Anda di halaman 1dari 70

KETENTUAN-KETENTUAN KONSTITUSI DALAM

UNDANG-UNDANG DASAR SEMENTARA 1950

ADIB GUSTI ARIGOH (02011282025079) B INDRALAYA


POSMADORO MARCELLIUS ABRAHAM AMBARITA
(02011282025173) B INDRALAYA
PAUL NATANAEL SIAHAAN (02011282025202) B INDRALAYA
TASYA GITA SELSEBILLA (02011282025088) B INDRALAYA
YOVIE AGUSTIAN PRATAMA (02011282025255) D PALEMBANG
BAB I
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Bagian I
Bentuk Negara dan Kedaulatan

Pasal 1
1. Republik Indonesia jang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara-hukum jang
demokratis dan berbentuk kesatuan.
Ketentuan 1 : Indonesia adalah negara hukum
Ketentuan 2 : Indonesia adalah negara kesatuan
2. Kedaulatan Republik Indonesia adalah ditangan Rakjat dan dilakukan oleh
Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat.
Ketentuan 1 : Kedaulatan di tangan rakyat
Ketentuan 2 : Kedaulatan itu dilakukan oleh pemerintah bersama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat

BAGIAN II
Daerah negara

Pasal 2
Republik Indonesia meliputi seluruh daerah Indonesia.
Ketentuan : Yang disebut Republik Indonesia adalah seluruh daerah Indonesia

BAGIAN III
Lambang dan bahasa negara

Pasal 3
1. Bendera kebangsaan Republik Indonesia ialah bendera Sang Merah Putih.
Ketentuan : Bendera kebangsaan adalah Merah Putih
2. Lagu kebangsaan ialah lagu "Indonesia Raja".
Ketentuan : Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya
3. Meterai dan lambang negara ditetapkan oleh Pemerintah.
Ketentuan : Meterai dan lambang negara ditetapkan pemerintah

Pasal 4
Bahasa resmi Negara Republik Indonesia ialah Bahasa Indonesia.
Ketentuan : Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi
BAGIAN IV
Kewarga-negaraan dan penduduk negara.

Pasal 5
1. Kewarga-negaraan Republik Indonesia diatur oleh Undang-undang.
Ketentuan : Hal kewarganegaraan diatur undang-undang
2. Kewarga-negaraan (naturalisasi) dilakukan oleh atau dengan kuasa undang-undang.
Undang-undang mengatur akibat-akibat kewarganegaraan terhadap isteri orang jang
telah diwarga-negarakan dan anak- anaknja jang belum dewasa.
Ketentuan 1 : Naturalisasi dilakukan dengan kuasa atau oleh Undang-undang
Ketentuan 2 : Undang-undang mengatur akibat pewarganegaraan terhadap isteri
orang yang telah menjadi warga negara dan anak-anaknya yang belum dewasa

Pasal 6
Penduduk Negara ialah mereka jang diam di Indonesia menurut aturan-aturan jang
ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : Penduduk negara adalah mereka yang diam di Indonesia menurut
aturan yang sudah ditetapkan dalam undang-undang.

BAGIAN V
Hak-hak kebebasan-kebebasan dasar manusia

Pasal 7
1. Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang.
Ketentuan : Setiap orang tanpa terkecuali diakui sebagai pribadi manusia
dihadapan undang-undang
2. Sekalian orang berhak menuntut perlakuan dan perlindungan jang sama oleh
undang-undang.
Ketentuan : Hak untuk menuntut perlakuan dan perlindungan yang sama oleh
undang-undang
3. Sekalian orang berhak menuntut perlindungan jang sama terhadap tiap- tiap
pembelakangan dan terhadap tiap- tiap penghasutan untuk melakukan pembelakangan
demikian.
Ketentuan : Hak menuntut perlindungan yang sama terhadap tiap pembelakangan
dan penghasutan untuk melakukan pembelakangan itu
4. Setiap orang berhak mendapat bantuan hukum jang sungguh dari hakim-hakim jang
ditentukan untuk itu, melawan perbuatan-perbuatan jang berlawanan dengan hak-hak
dasar jang diperkenankan kepadanja menurut hukum.
Ketentuan : Hak mendapat bantuan hukum yang sungguh dari hakim yang
ditentukan untuk itu, untuk melawan perbuatan yang berlawanan dengan hak
dasar yang diperkenankan padanya menurut hukum

Pasal 8
Sekalian orang jang ada didaerah Negara sama berhak menuntut perlindungan untuk
diri dan harta-bendanja.
Ketentuan : Tiap orang yang ada di daerah negara, memiliki hak menuntut
perlindungan diri dan harta bendanya

Pasal 9
1. Setiap orang berhak dengan bebas bergerak dan tinggal dalam perbatasan Negara.
Ketentuan : Tiap orang bebas bergerak dan tinggal dalam perbatasan negara
2. Setiap orang berhak meninggalkan negeri dan djika ia warga-negara atau penduduk
kembali kesitu.
Ketentuan : Tiap orang berhak meninggalkan dan kembali ke negara, jika ia
adalah warga negara

Pasal 10
Tiada seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba. Perbudakan,
perdagangan budak dan perhambaan dan segala perbuatan berupa apapun jang
tudjuannja kepada itu, dilarang.
Ketentuan 1 : Tidak ada seorangpun yang dapat diperbudak, diperulur atau
diperhamba
Ketentuan 2 : Perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan, dan segala
perbuatan yang tujuannya kepada itu adalah dilarang

Pasal 11
Tiada seorang djuapun akan disiksa ataupun diperlakukan atau dihukum setjara ganas,
tidak mengenal peri-kemanusiaan atau menghina.
Ketentuan : Tidak ada seorangpun yang dapat disiksa atau diperlakukan atau
dihukum secara ganas, yang tidak mengenal peri kemanusiaan atau menghina
Pasal 12
Tiada seorang djuapun boleh ditangkap atau ditahan, selain atas perintah untuk itu
oleh kekuasaan jang sah menurut aturan- aturan undang-undang dalam hal-hal dan
menurut tjara jang diterangkan dalamnja.
Ketentuan : Tidak seorangpun dapat ditangkap atau ditahan, selain atas perintah
untuk penangkapan itu oleh kekuasaan yang sah menurut aturan undang-undang
dan menurut cara yang diterangkan di dalam (undang-undang)

Pasal 13
1. Setiap orang berhak, dalam persamaan jang sepenuh-nja mendapat perlakuan
djudjur dalam perkaranja oleh hakim jang tak memihak, dalam hal menetapkan hak-
hak dan, kewadjiban-kewadjibannya dan dalam hal menetapkan apakah suatu tuntutan
hukuman jang dimadjukan terhadapnja beralasan atau tidak.
Ketentuan : Tiap orang berhak dalam persamaan sepenuhnya mendapat perlakuan
jujur dalam perkaranya oleh hakim yang tidak memihak dan dalam hal
menetapkan hak dan kewajibannya, menetapkan apakah suatu tuntutan hukuman
yang dimajukan padanya beralasan atau tidak
2. Bertentangan dengan kemauannja tiada seorang djuapun dapat dipisahkan dari pada
hakim, jang diberikan kepadanja oleh aturan-aturan hukum jang berlaku.
Ketentuan : Bertentangan dengan kemauannya, tidak seorangpun dapat
dipisahkan dari pada hakim yang diberi padanya oleh aturan hukum yang berlaku

Pasal 14
1. Setiap orang jang dituntut karena disangka melakukan sesuatu peristiwa pidana
berhak dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannja dalam suatu sidang
pengadilan, menurut aturan-aturan hukum jang berlaku, dan ia dalam sidang itu
diberikan segala djaminan jang telah ditentukan dan jang perlu untuk pembelaan.
Ketentuan : Tiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu peristiwa
pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya dalam
pengadilan, menurut aturan hukum yang berlaku, dan dalam sidang itu ia diberi
segala jaminan yang telah ditentukan dan perlu untuk pembelaan
2. Tiada seorang diutjapkan boleh dituntut untuk dihukum atau didjatuhi hukuman,
ketjuali karena suatu aturan hukum jang sudah ada dan berlaku terhadapnja.
Ketentuan : Tidak seorangpun boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi
hukuman, kecuali karena suatu aturan hukum yang sudah ada dan berlaku
terhadapnya
3. Apabila ada perubahan dalam aturan hukum seperti tersebut dalam ajat diatas,
maka dipakailah ketentuan jang lebih baik si tersangka.
Ketentuan : Bila ada perubahan dalam aturan seperti tersebut dalam ayat di atas,
maka dipakai ketentuan yang lebih baik (bagi tersangka)

Pasal 15
1. Tiada suatu pelanggaran atau kedjahatanpun boleh diantjamkan hukuman berupa
rampasan semua barang kepunjaan jang bersalah.
Ketentuan : Tidak satupun pelanggaran atau kejahatan boleh diancam hukuman
berupa rampasan semua barang milik yang bersalah
2. Tidak suatu hukumanpun mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala
hak-hak kewargaan.
Ketentuan : Tidak satupun hukuman mengakibatkan kematian perdata atau
kehilangan segala hak kewargaan

Pasal 16
1. Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu-gugat.
Ketentuan : Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu gugat
2. Mengindjak suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah
bertentangan dengan kehendak orang jang mendiaminja, hanja dibolehkan dalam hal-
hal jang ditetapkan dalam suatu aturan hukum jang berlaku baginja.
Ketentuan : Menginjak pekarangan tempat kediaman atau memasuki rumah yang
bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya dibolehkan dalam
hal yang ditetapkan dalam satu aturan hukum yang berlaku baginya.

Pasal 17
Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat-menjurat tidak boleh diganggu
gugat, selainnja dari atas perintah hakim atau kekuasaan lain jang telah disahkan
untuk itu menurut peraturan-peraturan dan undang-undang dalam hal-hal jang
diterangkan dalam peraturan itu.
Ketentuan : Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat menyurat tidak
boleh diganggu gugat, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang
disahkan untuk itu menurut peraturan dan undang-undang dalam hal yang
diterangkan dalam peraturan itu

Pasal 18
Setiap orang berhak atas kebebasan agama, keinsjafan batin dan pikiran.
Ketentuan : Kebebasan beragama, keinsyafan batin dan pikiran bagi setiap orang

Pasal 19
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunjai dan mengeluarkan pendapat.
Ketentuan : Kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat bagi setiap orang

Pasal 20
Hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat diakui dan diatur dengan
undang-undang.
Ketentuan : Diakuinya hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat , dan
diatur dengan undang-undang

Pasal 21
Hak berdemonstrasi dan mogok diakui dan diatur dengan undang-undang.
Ketentuan : Diakuinya hak berdemonstrasi dan mogok, dan diatur dengan undang-
undang

Pasal 22
1. Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak dengan bebas
memadjukan pengaduan kepada penguasa, baik dengan lisan ataupun dengan tulisan.
Ketentuan : Tiap orang, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, berhak
memajukan pengaduan kepada penguasa, baik melalui lisan maupun tulisan
2. Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak memadjukan
permohonan kepada penguasa.
Ketentuan : Tiap orang, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, berhak
memajukan permohonan kepada penguasa

Pasal 23
1. Setiap warga-negara berhak turut-serta dalam pemerintahan dengan langsung atau
dengan perantaraan wakil-wakil jang dipilih dengan bebas menurut tjara jang
ditentukan oleh undang-undang.
Ketentuan : Tiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan baik
langsung atau dengan perantara wakil-wakil yang dipilih menurut cara yang
ditentukan undang-undang
2. Setiap warga negara dapat diangkat dalam tiap-tiap djabatan pemerintah. Orang
asing boleh diangkat dalam djabatan-djabatan pemerintah menurut aturan-aturan jang
ditetapkan oleh undang-undang.
Ketentuan 1 : Tiap warga negara dapat diangkat dalam tiap jabatan pemerintah
Ketentuan 2 : Orang asing boleh diangkat dalam jabatan pemerintah menurut
aturan yang diteta

Pasal 24
Setiap warga-negara berhak dan berkewadjiban turut-serta dengan sungguh-sungguh
dalam pertahanan Negara.
Ketentuan : Tiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk turut serta dengan
sungguh dalam pertahanan negara

Pasal 25
1. Penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan atau kerugian kepada termasuknja
warga-negara dalam sesuatu golongan rakjat.
Ketentuan : Penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan atau kerugian kepada
warga negara dalam segala golongan rakyat
2. Perbedaan dalam kebutuhan masjarakat dan kebutuhan hukum golongan rakjat
akan diperhatikan.
Ketentuan : Perbedaan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan hukumnya akan
diperhatikan

Pasal 26
1. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain.
Ketentuan : Tiap orang berhak mempunyai (hak) milik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain
2. Seorangpun tidak boleh dirampas miliknja dengan semena-mena.
Ketentuan : (Sesuatu) milik seseorang tidak boleh dirampas dengan semena-mena
3. Hak milik itu adalah funksi sosial.
Ketentuan : Hak milik itu adalah fungsi sosial

Pasal 27
1. Pentjabutan hal milik untuk kepentingan umum atas sesuatu benda atau hak tidak
dibolehkan, ketjuali dengan mengganti kerugian dan menurut aturan-aturan undang-
undang.
Ketentuan : Pencabutan hak milik untuk kepentingan umum atas suatu benda atau
hak, tidak diperbolehkan. Kecuali, dengan mengganti kerugian dan menurut
aturan undang-undang
2. Apabila sesuatu benda harus dibinasakan untuk kepentingan umum, ataupun, baik
untuk selama-lamanja maupun untuk beberapa lama, harus dirusakkan sampai tak
terpakai lagi, oleh kekuasaan umum; maka hal itu dilakukan dengan mengganti
kerugian dan menurut aturan-aturan undang-undang, ketjuali djika ditentukan jang
sebaliknja oleh aturan-aturan itu.
Ketentuan : Jika suatu benda itu harus dihilangkan/dibinasakan untuk
kepentingan umum sampai tidak bisa digunakan lagi, baik selamanya atau untuk
sementara, harus diberikan ganti rugi menurut undang-undang. Kecuali ada
aturan yang melarangnya
Pasal 28
1. Setiap warga-negara, sesuai dengan ketjakapannja, berhak atas pekerdjaan, jang
lajak bagi kemanusiaan.
Ketentuan : Tiap warga negara, sesuai dengan kecakapannya, memiliki hak atas
pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan
2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerdjaan dan berhak pula atas sjarat-
sjarat perburuhan jang adil.
Ketentuan : Tiap orang bebas memilih pekerjaan dan berhak atas syarat-syarat
perburuhan yang adil
3. Setiap orang jang melakukan pekerdjaan jang sama dalam hal-hal jang sama,
berhak atas pengupahan jang sama dan atas perdjandjian- perdjandjian pekerdjaan
jang sama baiknja.
Ketentuan : Tiap orang yang melakukan pekerjaan yang sama dalam hal sama,
berhak atas pengupahan yang sama dan atas perjanjian pekerjaan yang sama
baiknya
4. Setiap orang jang melakukan pekerjaan, berhak atas pengupahan adil jang
mendjamin kehidupannja bersama dengan keluarganja, sepadan dengan martabat
manusia.
Ketentuan : Tiap orang yang melakukan pekerjaan, berhak atas pengupahan adil
yang menjamin kehidupannya bersama keluarganya yang sepadan dengan
martabat manusia

Pasal 29
Setiap orang berhak mendirikan serikat-sekerdja dan masuk kedalamnja untuk
memperlindungi dan memperdjoangkan kepentingannja.
Ketentuan : Tiap orang berhak mendirikan serikat sekerja dan masuk ke dalamnya
untuk melindungi
Pasal 30
1. Tiap-tiap warga-negara berhak mendapat pengadjaran.
Ketentuan : Tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
2. Memilih pengadjaran jang diikuti, adalah bebas.
Ketentuan : (Tiap orang) bebas memilih pengajaran yang diikuti
3. Mengadjar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa jang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-undang.
Ketentuan : (Tiap orang) bebas mengajar, dengan tidak mengurangi pengawasan
penguasa yang dilakukan terhadap (pengajaran) itu menurut peraturan undang-
undang

Pasal 31
Kebebasan melakukan pekerdjaan sosial dan amal, mendirikan organisasi-organisasi
untuk itu, dan djuga untuk pengadjaran partikelir, dan mentjari dan mempunjai harta
untuk maksud-maksud itu, diakui, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa
jang dilakukan
terhadap itu menurut peraturan undang-undang.
Ketentuan : Kebebasan melakukan pekerjaan sosial dan amal, mendirikan
organisasi, dan juga pengajaran partikelir, mencari dan mempunyai harta untuk
maksud itu diakui, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-unang

Pasal 32
Setiap orang jang didaerah Negara harus patuh kepada undang-undang termasuk
aturan-aturan hukum jang tak tertulis, dan kepada penguasa-penguasa.
Ketentuan : Tiap orang yang ada di daerah negara, harus patuh kepada undang-
undang. Termasuk aturan hukum yang tidak tertulis, dan kepada penguasa
(negara)
Pasal 33
Melakukan hak-hak dan kebebasan-kebebasan jang diterangkan dalam bagian ini
hanja dapat dibatasi dengan peraturan- peraturan undang-undang semata-mata untuk
mendjamin pengakuan dan penghormatan jang tak boleh tiada terhadap hak-hak serta
kebebasan- kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi sjarat-sjarat jang adil untuk
ketenteraman, kesusilaan dan kesedjahteraan dalam suatu masjarakat jang demokratis.
Ketentuan : Melakukan hak dan kebebasan yang diterangkan dalam bagian ini,
hanya dapat dibatasi peraturan undang-undang. Dan semata-mata untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan yang tidak boleh tidak ada terhadap hak
serta kebebasan orang lain

Pasal 34
Tiada suatu ketentuanpun dalam bagian ini boleh ditafsirkan dengan pengertian,
sehingga sesuatu penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak dari padanja
untuk mengusahakan sesuatu apa atau melakukan perbuatan berupa apapun jang
bermaksud menghapuskan sesuatu hak atau kebebasan jang diterangkan dalamnja.
Ketentuan : Tidak satupun ketentuan dalam bagian ini yang boleh ditafsirkan
dengan pengertian, sehingga penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak
dari padanya untuk mengusahakan sesuatu atau melakukan perbuatan berupa
apapun yang bermaksud menghapuskan hak atau kebebasan yang diterangkan
dalamnya
BAGIAN VI
Azas-azas dasar
Pasal 35

Kemauan Rakjat adalah dasar kekuasaan penguasa; kemauan itu dinjatakan dalam
pemilihan berkala jang djudjur dan jang dilakukan menurut hak-pilih jang bersifat
umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara jang rahasia ataupun
menurut tiara jang djuga mendjamin kebebasan mengeluarkan suara.
Ketentuan 1 : Dasar kekuasaan penguasa adalah kemauan rakyat
Ketentuan 2 : Kemauan itu dinyatakan dalam pemilihan berkala yang jujur dan
dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan, serta
pemungutan suara yang rahasia atau menurut cara yang menjamin kebebasan
mengeluarkan suara

Pasal 36
Penguasa memadjukan kepastian dan djaminan sosial, teristimewa pemastian dan
pendjaminan sjarat-sjarat perburuhan dan keadaan-keadaan perburuhan jang baik,
pentjegahan dan pemberantasan pengangguran serta penjelenggaraan persediaan
untuk hari-tua dan pemeliharaan djanda-djanda dan anak-jatim-piatu.
Ketentuan : Penguasa memajukan kepastian dan jaminan sosial, teristimewa
pemastian dan penjaminan syarat-syarat perburuhan dan keadaan perburuhan
yang baik, pencegahan dan pemberantasan pengangguran serta penyelenggaraan
persediaan untuk hari tua dan pemeliharaan janda-janda dan anak yatim piatu.

Pasal 37
1. Penguasa terus-menerus menjelenggarakan usaha untuk meninggikan kemakmuran
rakjat• dan berkewadjiban senantiasa mendjamin bagi setiap orang deradjat hidup
jang sesuai dengan martabat manusia untuk dirinja serta keluarganja.
Ketentuan 1 : Penguasa terus menyelenggarakan usaha untuk meninggikan
kemakmuran rakyat
Ketentuan 2 : Penguasa berkewajiban menjamin setiap orang derajat hidup yang
sesuai dengan martabat manusia untuk dirinya serta keluarganya
2. Dengan tidak mengurangi pembatasan jang ditentukan untuk kepentingan umum
dengan peraturan-peraturan undang-undang, maka. kepada sekalian orang diberikan
kesempatan menurut sifat, bakat dan ketjakapan masing- masing untuk turut-serta
dalam perkembangan sumber-sumber kemakmuran negeri.
Ketentuan : Tiap orang diberi kesempatan menurut sifat, bakat dan kecakapan
masing-masing untuk turut serta dalam perkembangan sumber kemakmuran
negeri, dengan tidak mengurangi pembatasan yang ditentukan untuk kepentingan
umum dengan peraturan undang-undang
3. Penguasa mentjegah adanja organisasi-organisasi jang bersifat monopoli partikelir
jang merugikan ekonomi nasional menurut peraturan- peraturan jang ditetapkan
dengan undang-undang.
Ketentuan : Penguasa mencegah adanya organisasi yang bersifat monopoli
partikelir yang merugikan ekonomi nasional menurut peraturan yang ditetapkan
dengan undang-undang

Pasal 38
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Ketentuan : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan
2. Tjabang-tjabang produksi jang penting bagi Negara dan jang menguasai hadjat
hidup orang banjak dikuasai oleh Negara.
Ketentuan : Cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak, dikuasai negara
3. Bumi dan air dan kekajaan alam jang terkandung didalamnja dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakjat.
Ketentuan : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dalamnya, dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat

Pasal 39
1. Keluarga berhak atas perlindungan oleh masjarakat dan Negara.
Ketentuan : Keluarga memiliki hak atas perlindungan oleh masyarakat dan negara
2. Fakir-miskin dan anak-anak jang terlantar dipelihara oleh Negara.
Ketentuan : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara

Pasal 40
Penguasa melindungi kebebasan mengusahakan kebudajaan serta kesenian dan ilmu
pengetahuan. Dengan mendjundjung azas ini maka penguasa memadjukan sekuat
tenaganja perkembangan kebangsaan dalam kebudajaan serta kesenian dan ilmu
pengetahuan.
Ketentuan : Penguasa melindungi kebebasan mengusahakan kebudayaan serta
kesenian dan ilmu pengetahuan

Pasal 41
1. Penguasa wadjib memadjukan perkembangan rakyat baik rohani maupun djasmani.
Ketentuan : Penguasa wajib memajukan perkembangan rakyat baik rohani
maupun jasmani
2. Penguasa teistimewa berusaha selekas-lekasnya menghapuskan buta- huruf.
Ketentuan : Penguasa berusaha secepatnya menghapuskan buta-huruf
3. Penguasa memenuhi kebutuhan akan pengadjaran umum jang diberikan atas dasar
memperdalam keinsjafan kebangsaan, mempererat persatuan Indonesia, membangun
dan memperdalam perasaan peri- kemanusiaan, kesabaran dan penghormatan jang
sama terhadap
kejakinan agama setiap orang dengan memberikan kesempatan dalam djam peladjaran
untuk mengadjarkan peladjaran agama sesuai dengan keinginan orang-tua murid-
murid.
Ketentuan : Penguasa (melalui sekolah-sekolah) memenuhi kebutuhan kepada
murid-murid dengan memberikan kesempatan dalam jam pelajaran untuk
mengajarkan pelajaran agama sesuai keinginan para orangtua
4. Terhadap pengadjaran rendah, maka penguasa berusaha melaksanakan dengan
lekas kewadjiban beladjar jang umum.
Ketentuan : Penguasa berusaha melaksanakan kewajiban belajar yang umum
secepatnya, terhadap pengajaran rendah
5. Murid-murid sekolah partikelir jang memenuhi sjarat-sjarat kebaikan-kebaikan
menurut undang-undang bagi pengadjaran umum, sama haknja dengan hak murid-
murid sekolah umum.
Ketentuan : (Hak) murid sekolah partikelir yang memenuhi syarat kebaikan
menurut undang-undang bagi pengajaran umum, sama dengan hak murid sekolah
umum
Pasal 42
Penguasa senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh memadjukan kebersihan
umum dan kesehatan rakjat.
Ketentuan : Penguasa berusaha memajukan kebersihan umum dan kesehatan
rakyat dengan sungguh-sungguh

Pasal 43
1. Negara berdasarkan atas ke-Tuhanan Jang Maha Esa.
Ketentuan : Negara Indonesia mengakui Ketuhanan tetapi bukan berlandaskan
satu agama tertentu.
2. Negara mendjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanja
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanja dan kepertjajaannja itu.
Ketentuan : Tiap penduduk dijamin kemerdekaanya untuk memeluk dan beribadat
menurut agama dan kepercayaannya oleh negara
3. Penguasa memberi perlindungan jang sama kepada segala perkumpulan dan
pesekutuan agama jang diakui. Pemberian sokongan berupa apapun oleh penguasa
kepada pedjabat-pedjabat agama dan persekutuan- persekutuan atau perkumpulan-
perkumpulan agama dilakukan atas dasar sama hak.
Ketentuan 1 : Penguasa memberi perlindungan yang sama kepada segala
perkumpulan dan persekutuan agama yang diakui
Ketentuan 2 : Pemberian sokongan berupa apapun oleh penguasa kepada pejabat
agama, persekutuan atau perkumpulan agama, dilakukan atas dasar sama hak
4. Penguasa mengawasi supaja segala persekutuan dan perkumpulan agama patuh-taat
kepada undang-undang, termasuk aturan-aturan hukum jang tak tertulis.
Ketentuan : Penguasa mengawasi supaya segala persekutuan dan perkumpulan
agama itu, patuh dan taat kepada undang-undang. Termasuk aturan hukum yang
tidak tertulis

NAMA : PAUL NATANAEL SIAHAAN

NIM : 02011282025202

KELAS : B INDRALAYA

BAB II.

ALAT-ALAT PERLENGKAPAN NEGARA.

Ketentuan umum.

Pasal 44.

Alat-alat perlengkapan Negara ialah :

a. Presiden dan wakil Presiden;

b. Menteri-menteri;

c. Dewan Perwakilan Rakyat;

d. Mahkamah Agung;
e. Dewan Pengawas Keuangan.

Ketentuan :

· Alat-alat perlengkapan negara terdiri dari . Presiden dan wakil Presiden, Menteri-
menteri, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, Dewan Pengawas
Keuangan.

BAGIAN I.

Pemerintah.

Pasal 45.

1. Presiden ialah Kepala Negara.

Ketentuan :

· Presiden merupakan kepala negara

2. Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu seorang Wakil- Presiden.

Ketentuan :

· Wakil-Presiden merupakan seseorang yang membantu Presiden dalam


menjalankan kewajibannya

3. Presiden dan Wakil-Presiden dipilih menurut aturan yang ditetapkan dengan


undang-undang.

Ketentuan :

· Ketentuan terkait pemilihan Presiden dan Wakil-Presiden diatur dengan undang-


undang

4. Untuk pertama kali Wakil-Presiden diangkat oleh Presiden dari anjuran yang
dimajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Ketentuan :

· Wakil-Presiden pertama diangkat oleh Presiden


· Pengangkatan Wakil-Presiden yang pertama tersebut merupakan anjuran yang
dimajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

5. Presiden dan Wakil-Presiden harus warga-negara Indonesia yang telah berusia


30 tahun dan tidak boleh orang yang tidak diperkenankan serta dalam atau
menjalankan hak-pilih ataupun orang yang telah dicabut haknya untuk dipilih.

Ketentuan :

· Syarat untuk menjadi Presiden adalah:

a. warga-negara Indonesia yang telah berusia 30 tahun;

b. bukan orang yang tidak diperkenankan serta dalam atau


menjalankan hak-pilih;

c. bukan orang yang telah dicabut haknya untuk dipilih

Pasal 46.

1. Presiden dan Wakil-Presiden berkedudukan di tempat kedudukan


Pemerintah.Ketentuan :

· Kedudukan Presiden dan Wakil-Presiden bertempat ditempat kedudukan


Pemerintah

2. Pemerintah berkedudukan di Jakarta, kecuali jika dalam hal darurat


Pemerintah menentukan tempat yang lain.

Ketentuan :

· Kedudukan dari Pemerintah adalah di Jakarta

· Dalam hal keadaan darurat menghendaki, Pemerintah dapat menentukan


tempat yang lain selain Jakarta dalam hal kedudukannya

Pasal 47.

Presiden dan Wakil-Presiden sebelum memangku,jabatan, mengangkat sumpah


(menyatakan keterangan) menurut cara agamanya di hadapan Dewan
Perwakilan Rakyat, sebagai berikut

“Saya bersumpah (menerangkan) bahwa saya, untuk dipilih menjadi Presiden


(Wakil-Presiden) Republik Indonesia, langsung ataupun tak langsung, dengan
nama atau dengan dalih apapun, tiada memberikan atau menjanjikan ataupun
akan memberikan sesuatu kepada siapapun juga.

Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima dari siapapun juga,
langsung ataupun tak langsung sesuatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya dengan sekuat tenaga akan memajukan
kesejahteraan Republik Indonesia dan bahwa saya akan melindungi dan
mempertahankan kebebasan-kebebasan dan hak-hak umum dan khusus
sekalian penghuni Negara.

Saya bersumpah (berjanji) setia kepada Undang-undang Dasar dan lagi bahwa
saya akan memelihara segala peraturan yang berlaku bagi Republik Indonesia,
bahwa saya akan setia kepada Nusa dan Bangsa dan bahwa saya dengan setia
akan memenuhi segala kewajiban yang ditanggungkan kepada saya oleh jabatan
Kepala Negara (Wakil Kepala Negara) Republik Indonesia, sebagai sepantasnya
bagi Kepala Negara (Wakil Kepala Negara yang baik).

Ketentuan :

· Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil-Presiden mengangkat


sumpah menurut cara agamanya masing-masing

· Sumpah yang disampaikan oleh Presiden dan Wakil-Presiden diucapkan di


hadapan Dewan Perwakilan Rakyat

· Isi dari sumpah tersebut terdiri dari:

a. Dengan nama atau dengan dalih apapun, tiada memberikan atau


menjanjikan ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun
juga;

b. Tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan


menerima dari siapapun juga, langsung ataupun tak langsung
sesuatu janji atau pemberian;

c. Dengan sekuat tenaga akan memajukan kesejahteraan Republik


Indonesia dan bahwa saya akan melindungi dan mempertahankan
kebebasan-kebebasan dan hak-hak umum dan khusus sekalian
penghuni Negara;

d. Setia kepada Undang-undang Dasar dan akan memelihara segala


peraturan yang berlaku bagi Republik Indonesia;

e. Setia kepada Nusa dan Bangsa dan dengan setia akan memenuhi
segala kewajiban yang ditanggungkan kepadanya oleh jabatannya
sebagai Kepala Negara

Pasal 48.
Jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.

Ketentuan :

· Dalam hal Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, maka Presiden digantikan oleh Wakil Presiden

· Penggantian Presiden oleh Wakil Presiden dilakukan hingga habis masa waktunya

Pasal 49.

Yang dapat diangkat menjadi Menteri ialah warga-negara Indonesia yang telah
berusia 25 tahun dan yang bukan orang yang tidak diperkenankan serta dalam
atau menjalankan hak-pilih ataupun orang yang telah dicabut haknya untuk
dipilih.

Ketentuan :

· Syarat diangkat menjadi Menteri adalah:

a. Menteri ialah warga-negara Indonesia yang telah berusia 25 tahun;

b. Bukan orang yang tidak diperkenankan serta dalam atau


menjalankan hak-pilih;

c. Bukan orang yang telah dicabut haknya untuk dipilih

Pasal 50.

Presiden membentuk Kementerian-kementerian.

Ketentuan :

· Presiden berwenang untuk membentuk Kementerian-kementerian

Pasal 51.

1. Presiden menunjuk seorang atau beberapa orang pembentuk Kabinet.

Ketentuan :

· Presiden berwenang menunjuk seorang atau beberapa orang untuk membentuk


Kabinet
2. Sesuai dengan anjuran pembentuk Kabinet itu, Presiden mengangkat seorang
dari padanya menjadi Perdana Menteri dan mengangkat Menterimenteri yang
lain.

Ketentuan :

· Pembentuk Kabinet berwenang menganjurkan Presiden untuk mengangkat


seorang Perdana Menteri dari kabinet yang telah dibentuk tersebut

· Pembentuk Kabinet berwenang menganjurkan Presiden untuk mengangkat


Menteri-menteri dari kabinet yang telah dibentuk tersebut

3. Sesuai dengan anjuran pembentuk itu juga, Presiden menetapkan siapasiapa


dari Menteri-menteri itu diwajibkan memimpin Kementerian masing- masing.

Presiden boleh mengangkat Menteri-menteri yang tidak memangku sesuatu


Kementerian.

Ketentuan :

· Pembentuk kabinet berhak menganjurkan Presiden untuk menetapkan siapa-siapa


dari Menteri-menteri tersebut yang diwajibkan untuk memimpin Kementerian
masing-masing

· Dalam hal pengangkatan tersebut, Presiden berhak mengangkat Menteri-menteri


yang tidak memangku kementerian apapun

4. Keputusan-keputusan Presiden yang memuat pengangkatan yang diterangkan


dalam ayat (2) dan (3) pasal ini ditanda-tangani serta oleh pembentuk Kabinet.

Ketentuan :

· Setiap keputusan Presiden mengenai pengangkatan Perdana Menteri dan Menteri-


menteri ditanda-tangani oleh Presiden dan pembentuk Kabinet

5. Pengangkatan atau penghentian antara-waktu Menteri-menteri begitu pula


penghentian Kabinet dilakukan dengan Keputusan Presiden.

Ketentuan :
· Mengenai hal pengangkatan atau pemberhentian Menteri-menteri dilakukan
dengan Keputusan Presiden

· Mengenai hal pengangkatan atau pemberhentian Kabinet dilakukan dengan


Keputusan Presiden

Pasal 52.

1. Untuk merundingkan bersama-sama kepentingan-kepentingan umum Republik


Indonesia, Menteri-menteri bersidang dalam Dewan Menteri yang diketuai oleh
Perdana Menteri atau dalam hal Perdana Menteri berhalangan, oleh salah
seorang Menteri yang ditunjuk oleh Dewan Menteri.

Ketentuan :

· Dalam perundingan kepentingan-kepentingan umum Republik Indonesia, Menteri-


menteri bersidang dalam Dewan Menteri

· Persidangan mengenai perundingan kepentingan-kepentingan umum Republik


Indonesia tersebut diketuai oleh Perdana Menteri

· Dalam hal Perdana Menteri berhalangan untuk menjadi ketua persidangan, dapat
digantikan oleh salah seorang Menteri

· Penunjukan ketua pengganti Perdana Menteri dalam Persidangan mengenai


perundingan kepentingan-kepentingan umum Republik Indonesia tersebut
dilaksanakan oleh Dewan Menteri

2. Dewan Menteri senantiasa memberitahukan segala urusan yang penting kepada


Presiden dan Wakil-Presiden. Masing-masing Menteri berkewajiban demikian
juga berhubung dengan urusan-urusan yang khusus masuk tugasnya.

Ketentuan :

· Mengenai urusan-urusan penting, Dewan Menteri memberitahukannya kepada


Presiden dan Wakil-Presiden

· Setiap Menteri berkewajiban memberitahukan segala urusan yang penting kepada


Presiden dan Wakil-Presiden, sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan
tugasnya

Pasal 53.
Sebelum memangku jabatannya, Menteri-menteri mengangkat sumpah
(menyatakan keterangan) di hadapan Presiden menurut cara agamanya, sebagai
berikut :

"Saya bersumpah (menerangkan) bahwa saya, untuk diangkat menjadi Menteri,


langsung ataupun tak langsung dengan nama atau dalih apapun, tiada
memberikan atau menjanjikan ataupun akan memberikan sesuatu kepada
siapapun juga.

Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali menerima dari siapapun juga,
langsung ataupun tak langsung sesuatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah (berjanji) setia kepada Undang-undang Dasar, bahwa saya


akan memelihara segala peraturan yang berlaku bagi Republik Indonesia,
bahwa saya dengan sekuat tenaga akan mengusahakan kesejahteraan Republik
Indonesia, bahwa saya akan setia kepada Nusa dan Bangsa dan bahwa saya
akan memenuhi dengan setia segala kewajiban yang ditanggungkan kepada saya
oleh jabatan Menteri".

Ketentuan :

· Menteri-menteri mengangkat sumpah sebelum memangku jabatannya masing-


masing

· Sumpah yang disampaikan oleh Menteri-menteri tersebut terdiri dari:

a. tiada memberikan atau menjanjikan ataupun akan memberikan


sesuatu kepada siapapun juga;

b. melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada


sekali-kali menerima dari siapapun juga, langsung ataupun tak
langsung sesuatu janji atau pemberian;

c. akan memelihara segala peraturan yang berlaku bagi Republik


Indonesia;

d. akan setia kepada Nusa dan Bangsa;

e. akan memenuhi dengan setia segala kewajiban yang ditanggungkan


kepadanya

Pasal 54.

Gaji Presiden, gaji Wakil-Presiden dan gaji Menteri-menteri, begitu pula ganti
rugi untuk biaya perjalanan dan biaya penginapan dan, jika ada, ganti- rugi
yang lain-lain, diatur dengan Undang-undang.
Ketentuan :

· Setiap hal yang berkenan dengan hal yang dirincikan dibawah ini, diatur oleh
undang-undang, yaitu:

a. Gaji Presiden;

b. Gaji Wakil-Presiden;

c. Gaji Menteri-menteri;

d. Ganti rugi untuk biaya perjalanan;

e. Biaya penginapan dan

f. Jika ada, ganti- rugi yang lain-lain

Pasal 55

1. Jabatan Presiden, Wakil-Presiden dan Menteri tidak boleh dipangku bersama-


sama dengan menjalankan jabatan umum apapun di dalam dan di luar
Republik Indonesia.

Ketentuan :

· Presiden tidak dapat memangku jabatan bersama-sama dengan menjalankan


jabatan umum apapun di dalam dan di luar Republik Indonesia

· Wakil-Presiden tidak dapat memangku jabatan bersama-sama dengan


menjalankan jabatan umum apapun di dalam dan di luar Republik Indonesia

· Menteru tidak dapat memangku jabatan bersama-sama dengan menjalankan


jabatan umum apapun di dalam dan di luar Republik Indonesia

2. Presiden, Wakil-Presiden dan Menteri-menteri tidak boleh, langsung atau tak


langsung turut-serta dalam ataupun menjadi penanggung untuk sesuatu badan
perusahaan yang berdasarkan perjanjian untuk memperoleh laba atau untung
yang diadakan dengan Republik Indonesia atau dengan sesuatu daerah otonom
dari Indonesia.

Ketentuan :
3. Mereka tidak boleh mempunyai piutang atas tanggungan Republik Indonesia,
kecuali surat-surat-utang umum.

Ketentuan :

· Presiden, Wakil-Presiden dan Menteri-menteri tidak diperbolehkan mempunyai


piutang atas tanggungan Republik Indonesia

· Mengenai piutang dalam ayat ini, dikecualikan untuk surat-surat-utang umum

4. Yang ditetapkan dalam ayat (2) dan (3) pasal ini tetap berlaku atas mereka
selama tiga tahun sesudah mereka meletakkan jabatannya.

Ketentuan :

· Ketentuan mengenai piutang yang dimiliki Presiden, Wakil-Presiden dan Menteri-


menteri, tetap berlaku selama tiga tahun setelah mereka meletakkan jabatannya

BAGIAN II.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT.

Pasal 56.

Dewan Perwakilan Rakyat mewakili seluruh Rakyat Indonesia dan terdiri


sejumlah Anggota yang besarnya ditetapkan berdasar atas perhitungan setiap
300.000 jiwa penduduk warga-negara Indonesia mempunyai seorang wakil;
ketentuan ini tidak mengurangi yang ditetapkan dalam ayat kedua Pasal 58.

Ketentuan :

· Dewan Perwakilan Rakyat merupakan sebuah lembaga yang mewakili seluruh


Rakyat Indonesia

· Jumlah Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan berdasarkan perhitungan setiap


300.000 jiwa penduduk warga-negara Indonesia yang mempunyai seorang wakil

· Ketentuan yang terdapat dalam pasal ini tidak mengurangi apa yang ditetapkan
dalam ayat kedua Pasal 58

Pasal 57.

Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih dalam suatu pemilihan


umum oleh warga-negara Indonesia yang memenuhi syarat-syarat dan menurut
aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang.
Ketentuan :

· Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui suatu pemilihan umum

· Pemilihan umum anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat tersebut dipilih oleh


warga-negara Indonesia

· Setiap warga-negara yang melakukan pemilihan umum wajib memenuhi syarat-


syarat dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Undang-undang

Pasal 58.

1. Golongan-golongan kecil Tionghoa. Eropah dan Arab akan mempunyai wakil


dalam Dewan Perwakilan Rakyat dengan berturut-turut sekurangkurangnya 9,
6 dan 3 Anggota.

Ketentuan :

· Setiap golongan-golongan kecil Tionghoa, Eropah, dan Arab akan memiliki wakil
dalam Dewan Perwakilan Rakyat

· Wakil dari masing-masing golongan tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Tionghoa (9 Anggota);

b. Eropah (6 Anggota); dan

c. Arab (3 Anggota)

2. Jika jumlah-jumlah itu tidak tercapai dengan pemilihan menurut Undang-


undang termaksud dalam Pasal 57, maka Pemerintah Republik Indonesia
mengangkat wakil-wakil tambahan bagi golongan-golongan kecil itu. Jumlah
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebagai tersebut dalam Pasal 56 ditambah
dalam hal itu jika perlu dengan jumlah pengangkatan- pengangkatan itu.

Ketentuan :

· Dalam hal tidak tercapai jumlah-jumlah yang ditentutkan dalam Pasal 57, maka
Pemerintah Republik Indonesia mengangkat wakil-wakil tambahan bagi golongan-
golongan Tionghoa, Eropah, dan Arab

· Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana disebut didalam Pasal 56,
dapat ditambah jika perlu dengan jumlah pengangkatan- pengangkatan tersebut

Pasal 59.

Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih untuk masa empat tahun.


Mereka meletakkan jabatannya bersama-sama dan sesudahnya dapat dipilih
kembali.

Ketentuan :

· Masa jabatan Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat adalah empat tahun

· Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat meletakkan jabatannya bersama-sama

· Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat dipilih kembali setelah


meletakkan jabatannya

Pasal 60.

Yang boleh menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ialah warga-negara


yang telah berusia 25 tahun dan bukan orang yang tidak diperkenankan serta
dalam atau menjalankan hak-pilih ataupun orang yang haknya untuk dipilih
telah dicabut.

Ketentuan :

· Syarat untuk menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat adalah:

a. Telah berusia 25 tahun;

b. Bukan orang yang tidak diperkenankan serta dalam atau


menjalankan hak-pilih; atau

c. Bukan orang yang haknya untuk dipilih telah dicabut

Pasal 61.

1. Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat dirangkap dengan jabatan


Presiden, Wakil-Presiden, Jaksa Agung, Ketua, Wakil Ketua atau Anggota
Mahkamah Agung, Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Dewan Pengawas
Keuangan, Presiden Bank-Sirkulasi dan jabatan-jabatan lain yang ditentukan
dengan Undang-undang.

Ketentuan :

· Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat dirangkap dengan jabatan:

a. Presiden;
b. Wakil-Presiden;

c. Jaksa Agung;

d. Ketua, Wakil Ketua atau Anggota Mahkamah Agung;

e. Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Dewan Pengawas Keuangan;

f. Presiden Bank-Sirkulasi; dan

g. Jabatan-jabatan lain yang ditentukan dengan Undang-undang

2. Seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang merangkap menjadi Menteri


tidak boleh mempergunakan hak atau melakukan kewajibannya sebagai
Anggota badan tersebut selama ia memangku jabatan Menteri.

Ketentuan :

· Setiap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang merangkap menjadi Menteri, tidak
diperkenankan mempergunakan hak atau melakukan kewajibannya sebagai
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat badan selama ia memangku jabatan Menteri

3. Anggota Angkatan Perang dalam dinas aktif yang menerima keanggotaan


Dewan Perwakilan Rakyat, dengan sendirinya menjadi non-aktif selama
keanggotaan itu. Setelah berhenti menjadi Anggota, ia kembali dalam dinas-
aktif lagi.

Ketentuan :

· Setiap Anggota Angkatan Perang dalam dinas aktif yang menerima keanggotaan
Dewan Perwakilan Rakyat, menjadi non-aktif statusnya sebagai Anggota Angkatan
Perang

· Status keanggotaan Angkatan Perang tersebut menjadi dinas aktif kembali setelah
berhenti menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Pasal 62.

1. Dewan Perwakilan Rakyat memilih dari antaranya seorang Ketua dan seorang
atau beberapa orang Wakil-Ketua. Pemilihan-pemilihan ini membutuhkan
pengesahan Presiden.

Ketentuan :
· Dalam kepengurusannya, Dewan Perwakilan Rakyat memilih seorang Ketua
dari antaranya

· Dalam kepengurusannya, Dewan Perwakilan Rakyat memilih seorang atau


beberapa orang Wakil-Ketua dari antaranya

· Setiap pemilihan Ketua dan Wakil-Ketua Dewan Perwakilan Rakyat,


memerlukan pengesahan dari Seorang Presiden

2. Selama pemilihan Ketua dan Wakil-Ketua belum disahkan oleh Presiden, rapat
diketuai untuk sementara oleh Anggota yang tertua umurnya.

Ketentuan :

· Sepanjang pemilihan Ketua dan Wakil-Ketua Dewan Perwakilan Rakyat belum


mendapat pengesahan dari Presiden, rapat tersebut diketuai oleh Anggota yang
tertua umurnya

· Dalam hal rapat diketuai oleh Anggota yang tertua umurnya tersebut, sifatnya
sementara

Pasal 63.

Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebelum memangku jabatannya,


mengangkat sumpah (menyatakan keterangan) di hadapan Presiden atau Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat yang dikuasakan untuk itu oleh Presiden, menurut
cara agamanya sebagai berikut :

"Saya bersumpah (menerangkan) bahwa saya, untuk dipilih (diangkat) menjadi


Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, langsung atau tak langsung, dengan nama
atau dalih apapun, tiada memberikan atau menjanjikan ataupun akan
memberikan sesuatu kepada siapapun juga.

Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima, langsung ataupun
tak langsung, dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah (berjanji), bahwa saya senantiasa akan membantu memelihara


Undang-undang Dasar dan segala peraturan yang lain berlaku bagi Republik
Indonesia, bahwa saya akan berusaha dengan sekuat tenaga memajukan
kesejahteraan Republik Indonesia dan bahwa saya akan setia kepada Nusa dan
Bangsa".

Ketentuan :

· Sebelum menjabat, Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat mengangkat


sumpah di hadapan Presiden atau Ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang
dikuasakan untuk itu oleh Presiden, menurut cara agamanya
· Isi sumpah tersebut terdiri dari:

a. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, langsung atau tak langsung,


dengan nama atau dalih apapun, tiada memberikan atau
menjanjikan ataupun akan memberikan sesuatu kepada siapapun
juga;

b. melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada


sekali-kali akan menerima, langsung ataupun tak langsung, dari
siapapun juga sesuatu janji atau pemberian;

c. senantiasa akan membantu memelihara Undang-undang Dasar dan


segala peraturan yang lain berlaku bagi Republik Indonesia

d. berusaha dengan sekuat tenaga memajukan kesejahteraan Republik


Indonesia; serta

e. setia kepada Nusa dan Bangsa

Pasal 64.

Dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat Ketua memberi kesempatan berbicara


kepada Menteri-menteri, apabila dan tiap-tiap kali mereka mengingininya.

Ketentuan :

· Dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua berwenang memberi kesempatan


berbicara kepada Menteri-menteri

· Pemberian kesempatan berbicara tersebut diberikan tiap kali Mneteri-menteri


tersebut memintanya

Pasal 65.

1. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang, apabila Pemerintah menyatakan


kehendaknya tentang itu atau apabila Ketua atau sekurang-kurangnya
sepersepuluh dari jumlah Anggauta Dewan Perwakilan Rakyat menganggap hal
itu perlu.

Ketentuan :

· Dewan Perwakilan Rakyat bersidang apabila:

a. Pemerintah menyatakan kehendaknya tentang itu; atau

b. Apabila Ketua atau sekurang-kurangnya sepersepuluh dari jumlah


Anggota Dewan Perwakilan Rakyat menganggap hal itu perlu
2. Ketua memanggil rapat Dewan Perwakilan Rakyat.

Ketentuan :

· Ketua Dewan Perwakilan Rakyat berwenang memanggil atau mengadakan rapat


Dewan Perwakilan Rakyat

Pasal 66.

1. Rapat-rapat Dewan Perwakilan Rakyat terbuka untuk umum, kecuali jika


Ketua menimbang perlu pintu ditutup ataupun sekurang-kurangnya sepuluh
Anggota menuntut hal itu.

Ketentuan :

· Setiap rapat Dewan Perwakilan Rakyat bersifat terbuka untuk umum

· Pengecualian terhadap sifat terbukanya rapat Dewan Perwakilan Rakyat bagi


umum dikecualikan jika:

a. Ketua menimbang perlu pintu ditutup; atau

b. sekurang-kurangnya sepuluh Anggota menuntut hal itu

2. Sesudah pintu ditutup, rapat memutuskan apakah permusyawaratan dilakukan


dengan pintu tertutup.

Ketentuan :

· Apabila setelah pintu ditutup dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat, rapat tersebut
memutuskan apakah permusyawaratan dilakukan secara tertutup

3. Tentang hal-hal yang dibicarakan dalam rapat tertutup dapat juga diputuskan
dengan pintu tertutup.

Ketentuan :

· Setiap hal-hal yang dibahas dalam rapat tertutup tersebut, keputusannya juga
bersifat tertutup

Pasal 67.
Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat setiap waktu boleh meletakkan
jabatannya.

Mereka memberitahukan hal itu dengan surat kepada Ketua.

Ketentuan :

· Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat meletakkan jabatannya setiap


waktu

· Dalam hal terdapat anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hendak


meletakkan jabatannya, wajib memberitahukannya kepada Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat

· Penyampaian pengunduran diri atau meletakkan jabatannya anggota-anggota


Dewan Perwakilan Rakyat tersebut disampaikan melalui Surat kepada Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat

Pasal 68.

Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan rapat-rapatnya di Jakarta kecuali jika


dalam hal-hal darurat Pemerintah menentukan tempat yang lain.

Ketentuan :

· Setiap rapat Dewan Perwakilan Rakyat diadakan di Jakarta

· Pemerintah dapat menentukan tempat rapat Dewan Perwakilan Rakyat selain di


Jakarta, apabila terdapat hal-hal darurat yang menghendakinya

Pasal 69.

1. Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi dan hak menanya;


Anggota-anggota mempunyai hak menanya.

Ketentuan :

· Hak-hak yang dimiliki Dewan Perwakilan Rakyat terdiri dari:

a. Hak interpelasi;

b. Hak menanya

2. Menteri-menteri memberikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, baik dengan


lisan maupun dengan tertulis, segala penerangan yang dikehendaki menurut
ayat yang lalu dan yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan dengan
kepentingan umum Republik Indonesia.
Ketentuan :

· Dewan Perwakilan Rakyat mendapat segala penerangan dari Menteri-menteri

· Segala penerangan tersebut adalah mengenai yang dikehendaki menurut ayat yang
lalu dan yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan dengan kepentingan
umum Republik Indonesia

· Penerangan yang diberikan oleh Menteri-menteri tersebut dapat berbentuk lisan


maupun tertulis

Pasal 70.

Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak menyelidiki (enquete), menurut


aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang.

Ketentuan :

· Hak menyelidiki merupakan hak yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat

· Hak menyelidiki (enquete) tersebut merupakan hak Dewan Perwakilan Rakyat


untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-
undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 71.

Ketua dan Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat begitu pula


Menterimenteri tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena yang
dikatakannya dalam rapat atau yang dikemukakannya dengan surat kepada
Majelis itu, kecuali jika mereka dengan itu mengumumkan apa yang dikatakan
atau yang dikemukakan dalam rapat tertutup dengan syarat supaya
dirahasiakan.

Ketentuan :

· Penuntutan terhadap Ketua, Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan


Menteri-menteri tidak dapat dilakukan di muka pengadilan

· Penuntutan tersebut tidak dapat dilakukan jika karena yang dikatakannya dalam
rapat atau yang dikemukakannya dengan surat kepada Majelis

· Pengecualian diberikan jika Ketua, Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,


dan Menteri-menteri itu mengumumkan apa yang dikatakan atau yang
dikemukakan dalam rapat tertutup dengan syarat supaya dirahasiakan
Pasal 72.

1. Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat mengeluarkan suaranya sebagai


orang yang bebas, menurut perasaan kehormatan dan keinsyafan batinnya,
tidak atas perintah atau dengan kewajiban berembuk dahulu dengan mereka
yang menunjuknya sebagai Anggota.

Ketentuan :

· Setiap anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat bebas menyampaikan suara,


menurut perasaan kehormatan dan keinsyafan batinnya

· Pengertian dari bebas tersebut adalah dalam menyampaikan suaranya setiap


anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak atas perintah atau dengan kewajiban
berembuk dahulu dengan mereka yang menunjuknya sebagai anggota

2. Mereka tidak mengeluarkan suara tentang hal yang mengenai dirinya sendiri.

Ketentuan :

· Dalam menyampaikan suaranya, setiap anggota-anggota Dewan Perwakilan


Rakyat tidak diperkenankan mengeluarkan suara tentang hal yang mengenai
dirinya sendiri

Pasal 73.

Gaji Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, tunjangan-tunjangan yang akan


diberikan kepada Anggota-anggota dan mungkin juga kepada Ketua, begitu
pula biaya perjalanan dan penginapan yang harus didapatnya, diatur dengan
Undangundang.

Ketentuan :

· Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota-anggotanya, berdasarkan undang-


undang berhak mendapat:

a. Gaji; dan

b. Tunjangan-tunjangan; serta

c. Biaya perjalanan dan penginapan yang ada

Pasal 74.
1. Sekalian orang yang menghadiri rapat Dewan Perwakilan Rakyat yang tertutup,
wajib merahasiakan yang dibicarakan dalam rapat itu, kecuali jika Majelis ini
memutuskan lain, ataupun jika kewajiban merahasiakan itu dihapuskan.

Ketentuan :

· Setiap orang yang menghadiri rapat Dewan Perwakilan Rakyat yang sifatnya
tertutup, wajib untuk merahasiakan setiap hal yang dibahas dalam rapat tersebut

· Pengecualian terkait merahasiakan setiap hal yang dibicarakan dalam rapat


tertutup tersebut, dilakukan jika diputuskan lain oleh Mejelis atau kewajiban
merahasiakannya dihapuskan

2. Hal itu berlaku juga terhadap Anggota-anggota, Menteri-menteri dan pegawai-


pegawai yang mendapat tahu dengan cara bagaimanapun tentang yang
dibicarakan itu.

Ketentuan :

· Ketentuan tentang merahasiakan hal-hal yang dibicarakan didalam rapat tertutup


tersebut berlaku juga bagi:

a. Anggota-anggota;

b. Menteri-menteri; dan

c. Pegawai-pegawai yang mendapat tahu dengan cara bagaimanapun


tentang yang dibicarakan dalam rapat tertutup tersebut

Pasal 75.

1. Dewan Perwakilan Rakyat tidak boleh bermusyawarat atau mengambil


keputusan, jika tidak hadir lebih dari seperdua jumlah anggota-sidang.

Ketentuan :

· Pengambilan Keputusan dalam musyawarah tidak dapat dilakukan oleh Dewan


Perwakilan Rakyat, jika anggota-anggota yang hadir tidak lebih dari seperdua
anggota-sidang

2. Sekedar dalam Undang-undang Dasar ini tidak ditetapkan lain, maka segala
keputusan diambil dengan jumlah terbanyak mutlak suara yang dikeluarkan.

Ketentuan :

· Setiap keputusan dalam musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat, diambil


berdasarkan suara terbanyak
· Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak tersebut dilakukan, selama
belum terdapat ketetapan lain dalam Undang-undang Dasar

3. Apabila, pada waktu mengambil keputusan, suara-suara sama berat, dalam hal
rapat itu lengkap anggotanya, usul itu dianggap ditolak, atau dalam hal lain,
mengambil keputusan ditangguhkan sampai rapat yang berikut.

Apabila suara-suara sama berat lagi, maka usul itu dianggap ditolak.

Ketentuan :

· Dalam hal pengambilan keputusan terdapat suara-suara sama berat dan rapat itu
lengkap anggotanya, maka usul tersebut dianggap ditolak

· Dalam hal pengambilan keputusan terdapat suara-suara sama berat dan rapat itu
lengkap anggotanya, maka pengambilan keputusan ditangguhkan sampai rapat
yang berikut

· Apabila dalam rapat berikutnya jumlah suara sama berat lagi, maka usul itu
dianggap ditolak

4. Pemungutan suara tentang orang dilakukan dengan rahasia dan tertulis.

Apabila suara-suara sama berat, maka keputusan diambil dengan undian.

Ketentuan :

· Setiap pemungutan suara yang mengenai orang, dilakukan secara rahasia dan
tertulis

· Jika dalam pengungutan suara tentang orang tersebut terjadi suara-suara yang
sama berat, maka keputusan diambil secara undian

Pasal 76.

Dewan Perwakilan Rakyat selekas mungkin menetapkan peraturan


ketertibannya.

Ketentuan :
· Dewan Perwakilan Rakyat berwenang menetapkan peraturan terkait ketertiban
sesegera mungkin

Pasal 77.

Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Pasal 138, maka untuk pertama kali
selama Dewan Perwakilan Rakyat belum tersusun dengan pemilihan menurut
Undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat terdiri dari Ketua, Wakil-wakil
Ketua dan Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Serikat, Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Senat, Ketua, Wakil-wakil
Ketua dan Anggota-anggota Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dan Ketua,
Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Ketentuan :

· Ketentuan mengenai sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat melalui


pemilihan menurut undang-undang, tanpa mengurangi ketentuan yang terdapat
dalam Pasal 138, maka Dewan Perwakilan Rakyat terdiri dari:

a. Ketua, Wakil-wakil Ketua dan Anggota-anggota Dewan Perwakilan


Rakyat Republik Indonesia Serikat;

b. Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Senat;

c. Ketua, Wakil-wakil Ketua dan Anggota-anggota Badan Pekerja


Komite Nasional Pusat; dan

d. Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Dewan Pertimbangan


Agung

BAGIAN III.

MAHKAMAH AGUNG.

Pasal 78.

Susunan dan kekuasaan Mahkamah Agung diatur dengan Undang-undang.

Ketentuan :

· Pengaturan terkait Mahkamah Agung diatur dalam Undang-undang

Pasal 79.

1. Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Mahkamah Agung diangkat menurut


aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang. Pengangkatan itu
adalah untuk seumur hidup; ketentuan ini tidak mengurangi yang ditetapkan
dalam ayat-ayat yang berikut.

Ketentuan :

· Undang-undang mengatur terkait pengangkatan Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-


anggota Mahkamah Agung

· Pengangkatan Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Mahkamah Agung


adalah untuk seumur hidup

· Pengaturan terkait pengangkatan Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota


Mahkamah Agung seumur hidup ini tidak mengurangi yang ditetapkan dalam
ayat-ayat berikut

2. Undang-undang dapat menetapkan, bahwa Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-


anggota Mahkamah Agung diberhentikan, apabila mencapai usia yang tertentu.

Ketentuan :

· Dalam usia tertentu, berdasarkan ketetapan Undang-undang, Ketua, Wakil-Ketua


dan Anggota-anggota Mahkamah Agung dapat diberhentikan

3. Mereka dapat dipecat atau diberhentikan menurut cara dan dalam hal yang
ditentukan oleh Undang-undang.

Ketentuan :

· Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Mahkamah Agung dapat dipecat atau


diberhentikan dari jabatannya menurut ketentuan yang terdapat dalam Undang-
undang

4. Mereka dapat diberhentikan oleh Presiden atas permintaan sendiri.

Ketentuan :

· Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Mahkamah Agung dapat diberhentikan


oleh Presiden atas permintaannya sendiri

*Blok Warna Ungu dikerjakan oleh Adib Gusti Argioh (02011282025079)


BAB III.

TUGAS ALAT-ALAT PERLENGKAPAN NEGARA.

BAGIAN I.

PEMERINTAHAN.

Pasal 82

Pemerintah menyelenggarakan kesejahteraan Indonesia dan teristimewa berusaha


supaya Undang-undang Dasar, Undang-undang dan peraturan- peraturan lain
dijalankan.

Ketentuan :

-Pemerintah menyelenggarakan kesejahteraan Indonesia

-Pemerintah berupaya agar Undang-undang Dasar, Undang-undang dan


peraturan-peraturan lain dijalankan

Pasal 83

1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.

Ketentuan :

-Kedududkan Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat

2. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan Pemerintah, baik


bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-
sendiri.

Ketentuan :

-Para Menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijakan pemerintah

-Para Menteri bertanggung jawab bersama-sama untuk tugas seluruhnya, maupun


untuk tugasnya sendiri

Pasal 84
Presiden berhak membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Keputusan Presiden yang
menyatakan pembubaran itu, memerintahkan pula untuk mengadakan pemilihan
Dewan Perwakilan Rakyat baru dalam 30 hari.

Ketentuan :

-Presiden dapat membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat

-Keputusan Presiden yang menyatakan pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat


tersebut, harus menyertakan perintah untuk mengadakan pemilihan Dewan
Perwakilan Rakyat yang baru dalam 30 hari

Pasal 85

Sekalian keputusan Presiden juga yang mengenai kekuasaannya atas Angkatan Perang
Republik Indonesia, ditandatangani serta oleh Menteri (Menteri-menteri) yang
bersangkutan, kecuali yang ditetapkan dalam Pasal 45 ayat keempat dan Pasal 51 ayat
keempat.

Ketentuan :

-Presiden mempunyai kekuasaan atas Angkatan Perang Republik Indonesia

-Keputusan Presiden mengenai kekuasaanya atas Angkatan Perang Republik


Indonesia ditandatangani oleh Menteri yang bersangkutan, kecuali yang
ditetapkan dalam pasal 45 ayat (4) dan Pasal 51 ayat (4)

Pasal 86

Pegawai-pegawai Republik Indonesia diangkat menurut aturan-aturan yang ditetapkan


dengan undang-undang.

Ketentuan :

-Para Pegawai pemerintahan Republik Indonesia diangkat menurut aturan-aturan


yang ditetapkan dengan undang-undang

Pasal 87

Presiden memberikan tanda-tanda kehormatan yang diadakan dengan undang-undang.


Ketentuan :

-Presiden memberikan tanda-tanda kehormatan

-Pemberian tanda-tanda kehormatan tersebut diadakan dengan undang-undang

Pasal 88

Peraturan pokok mengenai perhubungan di darat, laut dan udara ditetapkan dengan
undang-undang

Ketentuan :

-Undang-undang menetapkan peraturan pokok mengenai perhubungan di :

1. Darat

2. Laut

3. Udara

BAGIAN II.

Perundang-undangan

Pasal 89

Kecuali apa yang ditentukan dalam Pasal 140 maka kekuasaan perundang- undangan,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan bagian ini, dilakukan oleh Pemerintah bersama-
sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Ketentuan :

-Peraturan perundang-undagan dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan


Dewan Perwakilan Rakyat

-Kecuali apa yang ditentukan dalam Pasal 140, kekuasaan perundang-undangan


dalam ketentuan bagian ini adalah wewenang Pemerintah bersama-sama dengan
Dewan Perwakilan Rakyat

Pasal 90

1. Usul Pemerintah tentang undang-undang disampaikan kepada Dewan Perwakilan


Rakyat dengan amanat Presiden.
Ketentuan :

-Pemerintah berhak mengajukan usul tentang undang-undang kepada Dewan


Perwakilan Rakyat

-Usul Pemerintah tentang undang-undang tersebut disampaikan melalui amanat


presiden

2. Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan usul undang-undang kepada


Pemerintah.

Ketentuan :

-Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul undang-undang kepada


Pemerintah

Pasal 91.

Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengadakan perubahan-perubahan dalam usul


undang-undang yang dimajukan oleh Pemerintah kepadanya.

Ketentuan :

-Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengadakan perubahan-perubahan dalam usul


undang-undang yang diajukan oleh Pemerintah

Pasal 92.

1. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menerima usul undang-undang Pemerintah


dengan mengubahnya ataupun tidak, maka usul itu dikirimkannya dengan
memberitahukan hal itu, kepada Presiden.

Ketentuan :

-Dewan Perwakilan Rakyat dapat menerima usul undang-undang Pemerintah


dengan mengadakan perubahan ataupun tidak terhadap usul undang-undang
tersebut
-Usul undang-undang Pemerintah yang diterima oleh Dewan Perwakilan akan
dikirimkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat ke Pemerintah dengan
memberitahukan hal itu kepada Presiden

2. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menolak usul undang-undang Pemerintah,


maka hal itu diberitahukannya kepada Presiden.

Ketentuan :

-Dewan Perwakilan Rakyat dapat menolak usul undang-undang Pemerintah

-Usul undang-undang Pemerintah yang ditolak oleh Dewan Perwakilan akan


diberitahukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden

Pasal 93.

Dewan Perwakilan Rakyat, apabila memutuskan akan memajukan usul undang-


undang, mengirimkan usul itu untuk disahkan oleh Pemerintah kepada Presiden.

Ketentuan :

-Usul undang-undang yang telah diputuskan untuk dimajukan oleh Dewan


Perwakilan Rakyat dikirimkan untuk disahkan oleh Pemerintah kepada Presiden

-Pemerintah melalui Presiden berwenang mengesahkan usul undang-undang

Pasal 94.

1. Selama suatu usul undang-undang belum diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang lalu dalam bagian ini, maka usul itu dapat
ditarik kembali oleh Pemerintah.

Ketentuan :

-Usul undang-undang yang belum diterima oleh Dewan Perwakilan Rakya dapat
ditarik kembali oleh Pemerintah

2. Pemerintah harus mengesahkan usul undang-undang yang sudah diterima, kecuali


jika ia dalam satu bulan sesudah usul itu disampaikan kepadanya untuk disahkan,
menyatakan keberatannya yang tak dapat dihindarkan.

Ketentuan :

-Usul undang-undang yang telah diterima harus disahkan oleh Pemerintah


-Usul undang-undang yang telah diterima dapat tidak disahkan apabila dalam satu
bulan setelah usul tersebut disampaikan, Pemerintah menyatakan keberatan
terhadap usul undang-undang tersebut

3. Pengesahan oleh Pemerintah, ataupun keberatan Pemerintah sebagai dimaksud


dalam ayat yang lalu, diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dengan amanat
Presiden.

Ketentuan :

-Pengesahan menganai usul undang-undang oleh pemerintah diberitahukan


kepada Dewan Perwakilan Rakyat dengan amanat Presiden

-Keberatan menganai usul undang-undang oleh pemerintah diberitahukan kepada


Dewan Perwakilan Rakyat dengan amanat Presiden

Pasal 95.

1. Sekalian usul undang-undang yang telah diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat
memperoleh kekuatan undang-undang, apabila sudah disahkan oleh Pemerintah.

Ketentuan :

-Usul undang-undang memperoleh kekuatan undang-undang apabila telah


diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan disahkan oleh Pemerintah

2. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

Ketentuan :

-Undang-undang tidak dapat diganggu gugat

Pasal 96.

1. Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung jawab sendiri menetapkan undang-
undang darurat untuk mengatur hal-hal penyelenggaraan pemerintahan yang karena
keadaan-keadaan yang mendesak perlu diatur dengan segera.

Ketentuan :
-Pemerintah berhak untuk menetapkan undang-undang darurat sendiri

-Undang-undang darurat yang dimaksud bertujuan untuk mengatur


penyelenggaraan pemerintahan yang perlu diatur segera dalam keadaan mendesak

-Undang-undang darurat dapat ditetapkan apabila:

1. Negara dalam keadaan terdesak

2. Ada Hal penyelenggaraan pemerintahan yang perlu diatur dengan segera

2. Undang-undang darurat mempunyai kekuasaan dan derajat undang-undang;


ketentuan ini tidak mengurangi yang ditetapkan dalam pasal yang berikut.

Ketentuan :

-Undang-undang darurat berkedudukan setara dengan undang-undang

Pasal 97.

1. Peraturan-peraturan yang termaktub dalam undang-undang darurat, sesudah


ditetapkan, disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat- lambatnya pada
sidang yang berikut yang merundingkan peraturan ini menurut yang ditentukan
tentang merundingkan usul undang-undang Pemerintah.

Ketentuan :

-Sesudah menetapkan peraturan-peraturan yang termaktub dalam undang-undang


darurat Pemerintah berkewajiban menyampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat

-Penyampaian tersebut selambat-lambatnya pada sidang yang berikutnya

-Sidang tersebut merundingkan peraturan undang-undang darurat menurut yang


ditentukan tentang merundingkan usul undang-undang pemerintah

2. Jika suatu peraturan yang dimaksud dalam ayat yang lalu, waktu dirundingkan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan bagian ini, ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
maka peraturan itu tidak berlaku lagi karena hukum.

Ketentuan :

-Jika Peraturan yang dimaksud dalam ayat lalu ketika dirundingkan ditolak oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, maka peraturan itu tidak berlaku lagi karena hukum
3. Jika undang-undang darurat yang menurut ayat yang lalu tidak berlaku lagi, tidak
mengatur segala akibat yang timbul dari peraturannya baik yang dapat dipulihkan
maupun yang tidak maka undang-undang mengadakan tindakan-tindakan yang perlu
tentang itu.

Ketentuan :

- Undang-undang mengadakan tindakan yang perlu terhadap akibat yang timbul


dari peratuan undang-undang darurat yang telah ditetapkan tidak berlaku lagi

4. Jika peraturan yang termaktub dalam undang-undang darurat itu diubah dan
ditetapkan sebagai undang-undang, maka akibat-akibat perubahannya diatur pula
sesuai dengan yang ditetapkan dalam ayat yang lalu.

Ketentuan :

-Peraturan dalam undang-undang darurat dapat diubah dan ditetapkan sebagai


undang-undang

-Akibat perubahanya diatur seusai dengan yang ditetapkan dalam ayat yang lalu

Pasal 98.

1. Peraturan-peraturan penyelenggara undang-undang ditetapkan oleh Pemerintah.


Nama ialah Peraturan Pemerintah.

Ketentuan :

-Pemerintah menetapkan peraturan-peraturan penyelenggara undang-undang

-Peraturan-peraturan penyelenggara undang-undang disebut Peraturan


Pemerintah

2. Peraturan Pemerintah dapat mengancamkan hukuman-hukuman atas pelanggaran


aturan-aturannya. Batas-batas hukuman yang akan ditetapkan diatur dengan undang-
undang.

Ketentuan :

-Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah dapat dijatuhi hukuman

-Ketentuan hukuman diatur dengan undang-undang


Pasal 99.

1. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah dapat memerintahkan kepada alat-alat


perlengkapan lain dalam Republik Indonesia mengatur selanjutnya pokok-pokok yang
tertentu yang diterangkan dalam ketentuan-ketentuan undang-undang dan peraturan
itu.

Ketentuan :

-Undang-undang dapat memerintahkan kepada alat-alat perlengkapan lain dalam


Republik Indonesia

-Peraturan Pemerintah dapat memerintahkan kepada alat-alat perlengkapan lain


dalam Republik Indonesia

-Pengaturan yang dimaksud adalah mengatur tentang pokok-pokok tertentu yang


diterangkan dalam ketentuan-ketentuan undang-undang dan peraturan itu.

2. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang bersangkutan memberikan aturan-


aturan tentang pengundangan peraturan-peraturan demikian.

Ketentuan :

- Aturan-aturan tentang pengundangan peraturan demikian diatur oleh Undang-


undang dan pemerintah yang bersangkutan

Pasal 100.

1. Undang-undang mengadakan aturan-aturan tentang membentuk, mengundangkan


dan mulai berlakunya undang-undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah.

Ketentuan :

-Undang-undang mengatur tentang:

1.Membentuk

2.Mengundangkan

3.Mulai berlakunya

Seuatu undang-undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah


2. Pengundangan, terjadi dalam bentuk menurut undang-undang, adalah syarat
tunggal untuk kekuatan mengikat

Ketentuan :

-Pengundangan menurut undang-undang adalah syarat tunggal untuk kekuatan


mengikat.

BAGIAN III.

Pengadilan.

Pasal 101

1. Perkara perdata, perkara pidana sipil dan perkara pidana militer semata-mata masuk
perkara yang diadili oleh pengadilan-pengadilan yang diadakan atau diakui dengan
undang-undang atau atas kuasa undang-undang.

Ketentuan :

-Perkara-perkara yang diadili oleh pengadilan meliputi :

1. Perkara perdata

2. Perkara pidana sipil

3. Dan Perkara pidana militer semata-mata

-Pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan yang diakui dengan undang-


undang atau kuasa undang-undang

2. Mengangkat dalam jabatan pengadilan yang diadakan dengan undang-undang atau


atas kuasa undang-undang, didasarkan semata-mata pada syarat kepandaian,
kecakapan dan kelakuan tak bercela yang ditetapkan dengan undang-undang.
Memberhentikan, memecat untuk sementara dan memecat dari jabatan yang demikian
hanya boleh dalam hal-hal yang ditentukan dengan undang-undang.

Ketentuan :
-Pengangkatan dalam jabatan pengadilan yang diadakan dengan dengan undang-
undang atau tas kuasa undang-undang didasarkan pada syarat :

1. Kepandaian

2. Kecakapan

3. Dan Kelakuan tak tercela

-Pemberhentian, pemecatan, dan pemecatan sementara dari jabatan pengadilan


ditentukan dengan undang-undang

Pasal 102.

Hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana sipil maupun hukuman pidana
militer, hukum acara perdata dan hukum acara pidana, susunan dan kekuasaan
pengadilan diatur dengan undang-undang dalam kitab-kitab hukum kecuali jika
pengundang-undang menganggap perlu untuk mengatur beberapa hal dalam undang-
undang tersendiri.

Ketentuan :

-Undang-undang dalam hukum mengatur :

1. Hukum Perdata dan hukum dagang

2. Hukum pidana sipil maupun hukum pidana militer

3. Hukum acara perdata dan hukum acara pidana

4. Susunan dan pengadilan

-Terdapat pengecualian jika pengundang-undang menganggap perlu untuk


mengatur beberapa hal dalam undang-undang sendiri

Pasal 103.

Segala campur tangan dalam urusan pengadilan oleh alat-alat perlengkapan yang
bukan perlengkapan pengadilan, dilarang, kecuali jika diizinkan oleh undang-undang.

Ketentuan :

-Alat-alat perlengkapan yang bukan perlengkapan pengadilan dilarang campur


tangan dalam urusan pengadilan
-Alat-alat perlengkapan yang bukan perlengkapan pengadilan hanya dapat campur
tangan jika diizinkan oleh undang-undang

Pasal 104.

1. Segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-alasannya dan dalam perkara


hukuman menyebut aturan-aturan undang-undang dan aturan-aturan hukum adat yang
dijadikan dasar hukuman itu.

Ketentuan :

-Segala keputusan pengadilan harus berisi alasan-alasan

-Dalam perkara hukuman, pengadilan harus menyebut aturan-aturan undang-


undang dan aturan-aturan hukum adat yang dijadikan dasar hukuman itu

2. Lain dari pada pengecualian-pengecualian yang ditetapkan oleh undang- undang,


sidang pengadilan terbuka untuk umum. Untuk ketertiban dan kesusilaan umum,
hakim boleh menyimpang dari peraturan ini.

Ketentuan :

-Sidang pengadilan terbuka untuk umum

-Hakim boleh menyimpang dari peraturan ini jika:

1. Untuk ketertiban dan kesusilaan umum

2. Pengecualian-pengecualian yang ditetapkan oleh undang-undang

3. Keputusan senantiasa dinyatakan dengan pintu terbuka

Ketentuan :

-Keputusan selalu dinyatakan terbuka untuk umum

Pasal 105.

1. Mahkamah Agung ialah Pengadilan Negara Tertinggi.

Ketentuan :

-Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi


2. Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi atas perbuatan pengadilan-
pengadilan yang lain, menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.

Ketentuan :

-Mahkamah Agung bertugas untuk melakukan pengawasan tertinggi atas


perbuatan pengadilan-pengadilan lain

-Pengawasan ini dilakukan menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan


undang-undang

3. Dalam hal-hal yang ditunjuk dengan undang-undang, terhadap keputusan-


keputusan yang diberikan tingkat tertinggi oleh pengadilan- pengadilan lain dari pada
Mahkamah Agung, kasasi dapat diminta kepada Mahkamah Agung.

Ketentuan :

-Keputusan-keputusan yang diberikan oleh pengadilan tingkat tertinggi selain


Mahkamah Agung dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung

- Mahkamah Agung dapat memberikan kasasi

Pasal 106.

1. Presiden, Wakil Presiden, Menteri-menteri, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota,


Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Mahkamah Agung,
Jaksa Agung pada Mahkamah Agung, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Pengawas Keuangan, Presiden Bank Sirkulasi dan juga pegawai-pegawai, anggota-
anggota Majelis-majelis tinggi dan pejabat-pejabat lain yang ditunjuk dengan undang-
undang, diadili dalam tingkat pertama dan tertinggi juga oleh Mahkamah Agung, pun
sesudah mereka berhenti, berhubung dengan kejahatan dan pelanggaran jabatan serta
kejahatan dan pelanggaran lain yang ditentukan dengan undang-undang dan yang
dilakukannya dalam masa pekerjaannya, kecuali jika ditetapkan lain dengan undang-
undang.

Ketentuan :

- Kecuali Jika ditetapkan lain dengan undang-undang, Pengadilan dalam tingkat


pertama hingga tertinggi oleh Mahkamah Agung dapat mengadili pemangku
jabatan pemerintahan meskipun sesudah mereka berhenti dari jabatannya karena:

1. Masih berhubung dengan kejahatan dan pelanggaran jabatan serta

2. Kejahatan dan pelanggaran lain

- Pemangku jabatan pemerintahan yang dimaksud adalah:


Presiden, Wakil Presiden, Menteri-menteri, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota,
Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Mahkamah Agung,
Jaksa Agung pada Mahkamah Agung, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan
Pengawas Keuangan, Presiden Bank Sirkulasi dan juga pegawai-pegawai,
anggota-anggota Majelis-majelis tinggi dan pejabat-pejabat lain yang ditunjuk
dengan undang-undang.

2. Dengan undang-undang dapat ditetapkan bahwa perkara perdata dan perkara pidana
sipil terhadap golongan-golongan orang dan badan yang tertentu hanya boleh diadili
oleh pengadilan yang ditunjuk dengan undang-undang itu.

Ketentuan :

- Undang-undang dapat menetapkan bahwa perkara perdata dan perkara pidana


sipil terhadap:

1. Golongan-golongan orang

2. Dan badan yang tertentu

hanya boleh diadili oleh pengadilan yang ditunjuk dengan undang-undang itu

3. Dengan undang-undang dapat ditetapkan bahwa perkara perdata yang mengenai


peraturan-peraturan yang diadakan dengan atau atas kuasa undang-undang hanya
boleh diadili oleh pengadilan yang ditunjuk dengan undang-undang itu.

Ketentuan :

-Undang-undang dapat menetapkan bahwa perkara perdata mengenai peraturan


yang diadakan dengan atau atas kuasa undang-undang hanya boleh diadili oleh
pengadilan yang ditunjuk dengan undang-undang itu

Pasal 107.

1. Presiden mempunyai hak memberi grasi dari hukuman-hukuman yang dijatuhkan


oleh keputusan pengadilan. Hak itu dilakukannya sesudah meminta nasehat dari
Mahkamah Agung, sekadar dengan undang-undang tidak ditunjuk pengadilan yang
lain

untuk memberi nasehat.

Ketentuan :
-Presiden mempunyai hak memberi grasi dari hukuman yang dijatuhkan oleh
keputusan pengadilan

-Presiden hanya dapat memberikan grasi setelah meminta nasehat dari Mahkamah
Agung

-Pengadilan yang lain tidak ditunjuk untuk memberi nasehat

2. Jika hukuman mati dijatuhkan, maka keputusan pengadilan itu tidak dapat
dijalankan, melainkan sesudah Presiden, menurut aturan-aturan yang ditetapkan
dengan undang-undang, diberikan kesempatan untuk memberi grasi.

Ketentuan :

-Menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang hukuman mati


tidak dapat dijalankan apabila presiden belum diberikan kesempatan untuk
memberi grasi

3. Amnesti dan abolisi hanya dapat diberikan dengan undang-undang ataupun atas
kuasa undang-undang, oleh Presiden sesudah meminta nasehat dari Mahkamah Agung.

Ketentuan :

-Presiden dapat memberikan amnesti dan abolisi sesuai dengan undang-undang


ataupun atas kuasa undang-undang

-Amnesti dan abolisi hanya dapat diberikan sesudah Presiden meminta nasehat
dari Mahkamah Agung

Pasal 108.

Pemutusan tentang sengketa yang mengenai hukum tata usaha diserahkan kepada
pengadilan yang mengadili perkara perdata ataupun kepada alat-alat perlengkapan
lain, tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan yang serupa tentang
keadilan dan kebenaran.

Ketentuan :

-Pengadulan yang mengadili perkara perdata ataupun alat perlengkapan lain


bertugas memutuskan tentang sengketa mengenai hukum tata usaha

-Dalam menjalankan tugasnya, pengadilan perdata ataupun alat perlengkapan lain


harus menjamin keadilan dan kebenaran

BAGIAN IV.
Keuangan.

Babakan 1, Hal uang.

Pasal 109.

1. Di seluruh daerah Republik Indonesia hanya diakui sah alat-alat pembayar yang
aturan-aturan pengeluarannya ditetapkan dengan undang-undang.

Ketentuan :

-Alat-alat pembayar hanya dapat sah di seluruh daerah Republik Indonesia


Serikat apabila aturan-aturan pengeluarannya ditetapkan dengan undang-undang

2. Satuan hitung untuk menyatakan yang alat-alat pembayar sah itu ditetapkan
dengan undang-undang.

Ketentuan :

-Satuan hitung yang menyatakan alat pembayar sah atau tidak ditetapkan dengan
undang-undang

3. Undang-undang mengakui sah alat-alat pembayar baik hingga jumlah yang tak
terbatas maupun hingga jumlah terbatas yang ditentukan untuk itu.

Ketentuan :

-Alat-alat pembayar baik hingga jumlah yang tak terbatas hingga terbatas yang
ditentukan sebagai alat pembayar diakui sah oleh undang-undang

4. Pengeluaran alat-alat pembayar yang sah dilakukan oleh atau atas nama Pemerintah
Republik Indonesia ataupun oleh Bank Sirkulasi.

Ketentuan :

-Pengeluaran alat-alat pembayar yang sah dilakukan oleh atas nama :

1. Pemerintah

2. Atau Bank Sirkulasi

Pasal 110.

1. Untuk Indonesia ada satu Bank Sirkulasi.

Ketentuan :

- Bank Sirkulasi ada satu untuk Indonesia

2. Penunjukan sebagai Bank Sirkulasi dan Pengaturan tataan dan kekuasaannya


dilakukan dengan undang-undang.
Ketentuan :

-Undang-undang mengatur tentang :

1. Penunjukan sebagai Bank Sirkulasi

2. Pengaturan tataan kekuasaan Bank Sirkulasi

Babakan 2.

Urusan Keuangan Anggaran Pertanggungan jawab Gaji.

Pasal 111.

1. Pemerintah memegang urusan umum keuangan.

Ketentuan :

-Pemerintah bertugas memegang urusan umum keuangan

2. Keuangan negara dipimpin dan dipertanggung jawabkan menurut aturan-aturan


yang ditetapkan dengan undang-undang.

Ketentuan :

-Keuangan negara dipimpin dan dipertanggung jawabkan menurut aturan yang


ditetapkan dengan undang-undang

Pasal 112.

1. Pengawasan atas dan pemeriksaan tanggung jawab tentang keuangan negara


dilakukan oleh Dewan Pengawas Keuangan.

Ketentuan :

-Dewan Pengawas Keuangan bertugas untuk :

1. Pengawasan tanggung jawab tentang keuangan negara


2. Pemeriksaan tanggung jawab tentang keuangan negara

2. Hasil pengawasan dan pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan


Rakyat.

Ketentuan :

-Hasil pengawasan dan pemerikasaan keuangan negara diberitahukan kepada


Dewan Perwakilan Rakyat

Pasal 113.

Dengan undang-undang ditetapkan anggaran semua pengeluaran Republik Indonesia


dan ditunjuk pendapatan-pendapatan untuk menutup pengeluaran itu.

Ketentuan :

-Undang-undang menetapkan Anggaran tentang:

1. Pengeluaran Republik Indonesia

2. Pendapatan-pendapatan yang menutupi pengeluaran itu

Pasal 114.

1. Usul undang-undang penetapan anggaran umum oleh Pemerintah dimajukan


kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebelum permulaan masa yang berkenaan dengan
anggaran itu. Masa itu tidak boleh lebih dari dua tahun.

Ketentuan :

-Pemerintah berhak mengajukan usul undang-undang mengenai penetapan


anggran umum kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebelum masa yang berkenaan
dengan anggaran itu

-Masa yang dimaksud tidak boleh lebih dari dua tahun

2. Usul undang-undang pengubah anggaran umum, tiap-tiap kali jika perlu dimajukan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Ketentuan :

-Pemerintah berhak mengajukan usul undang-undang pengubah anggaran umum


kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 115

1. Anggaran terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing sekadar perlu, dibagi


dalam dua bab, yaitu satu untuk mengatur pengeluaran-pengeluaran dan satu lagi
untuk menunjuk pendapatan-pendapatan. Bab-bab terbagi dalam pos-pos.

Ketentuan :

-Anggaran terdiri dari dua bab, dan setiap bab terbagi dalam pos-pos

-Dua bab yang dimaksud adalah bab yang:

1. Mengatur tentang pengeluaran-pengeluaran

2. Menunjuk pendapatan-pendapatan

2. Untuk tiap-tiap kementerian anggaran sedikit-dikitnya memuat satu bagian.

Ketentuan :

-Tiap-tiap kementerian minimal mempunyai anggaran yang memuat satu bagian

3. Undang-undang penetapan anggaran masing-masing memuat tidak lebih dari satu


bagian.

Ketentuan :

-Undang-undang tentang penetapan anggran masing-masing hanya terdiri dari


satu bagian

4. Dengan undang-undang dapat diizinkan perpindahan.

Ketentuan :

-Perpindahan dapat dizinkan dengan undang-undang

Pasal 116.

Pengeluaran dan penerimaan Republik Indonesia dipertanggung jawabkan kepada


Dewan Perwakilan Rakyat, sambil memajukan perhitungan yang disahkan oleh
Dewan Pengawas Keuangan, menurut aturan-aturan yang diberikan dengan undang-
undang.

Ketentuan :

Menurut aturan-aturan yang diberikan dengan undang-undang :


-Dewan Perwakilan Rakyat bertanggung jawab atas pengeluaran dan penerimaan
Republik Indonesia

-Dewan Pengawas Keungan bertugas untuk mengesahkan rancangan perhitungan

Pasal 117.

Tidak diperkenankan memungut pajak, bea dan cukai untuk kegunaan kas negara,
kecuali dengan undang-undang atau atas kuasa undang-undang.

Ketentuan :

- Pemungutan pajak, bea dan cukai tidak dapat dilakukan dengan undang-undang
atau kuasa undang-undang

-Pemungutan pajak, bea dan cukai digunkan untuk kegunaan kas negara

-Pemungutan pajak, bea dan cukai hanya dapat dilakukan dengan undang-undang
atau kuasa undang-undang

Pasal 118.

1. Pinjaman uang atas tanggungan Republik Indonesia tidak dapat diadakan, dijamin
atau disahkan, kecuali dengan undang-undang atau atas kuasa undang-undang.

Ketentuan :

- Pinjaman uang atas tanggungan Republik Indonesia dapat diadakan, dijamin


atau disahkan dengan undang-undang atau atas kekuasaan undang-undang

- Pinjaman yang dimaksud tidak dapat diadakan, dijamin atau disahkan apabila
tidak ada undang-undanag atau kuasa undang-undang yang mengaturnya

2. Pemerintah berhak, dengan mengindahkan aturan-aturan yang ditetapkan dengan


undang-undang, mengeluarkan bilyet-bilyet perbendaharaan dan promes-promes
perbendaharaan.

Ketentuan :

-Pemerintah berhak mengeluarkan bilyet-bilyet perbendaharaan dan promes-


promes perbendaharaan

-Pemerintah wajib memperhatikan aturan-aturan yang ditetapkan dengan


undang-undang untuk mengeluarkan bilyet atau promses perbendaharaan

Pasal 119.
1. Dengan tidak mengurangi yang diatur dengan ketentuan-ketentuan khusus, gaji-gaji
dan lain-lain pendapatan anggota majelis-majelis dan pegawai-pegawai Republik
Indonesia ditentukan oleh Pemerintah dengan mengindahkan aturan-aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang dan menurut asas, bahwa dari jabatan tidak boleh
diperoleh keuntungan lain dari pada yang dengan tegas diperkenankan.

Ketentuan :

-Pemerintah menentukan gaji-gaji dan pendapatan lain dari anggota majelis-majelis


dan pegawai-pegawai Republik Indonesia dengan mengindahkan aturan yang
ditetapkan dalam undang-undang dan asas

- Penetapan Pemerintah tersebut tidak mengurangi ketentuan-ketentuan khusus

-Keuntungan dari jabatan lain dari pada yang diperkenakan oleh undang-undang
tidak diperbolehlkan

2. Undang-undang dapat memperkenankan pemindahan kekuasaan yang diterangkan


dalam ayat (1) kepada alat-alat perlengkapan lain yang berkuasa.

Ketentuan :

-Pemindahan kekuasaan yang diterangkan dalam ayat (1) kepada alat-alat


perlengkapan lain yang berkuasa diperkenankan oleh Undang-undang

3. Pemberian pensiun kepada pegawai-pegawai Republik Indonesia diatur dengan


undang-undang.

Ketentuan :

-Undang-undang mengatur tentang pemberian pensiun kepada pegawai-pegawai


Republik Indonesia

BAGIAN V.

Hubungan Luar Negeri.

Pasal 120.

1. Presiden mengadakan dan mengesahkan perjanjian (traktat) dan persetujuan lain


dengan Negara-negara lain. Kecuali jika ditentukan lain dengan undang-undang,
perjanjian atau persetujuan lain tidak disahkan, melainkan sesudah disetujui dengan
undang- undang.

Ketentuan :

-Presiden berwewenang mengadakan dan mengesahkan perjanjian (traktat) dan


perseyujuan lain dengan Negara-negara lain
-Perjanjian atau persetujuan tersebut dapat disahkan sesudah disetujui dengan
undang-undang

2. Masuk dalam dan memutuskan perjanjian dan persetujuan lain, dilakukan oleh
Presiden hanya dengan kuasa undang-undang.

Ketentuan :

-Presiden dalam memutuskan perjanjian dan persetujuan lain hanya dengan kuasa
undang-undang

Pasal 121.

Berdasarkan perjanjian dan persetujuan yang tersebut dalam Pasal 120, Pemerintah
memasukkan Republik Indonesia ke dalam organisasi-organisasi antara negara.

Ketentuan :

-Pemerintah dapat memasukan Republik Indonesia ke dalam organisasi-organisasi


antara negara berdasarkan perjanjian dan persetujuan dalam Pasal 120

Pasal 122.

Pemerintah berusaha memecahkan perselisihan-perselisihan dengan Negara-negara


lain dengan jalan damai dan dalam hal itu memutuskan pula tentang meminta ataupun
tentang menerima pengadilan atau pewasitan antar negara.

Ketentuan :

-Pemerintah dalam memecahkan perselihan-perselisihan dengan Negara-negara


lain dengan jalan damai

-Dengan pemecahan perselisihan-perselihan dengan Negara-negara tersebut


Pemerintah meminta atau menerima pengadilan atau perwaitan antar negara

Pasal 123.

Presiden mengangkat wakil-wakil Republik Indonesia pada Negara-negara lain dan


menerima wakil Negara-negara lain pada Republik Indonesia.

Ketentuan :

- Presiden bertugas mengangkat wakil-wakil Republik Indonesia pada Negara-


negara lain

-Presiden dapat menerima wakil negara-negara lain pada Republik Indonesia


BAGIAN VI.

PERTAHANAN NEGARA DAN KEAMANAN UMUM.

Pasal 124.

Undang-undang menetapkan aturan-aturan tentang hak dan kewajiban warga-negara


untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan membela daerahnya. Ia
mengatur cara menjalankan hak dan kewajiban itu dan menentukan pengecualiannya.

Ketentuan :

-Hak dan kewajiban warga-negara untuk mempertahankan kemerdekaan Republik


Indonesia dan membela daerah ditetapkan dengan undang-undang

-Undang-undang mengatur cara menjalankan hak dan kewajiban itu dan


pengecualiannya

Pasal 125.

1. Angkatan Perang Republik Indonesia bertugas melindungi kepentingan-


kepentingan negara Republik Indonesia. Angkatan Perang itu dibentuk dari mereka
yang sukarela masuk Angkatan Perang dan mereka yang wajib masuk Angkatan
Perang.

Ketentuan :

-Angkatan Perang Republik Indonesia bertugas melindungi kepentingan negara


Republik Indonesia
-Angkatan Perang Republik Indonesia terdiri dari sukarelawan yang masuk
angkatan perang

2. Undang-undang mengatur segala sesuatu mengenai Angkatan Perang Tetap dan


wajib-militer.

Ketentuan :

-Segala sesuatu mengenai Angkatan Perang Tetap dan Wajib-militer diatur


oleh Undang-undang

Pasal 126.

1. Pemerintah memegang urusan pertahanan.

Ketentuan :

-Pemerintah bertugas memegang urusan pertahanan

2. Undang-undang mengatur dasar-dasar susunan dan tugas alat perlengkapan yang


diberi kewajiban menyelenggarakan pertahanan pada umumnya.

Ketentuan :

-Dasar-dasar susunan dan tugas alat perlengkapan yang diberi kewajiban


menyelenggarakan pertahanan pada umumnya diatur dalam undang-undang

Pasal 127

1. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Perang Republik Indonesia.

Ketentuan :

-Kekuasaan tertinggi atas Angkatan Perang Republik Indonesia dipegang oleh


Presiden
2. Dalam keadaan perang Pemerintah menempatkan Angkatan Perang di bawah
pimpinan seorang Panglima Besar.

Ketentuan :

-Pimpinan Angkatan Perang dalam keadaan perang ditempatkan keseorang


panglima besar

3. Opsir-opsir diangkat, dinaikan pangkat dan diperhentikan oleh atau atas nama
Presiden, menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang.

Ketentuan :

-Presiden mengangkat, menaikan pangkat dan diberhentikan Opsir-opsir sesuai


dengan ketentuan Undang-undang

Pasal 128.

Presiden tidak menyatakan perang, melainkan jika hal itu diizinkan lebih dahulu oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.

Ketentuan :

- Presiden dapat menyatakan perang dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat

-Presiden tidak dapat menyatakan perang tanpa persetujuan dewan perwakilan


rakyat

Pasal 129.

1. Dengan cara dan dalam hal-hal yang akan ditentukan dengan undang-undang,
Presiden dapat menyatakan daerah Republik Indonesia atau bagian-bagian dari
padanya dalam keadaan bahaya, bilamana ia menganggap hal itu perlu untuk
kepentingan keamanan dalam negeri dan keamanan terhadap luar negeri.

Ketentuan :

-Presiden dapat menyatakan daerah Republik Indonesia atau bagian-bagian dari


padanya dalam keadaan bahaya

-Keadaan bahaya dapat dinyatakan oleh presiden apabila:


1. Dianggap perlu untuk kepentingan keamanan negeri

2. Dan keamanan terhadap luar negeri

2. Undang-undang mengatur tingkatan-tingkatan keadaan bahaya dan akibat-akibat


pernyataan demikian itu dan seterusnya menetapkan bilamana kekuasaan alat-alat
perlengkapan kuasa sipil yang berdasarkan Undang-undang Dasar tentang ketertiban
umum dan polisi, seluruhnya atau sebagian beralih kepada kuas Angkatan Perang, dan
bahwa penguasa-penguasa sipil takluk kepada penguasa-penguasa Angkatan Perang.

Ketentuan :

-Tingkatan-tingkatan keadaan bahaya dan akibat darinya diatur dengan undang-


undang

-Dalam keadaan bahaya kekuasaan alat-alat perlengkapan kuasa sipil yang


berdasarkan undang-undang dasar tentang ketertiban umum dan polisi,
seluruhnya atau sebagian beralih kepada kuasa Angkatan Perang

-Dalam keadaan bahaya penguasa-penguasa sipil takluk kepada penguasa-


penguasa Angkatan Perang

Pasal 130.

Untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum diadakan suatu alat kekuasaan
kepolisian yang diatur dengan undang-undang.

Ketentuan :

-Alat kekuasaan kepolisian diadakan untuk memelihara ketertiban dan keamanan


umum yang diatur dengan undang-undang.

BAB IV.

PEMERINTAH DAERAH DAN DAERAH-DAERAH SWAPRAJA.

Pasal 131.

1. Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri otonom, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan Undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar
permusyawaratan dan dasar perwakilan dalam sistim pemerintahan negara.

Ketentuan :
· Berdasaran pembagian daerah di Indonesia baik daerah besar, maupun daerah
kecil, daerah tersebut berhak mengurus rumah tangganya sendiri

· Bentuk susunan pemerintahan daerah-daerah tersebut ditetapkan berdasarkan


Undang-undang

· Penentuan susunan pemerintahan daerah-daerah tersebut didasarkan dengan


memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dan dasar perwakilan dalam
sistim pemerintahan negara

2. Kepada daerah-daerah diberikan autonomi seluas-luasnya untuk mengurus rumah


tangganya sendiri.

Ketentuan :

· Daerah-daerah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat satu Pasal 13, diberi
kewenangan atas autonomi yang seluas-luasnya

· Yang dimaksud dengan autonomi adalah daerah-daerah tersebut berwenang untuk


mengurus rumah tangganya sendiri

3. Dengan undang-undang dapat diserahkan penyelenggaraan tugas-tugas kepada


daerah-daerah yang tidak termasuk dalam urusan rumah tangganya.

Ketentuan :

· Daerah-daerah dapat diberi tugas-tugas yang tidak termasuk dalam urusan rumah
tangganya

· Pemberian tugas-tugas yang bukan urusan rumah tangganya ini diatur


berdasarkan Undang-undang

Pasal 132.

1. Kedudukan daerah-daerah Swapraja diatur dengan undang-undang dengan


ketentuan bahwa dalam bentuk susunan pemerintahannya harus diingat pula
ketentuan dalam Pasal 131, dasar-dasar permusyawaratan dan perwakilan dalam
sistem pemerintahan negara.

Ketentuan :

· Pengaturan mengenai kedudukan daerah-daerah Swapraja diatur oleh Undang-


undang

· Pengaturan mengenai susunan pemerintahan Swapraja ini mengatur bahwa


bentuk susunan pemerintahannya harus mengingat ketentuan yang terdapat dalam
Pasal 131, yaitu dasar-dasar permusyawaratan dan perwakilan dalam sistem
pemerintahan negara

2. Daerah-daerah Swapraja yang ada tidak dapat dihapuskan atau diperkecil


bertentangan dengan kehendaknya, kecuali untuk kepentingan umum dan sesudah
undang-undang yang menyatakan bahwa kepentingan umum menuntut
penghapusan atau pengecilan itu, memberi kuasa untuk itu kepada Pemerintah.

Ketentuan :

· Penghapusan atau pengecilan Daerah-daerah Swapraja tidak dapat dilakukan jika


bertentangan dengan kehendak daerah tersebut

· Larangan terkait penghapusan dan pengecilan Daerah-daerah Swapraja yang tidak


sesuai dengan kehendak daerah tersebut dapat dikecualikan, jika hal tersebut
untuk kepentingan umum dan sesudah undang-undang yang menyatakan bahwa
kepentingan umum menuntut penghapusan atau pengecilan itu

· Kewenangan untuk menghapus dan memperkecil Daerah-daerah Swapraja tersebut


diberikan kepada Pemerintah

3. Perselisihan-perselisihan hukum tentang peraturan-peraturan yang dimaksud


dalam ayat 1 dan tentang menjalankannya diadili oleh badan pengadilan yang
dimaksud dalam Pasal 108.

Ketentuan :

· Setiap perselisihan-perselisihan hukum mengenai bentuk susunan pemerintahan


dan menjalankannya diadili oleh pengadilan yang mengadili perkara perdata
ataupun kepada alat-alat perlengkapan lain (Pasal 108)

Pasal 133.

Sambil menunggu ketentuan-ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 132 maka


peraturan-peraturan yang sudah ada tetap berlaku, dengan pengertian bahwa
penjabat-penjabat daerah bagian dahulu yang tersebut dalam peraturanperaturan
itu diganti dengan penjabat-penjabat yang demikian pada Republik Indonesia.

Ketentuan :

· Setiap peraturan-peraturan yang telah ada tetap berlaku, sembari menunggu


ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 132
· Penjabat-penjabat daerah bagian dahulu yang tersebut didalam peraturan-
peraturan tersebut, diganti dengan penjabat-penjabat yang demikian pada Republik
Indonesia

BAB V.

KONSTITUANTE.

Pasal 134.

Konstituante (Sidang Pembuat Undang-undang Dasar) bersama-sama dengan


Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia
yang akan menggantikan Undang-undang Dasar Sementara ini.

Ketentuan:

- Konstituante bersama dengan pemerintah selekasanya menetapkan undang-


undang Dasar Republik Indonesia yang akan menggantikan Undang-undang
Dasar sementara.

Pasal 135.

1. Konstituante terdiri dari sejumlah Anggota yang besarnya ditetapkan berdasar atas
perhitungan setiap 150.000 jiwa penduduk warga-negara Indonesia mempunyai
seorang wakil.

Ketentuan:

- Konsituante terdiri dari sejumlah anggota yang jumlahnya berdasar atas


perhitungan setiap 150.000 jiwa penduduk warga negara Indonesia.

2. Anggota-anggota Konstituante dipilih oleh warga-negara Indonesia dengan dasar


umum dan dengan cara bebas dan rahasia menurut aturan-aturan yang ditetapkan
dengan Undang-undang.

Ketentuan:

- Anggota-anggota konstituante dipilih oleh warga negara Indonesia dengan dasar-


dasar umum;

- Anggota-anggota konstituante dipilih oleh warga negara Indonesia dengan cara


bebas dan rahasia menurrut aturan yang ditetapkan undang-udnang.
3. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal 58 berlaku juga buat Konstituante dengan
pengertian bahwa jumlah-jumlah wakil itu dua kali lipat.

Ketentuan:

- Menurut pasal 58, golongan-golongan kecil Tionghoa, Eropah, dan Arab


mempunyai wakil di Dewan Perwakilan Rakyat berturut-turut sekurang-kurangnya
9,6,dan 3 angoota;

- Golongan-golongan kecil Tionghoa, Eropah, dan Arab mempunyai wakil di


konstituante berturut-turut sekurang-kurangnya 18,12,6 anggota.

Pasal 136.

Yang ditetapkan dalam Pasal 60, 61, 62, 63, 64, 67, 68, 71, 73, 74, 75 ayat (3) dan (4)
dan Pasal 76 berlaku demikian juga bagi Konstituante.

Ketentuan:

- Syarat sebagai anggota konstituante adalah warga negara yang sekurang-


kurangnya berusia 25 tahun dan tidak divcabut hak pilihnya;

- Keanggotaan konstituante tidak dapat merangkap jabatan Presiden, Menteri,


Jaksa Agung, Ketua, Wakil-Ketua atau Anggota Mahkamah Agung, Ketua, Wakil-
Ketua atau Anggota Dewan Pengawas Keuangan, Presiden Bank Sirkulasi;

- Seorang anggota konstituante yang merangkap menjadi menteri tidak boleh


mempergunakan hak atau melakukan kewajibannya tersebut selama memangku
jabatan sebagai menteri;

- Anggota angkatan perang dalam dinas aktif yang menerima keanggotaan


konstitaunte, dengan sendirinya menjadi non-aktif. Namun setelah
berhenti menjadi anggota konstituante, ia kembali dalam dinas aktif.

-Konstituante memilih seorang ketua dan beberapa orang wakil ketua. Pemilihan
ini membutuhkan pengesahan dari presiden;

- Selama pemilihan ketua dan wakil ketua konstituante belum disahkan oelh
presiden, maka rapat diketuai oleh anggota yang tertua usianya;

- Sebelum memangku jabatannya, anggota-anggota konstituante mengangkat


sumpah di hadapan presiden atau ketua konstituante menurut agama masing-
masing;

- Dalam rapat konstituante, ketua memberi kesempatan berbicara kepada anggota


apabila diinginkan;
- Anggota-anggota konstituante setiap waktu boleh meletakkan jabatannya dan
memberitahukan hal tersebut kepada ketua dengan surat;

- Konstituante mengadakan rapat-rapatnya di Jakarta kecuali jika hal-hal darurat


pemerintah menentukan tempat yang lain;

- Ketua dan anggota konstituate tidak dapat dituntut di muka pengadilan terkait
apa yang dikatakan dalam rapat;

- ketua dan anggota konstituante tidak dapat dituntut di muka pengadilan terkait
apa yang dikemukakan dengan surat majelis;

- Ketua dan anggota konstituante dapat dituntut di muka pengadilan jika


mengumumkan apa yang dikatakan dan dikemukakan dalam rapat tertutup dengan
syarat dirahasiakan;

- Gaji ketua senat diatur dengan undang-undang ;

- Tunjangan, biaya perjalanan, biaya penginapan anggota-anggota senat bahkan


ketua diatur dengan undang-undang;

- Setiap orang yang mengahdiri rapat tertutup wajib merahasiakan apa yang
dibicarakan dalam rapat;

- Kecuali jika majelis memutuskan lain ataupun menghapus kewajiban untuk


merahasiakan.

- Anggota-anggota, menteri-menteri, dan pegawai-pegawai, wajib


merahasiakan rapat.

- Apabila pada waktu mengambil keputusan, suara sama-sama berat dan rapat
tersebut lengkap anggotanya, maka usul tersebut dianggap ditolak; atau

- Pengambilan keputusan ditangguhkan sampai rapat selanjutnya;

- Apabila suara sama berat kembali, maka usul tersebut dianggap ditolak;

- Pemungutan suara tentang orang dilakukan dengan rahasia dan tertulis;

- Apabila suara-suara sama berat, maka keputusan diambil dengan undian

- Konstituante secepat mungkin menetapkan peraturan ketertiban

Pasal 137.

1. Konstituante tidak dapat bermufakat atau mengambil keputusan tentang rancangan


Undang-undang Dasar baru, jika pada rapatnya tidak hadir sekurang-kurangnya dua-
pertiga dari jumlah anggota-sidang.
Ketentuan:

- Konstituante tidak dapat bermufakat atau mengambil keputusan tentang


rancangan undang-undang Dasar baru, jika rapat tidak dihadiri dua-pertiga dari
jumlah anggota sidang.

2. Undang-undang Dasar baru berlaku, jika rancangannya telah diterima dengan


sekurang-kurangnya dua-pertiga dari jumlah suara anggota yang hadir dan kemudian
disahkan oleh Pemerintah.

Ketentuan:

- Undang-undang Dasar baru berlaku jika rancangannya telah diterima


oleh sekurang-kurangnya dua-pertiga dari jumlah suara anggota yang hadir;

- Rancangan undang-undnag dasar yang telah diterima kemudian


disahkan oleh pemerintah.

3. Apabila Konstituante sudah menerima rancangan Undang-undang Dasar, maka


dikirimkannya rancangan itu kepada Presiden untuk disahkan oleh
Pemerintah.Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera. Pemerintah
mengumumkan Undang-undang Dasar itu dengan keluhuran.

Ketentuan :

- Apabila konstituante sudah menerima rancangan undang-undang dasar, maka


rancangan undang-undang dasar tersebut dikirimkan kepada presiden untuk
disahkan oleh pemerintah;

- Pemerintah harus mengesahkan rancangan undang-undang dasar tersebut


dengan segera;

-Pemerintah mengumumkan undang-undang dasar dengan keluhuran.

Pasal 138.

1. Apabila pada waktu Konstituante terbentuk belum diadakan pemilihan Anggota-


anggota Dewan Perwakilan Rakyat menurut aturan-aturan Undang-undang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, maka Konstituante merangkap menjadi
Dewan Perwakilan Rakyat yang tersusun menurut aturan- aturan yang dimaksud data
pasal tersebut.

Ketentuan:

- Apabila pada waktu konstituante terbentuk, belum diadakan pemilihan


anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, maka konstituante merangkap
menjadi Dewan Perwakilan Rakyat yang tersusun menurut aturan-aturan yang
dimaksud.
2. Pekerjaan sehari-hari Dewan Perwakilan Rakyat, yang karena ketentuan data ayat
(1) pasal ini menjadi tugas Konstituante, dilakukan oleh sebuah Badan Pekerja yang
dipilih oleh Konstituante di antara Anggota- anggotanya dan yang bertanggung-jawab
kepada Konstituante.

Ketentuan:

- Pekerjaan sehari-hari Dewan Perwakilan Rakyat menjadi tugas konstituante,


jika belum diadakan pemilihan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang
baru;

- Tugas konstituante ini dilakukan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih oleh
konstituante diantara anggota-anggotanya;

- Anggota--anggota badan pekerja bertanggung jawab kepada konstituante.

Pasal 139.

1. Badan Pekerja terdiri dari Ketua Konstituante sebagai Anggota merangkap Ketua
dan sejumlah Anggota yang besarnya ditetapkan berdasar atas perhitungan setiap 10
Anggota Konstituante mempunyai seorang wakil.

Ketentuan:

- Badan pekerja terdiri dari ketua konstituante sebagai anggota merangkap ketua;

- Jumlah anggota ditetapkan berdasar atas perhitungan setiap 10 anggota


konstituante mempunyai seorang wakil

2. Pemilihan Anggota-anggota Badan Pekerja yang bukan Ketua dilakukan menurut


aturan-aturan yang ditentukan dengan Undang-undang.

Ketentuan:

- Pemilihan anggota-anggota badan pekerja dilakukan menurut aturan- aturan


yang ditentukan dengan undang-undang;

3. Badan Pekerja memilih dari antaranya seorang atau beberapa orang Wakil-Ketua.
Aturan dalam Pasal 62 berlaku untuk pemilihan ini.

Ketentuan :

- Badan pekerja memilih seorang atau beberapa wakil ketua;

- Pemilihan membutuhkan pengesahan dari presiden;


4. Anggota-anggota Badan Pekerja sebelum memangku jabatannya, mengangkat
sumpah (menyatakan keterangan) di hadapan Ketua Konstituante menurut cara
agamanya, yang bunyinya sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 63.

Ketentuan:

- Sebelum memangku jabatannya, anggota-anggota badan pekerja


mengangkat sumpah di hadapan ketua konstituante menurut cara agamanya.

BAB VI.

PERUBAHAN, KETENTUAN-KETENTUAN PERALIHAN DAN

KETENTUAN PENUTUP.

BAGIAN I.

PERUBAHAN.

Pasal 140.

1. Segala usul untuk mengubah Undang-undang Dasar ini menunjuk dengan

tegas perubahan yang diusulkan.

Dengan Undang-undang dinyatakan bahwa untuk mengadakan perubahan

sebagaimana diusulkan itu, ada dasarnya.

2. Usul perubahan Undang-undang Dasar, yang telah dinyatakan dengan

undang-undang itu oleh Pemerintah dengan amanat presiden

disampaikan kepada suatu Badan bernama Majelis Perubahan Undangundang Dasar,


yang terdiri dari Anggota-anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Sementara dan Anggota-anggota Komite Nasional Pusat yang

tidak menjadi Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara.

Ketua dan Wakil-Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Sementara menjadi

Ketua dan Wakil-Ketua Majelis Perubahan Undang-undang Dasar.

3. Yang ditetapkan dalam Pasal 66, 72. 74, 75, 91. 92 dan 94 berlaku

demikian juga bagi Majelis Perubahan Undang-undang Dasar.

www.djpp.depkumham.go.id

ditjen Peraturan Perundang-undangan


4. Pemerintah harus dengan segera mengesahkan rancangan perubahan

Undang-undang Dasar yang telah diterima oleh Majelis Perubahan

Undang-undang Dasar.

Ketentuan :

Perubahan Undang undang dasar sementara memiliki beberapa ketentuan


yang berlaku, dan usul perubahan disampaikan kepada suatu badan yang
disebut Majelis Perubahan Undang Undang, dan segera melakukan
pengesahan pada rancangan perubahan.

Pasal 141.

1. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan umum tentang

membentuk dan mengundangkan undang-undang, maka perubahanperubahan dalam


Undang-undang Dasar diumumkan oleh Pemerintah

dengan keluhuran.

2. Naskah Undang-undang Dasar yang diubah itu diumumkan sekali lagi oleh

Pemerintah setelah, sekadar perlu, bab-babnya, bagian-bagian tiap-tiap

bab dan pasal-pasalnya diberi nomor berturut dan penunjukkanpenunjukkannya


diubah.

3. Alat-alat perlengkapan berkuasa yang sudah ada dan peraturanperaturan serta


keputusan-keputusan yang berlaku pada saat suatu

perubahan dalam Undang-undang, Dasar mulai berlaku, dilanjutkan

sampai diganti dengan yang lain menurut Undang-undang Dasar, kecuali

jika melanjutkannya itu berlawanan dengan ketentuan-ketentuan baru

dalam Undang-undang Dasar yang tidak memerlukan peraturan undangundang atau


tindakan- tindakan penglaksanaan yang lebih lanjut.

BAGIAN II.

KETENTUAN-KETENTUAN PERALIHAN.

Pasal 142.

Peraturan-peraturan, undang-undang dan ketentuan-ketentuan tata-usaha yang


sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950 tetap berlaku dengan tidak berubah

sebagai peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan Republik Indonesia

sendiri, selama dan sekedar peraturan-peraturan dan ketentuan- ketentuan itu

tidak dicabut, ditambah atau diubah oleh undang-undang dan ketentuanketentuan tata-
usaha atas kuasa Undang-Undang Dasar ini.

Pasal 143.

Sekedar hal itu belum ternyata dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar

ini, maka undang-undang menentukan alat-alat perlengkapan Republik

Indonesia yang mana akan menjalankan tugas dan kekuasaan alat-alat

perlengkapan yang menjalankan tugas dan kekuasaan itu sebelum tanggal 17

Agustus 1950, yakni atas dasar perundang-undangan yang masih tetap berlaku

karena Pasal 142.

www.djpp.depkumham.go.id

ditjen Peraturan Perundang-undangan

Pasal 144.

Sambil menunggu peraturan kewarga-negaraan dengan undang-undang yang

tersebut dalam Pasal 5 ayat (1), maka yang sudah menjadi warga-negara

Republik Indonesia ialah mereka yang menurut atau berdasar atas Persetujuan

perihal pembagian warga-negara yang dilampirkan kepada Persetujuan

Perpindahan memperoleh kebangsaan Indonesia, dan mereka yang

kebangsaannya tidak ditetapkan oleh Persetujuan tersebut, yang pada tanggal

27 Desember 1949 sudah menjadi warga-negara Indonesia menurut


perundangundangan Republik Indonesia yang berlaku pada tanggal tersebut.

BAGIAN III.

KETENTUAN PENUTUP.

Pasal 145.

Segera sesudah Undang-undang Dasar ini mulai berlaku, Pemerintah

mewajibkan satu atau beberapa panitia yang diangkatnya, untuk menjalankan


tugas sesuai dengan petunjuk-petunjuknya, bekerja mengikhtiarkan, supaya

pada umumnya sekalian perundang-undangan yang sudah ada pada saat

tersebut disesuaikan kepada Undang-Undang Dasar.

Pasal 146.

Segera sesudah Undang-Undang Dasar berlaku Pemerintah mewujudkan

pembentukan aparatur Negara yang bulat untuk melaksanakan pokok-pokok

dari Undang-Undang Dasar yang merupakan jiwa perjuangan nasional dengan

jalan menyusun kembali tenaga-tenaga yang ada.

Pasal II.

1. Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia ini mulai berlaku

pada hari tanggal 17 Agustus 1950.

2. Jikalau dan sekadar sebelum saat yang tersebut dalam ayat (1) sudah

dilakukan tindakan-tindakan untuk membentuk alat-alat perlengkapan

Republik Indonesia, sekaliannya atas dasar ketentuan-ketentuan Undangundang Dasar


ini, maka ketentuan-ketentuan itu berlaku surut sampai

pada hari tindakan-tindakan bersangkutan dilakukan.

www.djpp.depkumham.go.id

ditjen Peraturan Perundang-undangan

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengumuman

undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran- Negara Republik

Indonesia Serikat.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 15 Agustus 1950

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

SOEKARNO

PERDANA MENTERI,

MOHAMMAD HATTA
MENTERI KEHAKIMAN,

SOEPOMO

Diumumkan di Jakarta

pada tanggal 15 Agustus 1950

MENTERI KEHAKIMAN,

SOEPOMO

Rencana Undang-undang tentang perubahan Konstitusi Sementara Republik

Indonesia Serikat menjadi Undang-undang Dasar Sementara RI

Anda mungkin juga menyukai