INFRANGMENT PRIVACY
Disusun Oleh :
Aisah 12190438
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perjalanan menuju masa depan, saat ini perkembangan teknologi
informasi semakin cepat dan canggih terutama pada era globalisasi, kebutuhan akan
informasi yang cepat, tepat dan hemat menjadikan internet sebagai salah satu sarana
utama untuk berkomunikasi dan bersosialisasi oleh semua kalangan masyarakat dari
komputer yang bersifat bebas dan terbuka. Dengan demikian diperlukan usaha untuk
keamanan suatu sistem informasi yang mereka miliki, dikarenakan ada sisi lain dari
dikelompokkan dari hal yang ringan, misalnya yang hanya mengesalkan sampai
dengan yang sangat berbahaya. Semakin mudah kita berkomunikasi dan mencari
informasi maka di dalam kemudahan tersebut juga terdapat segala macam kejahatan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Cybercrime
ruang lingkupnya meliputi suatu aspek yang berhubungan dengan orang perongan
tidak ada lagi segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban teknologi dewasa
PEMBAHASAN
Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal
yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap
keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang
tersimpan secara komputerisasi, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat
merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit,
informasi mengenai dirinya sendiri. [Craig van Slyke dan France Bélanger] dan hak
dari masing-masing individu untuk menentukan sendiri kapan, bagaimana, dan untuk
apa penggunaan informasi mengenai mereka dalam hal berhubungan dengan individu
publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang
orang yang dikenal publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari
keamanan.
Hak pelanggaran privasi oleh pemerintah, perusahaan, atau individual menjadi
bagian di dalam hukum di banyak negara, dan kadang, konstitusi atau hukum privasi.
Hampir semua negara memiliki hukum yang, dengan berbagai cara, membatasi
pemaparan informasi publik yang dapat dianggap pribadi di negara atau budaya lain.
dengan risiko hanya menghasilkan sedikit keuntungan dan dapat disertai bahaya
memenangkan suatu hadiah. Contoh lainnya adalah jika informasi yang secara
identitas.
Privasi sebagai terminologi tidaklah berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia.
Samuel D Warren dan Louis D Brandeis menulis artikel berjudul “Right to Privacy”
di Harvard Law Review tahun 1890. Mereka seperti hal nya Thomas Cooley di tahun
1888 menggambarkan “Right to Privacy” sebagai “Right to be Let Alone” atau secara
sederhana dapat diterjemahkan sebagai hak untuk tidak di usik dalam kehidupan
pribadinya. Hak atas Privasi dapat diterjemahkan sebagai hak dari setiap orang untuk
oleh orang lain (Donnald M Gillmor, 1990 : 281). Setiap orang yang merasa
privasinya dilanggar memiliki hak untuk mengajukan gugatan yang dikenal dengan
istilah Privacy Tort. Sebagai acuan guna mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran
Privasi dapat digunakan catatan dari William Prosser yang pada tahun 1960
Pembagian yang dilakukan Proses atas bentuk umum peristiwa yang sering dijadikan
dasar gugatan Privasi yaitu dapat kita jadikan petunjuk untuk memahami Privasi
pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan privasi yang diinginkan itu
berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya
sukar dicapai oleh orang lain. adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu
pilihan atau kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi
jangan dipandang hanya sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak
negatif. Dampak negatif ini telah memunculkan berbagai kejahatan maya (cyber
penegakan hukum yang digunakan sebelumnya yang mengacu pada KUHP dan
peraturan perundingan lain seperti hak cipta, paten, monopoli, merek, telekomunikasi
1. Kesadaran Hukum
dirasa kurang Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman dan
terhadap hukum, jika masyarakat di Indonesia memiliki pemahaman yang benar akan
masyarakat akan membentuk suatu pola penataan. Pola penataan ini dapat
berdasarkan karena ketakutan akan ancaman pidana yang dikenakan bila melakukan
perbuatan cyber crime atau pola penaatan ini tumbuh atas kesadaran mereka sendiri
sebagai masyarakat hukum. Melalui pemahaman yang komprehensif mengenai cyber
Masih sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami seluk beluk teknologi
informasi (internet), sehingga pada saat pelaku tindak pidana ditangkap, aparat
penegak hukum mengalami, kesulitan untuk menemukan alat bukti yang dapat
dipakai menjerat pelaku, terlebih apabila kejahatan yang dilakukan memiliki sistem
pengoperasian yang sangat rumit. Aparat penegak hukum di daerah pun belum siap
tindak pidana karena terbentur oleh asas legalitas. Untuk melakukan upaya
adanya suatu analogi untuk menentukan perbuatan pidana. Meskipun penerapan asas
legalitas ini tidak boleh disimpangi, tetapi pada prakteknya asas ini tidak diterapkan
mencemarkan nama baik, dll. Contohnya pernah terjadi pada Prita Mulyasari yang
menurut pihak tertentu telah mencemarkan nama baik karena surat elektronik yang
dibuat olehnya.
orang lain.
2. Melakukan penggadaan tanpa ijin pihak yang berwenang. Bisa juga disebut
hasil karya orang lain. Contoh yang sering terjadi yaitu pembajakan
dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau tanpa
dengan internet.
adalah yang terbesar yang pernah dikenakan atas sebuah perusahaan yang
tadi, yang merupakan penalti terbesar yang pernah dijatuhkan atas sebuah
Contoh kasus diatas sangat mungkin untuk terjadi pula di pertelevisian Indonesia.
Momentum pelanggaran Privasi dapat berlangsung pada proses peliputan berita dan
dapat pula terjadi pada penyebarluasan (broadcasting) nya. Dalam proses peliputan,
seorang objek berita dapat saja merasakan derita akibat tindakan reporter yang secara
kenyamanan pribadi yang sepatutnya tidak di usik. Hak atas kebebasan bergerak dan
cerdas dari beberapa selebriti kita tentang haknya untuk melindungi kehidupan
garis hukum yang tegas sehingga masih bergantung pada subjektifitas pihak-pihak
bentuk fakta memalukan (embarrassing fact) anggapan keliru (false light) lebih besar
pada perasaan subjektif si objek berita. Subjektifitas inilah mungkin yang mendasari
terjadinya perbedaan sikap antara PARFI dan PARSI yang diungkap diatas dimana
disatu pihak merasa prihatin dan dipihak lain merasa berterimakasih atas
1. Pelanggaran terhadap privasi Tora sudiro, hal ini terjadi Karena wartawan
3. Pelanggaran terhadap privasi Andy Soraya dan bunga citra lestari, hal ini
terjadi karena penyebaran foto mereka dalam tampilan vulgar kepada publik.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
suatu kegiatan atau aktifitas untuk mencari dan melihat terhadap keterangan pribadi
seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara
komputerisasi.
4.2. Saran