Anda di halaman 1dari 17

HUKUM TATA NEGARA INDONESIA

Deskripsi Undang – Undang Dasar


Sementara 1950
KELAS B
Anggota Kelompok:
1. Muhammad Fahry Yogaswara (02011381823342)
2. Martinus Yeremia Manik (02011381823361)
3. Adre Noufal Athallah (02011381823400)
4. Ahsanul Rizqi Ramadhan (02011381823401)
5. Muhammad Agung Lisdiawan (02011381823430)

Pembagian Tugas:
1. Muhammad Fahry Yogaswara: Pasal 1 - 29
2. Martinus Yeremia Manik: Pasal 30 - 58
3. Adre Noufal Athallah: Pasal 59 - 87
4. Ahsanul Rizqi Ramadhan: Pasal 88 - 116
5. Muhammad Agung Lisdiawan: Pasal 117 – 146

-UUDS 1950-
[Bentuk Negara dan Kedaulatan] Pasal 1

Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara-hukum yang demokratis dan
berbentuk kesatuan (Pasal 1 ayat (1)). Kedaulatan Republik Indonesia adalah ditangan Rakyat
dan dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 1 ayat
(2)).
Jadi yang dimaksud dengan negara yang merdeka yaitu suatu kondisi dimana negara bebas dari
penjajahan apapun. Berdaulat adalah kekuasaan tertinggi atas suatu pemerintahan negara dan
diakui oleh negara lainnya.

[Daerah Negara] Pasal 2

Republik Indonesia meliput seluruh daerah Indonesia (Pasal 2).

Jadi daerah negara Republik Indonesia itu adalah seluruh wilayah Indonesia saat itu tetapi belum
termasuk Irian Jaya walaupun sudah diklaim oleh Ir.Soekarno karena Irian Jaya baru diserahkan
secara resmi oleh UNTEA. Pada 1 Mei 1963, Irian Barat menjadi bagian Indonesia. UNTEA
(United Nations Temporary Executive Administration) menyerahkan Irian Barat kepada
Indonesia dengan catatan tahun 1969 harus diadakan pungutan suara pendapat rakyat.

Sumber.:https://dunia.tempo.co/read/662546/sejarah-dunia-hari-ini-irian-masuk-indonesia/
full&view=ok

[Lambang dan Bahasa Negara] Pasal 3 – 4

Bendera kebangsaan Republik Indonesia ialah bendera Sang Merah Putih (Pasal 3 Ayat (1))
Lagu kebangsaan ialah lagu " Indonesia Raja"(Pasal 3 Ayat (2)) dan Meterai dan lambang
Negara ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 3 Ayat (3)) Bahasa resmi Negara Republik Indonesia
ialah Bahasa Indonesia (Pasal 4).

Bendera Negara Indonesia yang secara singkat disebut bendera negara adalah Sang Merah
Putih.Sang Saka Merah Putih, Merah Putih, atau kadang disebut Sang Dwiwarna (dua warna).
Bendera Negara Sang Merah Putih berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3
(dua-pertiga) dari panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih
yang kedua bagiannya berukuran sama. Bendera kebanggaan Indonesia ini merangkum nilai-
nilai kepahlawanan, patriotisme, dan nasionalisme.

Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Republik Indonesia. Lagu ini pertama kali diperkenalkan
oleh komponisnya, Wage Rudolf Soepratman, pada tanggal 28 Oktober 1928 pada saat Kongres
Pemuda II di Batavia. Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh
nusantara di Indonesia yang mendukung ide satu "Indonesia" sebagai penerus Hindia Belanda,
daripada dipecah menjadi beberapa koloni.
Stanza pertama dari Indonesia Raya dipilih sebagai lagu kebangsaan ketika Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu baku yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik
Indonesia dan bahasa persatuanbangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya
setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan
mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia,https://id.wikipedia.org/wiki/
Indonesia_Raya dan https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

[Kewarga-negaraan Dan Penduduk Negara] Pasal 5 – 6

Kewarga-negaraan Republik Indonesia diatur oleh undang-undang (Pasal 5 Ayat (1)) dan
penduduk Negara ialah mereka yang diam di Indonesia menurut aturan-aturan yang ditetapkan
dengan undang-undang (Pasal 6)

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu


(secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang
warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.

