Keputusan Politik
Membuat keputusan adalah tindakan yang hampir setiap saat
dilakukan oleh manusia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam melaksanakan pekerjaan. Sebagian orang membuat keputusan
bagaikan hal yang mudah tetapi sebagian orang lainnya membuat
keputusan dengan sangat sukar. Makin dewasa seseorang makin berat
tanggung jawab yang dipikul, semakin berat dalam membuat
keputusan; dan makin tinggi posisi yang dipegang oleh seseorang
makin tinggi tanggungjawab yang ditanggung dan makin berat resiko
dari keputusan yang diambil.
1
Membuat keputusan berarti memilih alternatif terbaik dari berbagai
alternatif yang tersedia sedangkan alteratif itu tidak semuanya
mengandung akibat positif. Dalam memilih alternatif terbaik haruslah
tersedia parameternya. Yang menjadi parameter dalam pembuatan
keputusan politik adalah UUD, undang-undang, tersedianya anggaran
dan sumberdaya manusia, efektivitas dan efisiensi, etika dan moral
yang hidup dalam masyarakat.
2
masyarakat diurus oleh negara. Dalam Sistem Liberal justeru bidang
kehidupan pribadi dan masyarakat merupakan wilayah individu dan
swasta sedangkan negara mengurus hal-hal yang memang hanya
dapat diurus oleh negara, seperti memelihara ketertiban dan
keamanan, penegakan hukum, dan menjamin fasilitas publik. Sistem
Liberal dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu Libertarian yang
memandang negara tidak memiliki peran dalam ekonomi dan
kehidupan masyarakat, dan Liberal Progresif yang memandang
negara memiliki peran penting baik dalam bidang ekonomi (karena
mekanisme pasar tidak mampu mengatur semua kegiatan ekonomi)
maupun dalam kehidupan masyarakat, khususnya kelompok
masyarakat marjinal dan minoritas. Dalam Sistem Sosialisme, negara
dan masyarakat swasta membagi peran dalam bidang ekonomi:
negara mengatur sektor produksi yang menyangkut hajad hidup orang
banyak (public goods), sedangkan swasta mengurus faktor-faktor
produksi yang tidak menyangkut hajad hidup orang banyak; negara
menjamin kebebasan dan kesetaraan dalam berbagai organisasi
masyarakat sipil. Bila seseorang atau lebih orang mendirikan
perusahaan penerbitan surat kabar, majalah dan barang cetakan
lainnya tidak memerlukan izin dari negara tetapi bila hendak
mendirikan stasiun radio atau televisi harus mendapat izin dari
negara/Pemerintah karena gelombang/frikuensi harus diatur oleh
negara. Memelihara ketertiban, menjaga keamanan, penegakan
hukum, dan penyediaan fasilitas publik memang harus diurus oleh
negara; dan negara juga berperan penting dalam menjamin kebutuhan
dasar warga negara (seperti pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
dan perumahan) sedangkan diluar kebutuhan dasar negara lebih
bersifat mengatur untuk menjamin kepentingan umum.
3
Desentralisasi dalam arti sebagian urusan negara yang ditangani
Negara Bagian diserahkan kepada Pemerintah Lokal, seperti Kota dan
County. Sistem Pemerintahan pada Negara yang mengadopsi Susunan
Negara Kesatuan dapat pula dibedakan antara Sistem Pemerintahan
Sentralistik dari Sistem Pemerintahan Desentralistik. Pemerintahan
Sentralistik berarti semua urusan negara ditangani oleh Pusat. Bila
negara mengadopsi Sistem Pemerintahan Desentralisasi, maka
sebagian urusan negara diberikan kepada Daerah Otonom, seperti
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Karena itu, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota juga membuat dan
melaksanakan keputusan politik.
4
Tipologi substansi Kebijakan Publik berikut ini dikemukakan oleh
Theodore Lowi berdasarkan dua kriteria, yaitu:
(a) dikenakan tidaknya paksaan secara langsung (immediate
coercion); dan
(b) langsung tidaknya kebijakan itu diterapkan kepada individu.
Kedua kriteria ini disusun berdasarkan asumsi bahwa kekuasaan
mengenakan paksaan (coercive force) merupakan kewenangan
negara/Pemerintah, dan bagaimana kekuasaan itu diterapkan
merupakan kondisi utama bagi pemahaman atas pembentukan dan
pelaksanaan kebijakan publik. Seperti telah dikemukakan bahwa salah
satu karakteristik keputusan politik adalah mengikat (wajib dipatuhi
setiap warga), dan Negara/ Pemerintah memiliki kewenangan
mengenakan paksaan fisik kepada setiap orang yang terbukti tidak
menaati keputusan politik tersebut. Kewenangan mengenakan
paksaan pisik tersebut dimonopoli oleh Negara (apparat penegak
hukum, seperti polisi, kejaksaan dan pengadilan).
5
menggunakannya. Penggunaan anggaran negara atau
anggaran daerah untuk memberikan manfaat secara langsung
kepada individu, seperti Pendidikan dasar yang bebas biaya,
subsidi kepada Pendidikan menengah dan Pendidikan tinggi,
beasiswa Bidikmisi bagi mahasiswa yang secara ekonomi
tidak mampu, subsidi BBM, dan subsidi listrik.
(4) Kebijakan Konstituen: kemungkinan pengenaan paksaan
sangat jauh dan penerapan kebijakan secara tidak langsung
melalui lingkungan. Urusan keamanan nasional dan luar
negeri, dan urusan pelayanan administrasi negara, merupakan
contoh kebijakan konstituen, kecuali bila Wajib Militer
diterapkan seperti di Korea Selatan (setiap pria berumur
tertentu wajib mengikuti latihan militer).
6
masyarakat dalam arti siapa yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijakan, dan siapa saja yang memetik manfaat dari
kebijakan; dan hasil kebijakan dalam arti dampak kebijakan
dalam masyarakat, dan mengapa berdampak demikian.
Aktivitas Pemerintah dalam suatu kebijakan bersifat saling
mempengaruhi dengan aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan
kebijakan tersebut.
Dari segi corak dan arah kebijakan, terdapat lima faktor yang
mempengaruhi isi kebijakan:
(1) Ideologi dan Konstitusi: yang menggambakan masyarakat
dan negara macam apa yang hendak diwujudkan, bidang apa
saja yang ditangani oleh negara/Pemerintah, Lembaga apa
yang akan menyelenggarakan, dan bagaimana
menyelenggarakannya;
(2) Latarbelakang pribadi pembuat kebijakan, seperti identitas
pribadi, latar belakang pendidikan dan keahlian, pengalaman
masa lalu, dan pengalaman berorganisasi;
(3) Informasi yang tersedia: apakah kebijakan akan diterima
masyarakat, dan apakah pelaksanaan kebijakan itu akan
efektif (mencapai sasaran yang hendak dicapai) ataukah
tidak, banyak sekali bergantung pada tersedianya informasi
yang lengkap dan akurat;
(4) Golongan pendukung pembuat kebijakan, seperti kelompok
atau golongan masyarakat tertentu, kelompok faksi tertentu
dalam pemerintahan atau dalam badan perwakilan rakyat, dan
Lembaga internasional; dan
(5) Keputusan/kebijakan yang pernah dibuat dan masih berlaku
akan berpengaruh pada corak dan arah kebijakan, mungkin
demi konsistensi atau kesinambungan.
7
berbagai kelompok dan dari Pemerintah bukan tidak mungkin
Pemerintah mengeluarkan pernyataan akan memperhatikan
isu tersebut;
(2) Perumusan dan pengesahan tujuan dan program mencapai
tujuan itu. Untuk sampai pada suatu sikap menerima atau
menolak suatu isu yang telah menjadi buah bibir dalam
masyarakat, beberapa langkah yang ditempuh Pemerintah:
mengumpulkan dan mengolah informasi, perdebatan terbuka
secara internal, dan penentuan respon. Respon yang diambil
dapat menolak atau menerima, sebagian atau seluruhnya. Bila
ditolak, maka tidak ada keputusan yang akan diambil. Bila
disetujui, maka apa yang diterima itu dirumuskan dalam
suatu kebijakan publik yang berisi tujuan yang hendak
dicapai dan program untuk mencapai tujuan itu;
(3) Pelaksanaan Kebijakan Publik yang mencakup sejumlah
kegiatan, seperti menyediakan sumberdaya (personil,
anggaran, dan sarana) bagi pelaksanaan kebijakan,
penjabaran kebijakan dalam bentuk peraturan dan petunjuk
pelaksanaan,menyusun rencana kegiatan pelaksanaan
menurut waktu, tempat, situasi dan anggaran,
pengorganisasian personil, anggaran, dan sarana materil
lainnya, pemberian manfaat kepada dan/atau pengenaan
beban dan pengaturan hak dan kewajiban individu dan
masyarakat pada umumnya;
(4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan. Monitoring
pelaksanaan kebijakan sangat diperlukan agar setiap
persoalan yang terjadi dalam proses pelaksanaan dapat segera
diperbaiki sehingga tujuan dapat dicapai. Evaluasi biasanya
dilakukan setelah pelaksanaan kebijakan selesai. Yang
dievaluasi tidak hanya proses pelaksanaan kebijakan tetapi
juga hasil pelaksanaan berupa manfaat dan dampaknya.
Evaluasi ini diperlukan tidak hanya untuk mengetahui apakah
tujuan kebijakan tercapai tetapi juga sebagai masukan bagi
penyusunan kebijakan berikutnya.
Hasil pelaksanaan suatu kebijakan publik akan menimbulkan
kegembiraan bagi sebagian pihak tetapi mungkin menimbulkan
protes dari sebagian pihak lainnya karena apa yang diharapkan
8
tidak terpenuhi. Pemerintah harus menempuh langkah integrasi
masyarakat dengan memperhatikan kepentingan kelompok
masyarakat yang tidak kebagian manfaat dalam pembuatan
kebijakan publik lainnya.
9
segera, seperti menghadapi ancaman perang dari luar,
bencana alam dan bencana nonalam, krisis ekonomi, dan
kekacauan politik. Keputusan dibuat secara tergesa-gesa
dalam waktu singkat dan tidak mengikuti prosedur normal.
Keputusan ini cenderung dirumuskan oleh sekelompok kecil
orang.
(3) Keputusan yang bukan keputusan. Biasanya berisi pernyataan
publik yang bertujuan menenangkan masyarakat karena
memberi harapan dan janji kepada masyarakat. Disebut
“bukan keputusan” karena tidak mengandung konsekuensi
secara hukum dan bersifat verbal belaka (pernyataan umum).
Misalnya, Pemerintah mengeluarkan pernyataan yang berisi
tekad Pemerintah untuk melakukan demokratisasi dalam
pengambilan keputusan, atau, untuk melakukan
demokratisasi ekonomi dengan lebih memperhatika lapisan
bawah masyarakat.
10
(2) Analisis Reputasi
(3) Analisis Keputusan.
***
PJMK Peng. Ilmu Politik
Prof. Ramlan Surbakti, PhD.
11