BAB V
KONSTITUSI DAN KONSTITUSIONALISME
Konstitusi
Apakah yang dimaksud dengan konstitusi? Pertama,
konstitusi merupakan Akte Kelahiran suatu Negara-Bangsa (the
birth certificate of a nation state). Pembentukan suatu negara
selalu dimulai dengan pernyataan kemerdekaan suatu negara
(Proklamasi Kemerdekaan, Declaration of Independence) bagi
bekas negara jajahan, atau, dimulai dengan pernyataan
1
pembentukan negara baru yang berbeda dengan negara
sebelumnya di wilayah yang sama. Berikut kutipan dari
Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli
1776 (alinea pertama dan terakhir) yang disepakati secara
mufakat oleh 13 Negara Bagian Amerika:
--------------
2
tambahan (bukan perubahan) untuk melengkapi naskah
konstitusi asli.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 tidak terpisahkan dari UUD 1945 yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 telah
mengalami empat kali Perubahan (Perubahan Pertama Tahun
1999, Perubahan Kedua Tahun 2000, Perubahan Ketiga Tahun
2001 dan Perubahan Keempat Tahun 2002) yang sebagian
mengubah beberapa ketentuan lama tetapi sebagian besar
merupakan tambahan untuk melengkapi naskah asli. Naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang sangat singkat bila
dibandingkan dengan Pernyataan Kemerdekaan Amerika
Serikat, dan Alinea Pertama, Aliena Kedua, Aliena Ketiga, dan
bagian awal Aliena Keempat Pembukaan UUD 1945 dengan
sangat jelas menggambarkan pernyataan kemerdekaan dan
pembentukan suatu negara tetapi juga faktor-faktor yang
mendorong pernyataan kemerdekaan dan pembentukan negara
tersebut.
3
Constitution). Sebagian besar negara memiliki konstitusi
sebagai Hukum Dasar. Dalam negara seperti ini dikenal dua
tingkat hukum, yaitu Hukum Dasar (Konstitusi), dan Hukum
Biasa. Konstitusi disebut sebagai Hukum Dasar karena berisi
apa yang disebut sebagai Hak Alamiah (Natural Rights) atau
hak yang melekat pada manusia sebagai ciptaan Tuhan yang
Maha Esa, seperti Hidup, Kebebasan, dan Kebahagiaan (Life,
Liberty and in the pursuit of Happiness) dan Hak Asasi Manusia
pada umumnya dan prinsip-prinsip kenegaraan atau nilai-nilai
utama dalam penyelenggaraan negara, seperti keadilan,
kebebasan, kesetaraan, ketertiban, kesejahteraan, kedaulatan
rakyat, negara hukum, dan musyawarah. Ketentuan yang
menyangkut Hukum Biasa atau peraturan perundang-undangan
dibawah konstitusi tidak hanya merupakan penjabaran dari
tetapi juga tidak boleh bertentangan dengan Hukum Dasar.
Hukum Biasa cenderung bersifat operasional karena merupakan
penjabaran Hukum Dasar tersebut. Akan tetapi hal ini tidak
berlaku pada negara yang tidak mengenal dua tingkat hukum
seperti Inggris Raya yang hanya mengenal konstitusi yang tidak
berupa Hukum Dasar melainkan berupa konvensi tak tertulis,
undang-undang yang ditetapkan oleh Parlemen ataupun
jurisprudensi yang timbul dari putusan Pengadilan.
Konstitusi Amerika Serikat merupakan Hukum Dasar dan
hukum tertinggi di negara tersebut (the Supreme Law on the
Land). UUD 1945 merupakan Hukum Dasar atau Hukum
Tertinggi di Indonesia. Berikut adalah tata urutan hukum di
Indonesia:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (PERPPU)
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah Provinsi
6. Peraturan Gubernur
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
8. Peraturan Bupati/Walikota.
4
Ketiga, konstitusi berisi preskripsi tentang negara macam
apakah yang akan dibentuk atau negara macam apakah yang
hendak diwujudkan (tujuan negara). Konstitusi merupakan
preskripsi tentang negara-bangsa yang dicita-citakan (the
prescription for a good society or the best regime) atau
himpunan berbagai Kebaikan Bersama (Common Good) yang
disepakati oleh suatu Bangsa. Pada Alinea keempat UUD 1945
dapat dibaca empat tujuan negara:
1. melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia;
2. memajukan kesejahteraan umum;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pada Pembukaan UUD India dapat dibaca tujuan Negara
Republik Demokrasi Sosialis Sekuler India:
5
We, the peopleof South Africa,
Recognise the injustices of our past;
Honour those who suffered for justice and freedom in our land;
Respect those who have worked to build and develop our
country; and
Believe that South Africa belongs to all who live in it, united in
our diversity.
We therefore, through our freely elected representatives, adopt
this Constitutionas the Supreme Law of the Republic so as to--
Heal the divisions of the past and establish a society based on
democratic values, social justice and fundamental human
rights;
Lay the foundations for a democratic and open society in which
government is based on the will of the people and every citizen
is equally protected by law;
Improve the quality of life of all citizens and free the potential of
each person; and
Build a united and democratic South Africa able to take its
rightfull place as a sovereign state in the family of nations.
May God protect our people.
Karena memuat preskripsi tentang negara (negara yang dicita-
citakan) atau dskripsi tentang good society atau the best regime,
maka tidak heran bila konstitusi acapkali disebut sebagai Teori
Politik Normatif.
