1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud
dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Secara lebih luas bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga brrbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan (Kasmir,25 :2008).
Kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas
baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrative sebagimana
tercermin pada kewajiban yang masih bersifat kontinjen dan/atau komitmen yang disediakan
oleh bank bagi pihak ketiga. Kewajiban penyediaan modal minimum dapat diukur dari
presentase terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang
besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko
yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta sifat agunan. Dapat ditambahkan bahwa
untuk kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, maka bobot risiko dihitung
berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan.
Penyertaan yang berasal dari pengalihan kredit dicatat sebesar nilai wajar dari saham yang
diterima. Nilai wajar saham atau harta adalah nilai yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Selisih antara nilai saham dengan kredit yang dialih bebankan sebagai laba rugi pada periode
pengalihan kredit tersebut dilakukan.
Persyaratan bagi Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal sebagai berikut:
a. Rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank (REB)
b. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil risiko
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.
c. Memiliki tingkat kesehatan dengan peringkat komposit 1 atau 2 sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia selama :
1. 3 (tiga) periode penilaian berturut-turut atau
2. 4 (empat) periode berturut-turut apabila calon Investee merupakan perusahaan baru
dan/atau perusahaan di luar negeri.
d. Tidak mengganggu kelangsungan usaha Bank dan tidak meningkatkan profil resiko Bank
secara signifikan
e. Memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang dibuat oleh Direksi Bank dan disetujui
oleh Dewan Komisaris Bank
f. Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk kegiatan Penyertaan Modal.
Dalam hal perusahaan anak melakukan penyertaan modal, Bank harus memastikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penyertaan modal hanya dapat dilakukan pada Perusahaan yang bergerak di Bidang
Keuangan atau Perusahaan penunjang jasa keuangan dan dalam bentuk saham.
b. Perusahaan anak menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang memadai
atas penyertaan modal yang akan dilakukan
c. Penyertaan modal dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang dikeluarkan oleh
otoritas Perusahaan Anak.
Dalam Penyertaan Modal Bank tidak diperbolehkan menerima penyertaan saham dari
Investee atau melakukan Penyertaan Modal pada perusahaan pemegang saham Bank, baik
secara langsung maupun tidak langsung dan melakukan Penyertaan Modal yang
mengakibatkan Bank memiliki kewajiban yang tidak terbatas pada Investee. Apabila bank
melanggar ketentuan yang sudah ditentuka dalam Peraturan Bank Indonesia nomor
15/11/PBI/2013 akan dikenakan sanksi administratif.
PERLAKUAN AKUNTANSI
1. Penyertaan yang dicatat dengan biaya perolehan, harga wajar melalui ekuitas maupun
metode ekuitas disajikan pada pos penyertaan sedangkan penyertaan yang berasal dari
restrukturisasi kredit disajikan terpisah.
2. Penyertaan dengan metode biaya disajikan sebesar biaya perolehan.
3. Penyertaan saham dibawah 20% yang memiliki harga pasar disajikan sebesar nilai wajar
pada pos penyertaan.
4. Penyertaan dengan metode ekuitas disajikan sebesar biaya perolehan ditambah/ dikurang
dengan bagian dari laba atau rugi perusahaan investee dan distribusi laba serta perubahan
dalam ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi.
5. Cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian
atas penyertaan disajikan sebagai pos pengurang (off seti ng acount) dari penyertaan.
E. Ilustrasi Jurnal
1. Pada saat melakukan penyertaan, dengan metode biaya maupun metode ekuitas:
Db. Penyertaan saham
Kr. Kas/Rekening…/Giro BI
2. Pada saat investee mengumumkan laba atau rugi:
a. Metode biaya
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Tidak ada jurnal
c. Metode ekuitas
1) jika mendapat keuntungan
Db. Penyertaan saham
Kr. Pendapatan dari penyertaan saham
2) jika mengalami kerugian
Db. Kerugian dari penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
3. Pada saat investee mengumumkan dividen:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Pendapatan dividen
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
c. Dicatat dengan metode ekuitas
1) Dividen tunai.
Db. Piutang dividen
Kr. Penyertaan saham
2) Dividen saham
Tidak ada jurnal
4. Pada saat terdapat perubahan nilai wajar saham:
a. Dicatat dengan biaya perolehan
Tidak ada jurnal
b. Dicatat dengan nilai wajar melalui ekuitas
Db/Kr. Penyertaan saham
Kr/Db. Keuntungan/(kerugian) penyesuaian nilai wajar penyertaan saham yang
belum direalisasikan
c. Dicatat dengan metode ekuitas
Tidak ada jurnal
5. Jika terdapat penurunan permanen terhadap penyertaan saham
Db. Kerugian karena penurunan nilai penyertaan saham
Kr. Penyertaan saham
6. Apabila pada saat konsolidasi laporan keuangan (metode ekuitas) terdapat selisih lebih
antara biaya perolehan dan bagian perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aset dan
kewajiban yang dapat diidenti fi kasi pada tanggal transaksi pertukaran, maka selisih
tersebut diakui sebagai goodwill dan akan diamorti sasi dengan jurnal:
Db. Amortisasi goodwill
Kr. Goodwill
7. Pada saat pelepasan saham, baik sebagian atau keseluruhan
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db/Kr. Keuntungan (kerugian) penjualan saham
Kr. Penyertaan saham
8. Penjualan penyertaan modal sementara bank
a. Penebusan/Redemption penyertaan modal sementara bank
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
b. Penjualan penyertaan modal sementara bank
1) Jika hasil penjualan lebih rendah dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Db. Kerugian penjualan penyertaan modal sementara bank
Kr. Penyertaan modal sementara bank
2) jika hasil penjualan lebih tinggi dari nilai tercatat
Db. Kas/Rekening…/Giro BI
Kr. Penyertaan modal sementara bank
Kr. Keuntungan penjualan penyertaan modal sementara bank
4. Pencatatan Penyisihan Penghapusan aktiva Produktif (PPAP)
Penyertaan modal pada perusahaan lain mengandung risiko, oleh karena itu sesuai ketentuan
Bank Indonesia harus dilakukan pencadangan penghapusan (PPAP) untuk mengurangi risiko
bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia nomor : 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum.
Pasal 44
(1) Bank wajib membentuk PPA terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif.
(2) PPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. cadangan umum dan cadangan khusus untuk Aktiva Produktif; dan
b. cadangan khusus untuk Aktiva Non Produktif.
Pasal 45
(1) Cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf a ditetapkan
paling kurang sebesar 1% (satu perseratus) dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas
Lancar.
(2) Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk
Aktiva Produktif dalam bentuk SBI dan SUN serta bagian Aktiva Produktif yang dijamin
dengan agunan tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.
(3) Cadangan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) ditetapkan paling
kurang sebesar:
a. 5% (lima perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah
dikurangi nilai agunan;
b. 15% (lima belas perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar setelah
dikurangi nilai agunan;
c. 50% (lima puluh perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Diragukan setelah dikurangi
nilai agunan;
d. 100% (seratus perseratus) dari Aktiva dengan kualitas Macet setelah dikurangi nilai
agunan.
(4) Penggunaan nilai agunan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilakukan untuk Aktiva Produktif.
Pasal 46
Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA ditetapkan
sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai;
b. tanah, rumah tinggal dan gedung yang diikat dengan hak tanggungan;
c. pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) meter kubik yang diikat
dengan hipotek; dan atau
d. kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia.
Pasal 48
(1) Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA
ditetapkan sebagai berikut:
a. Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek di Indonesia atau
memiliki peringkat investasi paling tinggi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai
yang tercatat di bursa efek pada akhir bulan;
b. tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, kapal laut, kendaraan bermotor dan
persediaan paling tinggi sebesar:
1) 70% (tujuh puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian dilakukan dalam 12
(dua belas) bulan terakhir;
2) 50% (lima puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 12 (dua belas) bulan namun belum melampaui 18 (delapan
belas) bulan;
3) 30% (tiga puluh perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah
melampaui jangka waktu 18 (delapan belas) bulan namun belum melampaui 24 (dua
puluh empat) bulan;
4) 0% (nol perseratus) dari penilaian, apabila penilaian yang dilakukan telah melampaui
jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh penilai independen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (7) atau penilai intern Bank, sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.
(3) Bank wajib menggunakan nilai yang terendah apabila terdapat beberapa nilai dari penilai
independen atau penilai intern.
Manurang, mandala dan prathama rahardja.2004. Uang, perbankan, dan ekonomi moneter.