Penduduk bisa didefinisikan menjadi dua:

 Orang yang tinggal di daerah tersebut

 Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang
mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi
memilih tinggal di daerah lain.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan dan


https://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk

[Hak-hak Dan Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia] Pasal 7 – 29

Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang (Pasal 7 Ayat (1)) Sekalian
orang yang ada didaerah Negara sama berhak menuntut perlindungan untuk diri dan harta-
bendanya (Pasal 8) Setiap orang berhak dengan bebas bergerak dan tinggal dalam perbatasan
Negara (Pasal 9 Ayat (1)) Tiada seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba (Pasal
10) Tiada seorang juapun akan disiksa ataupun diperlakukan atau dihukum setjara ganas, tidak
mengenal peri-kemanusiaan atau menghina (Pasal 11) Tiada seorang djuapun boleh ditangkap
atau ditahan, selain atas perintah untuk itu oleh kekuasaan jang sah menurut aturan-aturan
undang-undang dalam hal-hal dan menurut cara yang diterangkan dalamnya (Pasal 12) Setiap
orang berhak, dalam persamaan yang sepenuhnya mendapat perlakuan judjur dalam perkaranya
oleh hakim yang tak memihak, dalam hal menetapkan hak-hak dan kewadjibankewadjibannya
dan dalam hal menetapkan apakah suatu tuntutan hukuman yang dimajukan terhadapnja
beralasan atau tidak (Pasal 13 Ayat (1)) Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan
sesuatu peristiwa pidana berhak dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya dalam
suatu sidang pengadilan, menurut aturan-aturan hukum yang berlaku, dan ia dalam sidang itu
diberikan segala djaminan yang telah ditentukan dan yang perlu untuk pembelaan (Pasal 14 Ayat
(1)) Tiada suatu pelanggaran atau kejahatanpun boleh diancamkan hukuman berupa rampasan
semua barang kepunyaan yang bersalah (Pasal 15 Ayat (1)). Menginjak suatu pekarangan tempat
kediaman atau memasuki suatu rumah bertentangan dengan kehendak orang yang mendiaminya,
hanya dibolehkan dalam hal-hal yang ditetapkan dalam suatu aturan hukum yang berlaku
baginya (Pasal 16 Ayat (2). Kemerdekaan dan rahasia dalam perhubungan surat-menjurat tidak
boleh diganggu-gugat, selainnya dari atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang telah
disahkan untuk itu menurut peraturan-peraturan undang-undang dalam hal-hal yang diterangkan
dalam peraturan itu (Pasal 17) Setiap orang berhak atas kebebasan agama, keinsyafan batin dan
pikiran (Pasal 18) Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat
(Pasal 19) Hak penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat diakui dan diatur dengan
undang-undang (Pasal 20) Hak berdemonstrasi dan mogok diakui dan diatur dengan undang-
undang (Pasal 21) Sekalian orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berhak dengan
bebas memajukan pengaduan kepada penguasa, baik dengan lisan ataupun dengan tulisan (Pasal
22 Ayat (1)) (1) Setiap warga-negara berhak turut-serta dalam pemerintahan dengan langsung
atau dengan perantaraan wakil-wakil yang dipilih dengan bebas menurut cara yang ditentukan
oleh undang-undang (Pasal 23 Ayat (1)) Setiap warga-negara berhak dan berkewajiban turut-
serta dengan sungguh dalam pertahanan Negara (Pasal 24) Penguasa tidak akan mengikatkan
keuntungan atau kerugian kepada termasuknya warganegara dalam sesuatu golongan rakyat
(Pasal 25 Ayat (1)) Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain (Pasal 26 Ayat (1)) (1) Pentjabutan hak milik untuk kepentingan umum atas
sesuatu benda atau hak tidak dibolehkan, kecuali dengan mengganti kerugian dan menurut
aturan-aturan undang-undang (Pasal 27 Ayat (1)) Setiap warga-negara, sesuai dengan
kecakapannya, berhak atas pekerjaan, yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 28 Ayat (1)) Setiap
orang berhak mendirikan serikat-sekerja dan masuk kedalamnya untuk memperlindungi dan
memperjuangkan kepentingannya (Pasal 29).

