Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud
dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Secara lebih luas bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga brrbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan (Kasmir,25 :2008).

Fungsi dan Peranan Bank Umum


1. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa berkaitan dengan
mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang,
penerimaan seteron-setoran, pemberian fasilitas
2. Penghimpun Dana Simpanan
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia
dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Dana-dana simpanan yang berhasil
dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui
penyaluran kredit.
3. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi
internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan
transaksi antara dua pihak yang berbeda Negara selalu muncul karena perbedaan
geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing Negara. Kehadiran bank
umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian
transaksi-transaksi tersebut.
4. Penyimpanan Barang-Barang dan Surat-Surat Berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah salah satu jasa paling awal yang ditawarkan
oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang
dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja
disediakan oleh bank untuk disewa. Perkembangan ekonomi yang semakin pesat
menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-
surat berharga.
5. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas.
Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon, membeli pulsa telepon seluler,
mengirim uang melalui ATM, dan membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa
bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada
pihak yang menggunakannya.
2. Ruang Lingkup Kegiatan Bank Umum
Ruang lingkup bank umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu
menghimpun dana, mengalokasikan dana dan memberikan jasa-jasa lainnya.
1) Menghimpun Dana Dari Masyarakat
Bank umum dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk. Namun
dana-dana utama yang dihimpun adalah giro, tabungan, serta deposito berjangka dan
sertifikat deposito
2) Menyalurkan Dana ke Masyarakat Dalam Bentuk Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antarbank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Bagi bank umum, penyaluran kredit akan menghasilkan
pendapatan bunga. Dalam kondisi normal pendapatan bunga dari kredit ini memiliki porsi
terbesar dari total pendapatan bank.
3) Meberikan jasa-jasa lainnya
Jasa-jasa lain yang umumnya ditawarkan bak umum adalah transfer, kliring, letter of
credit, menerima setoran-setoran dan melayani pembayaran-pembayaran.
PRINSIP DASAR OPERASIONAL BANK UMUM

Sumber Dana: Penyaluran Jasa-jasa:


1. Simpanan BANK Dana : 1. Kliring
2. Pinjaman
UMUM 1. Cadangan + 2. Transfer
3. Ekuitas 2. Kredit 3. Penitipan
3. Investasi 4. Lain-lain

Biaya Dana : Biaya Operasional Pendapatan


1. Bunga : Bunga
Deposito 1. Administrasi Pendapatan
2. Bunga 2. Pegawai Fee
Capital Gain
Pinjaman 3. Lain-lain

Biaya total Pendapatan Total


(TC) (TR)

LABA = PENDAPATAN TOTAL – BIAYA total


π = TR - TC
3. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Modal merupakan salah satu factor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan
usaha dan menampung risiko kerugian. Oleh karena itu, Bank Sentral selaku penguasa
moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus
selalu dipertahankan oleh setiap bank yaitu sebesar 8 % dari total Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR).
3.1 Pengertian modal Bank
Pengertian modal bank menurut Pakmei 29, 1993 dibedakan antara modal bagi bank
yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan modal bank bagi kantor cabang
bank yang berkedudukan di luar negeri.
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti
dan modal pelengkap.
Komponen modal inti dapat berupa :
a. Modal disetor
b. Aigo saham
c. Modal sumbangan
d. Cadangan umum
e. Cadangan tujuan
f. Laba yang ditahan
g. Laba tahun lalu
h. Laba tahun berjalan

Jumlah dari komponen modal ini dikurangi dengan :

1) Goodwill yang ada dalam pembukuan bank


2) Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang
seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Modal pelengkap bank dapat berupa :

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap


b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
c. Modal pinjaman (sebelum disebut modal kuasi)
d. Pinjaman subordinasi.

Kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas
baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative sebagimana
tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontinjen dan/atau komitmen yang disediakan
oleh bank bagi pihak ketiga. Kewajiban penyediaan modal minimum dapat diukur dari
presentase terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Tatacara Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum

Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang
besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko
yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan. Dapat ditambahkan bahwa
untuk kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, maka bobot risiko dihitung
berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan.

Perhitungan kebutuhan modal bank dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan ATMR yang merupakan


penjumlahan ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva administrative
b. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang
bersangkutan dengan bobot risiko masing-masing aktiva
c. ATMR aktiva administrative diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening
administrative yang bersangkutan dengan risiko.
d. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan modal bank (modal inti dan modal
pelengkap) dengan ATMR.
e. Dari hasil perbandingan tersebut pada huruf d akan dapat diketahui apakah bank yang
bersangkutan memenuhi ketentuan penyediaan modal minimum bank atau tidak.

4. Pengertian Penyertaan Modal


Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan
investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga keuangan
lain, atau penyelamatan kredit. Bank hanya diperkenankan melakukan penyertaan modal
pada perusahaan lain di bidang keuangan (seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi dan lembaga kliring penyelesaian), dan perusahaan lain di luar
bidang keuangan dalam rangka restrukturisasi kredit.
1) Penyertaan modal pada perusahaan lain di bidang keuangan
Penyertaan modal pada perusahaan lain dimaksudkan untuk memperoleh sumber
penghasilan yang tetap, mengendalikan perusahaan lain, mengurangi persaingan
diantaran perusahaan yang sejenis, memperebutkan pangsa pasar, dan sebagainya.
2) Penyertaan modal dalam rangka restrukturisasi kredit
Penyertaan seperti ini wajib ditarik kembali apabila telah melebihi jangka waktu 5 tahun
atau perusahaan debitor tempat melakukan penyertaan telah memperoleh laba kumulatif.

Penyertaan yang berasal dari pengalihan kredit dicatat sebesar nilai wajar dari saham yang
diterima. Nilai wajar saham atau harta adalah nilai yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Selisih antara nilai saham dengan kredit yang dialih bebankan sebagai laba rugi pada periode
pengalihan kredit tersebut dilakukan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 15/11/PBI/2013 pasal 5 dan 6 menyatakan


bahwa Penyertaan Modal dapat dilakukan secara langsung atau melalui pasar modal.
Penyertaan Modal hanya dapat dilakukan untuk investasi jangk panjang dan tidak
dimaksudkan untuk jual beli saham. Jumlah portofolio Penyertaan Modal ditetapkan paling
tinggi sebesar Penyertaan Modal sesuai pengelompokan Bank berdasarkan BUKU. Jumlah
seluruh portofolioPenyertaan Modal termasuk peningkatan Penyertaan Modal dan dividen
saham.

Persyaratan bagi Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal sebagai berikut:

a. Rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank (REB)
b. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil risiko
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.
c. Memiliki tingkat kesehatan dengan peringkat komposit 1 atau 2 sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia selama :
1. 3 (tiga) periode penilaian berturut-turut atau
2. 4 (empat) periode berturut-turut apabila calon Investee merupakan perusahaan baru
dan/atau perusahaan di luar negeri.
d. Tidak mengganggu kelangsungan usaha Bank dan tidak meningkatkan profil resiko Bank
secara signifikan
e. Memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang dibuat oleh Direksi Bank dan disetujui
oleh Dewan Komisaris Bank
f. Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk kegiatan Penyertaan Modal.

Penyertaan Modal Oleh Perusahaan Anak

Dalam hal perusahaan anak melakukan penyertaan modal, Bank harus memastikan hal-hal
sebagai berikut :

a. Penyertaan modal hanya dapat dilakukan pada Perusahaan yang bergerak di Bidang
Keuangan atau Perusahaan penunjang jasa keuangan dan dalam bentuk saham.
b. Perusahaan anak menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang memadai
atas penyertaan modal yang akan dilakukan
c. Penyertaan modal dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang dikeluarkan oleh
otoritas Perusahaan Anak.

Dalam Penyertaan Modal Bank tidak diperbolehkan menerima penyertaan saham dari
Investee atau melakukan Penyertaan Modal pada perusahaan pemegang saham Bank, baik
secara langsung maupun tidak langsung dan melakukan Penyertaan Modal yang
mengakibatkan Bank memiliki kewajiban yang tidak terbatas pada Investee. Apabila bank
melanggar ketentuan yang sudah ditentuka dalam Peraturan Bank Indonesia nomor
15/11/PBI/2013 akan dikenakan sanksi administratif.

