Anda di halaman 1dari 3

Resume

“Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan dalam membentuk Insan Kamil”

131221239 – Amanda Prameswari

Insan kamil jika diartikan dalam arti bahasa terdiri dari dua kata yaitu insn
yang berarti manusia dan kamil yang berarti sempurna. Namun jika dilihat dari sisi
istilah merupakan sebuah bentuk atau perwujudan manusia yang sempurna dari
segi wujud dan pengetahuannya. Kesempurnaan dari segi wujudnya ialah karena
dia merupakan manifestasi sempurna dari citra Tuhan, yang pada dirinya tercermin
nama-nama dan sifat Tuhan secara utuh. Kata Insan Kamil itu sendiri pertama kali
digunakan oleh Sufi Hussein bin Mansur al-Ḥallaj (309 M), setelah itu kata
tersebut dikembangkan oleh Ibnu 'Arabi dan Abdul Karim al-Jili. Insan Kamil
dalam pandangan Ibn 'Arabi adalah individu yang mampu menunjukkan bahwa ia
diciptakan dalam citra Tuhan dan dirinya mampu mewujudkan potensi spiritual
secara penuh.

Terdapat empat unsur manusia yaitu jasad, hati, roh, sirr (rasa).

1. Jasad, dalam arti sempit adalah tubuh atau badan. Namun jasad yang
dimaksudkan dalam hal ini merupakan wujud dari manusia yang
diberikan oleh Allah Swt dan dijadikan rumah bagi ruh seorang manusia.
2. Hati, hati yang dimaksud ialah hati nurani yang merupakan pemberian
dari Allah, hati yang berasal dari cahaya membuat watak seseorang
menjadi seperti para malaikat-Nya yang rela sujud (patuh dan tunduk)
kepada wakil-Nya Tuhan di bumi (QS Al-Baqarah/2: 30-34). Jadi, hati
nurani itu selalu tunduk dan patuh kepada Allah dan rasul-Nya, seperti
para malaikat yang telah dimampukan Tuhan untuk menundukkan nafsu
dan syahwatnya.
3. Roh, unsur non-materi yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan
sebagai penyebab adanya kehidupan.
4. Sirr atau rasa, adalah  rahasia yang sampai kepada Allah s.w.t dan sirr
yang masuk ke Hadirat-Nya. Sirr yang mengenal Allah s.w.t. Sirr
adalah hakikat kepada sekalian yang mawjud. Nur Ilahi menerangi hati,
ruh dan sirr.

Dan terdapat juga tujuh macam nafsu, yaitu Nafsu Ammarah, Nafsu
Lawwamah, Nafsu Mulhimah, Nafsu, Muthma’Innah, Nafsu Radhiyah, Nafsu
Mardhiyah, Nafsu Kamilah.

1. Nafsu Ammarah memiliki ciri-ciri sombong, iri-dengki, dendam, menuruti


nafsu, serakah, jor-joran, suka marah, membenci, tidak mengetahui
kewajiban, akhirnya gelap tidak mengenali Tuhan.
2. Nafsu Lawwāmah, dengan_ciri-ciri: enggan, cuek, suka memuji diri, pamer,
dusta, mencari aib orang, suka menyakiti, dan pura-pura tidak mengetahui
kewajiban.
3. Nafsu Mulhimah, dengan ciri-ciri: suka sedekah, sederhana, menerima apa
adanya, belas kasih, lemah lembut, tobat, sabar, tahan menghadapi kesulitan,
dan siap menanggung betapa beratnya menjalankan kewajiban.
4. Nafsu Muthma`innah, dengan ciri-ciri: suka beribadah, suka bersedekah,
mensyukuri nikmat dengan memperbanyak amal, bertawakal, rida dengan
ketentuan Allah, dan takut kepada Allah. Nafsu tangga ke-4 inilah start awal
bagi orang-orang yang berkehendak kembali kepada Tuhan (masuk surga-
Nya). Setelah mencapai tangga ini pun masih harus terus meningkat hingga
tangga nafsu tertinggi, nafsu kāmilah (insan kamil).
5. Nafsu Rādhiyah, dengan ciri-ciri: pribadi yang mulia, zuhud, ikhlas, wira’i,
riyādhah, dan menepati janji.
6. Nafsu Mardhiyyah, dengan ciri-ciri: bagusnya budi pekerti, bersih dari
segala dosa makhluk, rela menghilangkan kegelapannya makhluk, dan
senang mengajak serta memberikan penerangan kepada roh-nya makhluk.
7. Nafsu Kāmilah, dengan ciri-ciri dianugerahi: ’Ilmul-yaqīn, ’ainulyaqīn, dan
ḫaqqul-yaqīn. Orang yang sudah mencapai tangga nafsu tertinggi ini
matanya akan terang benderang sehingga bisa melihat sesuatu yang tidak
bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki nafsu di bawahnya, terlebih-
lebih lagi orangorang umum

Anda mungkin juga menyukai