Pasal 59
Pada Pasal 59 dijelaskan bahwa anggota-anggota DPR dipilih untuk menjabat selama empat
tahun dan kemudian dapat dipilih kembali

Pasal 60
Pada pasal ini dijelaskan bahwa syarat menjadi anggota DPR adalah warga negara berusia
minimal 25 tahun dan status hak pilihnya sedang tidak dicabut

Pasal 61
Pada pasal ini dijelaskan bahwa anggota DPR tidak bisa merangkap jabatan sebagai Presiden,
Wakil Presiden, Jaksa Agung, Ketua Mahkamah Agung, Wakil Ketua Mahkamah Agung,
Anggota Mahkamah Agung, Ketua Dewan Pengawas Keuangan, Wakil Ketua Dewan Pengawas
Keuangan, Anggota Dewan Pengawas Keuangan, Presiden Bank Sirkulasi, dan jabatan-jabatan
lain yang ditentukan oleh undang-undang.
Selain itu, dalam pasal ini dijelaskan bahwa anggota DPR yang merangkap sebagai Menteri, hak
atau kewajibannya sebagai anggota DPR ditiadakan selama merangkap jabatan sebagai menteri.
Dan dijelaskan juga bahwa anggota DPR yang berdinas aktif di Angkatan Perang, selama
menjabat sebagai anggota DPR akan menjadi non-aktif di Angkatan Perang

Pasal 62
Pasal 62 menjelaskan bahwa Anggota DPR memilih ketua dan wakil ketuanya sendiri dari
anggota-anggota DPRnya dengan persetujuan dari Presiden.
Dan selama pemilihan ketua dan wakil ketua DPR belum disetujui oleh Presiden, maka rapat
diketuai oleh anggota DPR yang umurnya paling tua.

Pasal 63
Pada pasal ini berisi sumpah DPR yang akan menjabat

Pasal 64
Pada pasal ini dijelaskan bahwa dalam rapat DPR, ketua memberikan kesempatan berbicara
kepada menteri-menteri jika mereka menginginkannya.

Pasal 65
Pada pasal ini dijelaskan bahwa DPR bersidang apabila pemerintah menghendakinya atau ketua
atau sepersepuluh dari anggota DPR menganggap itu perlu.

Pasal 66
Pada pasal ini dijelaskan bahwa rapat-rapat DPR terbuka untuk umum kecuali ketua menganggap
perlu ditutup atau setidaknya sepuluh anggota menuntut untuk tertutup.

Pasal 67
Pasal 67 menjelaksan bahwa anggota DPR dapat mengundurkan diri sebelum masa jabatannya
habis dengan surat pengunduran.

Pasal 68
Pasal ini menjelaskan bahwa anggota DPR mengadakan rapat-rapatnya di Jakarta, kecuali dalam
keadaan darurat dapat dilakukan di tempat lain yang ditentukan oleh pemerintah

Pasal 69
Pada pasal ini dijelaskan bahwa DPR mempunyai hak interpelasi dan hak menanya.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya terkait pelaksanaan fungsi pengawasan,
DPR dibekali 3 (tiga) hak, yakni:
1. Hak Interpelasi: hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Hak Menyatakan Pendapat: hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di
dunia internasional;
b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau
c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Sumber: http://www.dpr.go.id/tentang/hak-dpr

Pasal 70
Dijelaskan bahwa DPR mempunyai hak menyelidiki dengan aturan-aturan yang ditetapkan
dengan undang-undang.
Hak Angket: hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-
undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
Sumber: http://www.dpr.go.id/tentang/hak-dpr

Pasal 71

Pasal 72
Pada pasal ini dijelaskan bahwa anggota DPR dapat menyalurkan suaranya atau pendapat tanpa
dari paksaan orang lain dan bukan untuk kepentingan diri sendiri.

