Nim : 061711133085
Kelas :D
2. Jelaskan klasifikasi anemia berdasarkan respons sumsum tulang dan berikan masing-masing
paling sedikit 2 contoh
Anemia regeneratif/responsive : Anemia yang terjadi saat tubuh kehilangan
darah/hemolisis/destruksi eritrosit. Hilangnya darah dapat bersifat internal maupun
eksternal(trauma),akut(tumor dan ganggua hemostasis) dan juga kronis(perdarahan
gastrointestinal dan akibat parasit). Tanda dari anemia regeneratif yaitu polikromasia,
retikulositosis, makrositosis(mcv meningkat) dan hipokromik(penurunan mch dan mchc)
disertai retikulositosis, serta tanda lainnya yaitu adanya hiperseluler sumsum tulang.
Contoh : kucing mengalami diare dan muntah
Anemia hemolitik: anemia hemolitik adalah keadaan dimana masa hidup eritrosit
memendek. Anemia hemolitik termasuk dalam kelompok kelainan dimana
didapatkan ketahanan atau umur eritrosit berkurang baik episodik faktor eksternal
merupakan anemia hemolitik imun. Termasuk dalam makrositik – normokromik.
Anemia perdarahan: anemia perdarahan terjadi keadaan perdarahan akut seperti
trauma, operasi pembedahan, defek-defek koagulasi yang parah seperti perdarahan
akut pada keracunan warfarin. Perdarahan kronis biasanya mikrositik hipokromik
(kekurangan elemen-elemen untuk pembentukan atau sintesis hemoglobin) dengan
ciri-ciri yaitu mikrosit meningkat jumlahnya, penurunan kadar hb, peningkatan
jumlah retikulosit dan eritrosit berinti sehingga adanya peningkatan proses maupun
kontinyu. Kelainan anemia hemolitik secara umum diklasifikasikan berdasarkan
faktor intrinsik dan faktor eksternal. Defek faktor intrinsik terjadi dalam seluruh
komponen eritrosit meliputi membran, sistem enzim, herediter dan hemoglobin.
Sedangkan defek
Eritrogenesis. Penyebabnya yaitu infestasi parasit seperti cacing kait, cacing perut,
coccidia, cacing bungkul dan cacing hati. Parasit eksternal yaitu kutu dan pinjal.
Defisiensi fe: anemia defesiensi besi (fe) adalah anemia yang sekunder terhadap
kekurangan fe yang tersedia untuk sintesa hemoglobin. Oleh karena fe merupakan
bagian dari molekul hemoglobin maka dengan berkurangnya fe, sintesa hemoglobin
berkurang dan kadar hemoglobin akan berkurang.
3. Apakah polisetemia?
Polisitemia merupakaan keadaan yang ditandai oleh peningkatan volume sel darah merah
secara abnormal sehingga volume darah dan viskositasnya meningkat. Keadaan ini harus
dibedakan dengan polisitemia relatif, di mana terjadi peningkatan hemoglobin yang tidak disertai
peningkatan jumlah sel darah merah, misalnya karena dehidrasi dan luka bakar.
Berdasarkan penyebabnya, polisitemia dapat dibagi menjadi polisitemia vera (primer) dan
polisitemia sekunder. Polisitemia vera adalah gangguan sel punca yang ditandai dengan kelainan
sumsum tulang panhiperplastik, maligna, dan neoplastik. Pada polisitemia vera, akan didapatkan
peningkatan massa sel darah merah akibat produksi yang tidak terkontrol. Peningkatan ini juga
diikuti dengan peningkatan produksi sel darah putih (myeloid) dan platelet (megakariotik) akibat
klon abnormal sel punca hematopoietik. Polisitemia sekunder adalah peningkatan jumlah sel
darah merah akibat suatu penyakit dasar. Polisitemia sekunder lebih cocok disebut sebagai
eritrositosis atau eritrositemia sekunder. Sedangkan istilah polisitemia biasanya mengarah pada
polisitemia vera. Jenis ini biasanya dipicu oleh keadaan hipoksemia kronis, seperti
pada emfisema dan penyakit jantung bawaan sianotik, yang menyebabkan peningkatan produksi
eritropoietin di ginjal.