Keempat, untuk mencapai tujuan negara, dalam
konstitusi juga ditetapkan tidak saja pembagian tugas dan
kewenangan diantara sejumlah lembaga negara, seperti lembaga
legislatif untuk membuat undang-undang, eksekutif untuk
melaksanakan undang-undang, judikatif untuk mengadili
pelanggaran undang-undang, dan lembaga lain tetapi juga
6
diantara berbagai tingkat pemerintahan, seperti pemerintah
federal, pemerintah negara bagian, dan pemerintah lokal
(susunan negara federasi) atau pemerintah pusat dan pemerintah
lokal (susunan negara Kesatuan). Karena itu konstitusi acapkali
dilukiskan sebagai berisi pembagian kekuasaan antar lembaga
negara dan antar berbagai tingkat pemerintah. Karena tugas dan
kewenangan setiap lembaga negara dan berbagai tingkat
pemerintah diatur dalam Konstitusi, maka konstitusi juga
dirumuskan sebagai dasar atau sumber kewenangan negara.
Selain itu, dalam konstitusi juga ditentukan mekanisme
penentuan penyelenggara negara. Karena itu konstitusi juga
dirumuskan sebagai himpunan prinsip dan ketentuan yang
disepakati bersama yang mengatur bagaimana penyelenggara
negara memperoleh kekuasaan dan bagaimana kekuasaan
dilaksanakan.
7
kekuasaan negara berdasarkan hukum (rule of law), saling
mengawasi antar lembaga negara, dan penyelenggara negara
dipilih melalui Pemilu untuk masa jabatan tertentu tetapi juga
hak dan kebebasan politik warga negara dan hak asasi manusia
pada umumnya. Karena itu konstitusi tidak jarang dirumuskan
Dokumen atau Prinsip yang Membatasi dan Mengatur Perilaku
Penyelenggara Negara, dan Menjamin Hak Warga Negara
dalam suatu Negara.
Yang menanda-tangani konstitusi sebagai kontrak sudah
barang tentu tidak semua warga negara melainkan para
peminpin yang mewakili berbagai kelompok atau golongan
bangsa tetapi setelah melalui proses konsultasi publik dengan
semua unsur bangsa. UUD Amerika Serikat ditanda-tangani
sebanyak 56 orang yang mewakili 13 Negara Bagian, dan UUD
1945 ditanda-tangani oleh Sembilan orang anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ditanda-tangani oleh Soekarno-Hatta atas nama
Bangsa Indonsia, Soekarno mewakili Pulau Jawa sedangkan
Hatta mewakili Luar Pulau Jawa.
8
Konstitusi yang paling pendek dan paling tua di dunia adalah
UUD Amerika Serikat (7 Pasal dan 10 Amandemen). Yang
diatur dalam UUD Amerika Serikat hanya prinsip-prinsip
penyelenggaraan negara saja. Konstitusi yang Paling Panjang
adalah UUD India (395 Pasal dan 83 Amandemen). Karena itu
dapat diduga aspek kenegaraan yang diatur dalam UUD India
relatif lengkap. Walaupun terdapat variasi isi UUD antar negara
namun dapat diidentifikasi sejumlah persamaan mengenai apa
yang dirumuskan dalam konstitusi. Pertama, bentuk negara
(Monarhi atau Republik), susunan negara (Kesatuan atau
Federasi), bentuk pemerintahan (Parlementer, Presidensial, atau
Semi-Presidensial), sumber kekuasaan negara (Kedaulatan Raja,
Kedaulatan Rakyat atau Kedaulatan Partai), dan dasar
penyelenggaraan kekuasaan negara (Kehendak Penguasa,
Kehendak Rakyat, Hukum, atau yang lain). Kedua, identitas
negara: Bahasa Nasional, Lagu Kebangsaan, Bendara Negara,
Lambang Negara, dan Kebudayaan Nasional. Ketiga, wilayah
darat, laut dan udara negara, dan penduduk dan warga negara.
Keempat, pembagian tugas dan kewenangan negara baik
antar lembaga negara (legislatif, eksekutif, judikatif, dan
lembaga lain) yang berbeda maupun antar berbagai tingkat
pemerintah (pemerintah federal, pemerintah negara bagian, dan
pemerintah lokal atau pemerintah pusat dan pemerintah darah).
Dengan kata lain, sistem perwakilan politik (unikameral atau
bikameral), bentuk pemerintahan, sistem hukum (proses
pembuatan undang -undang, pelaksanaan undang-undang, dan
penjaga konstitusi), sistem peradilan, dan sistem pemerintahan
(sentralistik ataukah desentralistik) suatu negara akan dapat
diketahui dari UUD suatu negara. Kelima, nomokrasi (rule of
law) sebagai prinsip yang mendasari penggunaan kekuasaan
negara (negara hukum).
Keenam, prosedur menentukan penyelenggara negara pada
peringkat nasional/federal dan penyelenggara negara tingkat
lokal: dipilih secara langsung oleh Rakyat melalui Pemilu,
dipilih secara tidak langsung oleh Rakyat (dipilih oleh mereka
yang dipilih oleh rakyat), Penunjukkan, atau cara lain. Selain
prosedur penentuan penyelenggara negara, juga ditentukan masa
9
jabatan penyelenggara negara dan prosedure pemberhentian
penyelenggara negara. Ketujuh, hubungan negara dengan pasar
(sistem ekonomi yang digunakan), dan peran negara dalam
menciptakan kesejahteraan sosial (negara kesejahteraan atau
negara ‘penjaga malam’ dan penegak hukum). Kedelapan, hak
dan kebebasan warga negara (Bill of Rights) dan Hak Asasi
Manusia dalam Bidang Sipil dan Politik, Ekonomi dan Budaya.
Kesembilan, aparat sipil negara dan tentara nasional, penegak
hukum dari sisi Pemerintah (kepolisian dan kejaksaan), dan
pertahanan dan keamanan negara. Kesepuluh, keuangan negara
(penerimaan dan pengeluaran negara) dan otoritas moneter
(Bank Sentral). Dan kesepuluh, persaratan dan prosedur
perubahan UUD.
10
kita dari dakwaan yang salah, dan yang merugikan diri kita
sendiri, dan melindungi hak kita berbicara, hak kita
mempertahankan hidup, dan hak kita akan kebebasan beragama.
Keempat, konstitusi tidak hanya penting tetapi terutama
dokuemen yang PALING PENTING yang pernah disusun
dalam sejarah suatu negara, suatu dokuemen yang
mempengaruhi setiap warga negara setiap hari. Ketika beribadah
menurut agama yang anda pilih, berterima kasihlah kepada
pendiri Bangsa (Founding Fathers) (Pendiri Bangsa tidak
memberikan, melainkan menjamin kebebasan). Ketika anda
mengekspresikan apa yang anda pikirkan ke depan publik tanpa
rasa takut, berterima kasihlah kepada Pendiri Bangsa. Apabila
generasi muda berkesempatan menikmati pendidikan dengan
biaya murah, ingatlah Pendiri Bangsa yang menyepakati
pentingnya suatu Sistem Pendidikan Nasional dan yang
mengharuskan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran Negara
digunakan untuk Pendidikan. Kita perlu berterima kasih kepada
para Pendiri Bangsa bukan karena mereka memberikan kita
kekebasan (kebebasan dan hak asasi manusia bukan pemberian
pemerintah atau golongan mayoritas melainkan merupakan
anugerah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Kasih) melainkan
karena mereka menjamin kebebasan kita sebagai warga negara
dalam konstitusi.
Pemerintahan konstitusional merupakan pemerintahan
yang kewenangan dan kebijakannya dibatasi oleh suatu
konstitusi. Konstitusi merupakan hukum tertinggi dalam suatu
negara, dan semua peraturan perundang-undangan lain harus
sesuai dengan dan tunduk pada konstitusi tersebut. Yang
memiliki konstitusi tidak hanya negara yang berbentuk republik
tetapi juga negara yang berbentuk monarhi, yaitu monarhi yang
kewenangannya dibatasi oleh konstitusi (monarhi
konstitusional). Inggris dipandang sebagai salah satu monarhi
konstitusional, yaitu suatu monarhi yang kekuasaannya dibatasi
oleh hukum. Konstitusi Inggris menegaskan bahwa Parlemen
memiliki sebagian besar kekuasaan tetapi Inggris tetap
merupakan negara monarhi. Tuntutan akan adanya suatu
konstitusi biasanya muncul ketika rakyat yang dipimpin
11
menyadari pentingnya rule of law dalam menyelenggarakan
kekuasaan negara.
Konstitusi merupakan kontrak sosial dalam kaitannya
dengan empat pilar masyarakat: Rakyat, Legislatif, Eksekutif,
dan Judikatif. UUD bukanlah buku doa yang dibacakan
bilamana diperlukan. UUD berisi ketentuan mengenai karakter
dan tujuan negara, hakekat dan kerangka Pemerintahan dan
ketentuan yang mengatur, mendistribusikan dan membatasi
fungsi berbagai kementerian yang berbeda. Konstitusi
merupakan hukum tertinggi dalam suatu negara dan karena itu
semua peraturan perundang-undangan lainnya tunduk kepada
dan berada di bawah UUD. Konstitusi merupakan instrument
yang memungkinkan pemerintah dapat dikontrol. UUD
merupakan dokumen yang hidup, yang menggambarkan aspirasi
ideologik dari rakyat dan dirumuskan dan ditetapkan melalui
kehendak rakyat. Konstitusi merupakan dokumen dasar yang
meletakkan kerangka distribusi kekuasaan antara Pemerintah
Federal dan Negara Bagian (Pemerintahan Nasional dengan
Pemerintah Lokal), dan antara Legislatif, Eksekutif,dan
Judikatif. Konstitusi suatu negara merupakan sejenis kontrak
sosial yang mengikat rakyat, masyarakat dan negara. Komitmen
yang tulus terhadap tujuan yang dirumuskan dalam konstitusi
menjamin peningkatan kebangsaan dan stabilitas sistem.
Konstitusi merupakan hukum fundamental dan organik suatu
negara bangsa yang mungkin dirumuskan secara tertulis ataupun
tak tertulis, menetapkan karakter dan pembentukan
pemerintahan, pengorgaanisasian pemerintahan dan regulasi,
mendistribusikan dan membatasi fungsi berbagai kementerian,
dan menentukan batasan dan lingkup pelaksanaan kekuasaan
tertinggi. UUD merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana
pemerintah memperoleh kekuasaan dari rakyat yang diperintah.
Konstitusi merupakan suatu komitmen suatu bangsa untuk
bekerja didalam kerangka UUD. Merupakan tugas dan
kewajiban setiap warga negara, setiap unsur Bangsa, setiap
Partai Politik, setiap lembaga negara, dan aparatur sipil dan
militer negara mengikuti dan mematuhi UUD.
12
Tipologi Konstitusi: Kaku dan Fleksibel
13
maka undang-undang tersebut otomatis tidak memiliki kekuatan
hukum alias tidak berlaku.
14
tempat konstitusi berada. Pengakuan akan kemungkinan adanya
perubahan seperti inilah yang disebut konstitusi yang bersifat
fleksibel (bandingkan dengan pengertian fleksibel sebagai lawan
kaku di atas).
15
legislatif, eksekutif dan judikatif (seperti pembagian kekuasaan
yang seimbang dan saling mengawasi), dan ketentuan yang
harus dipatuhi bila membuat undang-undang. Konstitusi tertulis
merupakan dokumen yang sarat nilai (value-driven document),
dan setiap undang-undang yang dibuat harus berdasarkan nilai-
nilai tersebut.
16
kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan judikatif serta fungsi
lainnya. Tidak setiap negara memiliki konstitusi tetapi semua
negara memiliki dan menggunakan hukum yang mungkin terdiri
atas sejumlah ketentuan yang disepakati bersama. Termasuk
dalam ketentuan seperti ini hukum internasional, prinsip
pemisahan negara dari agama, hukum yang mengatur kekuasaan
pemerintahan, berbagai statutory laws, hukum adat dan
konvensi, jurisprudensi, dan lain sebagainya.
Hukum Dasar mengatur hubungan antara legislatif,
eksekutif dan judikatif suatu negara. Salah satu tugas utama
semua konstitusi didalam lingkup Hukum Dasar adalah
menunjukkan hirarki hukum dan menetapkan keseimbangan
kekuasaan dalam suatu negara. Dengan ketentuan seperti ini,
konstitusi sebagai Hukum Dasar digunakan untuk mencegah
terjadinya tindakan tirani atau ketidakadilan pada negara dan
rakyat. Ketika konstitusi mengadopsi susunan negara federal,
ketentuan dasar itu akan mengidentifikasi berbagai peringkat
pemerintahan yang memiliki jurisdiksi yang berbeda secara
eksklusif atau yang memiliki jurisdiksi yang sama mengenai
penerapan dan penegakan hukum.
Selain keseimbangan kekuasaan diantara lembaga negara
dan hubungan fungsional diantara lembaga negara, konstitusi
sebagai Hukum Dasar juga mengatur hak dan kebebasan warga
negara, dan hak asasi manusia pada umumnya. Sebagian besar
negara yang memiliki konstitusi yang sudah maju seperti
Amerika Serikat dan Perancis, memiliki konstitusi yang
terkodifikasi yang disertai Bill of Rights (rincian Hak Asasi
Manusia secara lengkap). Amandemen atau bagian dari
konstitusi ini dimaksudkan sebagai standar dasar sosial,
ekonomi dan politik yang harus dijamin oleh negara bagi setiap
warga negara. Kebanyakan kasus hukum yang timbul berkisar
konstitusi adalah gugatan mengenai dugaan pelanggaran hak
konstitusional warga negara. Beberapa dari kasus ini terutama
yang sampai pada Mahkamah Konstitusi (atau pada Mahkamah
Agung bagi negara yang tidak memiliki Mahkamah Konstitusi)
sangat menarik perhatian publik dan dipublikasikan secara luas
17
karena substansinya dan kemampuannya mengevaluasi
konstitusi.
Ketika suatu kasus konstitusi muncul seorang individu
atau pihak penggugat sesungguhnya mengklaim bahwa lembaga
pemerintah gagal menjalankan dan menegakkan Konstitusi.
Selain itu, suatu kasus konstitusional dapat muncul manakala
suatu lembaga pemerintah atau seorang individu
mempertanyakan ‘original intention’ (tujuan) Pendiri Bangsa
ketika merumuskan Pasal konstitusi tersebut, atau ketika
sejumlah amandemen dan pernyataan didalam konstitusi masih
diperdebatkan terutama maksud sesungguhnya ketentuan
tersebut.
Konstitusi Inggris dapat dirumuskan dalam delapan kata:
What the Queen in Parliament enacts is Law. Hal itu berarti
Parlemen menggunakan kekuasaan Ratu menetapkan hukum,
yang tidak dapat digugat oleh siapapun. Kedaulatan Parlemen
dipandang sebagai prinsip yang menentukan Konstitusi Inggris.
Kekuasaan tertinggi membuat undang-undang terletak pada
Parlemen yang dipilih secara demokratik untuk menciptakan
atau menghapuskan hukum apapun. Prinsip penting lainnya
Konstitusi Inggris adalah rule of law, pemisahan kekuasaan
pemerintahan menjadi legislatif, eksekutif dan judikatif,
susunan negara Kesatuan, yang berarti kekuasaan tertinggi
berada pada ‘Pusat’ yaitu Parlemen Wesminster. Sejumlah
prinsip ini mungkin hanya ‘mitos’ karena tidak mengenal
pemisahan kekuasaan legislatif (Parlemen) dari Eksekutif karena
Menteri Pertama dan Kabinet tidak hanya berasal dari dan
dipilih oleh anggota Parlemen tetapi juga para peminpin dan
tokoh Senior Partai yang mencapai majoritas Parlemen. Selain
itu, sejumlah kekuasaan Parlemen Inggris sedikit banyak sudah
diambil-alih oleh Uni Eropah (akan pulih kembali kepada
Parlemen bila Brexit sudah dilaksanakan), adanya devolusi
kekuasaan pemerintahan kepada Wales, Scotland, and Irlandia
Utara, kekuasaan Pengadilan, dan Hak Asasi Manusia.
Konstitusi Inggris berasal dari berbagai sumber. Magna
Carta, yang ditanda-tangani oleh Raja Inggris John pada tanggal
18
15 Juni 1215, secara effektif menjadi konstitusi Inggris.
Dokumen ini menjamin kebebasan dan hak-hak rakyat Inggris
dan menjadi dasar pembentukan undang-undang Inggris.
Statuta merupakan undang-undang yang dibentuk Parlemen dan
pada umumnya merupakan bentuk hukum tertinggi. Konvensi
merupakan praktek yang tidak tertulis yang telah dilaksanakan
dan dikembangkan selama beberapa waktu dan yang mengatur
urusan pemerintahan. Common Law adalah hukum yang
dikembangkan oleh Pengadilan dan Hakim melalui berbagai
kasus. Keanggotaan Inggris dalam Uni Eropah berarti hukum
Eropah semakin lama semakin mempengaruhi Konstitusi
Inggris. Inggris juga harus tunduk kepada Hukum Internasional.
Dan akhirnya, Konstitusi Inggris tidak dapat ditemukan pada
suatu dokumen tunggal sehingga para politisi dan pengacara
tergantung kepada mereka yang memiliki otoritas tentang
konstitusi untuk menemukan atau memahami konstitusi.
19
daripada di negara yang memiliki konstitusi yang tertulis. Hal
ini tidak lain karena negara yang memiliki konstitusi tertulis
memiliki hukum yang statusnya lebih tinggi (Hukum Dasar)
daripada undang-undang (Hukum Biasa), tindakan pemerintah
tidak dapat diuji, dan hanya dapat diamandemen melalui
prosedur yang rumit dan panjang. Fleksibilitas konstitusi Inggris
terbukti dari jumlah pembaharuan konstitusi yang begitu banyak
sejak 1997, termasuk penghapusan mayoritas teman sejawat
turun-temurun (hereditary peers) pada Majelis Tinggi (House of
Lords), introduksi hak-hak individu yang dikodifikasi untuk
pertama kalinya (ada UU tentang Hak Asasi Manusia pada
tahun 1998), dan devolusi Scotlandia, Wales dan Irlandia Utara.
Konstitusionalisme
Konstitusi juga dapat dibedakan menjadi dua tipe apabila
dilihat dari aspek pembatasan kekuasaan pemerintahan, yaitu
UUD yang mengadopsi paham Konstitusionalisme, dan UUD
yang tidak menganut paham konstitusionalisme.
Konstitusionalisme merupakan pengendalian sistimatik atas
kekuasaan negara. Dalam pengertian klasik Aristotelian, istilah
konstitusi merujuk pada hukum, institusi, dan praktek nyata
yang mengorganisasi dan mengarahkan suatu pemerintah dan
sistem politik. Dalam pengertian seperti ini, setiap sistem
politik memiliki konstitusi.1 Akan tetapi setelah negara Amerika
terbentuk pada tahun 1776, konsep konstitusi memiliki arti yang
lebih spesifik dan sarat dengan nilai (value-laden meaning),
yaitu pembentukan suatu tertib politik tertentu. Konstitusi
modern menempatkan batasan pada pemerintahan dan dalam
pengorganisasian pemerintahan. Dewasa ini sejumlah negara
bersifat konstitusional dengan pemerintahan yang terbatas dan
akuntabel tetapi sejumlah negara lainnya tidak demikian.
1
Scott Gordon, Controlling the State: Constitutionalism from Ancient Athens to
Today. New York: Oxford University Press, 1999 dan Charles Howard McIlwain,
Constitutionalism: Ancient and Modern. Ithaca, N.Y.: Cornell University Press, 1947.
20
Konstitusionalisme merupakan mekanisme sentral untuk
mengendalikan kekuasaan politik dan menjamin kebebasan
warga negara. Konstitusionalisme adalah respon politik terhadap
hasil pengamatan terkenal Lord Acton yang menyatakan ‘power
corrupts and absolute power corrupts absolutely.’
Konstitusionalisme melawan penciptaan kekuasaan politik yang
absolut. Kekuasaan absolut suatu ketika dipandang perlu untuk
menjamin ketertiban dan memajukan kepentingan umum.
Keberadaan kekuasaan politik absolut, terutama di tangan
seorang Raja, pada masa lalu dipandang sangat penting untuk
menciptakan sistem politik yang stabil. Proposisi seperti ini
diajukan dan dipertahankan secara panjang lebar oleh sejumlah
filosof politik seperti Thomas Hobbes (Leviathan) dan Jean
Bodin pada abad keenambelas dan ketujuhbelas Eropah. Akan
tetapi filosof politik lainnya, seperti John Locke dan Edward
Coke lebih menekanan pentingnya membatasi kewenangan
peminpin politik, individu warga negara memiliki sejumlah hak
yang harus dihormati, dan penyelenggara negara secara politik
harus akuntabel dan tunduk pada hukum. Walaupun negara
tidak dikelola berdasarkan dokumen tertulis, konstitusionalisme
Inggris sebagaimana berkembang pada abad ketujuhbelas
mengedepankan Parlemen sebagai pengawas terhadap
kekuasaan eksekutif dan pada yang menjamin hak-hak
individual sebagaimana dinyatakan dalam jurisprudensi yang
diputuskan para hakim.
Para Pendiri Bangsa Amerika mewarisi pemahaman
konstitusionalisme dari Inggris seperti ini dan kemudian
mengembangkannya. Dua aspek yang berbeda dari
konstitusionalisme modern Amerika dapat dibedakan.2 Kedua
aspek mengedepankan pentingnya pengendalian terhadap
kekuasaan politik dan perlindungan terhadap hak-hak individual
2
Carl Friedrich, Constitutional Government and Democracy. Boston: Little, Brown
& Co., 1941; dan Gordon S. Wood, The Creation of the American Republic, 1776–
1787. Chapel Hill, N.C.: University of North Carolina Press, 1969.
21
dari kesewenang-wenangan pemerintah. Akan tetapi keduanya
menawarkan jalan yang berbeda menuju kedua tujuan bersama
tersebut. Pertama, yang dapat disimpulkan sebagai kontribusi
Amerika pada konstitusionalisme adalah pemahaman konstitusi
sebagai suatu Hukum Dasar (fundamental law). Sejalan dengan
pemahaman awal Amerika mengenai hukum alamiah (natural
law) yang bukan ciptaan manusia (hak yang melekat pada
manusia sebagai ciptaan Tuhan yang Maha Esa) dan common
law atau hukum yang dibuat oleh manusia), konstitusionalisme
Amerika mengakui bahwa sejumlah hak bersifat fundamental
(natural rights) yang tidak dapat dipertanyakan atau dilanggar
oleh negara.
Konstitusionalisme mengakui adanya Hukum yang Lebih
Tinggi daripada tindakan negara, dan tindakan negara akan
dinilai berdasarkan Hukum yang Lebih Superior tersebut.
Konstitusionalisme bersifat unik dan mempunyai pengaruh
besar dalam menciptakan suatu dokumen tertulis berdasarkan
persetujuan publik yang tidak hanya secara jelas kelihatan tetapi
juga secara hukum dapat ditegakkan terhadap penyelenggara
negara. Konstitusionalisme memberikan status hukum pada
sejumlah prinsip pemerintahan yang adil.
Aspek kedua konstitusionalisme Amerika adalah
fragmentasi kekuasaan politik dan penciptaan mekanisme
akuntabilitas politik. Kekuasaan politik tidak dikonsolidasikan
pada satu tangan melainkan didistribusikan pada beberapa
tangan. Setiap Lembaga negara (yang tentu memiliki dan
menggunakan kekuasaan) harus ada Lembaga lain yang
mengontrolnya. Hanya dengan mekanisme seperti ini hak warga
negara dapat dilindungi dan tujuan Bersama dapat diwujudkan.
Konstitusi yang mengatur distribusi kekuasaan yang setara dan
saling mengawasi seperti ini sering dilukiskan sebagai
Madisonian Constitution. James Madison merupakan salah
seorang yang merumuskan UUD Amerika Serikat. Kekuasaan
membuat undang-undang dalam konstitusi Amerika dibagi
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representatives),
Senat, dan Presiden. Orang yang dipilih Presiden untuk
menduduki jabatan judisial (Hakim Agung) dan penjabat
22
eksekutif (menteri) harus mendapat konfirmasi dari Senat.
Lembaga Judikatif yang independen berperan memastikan agar
lembaga eksekutif mematuhi hukum yang dihasilkan oleh
lembaga legislatif. Penyelenggaraan Pemilihan Umum menjadi
mekanisme penyelenggara negara mempertanggungjawabkan
keputusan yang dibuat dan dijalankan kepada rakyat.
Keanekaragaman penyelenggara negara yang dipilih
mencerminkan keanekaragaman warga-negara. Tugas
pemerintahan dibagi kepada Pemerintah Federal dan Negara
Bagian yang kemudian membentuk Pemerintah Lokal.
Pembagian kekuasaan yang seimbang tetapi saling mengawasi,
Pemilihan Umum, dan Federalism semuanya berperan
mendistribusikan kekuasaan politik, menuntut penyelenggara
negara mempertanggung-jawabkan tindakannya, dan memaksa
para penyelenggara negara bekerja melalui konsensus,
kompromi, dan kerjasama. Pada aspek kedua konstitusionalisme
ini, sebagaimana dikemukakan oleh James Madison, ‘ambisi
dibuat mengimbangi ambisi’ dengan cara memberdayakan
banyak pihak yang memiliki kepentingan yang berseberangan.
Kedua aspek konstitusionalisme ini tidak bertujuan
memperlemah pemerintah melainkan mengendalikan dan
menyalurkan kegiatan untuk mencapai kebaikan bersama
(public good). Konstitusionalisme merupakan lawan dari
kekuasaan politik yang absolut dan sewenang-wenang terlepas
dari apakah kekuasaan itu diperoleh secara demokratik ataukah
tidak. Konstitusionalisme menegaskan bahwa terdapat sejumlah
batasan terhadap apa yang dapat dikerjakan oleh pemerintah,
dan menciptakan sejumlah institusi untuk mencegah pemerintah
bertindak melanggar batasan tersebut.
23
pertimbangan agung. Presiden tidak hanya memegang
kekuasaan pemerintahan tetapi juga pembentuk undang-undang.
Kedaulatan berada di tangan rakyat tetapi dilaksanakan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Setelah
memilih dalam Pemilu, rakyat tidak lagi berdaulat karena
dipegang sepenuhnya oleh MPR. MPR kemudian memilih
Presiden sebagai Mandataris MPR. Setelah memilih Presiden,
MPR tidak lagi memiliki kewenangan karena sudah diserahkan
kepada Presiden sebagai Mandataris MPR. Karena itu Presiden
sebagai Mandataris MPR menjadi pemegang kekuasaan utama
sedangkan lembaga lain berada dibawah kendali Presiden.
Presiden dipilih oleh MPR tetapi dapat dipilih kembali. Akan
tetapi UUD 1945 tidak menentukan berapa periode seseorang
menjadi Presiden. Tidak heran bila Presiden Suharton terpilih
selama 6 (enam) kali. UUD 1945 tidak mengenal uji materi
terhadap undang-undang berdasarkan UUD, UUD 1945 tidak
berisi hak asasi manusia, UUD 1945 tidak mengatur Pemilihan
Umum penyelenggara negara, UUD 1945 tidak mengatur secara
lengkap pendelegasian urusan pemerintahan kepada provinsi,
kabupaten dan kota, dan UUD 1945 mengadopsi bentuk
pemerintahan presidensial tetapi presiden tidak dipilih oleh
rakyat melalui Pemilu tetapi dipilih oleh MPR (mekanisme
parlementer).
Setelah mengalami empat kali perubahan, UUD 1945 telah
mengandung paham konstitusionalisme. Pertama, kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (Pasal
1 ayat (2). Kedua, Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat
(3). Ketiga, telah menjabarkan pembagian kekuasaan yang
bersifat check and balance diantara berbagai lembaga negara:
DPR sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-undang
(Pasal 20), Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
(Pasal 5), Mahkamah Agung sebagai pemegang kekuasaan
judikatif (Pasal 24A), Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal
konstitusi (Pasal 24C), Badan Pemeriksa Keuangan sebagi
pemeriksa pertanggungjawaban keuangan negara (Pasal 23E).
Keempat, telah mengatur secara lebih lengkap sistem
24
pemerintahan daerah sebagai penyelenggara otonomi daerah
seluas-luasnya (Pasal 18, Pasal 18A dan Pasal 18B).
Kelima, sudah menjamin hak dan kebebasan warga negara
(Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 29) dan hak asasi manusia dalam
bidang sipil dan politik dan ekonomi dan budaya secara lengkap
(Pasal 28A s/d Pasal 29J). Keenam, undang-undang yang
disepakati oleh DPR dan Presiden dapat diuji secara materil oleh
Mahkamah Konstitusi apabila terdapat warga negara yang
mengajukan keberatan atas UU tersebut berdasarkan UUD
(Pasal 24C). Peraturan perundang-undangan dibawah undang-
undang juga dapat diuji secara materil oleh Mahkamah Agung
apabila terdapat satu atau lebih warga negara mengajukan
keberatan atas produk hukum tersebut karena dinilai
bertentangan dengan undang-undang (Pasal 24A). Ketujuh, para
penyelenggara negara lembaga legislatif dan eksekutif dipilih
melalui Pemilu yang diselenggarakan berdasarkan secara
periodic (lima tahun sekali berdasarkan asas langsung,umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil (Pasal 22E). Kedelapan, presiden
dan wakil presiden dipilih melalui Pemilu untuk lima tahun
masa jabatan, dan dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan
lagi. Persyaratan dan prosedur pemberhentian Presiden bila
diduga melanggar undang-undang juga sudah diatur dalam UUD
(Pasal 7B). Dan kesembilan, persyaratan dan prosedur
perubahan UUD juga sudah diatur secara lebih demokratik
(Pasal 37).
25
2. Cara penyelenggara negara memperoleh dan
menggunakan kekuasaan harus berdasarkan hukum
(Supremasi Hukum);
3. Konsep Keadilan yang mengedepankan penegakan
hukum tanpa pandang bulu;
4. Due Process of Law yang berarti keadilan prosedural,
seperti setiap penangkapan harus disertai Surat Perintah
Penangkapan, setiap interogasi harus disertai
Pengacara, praduga tak bersalah (presumption of
innocence), kesaksian terdakwa berhak didengar,
terdakwa berhak menghadirkan Saksi Meringankan,
dsbnya.
5. Pembatasan penggunaan discretionary power;
6. Doktrin jurisprudensi (doctrine of judicial precedent);
7. Legislasi tidak boleh bersifat retrospektif (berlaku
surut) melainkan harus bersifat prospektif (berlaku
sejak ditetapkan);
8. Lembaga Judikatif yang Independen;
9. Kekuasaan Legislatif berada pada Parlemen/DPR, dan
pembatasan kekuasaan Eksekutif dalam bidang
legislasi;
10. Uji Materil terhadap Undang-Undang berdasarkan
UUD dan terhadap peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang berdasarkan undang-undang
(judicial review);
11. Moralitas yang mendasari semua hukum.
26
Perubahan UUD Amerika Serikat harus menempuh dua
tahap. Pertama, proposal perubahan UUD di Amerika Serikat
dapat datang dari DPR dan Senat (Kongres) atau dari petisi 27
Negara Bagian untuk melaksanakan Konvensi Konstitusi. Akan
tetapi dalam sejarah Amerika, perubahan konstitusi tidak pernah
berasal dari petisi 27 Negara Bagian. Proposal perubahan UUD
akan dapat diteruskan untuk tahap kedua apabila sekurang-
kurangnya dua-pertiga anggota DPR dan dua-pertiga anggota
Senat menyatakan persetujuan. Tahap kedua, proposal yang
sudah disetujui kedua badan Kongres diteruskan kepada
Gubernur Negara Bagian untuk mendapat ratifikasi dari Senat
dan DPR Negara Bagian. Apabila diratifikasi oleh sekurang-
kurangnya tiga-perempat dari Negara Bagian (38 dari 50 Negara
Bagian), maka perubahan konstitusi tersebut dinyatakan sah.
Perubahan UUD harus mendapat ratifikasi dari kedua lembaga
legislatif Negara Bagian karena Negara Bagianlah yang
membentuk dan memiliki Negara Federal. Presiden Amerika
Serikat sama sekali tidak terlibat dalam proses perubahan
konstitusi karena konstitusi merupakan kewenangan Kongres
pada tingkat federal dan ‘kongres’ Negara Bagian. Sudah barang
tentu dialog publik sudah berlangsung sebelum Kongres
mengajukan proposal perubahan konstitusi.
Proporsal perubahan UUD di Indonesia harus datang dari
sekurang-kurangnya sepertiga dari anggota MPR. Usul
perubahan diajukan secara tertulis yang berisi Pasal yang
hendak diubah beserta alasannya. Apabila sekurang-kurangnya
dua-pertiga anggota MPR menghadiri Sidang Umum, maka
pembahasan tentang usul perubahan konstitusi dapat
berlangsung. Apabila lebih dari 50% dari anggota MPR yang
hadir menyetujui usul perubahan tersebut, maka Perubahan
UUD dinyatakan sah. Setiap usul perubahan UUD sudah barang
tentu juga menjadi isu publik sehingga mengharuskan adanya
dialog publik.
Pemerintahan Konstitusional
Pemerintahan konstitusional adalah pemerintahan yang
disusun dan diselenggarakan berdasarkan sejumlah prinsip dan
27
ketentuan fundamental yang dirumuskan dalam suatu konstitusi.
Secara umum, konstitusi setidak-tidaknya memiliki empat
fungsi. Pertama, membagi dan menentukan batas terhadap
kekuasaan legislatif, eksekutif dan judikatif. Kedua,
mengalokasikan kekuasaan pemerintahan kepada pemerintah
federal, negara bagian, dan kota untuk Negara Federal, dan
pembagian kekuasaan pada Pusat dan Daerah Otonom untuk
Negara Kesatuan. Ketiga, menjamin hak dan kebebasan warga
negara (bill of rights). Dan keempat, mengatur proses perubahan
konstitusi. Konstitusi merupakam dokumen yang sangat penting
tidak hanya karena mengatur pembagian kekuasaan negara
tetapi juga menjamin hak dan kebebasan warga negara, dan hak
asasi manusia pada umumnya. Dari segi penggunaan konstitusi,
negara dapat dibedakan menjadi beberapa tipe.
28
untuk menunjukkan bahwa konstitusi itu tidak dirumuskan
dalam satu dokumen melainkan terdiri atas sejumlah dokumen.
29
memiliki Mahkamah Konstitusi. Warga Negara yang secara
hukum memiliki legal standing (dapat menunjukkan bahwa dia
dirugikan oleh undang-undang) berhak mengajukan
permohonan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk
membatalkan satu atau lebih pasal dari suatu undang-
undang,atau, untuk membatalkan suatu undang-undang secara
utuh, dengan alasan bertentangan dengan konstitusi (dengan
menunjukkan Pasal dalam konstitusi yang dilanggar oleh
undang-undang tersebut. Kalau argumentasi hukum yang
diajukan pemohon dapat diterima oleh mayoritas hakim, maka
MK dapat menyatakan satu atau lebih pasal dari suatu undang-
undang, atau, undang-undang tersebut, tidak lagi memiliki
kekuatan hukum tetap karena bertentangan dengan UUD.
Kewenangan MK seperti inilah yang menjadi alasan mengapa
MK disebut sebagai negative legislator. Akan tetapi MK tidak
memiliki kewenangan untuk menetapkan pengganti pasal yang
dinyatakan tidak lagi berlaku karena hal yang terakhir ini
merupakan kewenangan pembuat undang-undang (DPR dan
Presiden di Indonesia).
Mahkamah Konstitusi dibentuk, antara lain untuk menguji
undang-undang berdasarkan UUD. Undang-undang dibuat oleh
DPR dan Presiden. Dalam praktek bisa jadi mayoritas anggota
DPR berasal dari suatu Partai Politik yang sama dengan
Presiden. Bukan tidak mungkin DPR dan Presiden yang berasal
dari partai yang sama membuat undang-undang yang
menguntungkan partai tersebut tetapi melanggar UUD. Bila
sejumlah Warga Negara merasa dirugikan oleh undang-undang
tersebut mereka dapat megajukan permohonan kepada MK
untuk membatalkan undang-undang tersebut karena undang-
undang tersebut bertentangan dengan Pasal tertentu dalam UUD.
Jadi pembentukan MK merupakan salah satu upaya untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh satu atau lebih
30
Lembaga negara. Singkat kata, pembentukan MK merupakan
salah manifestasi dari paham Konstitusionalisme.
Berdasarkan Pasal 24D UUD 1945, Mahkamah Konstitusi
Indonesia memiliki empat kewenangan dan satu kewajiban:
TUGAS
(Harus dikumpulkan hari jumat, 9 Okt 2020, ke asisten mahasiswa.
Dikumpulkan dalam bentuk tulisan word)
Konstitusi dan Konstitusionalisme
31
(a) Oleh para Wakil Daerah atau Negara Bagian
(b) Partisipatif oleh Publik
3. Mengapa Konstitusi Penting sehingga semua
negara memiliki Konstitusi?
4. Apa Isi Konstitusi: Pembukaan, dan Batang
Tubuh
(a) Apa Isi Pembukaan
(b) Apa Isi Batang Tubuh
5. Berbagai Tipe Konstitusi:
(a) Hukum Dasar vs Hukum Biasa
(b) Tertulis vs Tak Tertulis
(c) Codified vs Uncodified
(d) Kaku vs Fleksibal
6. Berbagai Prosedur Perubahan UUD: (a) Negara
Federal
(b) Negara Kesatuan
7. Apa itu Konstitusionalisme
8. Apa itu Rule of Law
9. Tipe Negara berdasarkan penggunaan Konstitusi:
(a) Negara Konstitusional
(b) Monarhi Konstitusional
10. Institusi Pengawal Konstitusi
11. UUD 1945: Sebelum dan Sesudah Perubahan
32
Jelaskan alasannya. UUD 1945 termasuk kedalam
konstitusi tipe apa, dan mengapa?
3. Apakah fungsi Konstitusi bagi: (a) suatu Bangsa-
Negara
(c) Penyelenggara Negara
(d) Warga Negara, seperti Saudara
(e) Mereka yang mencari kekuasaan.
4. Identifikasilah Pasal dan ayat dalam UUD 1945
yang membuktikan bahwa UUD 1945 merupakan
Konstitusi yang menganut paham
Konstitusionalisme?
5. Apakah Negara yang memiliki Konstitusi mesti
menganut paham Konstitusionalism? Apakah
negara Demokratis niscaya memiliki Konstitusi
yang menganut paham Konstitusionalisme?
Jelaskan alasannya!
Jawaban Daring dikumpulkan kepada Komisaris
Tingkat, dan Komisaris Tingkat yang menyerahkan
kepada Dosen.
33