PERLAKUAN AKUNTANSI

Pengakuan dan pengukuran

1. Penyertaan yang dicatat dengan biaya perolehan


a. Pada saat pengakuan awal dan pengakuan selanjutnya, penyertaan diakui sebesar nilai
wajar yaitu biaya perolehan (cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan
secara langsung.
b. Pendapatan diakui pada saat diumumkan pembagian dividen tunai. Dividen saham tidak
boleh diakui sebagai pendapatan atau penambahan nilai penyertaan.
c. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
2. Penyertaan yang dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya perolehan
(cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal dilakukan sebesar nilai wajar dengan perubahan
nilai wajar diakui melalui ekuitas.
c. Pendapatan diakui pada saat diumumkan pembagian dividen tunai. Pembagian dividen
saham akan tercermin pada nilai wajar penyertaan.
d. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
3. Penyertaan yang dicatat dengan metode ekuitas
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya perolehan
(cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal diakui sebesar biaya perolehan (cost) termasuk
biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung ditambah atau dikurangi
dengan bagian investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan.
Pendapatan dari penyertaan yang dinilai dengan metode ekuitas diakui pada saat
perusahaan investee mengumumkan labanya. Distribusi laba (kecuali dividen saham)
yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi,
sedangkan penerimaan dividen dalam bentuk saham tidak mempengaruhi nilai
penyertaan tersebut.
c. Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak
kepemilikan proporsional bank pada investee yang timbul dari perubahan dalam ekuitas
investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi (lihat penjelasan bab
ekuitas pada pos selisih transaksi perubahan ekuitas perusahaan anak/perusahaan
asosiasi).
d. Jika bagian bank atas kerugian pada investee sama atau melebihi nilai tercatat dari
investasi, maka penyertaan dilaporkan nihil. Jika selanjutnya investee memperoleh laba,
maka bank mengakui pendapatan apabila bagian bank atas laba investee telah menyamai
bagian bank atas kerugian bersih yang belum diakui.
e. Penyertaan akan berkurang apabila terdapat penurunan nilai penyertaan.
4. Bank menghenti kan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal dimana:
a. tidak lagi memiliki pengaruh signifikan atas investee;
b. terdapat pembatasan operasi perusahaan investee dalam jangka panjang sehingga secara
signifikan mempengaruhi kemampuan untuk mengalihkan dana kepada bank.
5. Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi kredit
a. Pada saat pengakuan awal, penyertaan diakui sebesar nilai wajar yaitu biaya perolehan
(cost) termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal diakui sebesar:
1) nilai wajar, dimana perubahannya diakui secara langsung dalam ekuitas; atau
2) biaya perolehan, apabila tidak memiliki kuotasi dipasar aktif atau nilai wajarnya tidak
dapat diukur secara andal.
c. Bila terdapat penurunan nilai maka nilai tercatat penyertaan tersebut harus disesuaikan
sebesar penurunan nilai tersebut.
d. Penyertaan ini disajikan terpisah dari penyertaan lainnya dan tidak perlu dilakukan
konsolidasi laporan keuangan karena penyertaan bersifat sementara.
e. Pengalihan kredit menjadi penyertaan saham diakui sebesar nilai wajar dari saham yang
diterima pada saat pengalihan, maksimum sebesar kewajiban debitur yang akan
dikonversi.
Penyajian

1. Penyertaan yang dicatat dengan biaya perolehan, harga wajar melalui ekuitas maupun
metode ekuitas disajikan pada pos penyertaan sedangkan penyertaan yang berasal dari
restrukturisasi kredit disajikan terpisah.
2. Penyertaan dengan metode biaya disajikan sebesar biaya perolehan.
3. Penyertaan saham dibawah 20% yang memiliki harga pasar disajikan sebesar nilai wajar
pada pos penyertaan.
4. Penyertaan dengan metode ekuitas disajikan sebesar biaya perolehan ditambah/ dikurang
dengan bagian dari laba atau rugi perusahaan investee dan distribusi laba serta perubahan
dalam ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian
atas penyertaan disajikan sebagai pos pengurang (off seti ng acount) dari penyertaan.

E. Ilustrasi Jurnal

1. Pada saat melakukan penyertaan, dengan metode biaya maupun metode ekuitas:
Db. Penyertaan saham
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
2. Pada saat investee mengumumkan laba atau rugi:
a. Metode biaya
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Tidak ada jurnal
c. Metode ekuitas
1) jika mendapat keuntungan
Db. Penyertaan saham
Kr. Pendapatan dari penyertaan saham
2) jika mengalami kerugian
Db. Kerugian dari penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
3. Pada saat investee mengumumkan dividen:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
c. Dicatat dengan metode ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Penyertaan saham
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
4. Pada saat terdapat perubahan nilai wajar saham:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Db/Kr. Penyertaan saham
Kr/Db. Keuntungan/(kerugian) penyesuaian nilai wajar penyertaan saham yang
belum direalisasikan
c. Dicatat dengan metode ekuitas
Tidak ada jurnal
5. Jika terdapat penurunan permanen terhadap penyertaan saham
Db. Kerugian karena penurunan nilai penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
6. Apabila pada saat konsolidasi laporan keuangan (metode ekuitas) terdapat selisih lebih
antara biaya perolehan dan bagian perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aset dan
kewajiban yang dapat diidenti fi kasi pada tanggal transaksi pertukaran, maka selisih
tersebut diakui sebagai goodwill dan akan diamorti sasi dengan jurnal:
Db. Amortisasi goodwill
Kr. Goodwill
7. Pada saat pelepasan saham, baik sebagian atau keseluruhan
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db/Kr. Keuntungan (kerugian) penjualan saham
Kr. Penyertaan saham
8. Penjualan penyertaan modal sementara bank
a. Penebusan/Redemption penyertaan modal sementara bank
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
b. Penjualan penyertaan modal sementara bank
1) Jika hasil penjualan lebih rendah dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db. Kerugian penjualan penyertaan modal sementara bank
Kr. Penyertaan modal sementara bank
2) jika hasil penjualan lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
Kr. Keuntungan penjualan penyertaan modal sementara bank
4. Pencatatan Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif (PPAP)
Penyertaan modal pada perusahaan lain mengandung risiko, oleh karena itu sesuai ketentuan
Bank Indonesia harus dilakukan pencadangan penghapusan (PPAP) untuk mengurangi risiko
bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor : 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum.
Pasal 44
(1) Bank wajib membentuk PPA terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif.
(2) PPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan
b. cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.

Pasal 45

(1) Cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf a ditetapkan
paling kurang sebesar 1% (satu perseratus) dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas
Lancar.
(2) Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk
Aktiva Produktif dalam bentuk SBI dan SUN serta bagian Aktiva Produktif yang dijamin
dengan agunan tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.
(3) Cadangan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) ditetapkan paling
kurang sebesar:
a. 5% (lima perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah
dikurangi nilai agunan;
b. 15% (lima belas perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar setelah
dikurangi nilai agunan;
c. 50% (lima puluh perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Diragukan setelah dikurangi
nilai agunan;
d. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Macet setelah dikurangi nilai
agunan.

(4) Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif.
Pasal 46
Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA ditetapkan
sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
b. tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan;
c. pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter kubik yang diikat
dengan hipotek; dan atau
d. kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.

Pasal 48
(1) Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA
ditetapkan sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi paling tinggi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai
yang tercatat di bursa efek pada akhir bulan;
b. tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, kapal laut, kendaraan bermotor dan
persediaan paling tinggi sebesar:
1) 70% (tujuh puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian dilakukan dalam 12
(dua belas) bulan terakhir;
2) 50% (lima puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 12 (dua belas) bulan namun belum melampaui 18 (delapan
belas) bulan;
3) 30% (tiga puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 18 (delapan belas) bulan namun belum melampaui 24 (dua
puluh empat) bulan;
4) 0% (nol perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah melampaui
jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh penilai independen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (7) atau penilai intern Bank, sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.
(3) Bank wajib menggunakan nilai yang terendah apabila terdapat beberapa nilai dari penilai
independen atau penilai intern.

Manurang, mandala dan prathama rahardja.2004. Uang, perbankan, dan ekonomi moneter.

Jakarta:Fakultas Ekonomi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai