Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA


SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 2 TEJAKULA SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Oleh: I Nengah Sugiartha1

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IX C SMP Negeri 2 Tejakula pada semester genap tahun pelajaran
2018/2019. Dengan kondisi pembelajaran masih didominasi oleh guru,
sehingga siswa pasif , motivasi siswa untuk belajar sangat kurang,
dampaknya hasil belajar PKn siswa rendah. Ini dapat terlihat dari hasil
ulangan harian I kelas IX C rata-rata hasil belajar awal siklus yaitu 71,0
(kategori tidak tuntas), dan ketuntasan klasikal siswa pada awal siklus
yaitu 73,0 % (kategori tidak tuntas). Tujuan penulisan penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas
IX C SMP Negeri 2 Tejakula semester genap tahun pelajaran 2018/2019
melalui implementasi model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dalam
pembelajaran. Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan tes
hasil belajar siswa. Metode analisis datanya adalah deskriptif baik untuk
data kualitatif maupun untuk data kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah implementasi model pembelajaran Kooperatif tipe
NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
Ini terbukti dari adanya peningkatan hasil belajar siswa. Dimana hasil
yang diperoleh skor rata-rata pada awal siklus yaitu 71,0 (kategori tidak
tuntas), siklus I yaitu 76,0 (kategori tuntas), dan pada siklus II yaitu 79,8
(kategori tuntas). Terjadi peningkatan hasil belajar dari awal siklus ke
siklus I sebesar 7,04 % dan dari siklus I ke siklus II sebesar 5,0 %.
Ketuntasan Klasikal siswa pada awal siklus yaitu 73,0 % (kategori tidak
tuntas), pada siklus I yaitu 83,0 % (kategori tidak tuntas), dan pada siklus
II yaitu 90,0 %. Dari awal siklus ke siklus I Ketuntasan Klasikal terjadi
peningkatan sebesar 13,7 %, dan dari siklus I ke siklus II
peningkatannya sebesar 8,4 %. Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas IX C semester genap
tahun pelajaran 2018/ 2019.
Kata Kunci: model pembelajaran Kooperatif tipe NHT, hasil belajar

Abstract
This research was conducted to improve student learning outcomes in
class IXC of SMP Negeri 2 Tejakula in the first semester of the academic
year 2018/2019. Due to the learning conditions which were still

1
I Nengah Sugiartha adalah Guru PKn SMP Negeri 2 Tejakula

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 116


dominated by the teacher, affected the students to be passive, less
motivated, and the impact towards student learning outcomes in Civics
was low. This can be seen from the results of daily tests I in Class IXC,
the average learning outcomes of the beginning of the cycle is 71.0
(incomplete category), and the classical completeness of students at the
beginning of the cycle was 73.0% (incomplete category). The purpose of
conducting this classroom action research was to improve the learning
outcomes of Civics in class IXC of SMP Negeri 2 Tejakula in the first
semester in the academic year 2018/2019 through the implementation of
the NHT type of Cooperative learning model in learning process. Data
collection methods were observation and student learning outcomes tests.
The data analysis method was descriptive both for qualitative data and
for quantitative data. The result obtained from this study was the
implementation of the NHT of Cooperative learning model can improve
student learning outcomes in Civics learning. This was proven from an
increase in student learning outcomes in which the results obtained an
average score at the beginning of the cycle is 71.0 (incomplete category),
the first cycle increased to 76.0 (complete category), and the second
cycle reached 79.8 (complete category). An increase in learning
outcomes from the beginning of the cycle to the first cycle reached
7.04% and from the first cycle to the second cycle reached 5.0%.
Classical completeness of students at the beginning of the cycle was
73.0% (incomplete category), in the first cycle was 83.0% (incomplete
category), and in the second cycle is 90.0%. From the beginning of the
first cycle to the first cycle, there was an increase around 13.7%, and
from the first cycle to the second cycle the increase was 8.4%. The
conclusion obtained from this study was that the NHT Type of
Cooperative learning model can improve Civics learning outcomes in
class IXC students in the first semester in the academic year 2018/2019.
Keywords: NHT type of Cooperative learning model, learning outcomes.

PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, kewarganegaraan dikenal mulai dari siswa taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena kewarganegaraan digunakan secara luas
dalam segala bidang kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran
kewarganegaraan yang optimal agar siswa dapat menerima dengan baik dan benar.
Tujuan pembelajaran kewarganegaraan adalah terbentuknya kemampuan bernalar
pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis, sistematis, dan
memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik
dalam bidang kewarganegaraan, maupun kehidupan sehari-hari.

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 117


Namun keadaan di lapangan belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan.
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang
cukup menggembirakan, tetapi pembelajaran dan pemahaman kewarganegaraan pada
siswa SMP menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (Saptono : 2010).
Pembelajaran di SMP cenderung abstrak dengan metode ceramah sehingga konsep-
konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru
dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau
dengan akta lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan
kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit tumbuh
dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Kelemahan di bidang pembelajaran juga berlaku dalam pendidikan
kewarganegaraan yang secara khusus bertanggung jawab untuk membina warga
negara demokratis. Oleh karena itu, pada masanya Ace Suryadi (dalam penelitian
Saptono : 2010), staf Litbang Depdiknas, menilai bahwa mata pelajaran Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) yang kemudian berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) selama ini justru hanya menjadi alat indoktinasi politik
penguasa, yang diarahkan pada pembentukan kesetiaan/ loyalitas pada penguasa dan
menjadi pelajaran hafalan belaka (Kompas: 16-12-2000). Sementara itu staf Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Ahnar Gonggong, juga menyatakan bhawa
“Pemerintah sudah terlambat 25 tahun dalam memberikan pendidikan
kewarganegaraan yang bertema multi kultural” (Kompas: 14-2-200 1).
Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum pendidikan
kewarganegaraan tahun 2006, tampak bahwa misi yang dibebankan pada mata
pelajaran PKn ternyata sulit dilaksanakan oleh para guru PKn di sekolah. Adapun
permasalahan yang dialami oleh guru adalah sebagai berikut.
1) Muatan materi PKn begitu padat, terutama sesudah materi Tatanegara dipadukan
ke dalam PKn. Oleh karena itu maka guru mengalami kesulitan dalam membagi
waktu yaitu antara waktu untuk mengajar konsep-konsep politik kenegaraan dan
waktu untuk menanamkan nilai¬nilai Pancasila.

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 118


2) Walaupun beberapa guru sudah menerapkan pembelajaran inovatif, namun masih
banyak guru yang tetap menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru.
Kendala yang dirasakan oleh para guru yang inovatif adalah :
a) Sangat terbatasnya waktu yang tersedia untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif, b) Tumpang tindihnya materi Pendidikan Kewarganegaraan antar jenjang
Pendidikan, c) Rendahnya kreativitas guru dalam mengembangkan pembelajaran
inovatif, d) Kurang memadainya sarana dan prasarana sekolah yang diperlukan untuk
mengembangkan dan menerapkan pembelajaran inovatif, e) Kurang dukungan dari
pihak sekolah yang sebenarnya amat diperlukan guru dalam mengembangkan
pembelajaran PKn yang inovatif dan f) Motivasi siswa untuk belajar PKn rendah.
Salah satu penyebab yang diduga oleh para guru adalah karena PKn bukan mata
pelajaran yang diuji-nasionalkan.
Sudah saatnya pembelajaran Kewarganegaraan hendaknya lebih bervariasi
metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Pemilihan metode,
strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna terciptanya iklim
pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang harus dipenuhi guru agar
siswa dapat berpikir logis, kritis dan dapat memecahkan masalah dengan sikap
terbuka, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan.
Dari semua uraian di atas dapat diketahui hal-hal yang perlu dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa seperti penguasaan metode-metode ajar,
penguasaan model-model pembelajaran, penguasaan teori-teori belajar, penguasaan
teknik-teknik tertentu, penguasaan peran, fungsi serta kegunaan mata pelajaran.
Apabila betul-betul guru menguasai dan mengerti tentang hal-hal tersebut dapat
diyakini bahwa hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn tidak akan
rendah. Namun kenyataannya hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Tejakula kelas IX C
di semester genap tahun pelajaran 2018 / 2019 masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari
nilai Ulangan Umum kelas.IX C di semester ganjil tahun pelajaran 2018 / 2019 baru
mencapai rata-rata 71 yang masih jauh dari KKM yaitu 75 dan ketuntasan klasikal
73 %. Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan dengan
kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, agar masalah ini tidak berlarut-larut dan

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 119


segera dapat dipecahkan dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan utamanya pada
mata pelajaran PKn, sangat perlu kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi
satu sama lain adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
dapat memotivasi siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling
mengambil tanggung jawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar
setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang
kompleks. Model Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa tipe salah satunya Tipe
Numered Head Together (NHT). Pembelajaran dengan menggunakan model
Kooperatif tipe NHT memiliki beberapa kelebihan seperti ; (1) dapat melibatkan
semua siswa secara langsung dalam PBM, (2) dapat menumbuhkan dan
mengembangkan cara berpikir ilmiah, (3) dengan mengajukan dan mempertahankan
pendapat dalam diskusi siswa dapat memperoleh kepercayaan diri (4) model
kooperatif dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan demokratis
siswa (B. Subroto 1997,135). Penelitian ini sangat penting dan mendesak untuk
dilaksanakan. Hasil ini sesuai dengan harapan Depdiknas (2011: 20) yang
menyatakan bahwa dalam menulis latar belakang, masalah yang diteliti merupakan
suatu masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka pembelajaran
PKn perlu menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan inovatif sehingga
proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan menarik dan siswa bergairah dalam
mengikuti pelajaran dengan harapan bisa tercapainya hasil belajar siswa yang baik
Adanya kesenjangan harapan dengan kenyataan di lapangan menyebabkan
penelitian ini segera dilakukan demi meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar
siswa. Untuk itu peneliti (guru) ingin melakukan penelitian tindakan kelas yang
berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numered Head
Together (NHT) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa
Kelas IX C Semester Genap SMP Negeri 2 Tejakula Tahun Pelajaran
2018/2019”

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 120


METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan kelas yang pada
intinya bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam
peningkatan mutu pembelajaran di kelas, yang dialami langsung dalam interaksi
antara guru dengan siswa yang sedang belajar (Suhardjono, Suparno, Supardi, Abdul
Azis Hoesein, 2009: 39). Pada intinya Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi
bahwa setiap manusia tidak suka hal-hal yang bersifat statis tetapi selalu mengikuti
kehal yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus
menerus sampai tujuan tercapai. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2
Tejakula, yang terletak di Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Kabupaten
Buleleng.Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu bulan Pebruari sampai bulan
maret 2019. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX C sebanyak 30 orang, laki-
laki 14 orang dan perempuan 16 orang. Kelas ini dipilih karena kelas ditemukan
masalah yaitu hasil belajar PKn siswa masih rendah. Sedangkan yang menjadi objek
penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IX C SMP Negeri 2
Tejakula setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Numered Head
Together (NHT) .
Rancangan penelitian tindakan yang digunakan adalah rangcangan
penelitian menurut Elliot seperti pada gambar berikut;

Gambar 1. Rancangan Siklus PTK (Elliot, 2011: 12)

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 121


Penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus dengan 2 (dua) kali pertemuan
setiap siklusnya. Sedangkan tahapan penelitian setiap siklus terdiri dari 4 (empat)
tahapan yakni; tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap
refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas digunakan tes
uraian. Dari hasil tes uraian ini dikumpulkan data tentang hasil belajar PKN siswa.
Tes uraian adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang
menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Nurkancana
dan Sumartana (1992: 42). Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana
unsur-unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun
sendiri oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-
kalimat dalam merumuskan jawabannya. Data Hasil belajar dianalisis secara statistik
deskriptif yaitu dicari rata-ratanya, daya serap, dan ketuntasan belajar, selanjutnya
untuk mengetahui peningkatan yang terjadi, dapat dilihat dengan cara
membandingkan hasil antar siklus. Rata-rata kelas ditentukan dengan rumus:
SX
X kognitif =
N
(Arikunto, 2003: 371)

Keterangan:
åX = jumlah skor kognitif siswa
X kognitif = skor rata-rata kognitif siswa
N = jumlah siswa
Ketuntasan aspek kognitif siswa dapat ditentukan dengan menggunakan Daya Serap
siswa (DS) dan ketuntasan belajar klasikal.
Daya serap siswa dihitung dengan rumus:

Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung dengan rumus:


Banyak siswa yang tuntas
Ketuntasan Belajar = ´100 %
Banyaknya siswa yang ikut tes

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 122


Siswa dikatakan tuntas jika daya serap siswa (DS) lebih besar atau sama
dengan 75 % dan satu kelas dikatakan tuntas jika ketuntasan belajar klasikal lebih
besar atau sama dengan 85 %. Penelitian dikatakan berhasil jika skor rata-rata hasil
belajar siswa ( X kognitif ) lebih besar atau sama dengan 75 dan ketuntasan klasikal
(KK) lebih besar atau sama dengan 85%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
Rendahnya prestasi belajar siswa dengan rata-rata 65 telah disampaikan pada
latar belakang. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a) cara
pengajaran guru masih konvensional, guru masih mendominasi pembelajaran
sehingga peserta didik lebih banyak menunggu. Sedangkan yang diharapkan dalam
pembelajaran adalah agar siswa yang aktif menemukan masalah yang dipelajari; b)
siswa tidak terbiasa untuk berusaha sendiri; c) materi yang disajikan tidak ada
pengembangan; e) rumusan tujuan belum tepat sesuai kata-kata kerja operasional.
Berdasarkan data awal, hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Tejakula
dalam pembelajaran PKn tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hasil tes ulangan
harian I. Rata-rata hasil belajarnya sebesar 71. Nilai hasil belajar siswa tertinggi
sebesar 85 dan terendah sebesar 45. Banyaknya siswa yang tuntas adalah 22 orang
siswa, sedangkan banyaknya siswa yang tidak tuntas adalah 8 orang siswa.
Ketuntasan klasikal mencapai 73% dengan kategori tidak tuntas. Berdasarkan hasil
ini, maka dapat dikatakan hasil belajar siswa pada awalnya belum memenuhi kriteria
yang yaitu belum mencapai ketuntasan klasikal ≥ 85%. Melihat hal tersebut, maka
kelas IX C SMP Negeri 2 Tejakula tahun pelajaran 2018/2019 perlu diberikan
tindakan dan mengubah strategi pembelajaran yang digunakan agar hasil belajar PKn
menjadi lebih baik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dalam 4 tahap yaitu: perencanaan
tindakan: pelaksanaan tindakan; observasi/evaluasi; dan refleksi. Dalam kegiatan ini

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 123


peneliti melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dirancang
sebelumnya. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran yaitu satu kali
pertemuan 2 x 40 menit (80) menit. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada
tanggal 28 Januari, 4 Februari 2019 dan evaluasi siklus I dilaksanakan tanggal 11
Februari 2019. Metode yang digunakan adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together. Materi yang diberikan pada siklus I adalah
dampak globalisasi.
Hasil evaluasi siklus I menunjukkan hasil belajar siswa kelas IX C SMP
Negeri 2 Tejakula pada siklus I adalah rata-rata sebesar 76,00. Nilai hasil belajar
siswa tertinggi sebesar 90 dan terendah sebesar 60. Banyaknya siswa yang tuntas
adalah 25 orang siswa, sedangkan banyaknya siswa yang tidak tuntas adalah 5 orang.
Ketuntasan klasikal mencapai 83% dengan kategori tidak tuntas. Berdasarkan hasil
ini, maka dapat dikatakan hasil belajar siswa pada siklus I belum memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu belum mencapai ketuntasan
klasikal ≥ 85%.
Selama tindakan di siklus I ditemukan beberapa kendala dan hambatan yang
dapat dijadikan refleksi untuk siklus II terkait dengan proses penilaian dan
pembelajaran yaitu: siswa belum terbiasa dengan sistem pembelajaran yang
diterapkan oleh peneliti; siswa merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan
pendekatan pembelajaran baru, sehingga memerlukan waktu yang relatif lebih lama
agar proses pembelajaran berjalan optimal. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti
mengarahkan dan menekankan kembali mengenai proses pembelajaran dengan
kooperatif yang akan mengutamakan aktivitas siswa secara optimal di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Pada perencanaan siklus II dilakukan penyempurnaan dalam penggunaan
metode, pendekatan yang dikombinasikan dengan media dan sarana yang ada.
Penanaman konsep perlu diulang, diperjelas hubungan materi secara kontekstual,
penggunaan media, keaktifan siswa secara individu maupun berkelompok masih
perlu mendapatkan perhatian serta pemberian motivasi dan penguatan belajar kepada
siswa masih perlu ditingkatkan.

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 124


Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran yaitu
pertemuan 2 x 40 menit (80) dan dilaksanakan pada tanggal 18 dan 25 Februari 2019
dan evaluasi siklus II dilaksanakan tanggal 2 Maret 2019. Materi yang diberikan pada
siklus II meliputi menentukan sikap terhadap dampak globalisasi.
Hasil evaluasi siklus II menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa
kelas IX C SMP Negeri 2 Tejakula pada siklus II adalah sebesar 79.80. Nilai hasil
belajar PKn siswa tertinggi sebesar 100 dan terendah sebesar 70. Banyaknya siswa
yang tuntas adalah 27 orang dan siswa yang tidak tuntas adalah 3 orang. Ketuntasan
klasikal mencapai 90% dan berkategori Tuntas. Berdasarkan hasil ini maka dapat
dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan pada siklus II telah berhasil
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa karena telah memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan yaitu telah mencapai ketntaan klasikal ≥ 85%.
Berdasarkan hasil analisis data tes hasil belajar siswa, maka diketahui bahwa
hasil belajar siswa kelas IX C pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Hal
ini dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan
siklus II dengan masing-masing kategori, seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rekap Hasil Belajar

N KODE NILAI
O SISWA AWAL SIKLUS I Peningkatan SIKLUS II Peningkatan
1 001 80 80 0 80 0
2 002 85 85 0 100 15
3 003 75 80 5 75 -5
4 004 80 75 -5 85 10
5 005 80 75 -5 80 5
6 006 50 60 10 75 15
7 007 55 75 20 75 0
8 008 85 75 -10 95 20
9 009 75 75 0 75 0
10 010 75 75 0 80 5
11 011 80 75 -5 90 15
12 012 80 85 5 80 -5
13 013 55 75 20 70 -5
14 014 80 75 -5 75 0
15 015 50 60 10 70 10

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 125


N KODE NILAI
O SISWA AWAL SIKLUS I Peningkatan SIKLUS II Peningkatan
16 016 75 75 0 80 5
17 017 75 90 15 85 -5
18 018 80 80 0 85 5
19 019 75 90 15 85 -5
20 020 55 70 15 75 5
21 021 75 75 0 80 5
22 022 50 75 25 75 0
23 023 45 75 30 75 0
24 024 75 80 5 75 -5
25 025 85 80 -5 100 20
26 026 75 75 0 80 5
27 027 55 75 20 70 -5
28 028 75 70 -5 75 5
29 029 75 70 -5 75 5
30 030 75 75 0 75 0
Jumlah Nilai 2130 2280 150 2395 115
Rata-Rata 71,0 76,0 5,0 79,8 3,8
Nilai Tertinggi 85 90 5 100 10
Nilai Terendah 45 60 15 70 10
Jumlah Siswa
22 25 3 27 2
Tuntas
Jumlah siswa
8 5 -3 3 -2
Tidak Tuntas
% Ketuntasan 73 % 83 % 10 90 % 7

Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 126


Berdasarkan hasil ini maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan
pada siklus II telah berhasil meningkatkan Hasil Belajar PKN siswa karena telah
memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu skor rata-
rata Hasil Belajar siswa sudah mencapai prasyarat Kriteria Ketuntasan Minimal (
KKM ) mata pelajaran yaitu 75 dan ketuntasan klasikal minimal sudah mencapai
ketuntasan belajar secara Nasional yaitu 85% .

B. Pembahasan
Pada saat observasi sebelum tindakan, diketahui bahwa hasil belajar PKN
siswa tergolong rendah. Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
hasil belajar PKN siswa mengalami peningkatan dari sebelumnya. Secara klasikal
rata-rata skor hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 76,0 sudah mencapai prasyarat
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yaitu 75 dan ketuntasan klasikal mencapai
83,0 % (berkategori tidak tuntas), sehingga belum memenuhi kriteria keberhasilan
yang ditetapkan, maka perlu ditingkatkan lagi pada siklus II.
Berdasarkan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajara kooperatif tipe NHT pada siklus I, terungkap bahwa
pembelajaran pada siklus I terlihat belum optimal. Hal ini ditunjukkan dari adanya
beberapa kemampuan dan prilaku siswa yang belum sesuai dengan harapan. Dimana
siswa nampak pelum terbiasa belajar dengan sistim kelompok sehingga kelihatan
siswa ada yang masih canggung dan belum berani atau malu mengemukakan
pendapatnya dalam kelompok sehingga bersikap pasif dan tampak ragu-ragu ketika
menanggapi pertanyaan ataupun pada saat bertanya. Kegiatan diskusi dalam setiap
kelompok juga tampak belum optimal. Hal ini dapat dimaklumi karena siswa belum
terbiasa belajar berkelompok.
Ketidakberhasilan penelitian pada siklus I disebabkan oleh beberapa kendala
dan hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran, yaitu 1) pada tahap kerja
kelompok banyak siswa terlihat belum terbiasa belajar kelompok, sehingga masih
banyak siswa bekerja sendiri-sendiri dalam kelompoknya, siswa enggan berdiskusi
dengan temannya. Nampak hanya beberapa siswa yang aktif mengerjakannya, mereka

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 127


hanya mengandalkan temannya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Ketika hal ini terjadi peneliti berusaha memperingatkan siswa yang kurang aktif
untuk lebih berpartisifasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru, 2)
kekurang aktipan siswa dalam diskusi juga berdampak pada beberapa siswa ketika
pada sesi tanya jawab dengan menunjuk salah satu nomor ada siswa belum bisa
menjawab pertanyaan yang menjadi tugasnya tadi, dan pada akhirnya tampak juga
dari hasil tes yang mendapat nilai yang kurang baik juga. Hal ini menyebabkan nilai
rata-rata siswa di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75.
Berbagai macam kendala dan hambatan yang terjadi pada siklus I kemudian
dijadikan bahan refleksi siklus I. Hasil refleksi siklus I tersebut kemudian dijadikan
acuan untuk perbaikan proses pembelajaran pada siklus II. Secara singkat, upaya-
upaya perbaikan yang dilakukan dengan lebih menekankan apa yang menjadi sintak
dalam pembelajaran model kooperatif tipe NHT, seperti ;
1) Untuk membiasakan siswa bekerja dalam kelompok, dirancang sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok dapat bekerja sama mendiskusikan tugas-tugas
yang diberikan. Sehingga siswa tidak hanya menghandalkan temannya dalam
mengerjakan tugas, dan guru hendaknya memberikan pengarahan, motivasi dan
bimbingan seperlunya. 2) Dalam penyampaian pertanyaan atau tugas kelompok guru
menekankan untuk semua anggota kelompok untuk mencatat pertanyaannya, dan
setiap siswa untuk saling menyampaikan jawaban dan menyatukan persepsi
jawabannya sebagai wujud kerja sama, sehingga siswa satu dengan lainnya benar-
benar memahami pertanyaan dan jawabannya. Pada tahap berpikir bersama ini perlu
mendapat perhatian khusus karena akan sangat berpengaruh pada kegiatan tahap
berikutnya yaitu tahap bertanya. 3) kegiatan bertanya sebagai rangkaian kegiatan
pembelajaran Kooperatif tipe NHT nampaknya lebih berhasil karena siswa sebagian
besar yang dapat panggilan nomor pribadi sudah dapat menjawab dengan tepat , itu
berarti proses kerja kelompok telah berjalan sesuai ketentuan.
Upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II memberikan hasil yang
positif. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, terungkap bahwa nilai rata-rata
Hasil Belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 79.8 dan ketuntasan klasikal sebesar

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 128


90,0 %, berada pada kategori tuntas. Hal ini berarti, penelitian ini telah berhasil
memenuhi kriteria keberhasilan dalam meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas IX C
SMP Negeri 2 Tejakula tahun pelajaran 2016 /2019.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, maka dapat dikatakan bahwa
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numered Head Together (NHT)
dalam pembelajara PKN pada Siswa Kelas IX C Semester Genap SMP Negeri 2
Tejakula tahun pelajaran 2018/2019 dapat meningkatkan Hasil Belajar PKN
siswa.
Keberhasilan penelitian ini, tidak terlepas dari proses pembelajaran dengan
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, karena proses pembelajaran
memberikan peluang yang sangat besar bagi siswa untuk berinteraksi dengan
temannya. Interaksi kooperatif menuntut siswa untuk belajar saling bertatap muka
sehingga mereka melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan
temannya dalam proses pembentukan pengetahuan. Agar proses pembentukan
pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa dalam
pembelajaran berjalan secara efektif, maka guru dituntut berperan sebagai fasilitator
agar dapat mengelola kondisi pembelajaran, sehingga siswa dapat melakukan
bermacam-macam kegiatan seperti memecahkan permasalahan PKN dengan bantuan
siswa lain dalam satu kelompok. Selanjutnya siswa Secara individu dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa Implementasi Model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa. Skor rata-rata Hasil Belajar PKn pada
awal siklus yaitu 71,0 (kategori tidak tuntas), siklus I yaitu 76,0 (kategori tuntas), dan
pada siklus II yaitu 79,8 (kategori tuntas). Jadi skor rata-rata Hasil Belajar IPS
mengalami peningkatan dari awal siklus ke siklus I sebesar 7,04 % dan dari siklus I
ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 5,0 %. Ketuntasan Klasikal siswa pada
awal siklus yaitu 73,0 % (kategori tidak tuntas), pada siklus I yaitu 83,0 % (kategori

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 129


tidak tuntas), dan pada siklus II yaitu 90,0 %. Dari awal siklus ke siklus I Ketuntasan
Klasikal terjadi peningkatan sebesar 13,7 %. Dan dari siklus I ke siklus II Ketuntasan
klasikal terjadi peningkatan sebesar 8,4 %.

DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2009. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Asri Jayanti Ni Made, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Berbantuan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada
Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2012/2013.
Artikel. Singaraja. Fakultas Ilmu Sosial UNDIKSHA Singaraja.
Azis Wahab. 1996. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran. Jakarta. Depdikbud.
Azis Wahab. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.
B, Suryo Subroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineksa
Cipta.
Depdiknas. 2011. Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan Penjaminan Mutu Pendidik.
Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York: Holt,
Reinhart and Winston.
Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep, Dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta
Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hamalik, 2007. Evaluasi Kurikulum Pendekatan Sistematik. Bandung: Bumi Aksara
Hasan. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik.
Hasan. 2006. Analsis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Jatmiko. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom.
Edina,Minnesota: A publication Interaction Book Company.
Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 130


Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Naella Ichdatul Musdalifa, dkk, 2014. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model
Kooperatif Tipe NHT Siswa Kelas V SDN 5 Ngembalrejo.Artikel. Kudus.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muria Kudus
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November
2007. Jakarta: Depdiknas.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2013 Jakarta: Depdiknas.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice.
Boston: Allyn and Bacon.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban di Sekitar Penelitian Tindakan Kelas &
Tindakan Sekolah. Malang: Cakrawala Indonesia.
Suhardjono, Suparno, Supardi, Abdul Azis Hoeseini. 2009. Publikasi Ilmiah. Batu:
Cakrawala Indonesia.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Wina Sanjaya, H. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group.
------ https://www.google.com/search?q=siklus+ptk+john+elliot&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b

DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan Vol.07 No.3 Edisi Juni 2020 131

Anda mungkin juga menyukai