan
Untuk memfasilitasi penanganan dan pelayanan yang nyaman dalam
proses penghentian. Kebijakan ini berlaku untuk pasien yang telah
dinyatakan DNR atau dinyatakan akan dihentikan support kehidupannya.
Kebijakan ini berlaku pula bagi pasien yang terintubasi dan terpasang
ventilasi mekanik yang :
1) Berada dalam keadaan terminal dimana “ life
life suppor t”
t” ini hanya
2) Keputusan m
menahan
enahan pem
pemasangan
asangan alat / tindakan penunjang hidup ada
di tangan DPJP setelah melakukan konsultasi dengan 3 (tiga) dokter
yaitu dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi dan 2 (dua) orang dokter lain yang ditunjuk oleh komite
medis rumah sakit.
l. Keluarga da
dapat
pat m
memilih
emilih membawa
membawa pulang ppasien
asien yang belum dinyatakan
meninggal, dan pemulangan diatur dengan ambulans yang memang telah
dipersiapkan sebelumnya.
m. Bila pasien meninggal di Rumah Sakit Haji Jakarta, maka berlaku
prosedur penanganan pasien meninggal.
2) Diskontinuitas sys
system
tem neuronal saraf perifer ke kortek (syarat mutlak
mutlak
untuk kesadaran).
b. Prosedur menyatakan Mati Batang O
Ottak
1) Sebelum Tes Refleks Batang Otak
Harus ada tanda-tanda fungsi batang otak telah hilang :
a) Pasien koma
b) Tidak ada sika
sikap
p abn
abnormal
ormal (dekortikas
(dekortikasii atau deserebrasi)
c) Tidak ada refleks batang otak : refleks okulosefalik
d) Tidak ada sentakan epileptik
e) Tidak ada nafas spontan
Bila salah satu (+), batang otak : refleks otak masih hidup, maka tidak
perlu tes refleks
refl eks batang otak.
2) Lima Tes R
Refleks
efleks Batang Otak
a) Tidak ada respon terhadap cahaya
kandung.
2) Keluarga diberi penjelasan bahwa setelah pasien dinyatakan mati
batang otak, maka akan dilakukan penghentian seluruh tindakan dengan
sebelumnya
sebelumnya mengkomunikas
mengkomunikasikan
ikan dengan keluarga.
3) Bilamana keluarga pas
pasien
ien belum dapat menerima, ma
maka
ka pihak rumah
sakit memberi waktu kepada keluarga untuk melalui “fase denial ”.
4) “Second opinion” dapat diminta oleh pihak keluarga dalam fase denial ,
dan dalam hal ini, DPJP akan berkomunikasi dengan dokter yang
diminta oleh pihak keluarga sebagai “second opinion” sesuai kebijakan
ragu dalam penanganan nyeri yang adekuat. Untuk itu disusun kebijakan
ini, yang dapat dijadikan pijakan bagi dokter Rumah Sakit Haji Jakarta dalam
penanganan nyeri pada pasien terminal.
a. Pengkajian Nyeri
1) Skrining nyeri
Seluruh pasien baik rawat jalan maupun rawat inap dilakukan skrining
terhadap nyeri. Skrining dilakukan dengan cara menanyakan apakah
pasien merasakan nyeri.
2) Pengkajian ny
nyeri
eri meliputi lokasi, kualitasny
kualitasnyeri,
eri, derajat
derajat nyeri.
DITETAPKAN
PADA DI :: 03
TANGGAL JAKARTA
SEPTEMBER 2012
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA