Pasal 1
1. Republik Indonesia jang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara-hukum jang
demokratis dan berbentuk kesatuan.
Ketentuan 1 : Indonesia adalah negara hukum
Ketentuan 2 : Indonesia adalah negara kesatuan
2. Kedaulatan Republik Indonesia adalah ditangan Rakjat dan dilakukan oleh
Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakjat.
Ketentuan 1 : Kedaulatan di tangan rakyat
Ketentuan 2 : Kedaulatan itu dilakukan oleh pemerintah bersama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat
BAGIAN II
Daerah negara
Pasal 2
Republik Indonesia meliputi seluruh daerah Indonesia.
Ketentuan : Yang disebut Republik Indonesia adalah seluruh daerah Indonesia
BAGIAN III
Lambang dan bahasa negara
Pasal 3
1. Bendera kebangsaan Republik Indonesia ialah bendera Sang Merah Putih.
Ketentuan : Bendera kebangsaan adalah Merah Putih
2. Lagu kebangsaan ialah lagu "Indonesia Raja".
Ketentuan : Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya
3. Meterai dan lambang negara ditetapkan oleh Pemerintah.
Ketentuan : Meterai dan lambang negara ditetapkan pemerintah
Pasal 4
Bahasa resmi Negara Republik Indonesia ialah Bahasa Indonesia.
Ketentuan : Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi
BAGIAN IV
Kewarga-negaraan dan penduduk negara.
Pasal 5
1. Kewarga-negaraan Republik Indonesia diatur oleh Undang-undang.
Ketentuan : Hal kewarganegaraan diatur undang-undang
2. Kewarga-negaraan (naturalisasi) dilakukan oleh atau dengan kuasa undang-undang.
Undang-undang mengatur akibat-akibat kewarganegaraan terhadap isteri orang jang
telah diwarga-negarakan dan anak- anaknja jang belum dewasa.
Ketentuan 1 : Naturalisasi dilakukan dengan kuasa atau oleh Undang-undang
Ketentuan 2 : Undang-undang mengatur akibat pewarganegaraan terhadap isteri
orang yang telah menjadi warga negara dan anak-anaknya yang belum dewasa
Pasal 6
Penduduk Negara ialah mereka jang diam di Indonesia menurut aturan-aturan jang
ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan : Penduduk negara adalah mereka yang diam di Indonesia menurut
aturan yang sudah ditetapkan dalam undang-undang.
BAGIAN V
Hak-hak kebebasan-kebebasan dasar manusia
Pasal 7
1. Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang.
Ketentuan : Setiap orang tanpa terkecuali diakui sebagai pribadi manusia
dihadapan undang-undang
2. Sekalian orang berhak menuntut perlakuan dan perlindungan jang sama oleh
undang-undang.
Ketentuan : Hak untuk menuntut perlakuan dan perlindungan yang sama oleh
undang-undang
3. Sekalian orang berhak menuntut perlindungan jang sama terhadap tiap- tiap
pembelakangan dan terhadap tiap- tiap penghasutan untuk melakukan pembelakangan
demikian.
Ketentuan : Hak menuntut perlindungan yang sama terhadap tiap pembelakangan
dan penghasutan untuk melakukan pembelakangan itu
4. Setiap orang berhak mendapat bantuan hukum jang sungguh dari hakim-hakim jang
ditentukan untuk itu, melawan perbuatan-perbuatan jang berlawanan dengan hak-hak
dasar jang diperkenankan kepadanja menurut hukum.
Ketentuan : Hak mendapat bantuan hukum yang sungguh dari hakim yang
ditentukan untuk itu, untuk melawan perbuatan yang berlawanan dengan hak
dasar yang diperkenankan padanya menurut hukum
Pasal 8
Sekalian orang jang ada didaerah Negara sama berhak menuntut perlindungan untuk
diri dan harta-bendanja.
Ketentuan : Tiap orang yang ada di daerah negara, memiliki hak menuntut
perlindungan diri dan harta bendanya
Pasal 9
1. Setiap orang berhak dengan bebas bergerak dan tinggal dalam perbatasan Negara.
Ketentuan : Tiap orang bebas bergerak dan tinggal dalam perbatasan negara
2. Setiap orang berhak meninggalkan negeri dan djika ia warga-negara atau penduduk
kembali kesitu.
Ketentuan : Tiap orang berhak meninggalkan dan kembali ke negara, jika ia
adalah warga negara
Pasal 10
Tiada seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba. Perbudakan,
perdagangan budak dan perhambaan dan segala perbuatan berupa apapun jang
tudjuannja kepada itu, dilarang.
Ketentuan 1 : Tidak ada seorangpun yang dapat diperbudak, diperulur atau
diperhamba
Ketentuan 2 : Perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan, dan segala
perbuatan yang tujuannya kepada itu adalah dilarang
Pasal 11
Tiada seorang djuapun akan disiksa ataupun diperlakukan atau dihukum setjara ganas,
tidak mengenal peri-kemanusiaan atau menghina.
Ketentuan : Tidak ada seorangpun yang dapat disiksa atau diperlakukan atau
dihukum secara ganas, yang tidak mengenal peri kemanusiaan atau menghina
Pasal 12
Tiada seorang djuapun boleh ditangkap atau ditahan, selain atas perintah untuk itu
oleh kekuasaan jang sah menurut aturan- aturan undang-undang dalam hal-hal dan
menurut tjara jang diterangkan dalamnja.
Ketentuan : Tidak seorangpun dapat ditangkap atau ditahan, selain atas perintah
untuk penangkapan itu oleh kekuasaan yang sah menurut aturan undang-undang
dan menurut cara yang diterangkan di dalam (undang-undang)
Pasal 13
1. Setiap orang berhak, dalam persamaan jang sepenuh-nja mendapat perlakuan
djudjur dalam perkaranja oleh hakim jang tak memihak, dalam hal menetapkan hak-
hak dan, kewadjiban-kewadjibannya dan dalam hal menetapkan apakah suatu tuntutan
hukuman jang dimadjukan terhadapnja beralasan atau tidak.
Ketentuan : Tiap orang berhak dalam persamaan sepenuhnya mendapat perlakuan
jujur dalam perkaranya oleh hakim yang tidak memihak dan dalam hal
menetapkan hak dan kewajibannya, menetapkan apakah suatu tuntutan hukuman
yang dimajukan padanya beralasan atau tidak
2. Bertentangan dengan kemauannja tiada seorang djuapun dapat dipisahkan dari pada
hakim, jang diberikan kepadanja oleh aturan-aturan hukum jang berlaku.
Ketentuan : Bertentangan dengan kemauannya, tidak seorangpun dapat
dipisahkan dari pada hakim yang diberi padanya oleh aturan hukum yang berlaku
Pasal 14
1. Setiap orang jang dituntut karena disangka melakukan sesuatu peristiwa pidana
berhak dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannja dalam suatu sidang
pengadilan, menurut aturan-aturan hukum jang berlaku, dan ia dalam sidang itu
diberikan segala djaminan jang telah ditentukan dan jang perlu untuk pembelaan.
Ketentuan : Tiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu peristiwa
pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya dalam
pengadilan, menurut aturan hukum yang berlaku, dan dalam sidang itu ia diberi
segala jaminan yang telah ditentukan dan perlu untuk pembelaan
2. Tiada seorang diutjapkan boleh dituntut untuk dihukum atau didjatuhi hukuman,
ketjuali karena suatu aturan hukum jang sudah ada dan berlaku terhadapnja.
Ketentuan : Tidak seorangpun boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi
hukuman, kecuali karena suatu aturan hukum yang sudah ada dan berlaku
terhadapnya
3. Apabila ada perubahan dalam aturan hukum seperti tersebut dalam ajat diatas,
maka dipakailah ketentuan jang lebih baik si tersangka.
Ketentuan : Bila ada perubahan dalam aturan seperti tersebut dalam ayat di atas,
maka dipakai ketentuan yang lebih baik (bagi tersangka)
Pasal 15
1. Tiada suatu pelanggaran atau kedjahatanpun boleh diantjamkan hukuman berupa
rampasan semua barang kepunjaan jang bersalah.
Ketentuan : Tidak satupun pelanggaran atau kejahatan boleh diancam hukuman
berupa rampasan semua barang milik yang bersalah
2. Tidak suatu hukumanpun mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala
hak-hak kewargaan.
Ketentuan : Tidak satupun hukuman mengakibatkan kematian perdata atau
kehilangan segala hak kewargaan
Pasal 16
1. Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu-gugat.
Ketentuan : Tempat kediaman siapapun tidak boleh diganggu gugat
2. Mengindjak suatu pekarangan tempat kediaman atau memasuki suatu rumah
bertentangan dengan kehendak orang jang mendiaminja, hanja dibolehkan dalam hal-
hal jang ditetapkan dalam suatu aturan hukum jang berlaku baginja.
Ketentuan : Menginjak pekarangan tempat kediaman atau memasuki rumah yang
bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya, hanya dibolehkan dalam
hal yang ditetapkan dalam satu aturan hukum yang berlaku baginya.
Pasal 17
Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat-menjurat tidak boleh diganggu
gugat, selainnja dari atas perintah hakim atau kekuasaan lain jang telah disahkan
untuk itu menurut peraturan-peraturan dan undang-undang dalam hal-hal jang
diterangkan dalam peraturan itu.
Ketentuan : Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat menyurat tidak
boleh diganggu gugat, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang
disahkan untuk itu menurut peraturan dan undang-undang dalam hal yang
diterangkan dalam peraturan itu
Pasal 18
Setiap orang berhak atas kebebasan agama, keinsjafan batin dan pikiran.
Ketentuan : Kebebasan beragama, keinsyafan batin dan pikiran bagi setiap orang
Pasal 19
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunjai dan mengeluarkan pendapat.
Ketentuan : Kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat bagi setiap orang
Pasal 20
Hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat diakui dan diatur dengan
undang-undang.
Ketentuan : Diakuinya hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat , dan
diatur dengan undang-undang
Pasal 21
Hak berdemonstrasi dan mogok diakui dan diatur dengan undang-undang.
Ketentuan : Diakuinya hak berdemonstrasi dan mogok, dan diatur dengan undang-
undang
Pasal 22
1. Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak dengan bebas
memadjukan pengaduan kepada penguasa, baik dengan lisan ataupun dengan tulisan.
Ketentuan : Tiap orang, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, berhak
memajukan pengaduan kepada penguasa, baik melalui lisan maupun tulisan
2. Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak memadjukan
permohonan kepada penguasa.
Ketentuan : Tiap orang, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, berhak
memajukan permohonan kepada penguasa
Pasal 23
1. Setiap warga-negara berhak turut-serta dalam pemerintahan dengan langsung atau
dengan perantaraan wakil-wakil jang dipilih dengan bebas menurut tjara jang
ditentukan oleh undang-undang.
Ketentuan : Tiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan baik
langsung atau dengan perantara wakil-wakil yang dipilih menurut cara yang
ditentukan undang-undang
2. Setiap warga negara dapat diangkat dalam tiap-tiap djabatan pemerintah. Orang
asing boleh diangkat dalam djabatan-djabatan pemerintah menurut aturan-aturan jang
ditetapkan oleh undang-undang.
Ketentuan 1 : Tiap warga negara dapat diangkat dalam tiap jabatan pemerintah
Ketentuan 2 : Orang asing boleh diangkat dalam jabatan pemerintah menurut
aturan yang diteta
Pasal 24
Setiap warga-negara berhak dan berkewadjiban turut-serta dengan sungguh-sungguh
dalam pertahanan Negara.
Ketentuan : Tiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk turut serta dengan
sungguh dalam pertahanan negara
Pasal 25
1. Penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan atau kerugian kepada termasuknja
warga-negara dalam sesuatu golongan rakjat.
Ketentuan : Penguasa tidak akan mengikatkan keuntungan atau kerugian kepada
warga negara dalam segala golongan rakyat
2. Perbedaan dalam kebutuhan masjarakat dan kebutuhan hukum golongan rakjat
akan diperhatikan.
Ketentuan : Perbedaan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan hukumnya akan
diperhatikan
Pasal 26
1. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain.
Ketentuan : Tiap orang berhak mempunyai (hak) milik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain
2. Seorangpun tidak boleh dirampas miliknja dengan semena-mena.
Ketentuan : (Sesuatu) milik seseorang tidak boleh dirampas dengan semena-mena
3. Hak milik itu adalah funksi sosial.
Ketentuan : Hak milik itu adalah fungsi sosial
Pasal 27
1. Pentjabutan hal milik untuk kepentingan umum atas sesuatu benda atau hak tidak
dibolehkan, ketjuali dengan mengganti kerugian dan menurut aturan-aturan undang-
undang.
Ketentuan : Pencabutan hak milik untuk kepentingan umum atas suatu benda atau
hak, tidak diperbolehkan. Kecuali, dengan mengganti kerugian dan menurut
aturan undang-undang
2. Apabila sesuatu benda harus dibinasakan untuk kepentingan umum, ataupun, baik
untuk selama-lamanja maupun untuk beberapa lama, harus dirusakkan sampai tak
terpakai lagi, oleh kekuasaan umum; maka hal itu dilakukan dengan mengganti
kerugian dan menurut aturan-aturan undang-undang, ketjuali djika ditentukan jang
sebaliknja oleh aturan-aturan itu.
Ketentuan : Jika suatu benda itu harus dihilangkan/dibinasakan untuk
kepentingan umum sampai tidak bisa digunakan lagi, baik selamanya atau untuk
sementara, harus diberikan ganti rugi menurut undang-undang. Kecuali ada
aturan yang melarangnya
Pasal 28
1. Setiap warga-negara, sesuai dengan ketjakapannja, berhak atas pekerdjaan, jang
lajak bagi kemanusiaan.
Ketentuan : Tiap warga negara, sesuai dengan kecakapannya, memiliki hak atas
pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan
2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerdjaan dan berhak pula atas sjarat-
sjarat perburuhan jang adil.
Ketentuan : Tiap orang bebas memilih pekerjaan dan berhak atas syarat-syarat
perburuhan yang adil
3. Setiap orang jang melakukan pekerdjaan jang sama dalam hal-hal jang sama,
berhak atas pengupahan jang sama dan atas perdjandjian- perdjandjian pekerdjaan
jang sama baiknja.
Ketentuan : Tiap orang yang melakukan pekerjaan yang sama dalam hal sama,
berhak atas pengupahan yang sama dan atas perjanjian pekerjaan yang sama
baiknya
4. Setiap orang jang melakukan pekerjaan, berhak atas pengupahan adil jang
mendjamin kehidupannja bersama dengan keluarganja, sepadan dengan martabat
manusia.
Ketentuan : Tiap orang yang melakukan pekerjaan, berhak atas pengupahan adil
yang menjamin kehidupannya bersama keluarganya yang sepadan dengan
martabat manusia
Pasal 29
Setiap orang berhak mendirikan serikat-sekerdja dan masuk kedalamnja untuk
memperlindungi dan memperdjoangkan kepentingannja.
Ketentuan : Tiap orang berhak mendirikan serikat sekerja dan masuk ke dalamnya
untuk melindungi
Pasal 30
1. Tiap-tiap warga-negara berhak mendapat pengadjaran.
Ketentuan : Tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
2. Memilih pengadjaran jang diikuti, adalah bebas.
Ketentuan : (Tiap orang) bebas memilih pengajaran yang diikuti
3. Mengadjar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa jang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-undang.
Ketentuan : (Tiap orang) bebas mengajar, dengan tidak mengurangi pengawasan
penguasa yang dilakukan terhadap (pengajaran) itu menurut peraturan undang-
undang
Pasal 31
Kebebasan melakukan pekerdjaan sosial dan amal, mendirikan organisasi-organisasi
untuk itu, dan djuga untuk pengadjaran partikelir, dan mentjari dan mempunjai harta
untuk maksud-maksud itu, diakui, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa
jang dilakukan
terhadap itu menurut peraturan undang-undang.
Ketentuan : Kebebasan melakukan pekerjaan sosial dan amal, mendirikan
organisasi, dan juga pengajaran partikelir, mencari dan mempunyai harta untuk
maksud itu diakui, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan undang-unang
Pasal 32
Setiap orang jang didaerah Negara harus patuh kepada undang-undang termasuk
aturan-aturan hukum jang tak tertulis, dan kepada penguasa-penguasa.
Ketentuan : Tiap orang yang ada di daerah negara, harus patuh kepada undang-
undang. Termasuk aturan hukum yang tidak tertulis, dan kepada penguasa
(negara)
Pasal 33
Melakukan hak-hak dan kebebasan-kebebasan jang diterangkan dalam bagian ini
hanja dapat dibatasi dengan peraturan- peraturan undang-undang semata-mata untuk
mendjamin pengakuan dan penghormatan jang tak boleh tiada terhadap hak-hak serta
kebebasan- kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi sjarat-sjarat jang adil untuk
ketenteraman, kesusilaan dan kesedjahteraan dalam suatu masjarakat jang demokratis.
Ketentuan : Melakukan hak dan kebebasan yang diterangkan dalam bagian ini,
hanya dapat dibatasi peraturan undang-undang. Dan semata-mata untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan yang tidak boleh tidak ada terhadap hak
serta kebebasan orang lain
Pasal 34
Tiada suatu ketentuanpun dalam bagian ini boleh ditafsirkan dengan pengertian,
sehingga sesuatu penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak dari padanja
untuk mengusahakan sesuatu apa atau melakukan perbuatan berupa apapun jang
bermaksud menghapuskan sesuatu hak atau kebebasan jang diterangkan dalamnja.
Ketentuan : Tidak satupun ketentuan dalam bagian ini yang boleh ditafsirkan
dengan pengertian, sehingga penguasa, golongan atau orang dapat memetik hak
dari padanya untuk mengusahakan sesuatu atau melakukan perbuatan berupa
apapun yang bermaksud menghapuskan hak atau kebebasan yang diterangkan
dalamnya
BAGIAN VI
Azas-azas dasar
Pasal 35
Kemauan Rakjat adalah dasar kekuasaan penguasa; kemauan itu dinjatakan dalam
pemilihan berkala jang djudjur dan jang dilakukan menurut hak-pilih jang bersifat
umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara jang rahasia ataupun
menurut tiara jang djuga mendjamin kebebasan mengeluarkan suara.
Ketentuan 1 : Dasar kekuasaan penguasa adalah kemauan rakyat
Ketentuan 2 : Kemauan itu dinyatakan dalam pemilihan berkala yang jujur dan
dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan, serta
pemungutan suara yang rahasia atau menurut cara yang menjamin kebebasan
mengeluarkan suara
Pasal 36
Penguasa memadjukan kepastian dan djaminan sosial, teristimewa pemastian dan
pendjaminan sjarat-sjarat perburuhan dan keadaan-keadaan perburuhan jang baik,
pentjegahan dan pemberantasan pengangguran serta penjelenggaraan persediaan
untuk hari-tua dan pemeliharaan djanda-djanda dan anak-jatim-piatu.
Ketentuan : Penguasa memajukan kepastian dan jaminan sosial, teristimewa
pemastian dan penjaminan syarat-syarat perburuhan dan keadaan perburuhan
yang baik, pencegahan dan pemberantasan pengangguran serta penyelenggaraan
persediaan untuk hari tua dan pemeliharaan janda-janda dan anak yatim piatu.
Pasal 37
1. Penguasa terus-menerus menjelenggarakan usaha untuk meninggikan kemakmuran
rakjat• dan berkewadjiban senantiasa mendjamin bagi setiap orang deradjat hidup
jang sesuai dengan martabat manusia untuk dirinja serta keluarganja.
Ketentuan 1 : Penguasa terus menyelenggarakan usaha untuk meninggikan
kemakmuran rakyat
Ketentuan 2 : Penguasa berkewajiban menjamin setiap orang derajat hidup yang
sesuai dengan martabat manusia untuk dirinya serta keluarganya
2. Dengan tidak mengurangi pembatasan jang ditentukan untuk kepentingan umum
dengan peraturan-peraturan undang-undang, maka. kepada sekalian orang diberikan
kesempatan menurut sifat, bakat dan ketjakapan masing- masing untuk turut-serta
dalam perkembangan sumber-sumber kemakmuran negeri.
Ketentuan : Tiap orang diberi kesempatan menurut sifat, bakat dan kecakapan
masing-masing untuk turut serta dalam perkembangan sumber kemakmuran
negeri, dengan tidak mengurangi pembatasan yang ditentukan untuk kepentingan
umum dengan peraturan undang-undang
3. Penguasa mentjegah adanja organisasi-organisasi jang bersifat monopoli partikelir
jang merugikan ekonomi nasional menurut peraturan- peraturan jang ditetapkan
dengan undang-undang.
Ketentuan : Penguasa mencegah adanya organisasi yang bersifat monopoli
partikelir yang merugikan ekonomi nasional menurut peraturan yang ditetapkan
dengan undang-undang
Pasal 38
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
Ketentuan : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas
kekeluargaan
2. Tjabang-tjabang produksi jang penting bagi Negara dan jang menguasai hadjat
hidup orang banjak dikuasai oleh Negara.
Ketentuan : Cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak, dikuasai negara
3. Bumi dan air dan kekajaan alam jang terkandung didalamnja dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakjat.
Ketentuan : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dalamnya, dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat
Pasal 39
1. Keluarga berhak atas perlindungan oleh masjarakat dan Negara.
Ketentuan : Keluarga memiliki hak atas perlindungan oleh masyarakat dan negara
2. Fakir-miskin dan anak-anak jang terlantar dipelihara oleh Negara.
Ketentuan : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara
Pasal 40
Penguasa melindungi kebebasan mengusahakan kebudajaan serta kesenian dan ilmu
pengetahuan. Dengan mendjundjung azas ini maka penguasa memadjukan sekuat
tenaganja perkembangan kebangsaan dalam kebudajaan serta kesenian dan ilmu
pengetahuan.
Ketentuan : Penguasa melindungi kebebasan mengusahakan kebudayaan serta
kesenian dan ilmu pengetahuan
Pasal 41
1. Penguasa wadjib memadjukan perkembangan rakyat baik rohani maupun djasmani.
Ketentuan : Penguasa wajib memajukan perkembangan rakyat baik rohani
maupun jasmani
2. Penguasa teistimewa berusaha selekas-lekasnya menghapuskan buta- huruf.
Ketentuan : Penguasa berusaha secepatnya menghapuskan buta-huruf
3. Penguasa memenuhi kebutuhan akan pengadjaran umum jang diberikan atas dasar
memperdalam keinsjafan kebangsaan, mempererat persatuan Indonesia, membangun
dan memperdalam perasaan peri- kemanusiaan, kesabaran dan penghormatan jang
sama terhadap
kejakinan agama setiap orang dengan memberikan kesempatan dalam djam peladjaran
untuk mengadjarkan peladjaran agama sesuai dengan keinginan orang-tua murid-
murid.
Ketentuan : Penguasa (melalui sekolah-sekolah) memenuhi kebutuhan kepada
murid-murid dengan memberikan kesempatan dalam jam pelajaran untuk
mengajarkan pelajaran agama sesuai keinginan para orangtua
4. Terhadap pengadjaran rendah, maka penguasa berusaha melaksanakan dengan
lekas kewadjiban beladjar jang umum.
Ketentuan : Penguasa berusaha melaksanakan kewajiban belajar yang umum
secepatnya, terhadap pengajaran rendah
5. Murid-murid sekolah partikelir jang memenuhi sjarat-sjarat kebaikan-kebaikan
menurut undang-undang bagi pengadjaran umum, sama haknja dengan hak murid-
murid sekolah umum.
Ketentuan : (Hak) murid sekolah partikelir yang memenuhi syarat kebaikan
menurut undang-undang bagi pengajaran umum, sama dengan hak murid sekolah
umum
Pasal 42
Penguasa senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh memadjukan kebersihan
umum dan kesehatan rakjat.
Ketentuan : Penguasa berusaha memajukan kebersihan umum dan kesehatan
rakyat dengan sungguh-sungguh
Pasal 43
1. Negara berdasarkan atas ke-Tuhanan Jang Maha Esa.
Ketentuan : Negara Indonesia mengakui Ketuhanan tetapi bukan berlandaskan
satu agama tertentu.
2. Negara mendjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanja
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanja dan kepertjajaannja itu.
Ketentuan : Tiap penduduk dijamin kemerdekaanya untuk memeluk dan beribadat
menurut agama dan kepercayaannya oleh negara
3. Penguasa memberi perlindungan jang sama kepada segala perkumpulan dan
pesekutuan agama jang diakui. Pemberian sokongan berupa apapun oleh penguasa
kepada pedjabat-pedjabat agama dan persekutuan- persekutuan atau perkumpulan-
perkumpulan agama dilakukan atas dasar sama hak.
Ketentuan 1 : Penguasa memberi perlindungan yang sama kepada segala
perkumpulan dan persekutuan agama yang diakui
Ketentuan 2 : Pemberian sokongan berupa apapun oleh penguasa kepada pejabat
agama, persekutuan atau perkumpulan agama, dilakukan atas dasar sama hak
4. Penguasa mengawasi supaja segala persekutuan dan perkumpulan agama patuh-taat
kepada undang-undang, termasuk aturan-aturan hukum jang tak tertulis.
Ketentuan : Penguasa mengawasi supaya segala persekutuan dan perkumpulan
agama itu, patuh dan taat kepada undang-undang. Termasuk aturan hukum yang
tidak tertulis
NIM : 02011282025202
KELAS : B INDRALAYA
BAB II.
Ketentuan umum.
Pasal 44.
b. Menteri-menteri;
d. Mahkamah Agung;
e. Dewan Pengawas Keuangan.
Ketentuan :
· Alat-alat perlengkapan negara terdiri dari . Presiden dan wakil Presiden, Menteri-
menteri, Dewan Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, Dewan Pengawas
Keuangan.
BAGIAN I.
Pemerintah.
Pasal 45.
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
4. Untuk pertama kali Wakil-Presiden diangkat oleh Presiden dari anjuran yang
dimajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 46.
Ketentuan :
Pasal 47.
Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima dari siapapun juga,
langsung ataupun tak langsung sesuatu janji atau pemberian.
Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya dengan sekuat tenaga akan memajukan
kesejahteraan Republik Indonesia dan bahwa saya akan melindungi dan
mempertahankan kebebasan-kebebasan dan hak-hak umum dan khusus
sekalian penghuni Negara.
Saya bersumpah (berjanji) setia kepada Undang-undang Dasar dan lagi bahwa
saya akan memelihara segala peraturan yang berlaku bagi Republik Indonesia,
bahwa saya akan setia kepada Nusa dan Bangsa dan bahwa saya dengan setia
akan memenuhi segala kewajiban yang ditanggungkan kepada saya oleh jabatan
Kepala Negara (Wakil Kepala Negara) Republik Indonesia, sebagai sepantasnya
bagi Kepala Negara (Wakil Kepala Negara yang baik).
Ketentuan :
e. Setia kepada Nusa dan Bangsa dan dengan setia akan memenuhi
segala kewajiban yang ditanggungkan kepadanya oleh jabatannya
sebagai Kepala Negara
Pasal 48.
Jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.
Ketentuan :
· Dalam hal Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, maka Presiden digantikan oleh Wakil Presiden
· Penggantian Presiden oleh Wakil Presiden dilakukan hingga habis masa waktunya
Pasal 49.
Yang dapat diangkat menjadi Menteri ialah warga-negara Indonesia yang telah
berusia 25 tahun dan yang bukan orang yang tidak diperkenankan serta dalam
atau menjalankan hak-pilih ataupun orang yang telah dicabut haknya untuk
dipilih.
Ketentuan :
Pasal 50.
Ketentuan :
Pasal 51.
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
· Mengenai hal pengangkatan atau pemberhentian Menteri-menteri dilakukan
dengan Keputusan Presiden
Pasal 52.
Ketentuan :
· Dalam hal Perdana Menteri berhalangan untuk menjadi ketua persidangan, dapat
digantikan oleh salah seorang Menteri
Ketentuan :
Pasal 53.
Sebelum memangku jabatannya, Menteri-menteri mengangkat sumpah
(menyatakan keterangan) di hadapan Presiden menurut cara agamanya, sebagai
berikut :
Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali menerima dari siapapun juga,
langsung ataupun tak langsung sesuatu janji atau pemberian.
Ketentuan :
Pasal 54.
Gaji Presiden, gaji Wakil-Presiden dan gaji Menteri-menteri, begitu pula ganti
rugi untuk biaya perjalanan dan biaya penginapan dan, jika ada, ganti- rugi
yang lain-lain, diatur dengan Undang-undang.
Ketentuan :
· Setiap hal yang berkenan dengan hal yang dirincikan dibawah ini, diatur oleh
undang-undang, yaitu:
a. Gaji Presiden;
b. Gaji Wakil-Presiden;
c. Gaji Menteri-menteri;
Pasal 55
Ketentuan :
Ketentuan :
3. Mereka tidak boleh mempunyai piutang atas tanggungan Republik Indonesia,
kecuali surat-surat-utang umum.
Ketentuan :
4. Yang ditetapkan dalam ayat (2) dan (3) pasal ini tetap berlaku atas mereka
selama tiga tahun sesudah mereka meletakkan jabatannya.
Ketentuan :
BAGIAN II.
Pasal 56.
Ketentuan :
· Ketentuan yang terdapat dalam pasal ini tidak mengurangi apa yang ditetapkan
dalam ayat kedua Pasal 58
Pasal 57.
Pasal 58.
Ketentuan :
· Setiap golongan-golongan kecil Tionghoa, Eropah, dan Arab akan memiliki wakil
dalam Dewan Perwakilan Rakyat
a. Tionghoa (9 Anggota);
c. Arab (3 Anggota)
Ketentuan :
· Dalam hal tidak tercapai jumlah-jumlah yang ditentutkan dalam Pasal 57, maka
Pemerintah Republik Indonesia mengangkat wakil-wakil tambahan bagi golongan-
golongan Tionghoa, Eropah, dan Arab
· Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana disebut didalam Pasal 56,
dapat ditambah jika perlu dengan jumlah pengangkatan- pengangkatan tersebut
Pasal 59.
Ketentuan :
Pasal 60.
Ketentuan :
Pasal 61.
Ketentuan :
a. Presiden;
b. Wakil-Presiden;
c. Jaksa Agung;
Ketentuan :
· Setiap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang merangkap menjadi Menteri, tidak
diperkenankan mempergunakan hak atau melakukan kewajibannya sebagai
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat badan selama ia memangku jabatan Menteri
Ketentuan :
· Setiap Anggota Angkatan Perang dalam dinas aktif yang menerima keanggotaan
Dewan Perwakilan Rakyat, menjadi non-aktif statusnya sebagai Anggota Angkatan
Perang
· Status keanggotaan Angkatan Perang tersebut menjadi dinas aktif kembali setelah
berhenti menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 62.
1. Dewan Perwakilan Rakyat memilih dari antaranya seorang Ketua dan seorang
atau beberapa orang Wakil-Ketua. Pemilihan-pemilihan ini membutuhkan
pengesahan Presiden.
Ketentuan :
· Dalam kepengurusannya, Dewan Perwakilan Rakyat memilih seorang Ketua
dari antaranya
2. Selama pemilihan Ketua dan Wakil-Ketua belum disahkan oleh Presiden, rapat
diketuai untuk sementara oleh Anggota yang tertua umurnya.
Ketentuan :
· Dalam hal rapat diketuai oleh Anggota yang tertua umurnya tersebut, sifatnya
sementara
Pasal 63.
Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerima, langsung ataupun
tak langsung, dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian.
Ketentuan :
Pasal 64.
Ketentuan :
Pasal 65.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 66.
Ketentuan :
Ketentuan :
· Apabila setelah pintu ditutup dalam rapat Dewan Perwakilan Rakyat, rapat tersebut
memutuskan apakah permusyawaratan dilakukan secara tertutup
3. Tentang hal-hal yang dibicarakan dalam rapat tertutup dapat juga diputuskan
dengan pintu tertutup.
Ketentuan :
· Setiap hal-hal yang dibahas dalam rapat tertutup tersebut, keputusannya juga
bersifat tertutup
Pasal 67.
Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat setiap waktu boleh meletakkan
jabatannya.
Ketentuan :
Pasal 68.
Ketentuan :
Pasal 69.
Ketentuan :
a. Hak interpelasi;
b. Hak menanya
· Segala penerangan tersebut adalah mengenai yang dikehendaki menurut ayat yang
lalu dan yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan dengan kepentingan
umum Republik Indonesia
Pasal 70.
Ketentuan :
· Hak menyelidiki merupakan hak yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 71.
Ketentuan :
· Penuntutan tersebut tidak dapat dilakukan jika karena yang dikatakannya dalam
rapat atau yang dikemukakannya dengan surat kepada Majelis
Ketentuan :
2. Mereka tidak mengeluarkan suara tentang hal yang mengenai dirinya sendiri.
Ketentuan :
Pasal 73.
Ketentuan :
a. Gaji; dan
b. Tunjangan-tunjangan; serta
Pasal 74.
1. Sekalian orang yang menghadiri rapat Dewan Perwakilan Rakyat yang tertutup,
wajib merahasiakan yang dibicarakan dalam rapat itu, kecuali jika Majelis ini
memutuskan lain, ataupun jika kewajiban merahasiakan itu dihapuskan.
Ketentuan :
· Setiap orang yang menghadiri rapat Dewan Perwakilan Rakyat yang sifatnya
tertutup, wajib untuk merahasiakan setiap hal yang dibahas dalam rapat tersebut
Ketentuan :
a. Anggota-anggota;
b. Menteri-menteri; dan
Pasal 75.
Ketentuan :
2. Sekedar dalam Undang-undang Dasar ini tidak ditetapkan lain, maka segala
keputusan diambil dengan jumlah terbanyak mutlak suara yang dikeluarkan.
Ketentuan :
3. Apabila, pada waktu mengambil keputusan, suara-suara sama berat, dalam hal
rapat itu lengkap anggotanya, usul itu dianggap ditolak, atau dalam hal lain,
mengambil keputusan ditangguhkan sampai rapat yang berikut.
Apabila suara-suara sama berat lagi, maka usul itu dianggap ditolak.
Ketentuan :
· Dalam hal pengambilan keputusan terdapat suara-suara sama berat dan rapat itu
lengkap anggotanya, maka usul tersebut dianggap ditolak
· Dalam hal pengambilan keputusan terdapat suara-suara sama berat dan rapat itu
lengkap anggotanya, maka pengambilan keputusan ditangguhkan sampai rapat
yang berikut
· Apabila dalam rapat berikutnya jumlah suara sama berat lagi, maka usul itu
dianggap ditolak
Ketentuan :
· Setiap pemungutan suara yang mengenai orang, dilakukan secara rahasia dan
tertulis
· Jika dalam pengungutan suara tentang orang tersebut terjadi suara-suara yang
sama berat, maka keputusan diambil secara undian
Pasal 76.
Ketentuan :
· Dewan Perwakilan Rakyat berwenang menetapkan peraturan terkait ketertiban
sesegera mungkin
Pasal 77.
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Pasal 138, maka untuk pertama kali
selama Dewan Perwakilan Rakyat belum tersusun dengan pemilihan menurut
Undang-undang, Dewan Perwakilan Rakyat terdiri dari Ketua, Wakil-wakil
Ketua dan Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Serikat, Ketua, Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Senat, Ketua, Wakil-wakil
Ketua dan Anggota-anggota Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dan Ketua,
Wakil-Ketua dan Anggota-anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Ketentuan :
BAGIAN III.
MAHKAMAH AGUNG.
Pasal 78.
Ketentuan :
Pasal 79.
Ketentuan :
Ketentuan :
3. Mereka dapat dipecat atau diberhentikan menurut cara dan dalam hal yang
ditentukan oleh Undang-undang.
Ketentuan :
Ketentuan :
BAGIAN I.
PEMERINTAHAN.
Pasal 82
Ketentuan :
Pasal 83
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 84
Presiden berhak membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Keputusan Presiden yang
menyatakan pembubaran itu, memerintahkan pula untuk mengadakan pemilihan
Dewan Perwakilan Rakyat baru dalam 30 hari.
Ketentuan :
Pasal 85
Sekalian keputusan Presiden juga yang mengenai kekuasaannya atas Angkatan Perang
Republik Indonesia, ditandatangani serta oleh Menteri (Menteri-menteri) yang
bersangkutan, kecuali yang ditetapkan dalam Pasal 45 ayat keempat dan Pasal 51 ayat
keempat.
Ketentuan :
Pasal 86
Ketentuan :
Pasal 87
Pasal 88
Peraturan pokok mengenai perhubungan di darat, laut dan udara ditetapkan dengan
undang-undang
Ketentuan :
1. Darat
2. Laut
3. Udara
BAGIAN II.
Perundang-undangan
Pasal 89
Kecuali apa yang ditentukan dalam Pasal 140 maka kekuasaan perundang- undangan,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan bagian ini, dilakukan oleh Pemerintah bersama-
sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
Ketentuan :
Pasal 90
Ketentuan :
Pasal 91.
Ketentuan :
Pasal 92.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 93.
Ketentuan :
Pasal 94.
1. Selama suatu usul undang-undang belum diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang lalu dalam bagian ini, maka usul itu dapat
ditarik kembali oleh Pemerintah.
Ketentuan :
-Usul undang-undang yang belum diterima oleh Dewan Perwakilan Rakya dapat
ditarik kembali oleh Pemerintah
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 95.
1. Sekalian usul undang-undang yang telah diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat
memperoleh kekuatan undang-undang, apabila sudah disahkan oleh Pemerintah.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 96.
1. Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung jawab sendiri menetapkan undang-
undang darurat untuk mengatur hal-hal penyelenggaraan pemerintahan yang karena
keadaan-keadaan yang mendesak perlu diatur dengan segera.
Ketentuan :
-Pemerintah berhak untuk menetapkan undang-undang darurat sendiri
Ketentuan :
Pasal 97.
Ketentuan :
2. Jika suatu peraturan yang dimaksud dalam ayat yang lalu, waktu dirundingkan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan bagian ini, ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
maka peraturan itu tidak berlaku lagi karena hukum.
Ketentuan :
-Jika Peraturan yang dimaksud dalam ayat lalu ketika dirundingkan ditolak oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, maka peraturan itu tidak berlaku lagi karena hukum
3. Jika undang-undang darurat yang menurut ayat yang lalu tidak berlaku lagi, tidak
mengatur segala akibat yang timbul dari peraturannya baik yang dapat dipulihkan
maupun yang tidak maka undang-undang mengadakan tindakan-tindakan yang perlu
tentang itu.
Ketentuan :
4. Jika peraturan yang termaktub dalam undang-undang darurat itu diubah dan
ditetapkan sebagai undang-undang, maka akibat-akibat perubahannya diatur pula
sesuai dengan yang ditetapkan dalam ayat yang lalu.
Ketentuan :
-Akibat perubahanya diatur seusai dengan yang ditetapkan dalam ayat yang lalu
Pasal 98.
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 100.
Ketentuan :
1.Membentuk
2.Mengundangkan
3.Mulai berlakunya
Ketentuan :
BAGIAN III.
Pengadilan.
Pasal 101
1. Perkara perdata, perkara pidana sipil dan perkara pidana militer semata-mata masuk
perkara yang diadili oleh pengadilan-pengadilan yang diadakan atau diakui dengan
undang-undang atau atas kuasa undang-undang.
Ketentuan :
1. Perkara perdata
Ketentuan :
-Pengangkatan dalam jabatan pengadilan yang diadakan dengan dengan undang-
undang atau tas kuasa undang-undang didasarkan pada syarat :
1. Kepandaian
2. Kecakapan
Pasal 102.
Hukum perdata dan hukum dagang, hukum pidana sipil maupun hukuman pidana
militer, hukum acara perdata dan hukum acara pidana, susunan dan kekuasaan
pengadilan diatur dengan undang-undang dalam kitab-kitab hukum kecuali jika
pengundang-undang menganggap perlu untuk mengatur beberapa hal dalam undang-
undang tersendiri.
Ketentuan :
Pasal 103.
Segala campur tangan dalam urusan pengadilan oleh alat-alat perlengkapan yang
bukan perlengkapan pengadilan, dilarang, kecuali jika diizinkan oleh undang-undang.
Ketentuan :
Pasal 104.
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 105.
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 106.
Ketentuan :
2. Dengan undang-undang dapat ditetapkan bahwa perkara perdata dan perkara pidana
sipil terhadap golongan-golongan orang dan badan yang tertentu hanya boleh diadili
oleh pengadilan yang ditunjuk dengan undang-undang itu.
Ketentuan :
1. Golongan-golongan orang
hanya boleh diadili oleh pengadilan yang ditunjuk dengan undang-undang itu
Ketentuan :
Pasal 107.
Ketentuan :
-Presiden mempunyai hak memberi grasi dari hukuman yang dijatuhkan oleh
keputusan pengadilan
-Presiden hanya dapat memberikan grasi setelah meminta nasehat dari Mahkamah
Agung
2. Jika hukuman mati dijatuhkan, maka keputusan pengadilan itu tidak dapat
dijalankan, melainkan sesudah Presiden, menurut aturan-aturan yang ditetapkan
dengan undang-undang, diberikan kesempatan untuk memberi grasi.
Ketentuan :
3. Amnesti dan abolisi hanya dapat diberikan dengan undang-undang ataupun atas
kuasa undang-undang, oleh Presiden sesudah meminta nasehat dari Mahkamah Agung.
Ketentuan :
-Amnesti dan abolisi hanya dapat diberikan sesudah Presiden meminta nasehat
dari Mahkamah Agung
Pasal 108.
Pemutusan tentang sengketa yang mengenai hukum tata usaha diserahkan kepada
pengadilan yang mengadili perkara perdata ataupun kepada alat-alat perlengkapan
lain, tetapi jika demikian seboleh-bolehnya dengan jaminan yang serupa tentang
keadilan dan kebenaran.
Ketentuan :
BAGIAN IV.
Keuangan.
Pasal 109.
1. Di seluruh daerah Republik Indonesia hanya diakui sah alat-alat pembayar yang
aturan-aturan pengeluarannya ditetapkan dengan undang-undang.
Ketentuan :
2. Satuan hitung untuk menyatakan yang alat-alat pembayar sah itu ditetapkan
dengan undang-undang.
Ketentuan :
-Satuan hitung yang menyatakan alat pembayar sah atau tidak ditetapkan dengan
undang-undang
3. Undang-undang mengakui sah alat-alat pembayar baik hingga jumlah yang tak
terbatas maupun hingga jumlah terbatas yang ditentukan untuk itu.
Ketentuan :
-Alat-alat pembayar baik hingga jumlah yang tak terbatas hingga terbatas yang
ditentukan sebagai alat pembayar diakui sah oleh undang-undang
4. Pengeluaran alat-alat pembayar yang sah dilakukan oleh atau atas nama Pemerintah
Republik Indonesia ataupun oleh Bank Sirkulasi.
Ketentuan :
1. Pemerintah
Pasal 110.
Ketentuan :
Babakan 2.
Pasal 111.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 112.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 113.
Ketentuan :
Pasal 114.
Ketentuan :
2. Usul undang-undang pengubah anggaran umum, tiap-tiap kali jika perlu dimajukan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Ketentuan :
Ketentuan :
-Anggaran terdiri dari dua bab, dan setiap bab terbagi dalam pos-pos
2. Menunjuk pendapatan-pendapatan
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 116.
Ketentuan :
Pasal 117.
Tidak diperkenankan memungut pajak, bea dan cukai untuk kegunaan kas negara,
kecuali dengan undang-undang atau atas kuasa undang-undang.
Ketentuan :
- Pemungutan pajak, bea dan cukai tidak dapat dilakukan dengan undang-undang
atau kuasa undang-undang
-Pemungutan pajak, bea dan cukai digunkan untuk kegunaan kas negara
-Pemungutan pajak, bea dan cukai hanya dapat dilakukan dengan undang-undang
atau kuasa undang-undang
Pasal 118.
1. Pinjaman uang atas tanggungan Republik Indonesia tidak dapat diadakan, dijamin
atau disahkan, kecuali dengan undang-undang atau atas kuasa undang-undang.
Ketentuan :
- Pinjaman yang dimaksud tidak dapat diadakan, dijamin atau disahkan apabila
tidak ada undang-undanag atau kuasa undang-undang yang mengaturnya
Ketentuan :
Pasal 119.
1. Dengan tidak mengurangi yang diatur dengan ketentuan-ketentuan khusus, gaji-gaji
dan lain-lain pendapatan anggota majelis-majelis dan pegawai-pegawai Republik
Indonesia ditentukan oleh Pemerintah dengan mengindahkan aturan-aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang dan menurut asas, bahwa dari jabatan tidak boleh
diperoleh keuntungan lain dari pada yang dengan tegas diperkenankan.
Ketentuan :
-Keuntungan dari jabatan lain dari pada yang diperkenakan oleh undang-undang
tidak diperbolehlkan
Ketentuan :
Ketentuan :
BAGIAN V.
Pasal 120.
Ketentuan :
2. Masuk dalam dan memutuskan perjanjian dan persetujuan lain, dilakukan oleh
Presiden hanya dengan kuasa undang-undang.
Ketentuan :
-Presiden dalam memutuskan perjanjian dan persetujuan lain hanya dengan kuasa
undang-undang
Pasal 121.
Berdasarkan perjanjian dan persetujuan yang tersebut dalam Pasal 120, Pemerintah
memasukkan Republik Indonesia ke dalam organisasi-organisasi antara negara.
Ketentuan :
Pasal 122.
Ketentuan :
Pasal 123.
Ketentuan :
Pasal 124.
Ketentuan :
Pasal 125.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 126.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 127
Ketentuan :
Ketentuan :
3. Opsir-opsir diangkat, dinaikan pangkat dan diperhentikan oleh atau atas nama
Presiden, menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang.
Ketentuan :
Pasal 128.
Presiden tidak menyatakan perang, melainkan jika hal itu diizinkan lebih dahulu oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.
Ketentuan :
Pasal 129.
1. Dengan cara dan dalam hal-hal yang akan ditentukan dengan undang-undang,
Presiden dapat menyatakan daerah Republik Indonesia atau bagian-bagian dari
padanya dalam keadaan bahaya, bilamana ia menganggap hal itu perlu untuk
kepentingan keamanan dalam negeri dan keamanan terhadap luar negeri.
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 130.
Untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum diadakan suatu alat kekuasaan
kepolisian yang diatur dengan undang-undang.
Ketentuan :
BAB IV.
Pasal 131.
1. Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil yang berhak mengurus
rumah tangganya sendiri otonom, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan Undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar
permusyawaratan dan dasar perwakilan dalam sistim pemerintahan negara.
Ketentuan :
· Berdasaran pembagian daerah di Indonesia baik daerah besar, maupun daerah
kecil, daerah tersebut berhak mengurus rumah tangganya sendiri
Ketentuan :
· Daerah-daerah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat satu Pasal 13, diberi
kewenangan atas autonomi yang seluas-luasnya
Ketentuan :
· Daerah-daerah dapat diberi tugas-tugas yang tidak termasuk dalam urusan rumah
tangganya
Pasal 132.
Ketentuan :
Ketentuan :
Ketentuan :
Pasal 133.
Ketentuan :
BAB V.
KONSTITUANTE.
Pasal 134.
Ketentuan:
Pasal 135.
1. Konstituante terdiri dari sejumlah Anggota yang besarnya ditetapkan berdasar atas
perhitungan setiap 150.000 jiwa penduduk warga-negara Indonesia mempunyai
seorang wakil.
Ketentuan:
Ketentuan:
Ketentuan:
Pasal 136.
Yang ditetapkan dalam Pasal 60, 61, 62, 63, 64, 67, 68, 71, 73, 74, 75 ayat (3) dan (4)
dan Pasal 76 berlaku demikian juga bagi Konstituante.
Ketentuan:
-Konstituante memilih seorang ketua dan beberapa orang wakil ketua. Pemilihan
ini membutuhkan pengesahan dari presiden;
- Selama pemilihan ketua dan wakil ketua konstituante belum disahkan oelh
presiden, maka rapat diketuai oleh anggota yang tertua usianya;
- Ketua dan anggota konstituate tidak dapat dituntut di muka pengadilan terkait
apa yang dikatakan dalam rapat;
- ketua dan anggota konstituante tidak dapat dituntut di muka pengadilan terkait
apa yang dikemukakan dengan surat majelis;
- Setiap orang yang mengahdiri rapat tertutup wajib merahasiakan apa yang
dibicarakan dalam rapat;
- Apabila pada waktu mengambil keputusan, suara sama-sama berat dan rapat
tersebut lengkap anggotanya, maka usul tersebut dianggap ditolak; atau
- Apabila suara sama berat kembali, maka usul tersebut dianggap ditolak;
Pasal 137.
Ketentuan:
Ketentuan :
Pasal 138.
Ketentuan:
Ketentuan:
- Tugas konstituante ini dilakukan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih oleh
konstituante diantara anggota-anggotanya;
Pasal 139.
1. Badan Pekerja terdiri dari Ketua Konstituante sebagai Anggota merangkap Ketua
dan sejumlah Anggota yang besarnya ditetapkan berdasar atas perhitungan setiap 10
Anggota Konstituante mempunyai seorang wakil.
Ketentuan:
- Badan pekerja terdiri dari ketua konstituante sebagai anggota merangkap ketua;
Ketentuan:
3. Badan Pekerja memilih dari antaranya seorang atau beberapa orang Wakil-Ketua.
Aturan dalam Pasal 62 berlaku untuk pemilihan ini.
Ketentuan :
Ketentuan:
BAB VI.
KETENTUAN PENUTUP.
BAGIAN I.
PERUBAHAN.
Pasal 140.
3. Yang ditetapkan dalam Pasal 66, 72. 74, 75, 91. 92 dan 94 berlaku
www.djpp.depkumham.go.id
Undang-undang Dasar.
Ketentuan :
Pasal 141.
dengan keluhuran.
2. Naskah Undang-undang Dasar yang diubah itu diumumkan sekali lagi oleh
BAGIAN II.
KETENTUAN-KETENTUAN PERALIHAN.
Pasal 142.
tidak dicabut, ditambah atau diubah oleh undang-undang dan ketentuanketentuan tata-
usaha atas kuasa Undang-Undang Dasar ini.
Pasal 143.
Agustus 1950, yakni atas dasar perundang-undangan yang masih tetap berlaku
www.djpp.depkumham.go.id
Pasal 144.
tersebut dalam Pasal 5 ayat (1), maka yang sudah menjadi warga-negara
Republik Indonesia ialah mereka yang menurut atau berdasar atas Persetujuan
BAGIAN III.
KETENTUAN PENUTUP.
Pasal 145.
Pasal 146.
Pasal II.
2. Jikalau dan sekadar sebelum saat yang tersebut dalam ayat (1) sudah
www.djpp.depkumham.go.id
Indonesia Serikat.
Disahkan di Jakarta
SOEKARNO
PERDANA MENTERI,
MOHAMMAD HATTA
MENTERI KEHAKIMAN,
SOEPOMO
Diumumkan di Jakarta
MENTERI KEHAKIMAN,
SOEPOMO