Pasal 73
Pasal ini menjelaskan bahwa gaji dan tunjangan-tunjangan anggota DPR diatur di dalam undang-
undang.
Pasal 74
Pasal ini menjelaskan bahwa setiap orang yang menghadiri rapat DPR harus merahasiakan isi
dari rapat tersebut, kecuali jika status rahasia rapat tersebut dicabut.

Pasal 75
Pada pasal ini djelaskan jika yang hadir pada rapat tidak lebih dari seperdua dari jumlah anggota
maka DPR tidak boleh bermusyawarah atau mengambil keputusan.
Keputusan diambil dari suara terbanyak, apabila sama berat maka usul akan dianggap ditolak
atau akan ditanggungkan sampai rapat berikut.

Pasal 76
Pada pasal ini menjelaskan bahwa DPR dapat membuat peraturan ketertibannya sendiri.

Pasal 77
Pada pasal ini dijelaskan bahwa untuk pertama kali selama DPR belum terbentuk melalui
pemilihan menurut undang-undang, maka anggota DPR terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota-anggota DPR RIS, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-anggota Badan Pekerja Komite
Nasional Pusat, dan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Pasal 78
Pasal ini menjelaskan sususan dan kekuasaan Mahkamah Agung diatur dengan Undang-undang.

Pasal 79
Dalam pasal ini dapat dijelaskan bahwa masa jabatan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-anggota
Mahkamah Agung adalah seumur hidup, tetapi dapat diberhentikan pada usia yang tertentu
dalam undang-undang. Dan mereka dapat dipecat menurut cata dan dalam hal yang ditentukan
oleh undang-undang atau juga dapat diberhentikan sendiri oleh Presiden.

Pasal 80
Pada pasal ini dijelaskan susunan dan kekuasaan Dewan Pengawas Keuangan diatur dengan
undang-undang.

Pasal 81
Dalam pasal ini dapat dijelaskan bahawa masa jabatana Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota-
anggota Dewan Pengawas Keuangan adalah seumur hidup, tetapi dapat diberhentikan pada usia
yang tertentu dalam undang-undang. Dan mereka dapat dipecat menurut cata dan dalam hal yang
ditentukan oleh undang-undang atau juga dapat diberhentikan sendiri oleh Presiden.

Pasal 82
Pada pasal ini dijelaskan Pemerintah menjalankan UUD, undang-undang, dan peraturan-
peraturan lain untuk menuju ke kesejahteraan Indonesia.

Pasal 83
Pada pasal ini dijelaskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu-gugat, dan
menteri-menteri bertanggungjawab atas seluruh kebijakannya.

Pasal 84
Pasa pasal ini menjelaskan bahwa Presiden berhak membubarkan DPR, dan memerintahkan
untuk mengadakan pemilihan DPR baru dalam 30 hari.

Pasal 85
Dalam pasal ini djelaskan bahwa kekuasaan Presiden juga meliputi Angkatan Perang Republik
Indonesia.

Pasal 86
Pada pasal ini dijelaskan bahwa pegawai-pegawai Republik Indonesia diangkat menurut aturan-
aturan yang ditetapkan dalam Undang-undang.
Pasal 87
Dalam pasal ini dijelaskan bahwa Presiden mempunyai hak untuk memberikan tanda-tanda
kehormatan sesuai dengan Undang-undang.

Pasal 117

Menurut pasal ini, tidak diperkenankan memungut pajak, bea dan cukai untuk kegunaan kas
negara, kecuali atas kuasa undang-undang.

Pasal 118

Dalam pasal ini, pinajaman uang atas tanggungan negara tidak diperkenankan,dijamin atau
diadakan,kecuali atas kuasa undang-undang. Pemerintah berhak, dengan memperhatikan aturan-
aturan yang ditetapkan dengan undang-undang, mengeluarkan biljet-biljet (uang kas)
perbendaharaan dan promes-promes (surat sanggup bayar) perbendaharaan.

Pasal 119

Menurut pasal Pasal 119,gaji-gaji dan pendapatan lain-lain anggota majelis-majelis dan pegawai
Republik Indonesia diatur oleh Pemerintah, dengan memperhatikan aturan-aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang dan menurut azas, bahwa dari jabatan tidak boleh diperoleh
keuntungan lain dari pada yang dengan tegas diperkenankan. Undang-undang juga dapat
memperkenankan pemindahan kekuasaan yang diterangkan sebelumnya kepada alat-alat
perlengkapan lain yang berkuasa. Serta pemberian pensiun kepada pegawai-pegawai Republik
Indonesia diatur dengan undang-undang.

Pasal 120

Menurut pasal Pasal 120 ,Presiden dapat mengadakan dan mengesahkan perjanjian (traktat) dan
persetujuan lain dengan Negara-negara lain. Kecuali jika ditentukan lain dengan undang-undang,
perjanjian atau persetujuan lain tidak disahkan, melainkan sesudah disetujui dengan undang-
undang. Masuk dalam dan memutuskan perjanjian dan persetujuan lain, dilakukan oleh Presiden
hanya dengan kuasa undang-undang.

Pasal 121

Pasal 121 menyatakan bahwa pemerintah memasukkan Republik Indonesia kedalam organisasi-
organisasi antar negara.

Pasal 122

Pasal ini menyatatkan bahwa Pemerintah agar berusaha memecahkan perselisihan-perselisihan


dengan negara lain dengan jalan damai

Pasal 123

Dalam pasal ini menyatakan bahwa Presiden dapat mengangkat wakil-wakil Republik Indonesia
(Duta besar) untuk Negara-negara lain dan menerima wakil Negara-negara (Duta besar) lain
untuk Republik Indonesia.

Pasal 124

Undang-undang menetapkan aturan-aturan tentang hak dan kewajiban warga negara untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan membela daerahnya. Undang-undang
tersebut mengatur cara menjalankan hak dan kewajiban itu dan menentukan pengecualiannya.

Pasal 125

Dalam pasal ini dijelaskan bahwa Angakatan Perang Republik Indonesia bertugas melindungi
kepentingan-kepentingan negara Republik Indonesia dan Anggota Perang Republik Indonesia
dibentuk dari mereka yang diwajibkan masuk Angkatan Perang dan bagi mereka yang sukarela
masuk. Semua itu diatur dalam undang-undang.

Pasal 126
Pasal ini menjelaskan bahwa pemerintah memegang penuh urusan pertahanan dan undang-
undang mengatur dasar-dasar susunan dan tugas alat-perlengkapan yang diberi kewajiban
menyelenggarakan pertahanan.

Pasal 127

Di dalam pasal ini dijelaskan Presiden memegang kekuasaan tertinggi di Angkatan Perang
Republik Indonesia. Dalam keadaan perang Pemerintah menempatkan Angkatan Perang dibawah
pimpinan seorang Panglima Besar .Opsir-opsir diangkat, dinaikkan pangkat dan diberhentikan
oleh atau atas nama Presiden, menurut aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 128

Pasal ini menjelaskan bahwa Presiden tidak dapat menyatakan perang, kecuali jika hal itu
diizinkan terlebih dahulu oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 129

Di dalam ayat (1) dijelaskan bahwa Presiden dapat menyatakan daerah Republik indonesia
dalam keadaan bahaya apabila ia menganggap itu perlu untuk kepentinagn keamanan dalam
negri dan keamanan dari bahaya luar negeri sesuai dengan ketentuan undang-undang. Dalam
ayat (2) menyatakan bahwa undang-undang mengatur tingkatan keadaan bahaya, apabila
tingakatan bahaya itu ditetapkan kekuasaan sipil diberikan seluruhnya atau sebagian dialihkan
kepada kekuasaan Angkatan Perang.

Pasal 130

Pasal ini menyatakan Kepolisian dibuat untuk memelihara ketertiban dan kekuasaan Kepolisian
diatur dalam undang-undang.

Pasal 131

Ayat (1) menjelaskan pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk
susuan pemerintahan sesuai undang-undang dan berhak mengurus pemerintahannya sendiri dan
harus sesuai dengan yang ditetapkan undang-undang dan sesuai dasar permuyawaratan dan dasar
perwakilan dalam sistem pemerintahan negara. Dalam ayat (2) menyatakan bahwa kepala daerah
diberikan kekuasaan seluas-luasnya untuk mengurus pemerintahannya sendiri. Pasal (3)
menyebutkan bahwa undang-undang dari pemerintah pusat dapat diserahkan kepada kepala
daerah untuk dijalankan meskipun itu tidak termasuk dalam undang-undang daerahnya.

Pasal 132

Ayat (1) menjelaskan kedudukan daerah-daerah yang berpemerintan sendiri diatur dengan
undang-undang dengan ketentuan bahwa dalam bentuk susunan pemerintahannya sesuai dalam
pasal 131. Ayat (2) menyatakan bahwa Daerah-daerah yang berpemerintan sendiri yang ada
tidak dapat dihapuskan atau diperkecil, kecuali untuk kepentingan umum yang menuntut
penghapusan atau pengecilan itu dan memberi kuasa untuk Pemerintah. Ayat (3) menjelaskan
bahwa perselisihan-perselisihan hukum tentang peraturan-peraturan yang dimaksud dalam ayat
(1) dan yang menjalankan pengadilan tersebut adalah badan pengadilan yang dimaksud dalam
pasal 108.

Pasal 133

Pasal 133 menyatakan saat menunggu ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 132
maka peraturan-peraturan yang sudah ada tetap berlaku, dengan pengertian bahwa penjabat-
pejabat daerah yang dulu yang tersebut dalam peraturan peraturan itu diganti dengan penjabat-
pejabat Republik Indonesia.

Pasal 134

Konstituante (Sidang Pembuat Undang-undang Dasar) bersama-sama dengan Pemerintah


secepatnya menetapkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang akan menggantikan
Undang-undang Dasar Sementara ini.

Pasal 135

Ayat (1) menyatakan bahwa Konstituante terdiri dari sejumlah Anggota yang besarnya
ditetapkan berdasar atas perhitungan setiap 150.000 jiwa penduduk warga negara Indonesia
mempunyai seorang wakil. Ayat (2) menaytakan bahwa anggota-anggota Konstituante dipilih
oleh warga-negara Indonesia dengan dasar umum dan dengan cara bebas dan rahasia menurut
aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang. Dalam ayat (3), Ketentuan-ketentuan
dalam pasal 58 berlaku juga untuk Konstituante dengan pengertian bahwa jumlah wakil itu dua
kali lipat.

Pasal 136

Pasal ini menjelaskan bahwa ketetapan dalam pasal 60, 61, 62, 63, 64, 67, 68, 71, 73, 74, 75 ayat
(3) dan (4), dan pasal 76 berlaku demikian juga bagi Konstituante.

Pasal 137

Ayat (1) menyatakan Konstituante tidak dapat bermufakat atau mengambil keputusan tentang
rancangan Undang-undang Dasar baru, jika pada rapatnya yang tidak hadir sekurang-kurangnya
dua-pertiga dari jumlah anggota-sidang. Ayat (2) pasal ini menjelaskan bahwa Undang-undang
Dasar baru berlaku,apabila rancangannya telah diterima dengan sekurang-kurangnya dua-pertiga
dari jumlah suara Anggota yang hadir dan kemudian disahkan oleh Pemerintah. Dalam ayat (3)
menyebutkan apabila Konstituante sudah menerima rancangan Undang-undang Dasar, maka
dikirimkannya rancangan itu kepada Presiden untuk disahkan oleh Pemerintah dan harus
mengesahkan rancangan itu dengan segera. Pemerintah mengumumkan Undang-undang Dasar
itu dengan keluhuran.

Pasal 138

Ayat (1) menyatakan Apabila pada waktu Konstituante terbentuk belum diadakannya pemilihan
Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan aturan undang-undang yang
dimaksud dalam pasal 57, maka Konstituante merangkap menjadi Dewan Perwakilan Rakyat
yang tersusun menurut aturan-aturan yang dimaksud dalam pasal tersebut. Ayat (2) menyatakan
Pekerjaan sehari-hari Dewan Perwakilan Rakyat, yang karena ketentuan dalam ayat (1) pasal ini
menjadi tugas Konstituante, dilakukan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih oleh Konstituante
diantara Anggota-anggotanya dan yang bertanggung-jawab kepada Konstituante.

Pasal 139

Ayat (1) menyatakan bahwa Badan Pekerja terdiri dari Ketua Konstituante sebagai Anggota
sekaligus Ketua dan sejumlah Anggota yang besarnya ditetapkan berdasar atas perhitungan
setiap 1 Anggota Konstituante mempunyai seorang wakil. Ayat (2) menyebutkan Pemilihan
Anggota-anggota Badan Pekerja yang bukan Ketua dilakukan menurut aturan-aturan yang
ditentukan dengan undang-undang. Ayat (3) menyebutkan Badan Pekerja memilih dari
antaranya seorang atau beberapa orang Wakil- Ketua. Aturan dalam pasal 62 berlaku untuk
pemilihan ini. Ayat (4) menyatakan bahwa Anggota-anggota Badan Pekerja sebelum memangku
jabatannya, mengangkat sumpah (menjatakan keterangan) dihadapan Ketua Konstituante
menurut cara agamanya, yang bunyinya sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 63.

Pasal 140

Ayat (1) dijelaskan segala usul untuk mengubah Undang-undang Dasar ini menunjuk dengan
tegas perubahan yang diusulkan. Dengan undang-undang dinyatakan bahwa untuk mengadakan
perubahan sebagaimana diusulkan itu harus ada dasarnya. Ayat (2) menyebutkan Usul
perubahan Undang-undang Dasar, yang telah dinyatakan dengan undang-undang itu oleh
Pemerintah dengan amanat Presiden disampaikan kepada suatu Badan bernama Majelis
Perubahan Undang-undang Dasar, yang terdiri dari Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakjat
Sementara dan Anggota-anggota Komite Nasional Pusat jang tidak menjadi Anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakjat Sementara. Ketua dan Wakil-Ketua Dewan Perwakilan Rakjat
Sementara menjadi Ketua dan Wakil-Ketua Majelis Perubahan Undang-anggota Dasar. Ayat (3)
menjelaskan yang ditetapkan dalam pasal 66, 72, 74, 75, 91, 92 dan 94 berlaku demikian juga
bagi Majelis Perubahan Undang-undang Dasar. Ayat (4) menyebutkan Pemerintah harus dengan
segera mengesahkan rancangan perubahan Undang-undang Dasar yang telah diterima oleh
Majelis Perubahan Undang-undang Dasar.

Pasal 141

Pasal ini menyebutkan bahwa Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan umum tentang
membentuk dan mengundangkan undang-undang, maka perubahan-perubahan dalam Undang-
undang Dasar diumumkan oleh Pemerintah dengan keluhuran. Ayat (2) menyebutkan Naskah
Undang-undang Dasar yang diubah itu diumumkan sekali lagi oleh Pemerintah setelah, sekadar
perlu, bab-babnya, bagian-bagian tiap-tiap bab dan pasal-pasalnya diberi nomor berturut dan
penunjukan-penunjukannya diubah. Ayat (3) menjelaskan alat-alat perlengkapan berkuasa yang
sudah ada dan peraturan-peraturan serta keputusan-keputusan yang berlaku pada saat suatu
perubahan dalam Undang-undang Dasar mulai berlaku, dilanjutkan sampai diganti dengan yang
lain menurut Undang-undang Dasar, kecuali jika melanjutkannya itu berlawanan dengan
ketentuan-ketentuan baru dalam Undang-undang Dasar yang tidak memerlukan peraturan
undang-undang atau tindakan-tindakan penglaksanaan yang lebih lanjut

Pasal 142

Dalam pasal ini Peraturan-peraturan undang-undang dan ketentuan-ketentuan tata-usaha yang


sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, tetap berlaku dengan tidak berubah sebagai peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan Republik Indonesia sendiri, selama dan sekedar peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut, ditambah atau diubah oleh undang-undang
dan ketentuan-ketentuan tata-usaha atas kuasa Undang-undang Dasar ini.

Pasal 143

Sekadar hal itu belum ternyata dari ketentuan-ketentuan Undang-undang Dasar ini, maka
undang-undang menentukan alat-alat perlengkapan Republik Indonesia yang mana akan
menjalankan tugas dan kekuasaan alat-alat perlengkapan yang menjalankan tugas dan kekuasaan
itu sebelum tanggal 17 Agustus 1950 ja’ni atas dasar perundang-undangan yang masih tetap
berlaku karena pasal 142.

Pasal 144

Pasal ini menyatakan selama menunggu peraturan kewarganegaraan dengan undang-undang


yang tersebut dalam pasal 5 ayat (1), maka yang sudah menjadi warga-negara Republik
Indonesia ialah mereka yang menurut atau berdasar atas Persetujuan perihal pembagian warga-
negara yang dilampirkan kepada Persetujuan Perpindahan memperoleh kebangsaan Indonesia,
dan mereka yang kebangsaannya tidak ditetapkan oleh Persetujuan tersebut, yang pada tanggal
27 Desember 1949 sudah menjadi warga-negara Indonesia menurut perundang-undangan
Republik Indonesia yang berlaku pada tanggal tersebut.

Pasal 145

Dalam pasal 145 ini meyebutkan sesegera sesudah Undang-undang Dasar ini mulai berlaku,
Pemerintah mewajibkan satu atau beberapa panitia yang diangkatnya, untuk menjalankan tugas
sesuai dengan petunjuk-penunjuknya, bekerja mengikhtiarkan, supaya pada umumnya sekalian
perundang-undangan yang sudah ada pada saat tersebut disesuaikan kepada Undang-undang
Dasar.
Pasal 146

Pasal ini menyatakan sesegera sesudah Undang-undang Dasar berlaku Pemerintah mewujudkan
pembentukan aparatur Negara yang bulat untuk melaksanakan pokok-pokok dari Undang-
undang Dasar yang merupakan jiwa perjuangan nasional dengan jalan menyusun kembali
tenaga-tenaga yang ada.

Pasal II

Ayat (1) menyatakan Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia ini mulai berlaku
pada hari tanggal 17 Agustus 1950. Dalam ayat (2) mengatakan apabila dan sekadar sebelum
saat yang tersebut dalam ayat (1) sudah dilakukan tindakan-tindakan untuk membentuk alat-alat
perlengkapan Republik Indonesia, sekaliannya atas dasar ketentuan-ketentuan Undang-undang
Dasar ini, maka ketentuan-ketentuan itu berlaku surut sampai pada hari tindakan-tindakan
bersangkutan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai