Anda di halaman 1dari 6

HANSEL AND GRETEL

Dahulu kala di sebuah desa, hiduplah keluarga sederhana. Mereka memiliki dua anak yang
masih kecil yaitu Hansel dan Gretel. Sayangnya, sang ibu meninggal karena sakit. Setiap
hari, Hansel dan Gretel selalu bersedih mengenang ibu mereka.

Karena tidak mau anak-anaknya terus bersedih, akhirnya sang ayah menikah lagi. Tapi,
ternyata sang ibu tiri memiliki sifat yang kurang baik. Sejak saat itulah, kehidupan Hansel dan
Gretel menjadi sangat buruk.

“Ayah. musim kemarau telah tiba. Sebaiknya Hansel dan Gretel kita bawa saja ke hutan,
karena persediaan makanan telah habis. Aku tak mau kita semua mati kelaparan,” usul sang
ibu tiri kepada suaminya suatu hari.

Rupanya sang ayah menyetujui perkataan istrinya. Tak sengaja, Hansel dan Gretel
mendengar percakapan orangtuanya. Mereka pun ketakutan dan menangis. Namun, Hansel
segera menenangkan adiknya agar tidak panik.

“Tenang saja, adikku. Semua akan baik-baik saja. Berdoalah kepada Tuhan agar kita selalu
dilindungi oleh-Nya,” ujar Hansel kepada Gretel dengan penuh kasih.

Keesokan harinya. sang ibu tiri memberikan dua potong roti untuk Hansel dan Gretel. Ia
mengajak kedua anak itu untuk ikut menebang kayu. Sambil berjalan dengan tanpa
sepengetahuan ibu tiri, Hansel membuang batu putih satu per satu. Ia memang telah
menyiapkan batu putih di dalam kantong celananya.

Sesampainya di hutan, sang ibu tiri segera meninggalkan Hansel dan Gretel. Setelah
beberapa saat, senja datang menghampiri. Matahari tak lagi menampakkan sinarnya. hanya
ada semilir angin malam yang menemani.

Kegelapan malam membuat Gretel menangis ketakutan. Tapi, Hansel menenangkan adiknya.
“Kita akan sampai dengan selamat,” ucap Hansel.

Tanpa ragu-ragu, Hansel memegang tangan Gretel untuk menyusuri jalan bercahaya.
Rupanya jalan bercahaya tersebut muncul dari batu putih itu. Mereka berdua berjalan dengan
pelan hingga sampai di rumah dengan selamat.

Esok harinya, sang ibu tiri dan sang ayah kembali membawa Hansel dan Gretel ke dalam
hutan. Tetapi, Hansel memiliki banyak akal. Ia membuat penunjuk jalan untuk pulang dengan
menaburkan potongan roti di sepanjang jalan.

Hansel dan Gretel tidak tahu bahwa rumah kue itu milik nenek sihir yang jahat. Alhasil,
Hansel dan Gretel ditangkap untuk dijadikan santapan nenek sihir. Nenek sihir itu sudah tua
dan matanya rabun.
Suatu hari, nenek sihir mendekati tempat di mana Hansel dikurung.

“Hari ini aku sangat lapar. Ulurkan tanganmu, agar aku tahu seberapa gemuk tubuhmu,” ujar
si nenek sihir.

Hansel yang tak pernah kehabisan akal, segera memberikan tulang sisa makanan. Nenek
sihir pun amat kecewa. Ia mengira bahwa Hansel masih kurus dan tak kunjung gemuk

Tiba-tiba, nenek sihir itu ingat dengan Gretel. Ia bisa menjadikan Gretel sebagai santapannya.

Nenek sihir lalu menyuruh Gretel untuk membakar roti. Ia berniat mendorong Gretel agar
anak itu masuk ke dalam api. Tetapi, Gretel sudah tahu maksud si nenek sihir. Dengan cepat,
Gretel berbalik arah.

“Nenek yang cantik, aku tak bisa membuka tutup tungku.” ucap Gretel.

Nenek sihir tidak sadar bahwa ia sedang diperdaya Gretel. Tanpa berlama-lama, Gretel
mendorong nenek sihir ke tungku hingga nenek sihir berteriak kepanasan.

Betapa bahagianya Hansel dan Gretel karena berhasil selamat dari nenek sihir. Mereka pun
berpelukan dan segera meninggalkan rumah kue itu.

Tapi, mereka bingung karena mereka harus melewati sungai. Tiba-tiba, datang burung-
burung yang pernah memakan potongan roti mereka. Burung-burung itu pun mengantar
Hansel dan Gretel kembali ke rumahnya.

Sang ayah muncul dari kejauhan. Begitu melihat anak-anaknya pulang, ia segera
menghampiri mereka dengan wajah cemas. Sang ayah kemudian mengatakan bahwa ibu tiri
Hansel dan Gretel telah meninggal. Ia memeluk kedua anaknya sambil meminta maaf atas
kesalahannya.

HANSEL AND GRATEL

i sebuah desa pada zaman dahulu hiduplah sebuah keluarga bahagia. Mereka mempunyai
dua orang anak yang manis, namanya Hans dan Gretel. Suatu ketika Ibu tercinta meninggal
karena sakit. Sejak kematian sang Ibu, mereka selalu bersedih sepanjang hari.

Agar mereka tidak bersedih, kemudian Ayah mengambil Ibu baru untuk menghIbur mereka.
Ternyata Ibu baru ini sangat jahat dan memperlakukan mereka dengan buruk. Dari pagi
hingga petang mereka disuruh terus bekerja dan hanya diberi makan satu kali.

Musim kemarau pun tiba, dan mereka tidak mempunyai makanan apa-apa. Sang Ibu
menyuruh anak-anak untuk dibawa ke hutan dan meninggalkannya di sana.

Ayah sangat terkejut mendengarnya ” Bicara apa kau, apa kau ingin anak-anak mati ?! ”

” Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita semua akan mati !”

Sementara itu dari balik kamar , Hans dan Gretel mendengarkan pembicaraan mereka.
Mereka ketakutan dan Gretel pun menangis.

Akhirnya Ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena istrinya terus mendesaknya.

“Ah… apa kita akan mati di hutan ?! ”

” Ssst.., aku punya ide bagus, ” ucap Hans. Lalu ia keluar rumah dan mengumpulkan batu-
batu kecil putih yang bila terkena cahaya bulan, akan bersinar.

Pada esok paginya dengan berteriak keras, Ibunya membangunkan Hans dan Gretel.
Sebelum berangkat ia memberikan sepotong roti kepada mereka. Setelah itu semua
berangkat menuju hutan.

Sambil berjalan Hans membuang batu kecil putih satu per satu yang ada dalam kantongnya.

Karena berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayah menjadi curiga.

” Sedang apa, Hans ? ”

” Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,” jawab Hans berbohong. Lalu
tibalah mereka di tengah hutan.

Ayah dan Ibunya pergi ke hutan yang lebih jauh lagi untuk menebang kayu dan meninggalkan
mereka.

Rasa sedihpun berganti gembira setelah di tengah hutan Hans menemukan seekor kupu-
kupu dan Gretel membuat kalung dari bunga. Mereka sangat gembira karena bisa bermain-
main bersama teman baru mereka seperti kelinci, bajing dan burung-burung kecil.

Tanpa terasa waktu berlalu, mataharipun mulai tenggelam dan hari mulai gelap. Suara
burung-burung yang indah kini berganti dengan suara angin yang berdesir.

Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hans berkata menenangkan, “Jangan menangis,
jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang dengan selamat “.

Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang bersinar dengan
terang. Hans segera mengajak Gretel untuk pulang ke rumah.

Hans memegang tangan Gretel dan menyusuri jalan di hutan tanpa ragu-ragu.

” Kak, kok bisa berjalan tanpa bingung di hutan yang gelap begini?”

“Oh… batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang, bersinar karena kena sinar bulan
dan itu akan menolong kita pulang ke rumah.”

Tibalah mereka di rumah, sang Ibu heran melihatnya dan mencari tahu bagaimana mereka
bisa sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia membuka pintu, ia melihat batu kecil putih
yang bersinar. Agar mereka tidak bisa mengumpulkan batu putih itu lagi, Ibu mengunci pintu
kamar mereka. Hans dan Gretel menjadi panik karenanya.
Sebelum tidur mereka berdoa pada Tuhan, meminta perlindungan.

Keesokan harinya seperti kemarin, Ibu membangunkan mereka dan membawa mereka ke
hutan. Hans tidak kehabisan akal. Dengan terpaksa ia mencuil-cuil potongan roti dan
menjatuhkannya di jalan sambil berjalan.

Tapi malang, jejak yang sudah dIbuatnya susah payah dimakan oleh burung-burung kecil.
Sampailah mereka di dalam hutan. Kembali Ayah dan Ibunya meninggalkan mereka dan
masuk ke hutan yang lebih jauh.

Merekapun bermain-main dengan binatang-binatang di dalam hutan.

Akhirnya malampun tiba. Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka beranjak pulang.
Dengan susah payah dicarinya potongan-potongan roti sebagai petunjuk jalan untuk pulang
ke rumah.

” Kak, apa yang telah terjadi dengan potongan-potongan roti itu ?” teriak Gretel cemas.

” Mungkin dimakan oleh burung -burung kecil ”

” Uhh.., kalau begitu kita tidak bisa pulang ke rumah.”

Di dalam hutan bergema suara lolongan keras. Mereka berdua amat ketakutan. “Kak, aku
takut, kita akan mati !” Gretel mulai menangis.

” Jangan khawatir dik, Ibu yang ada di surga pasti menolong kita.”

Karena lelah, mereka akhirnya tertidur dengan pulas di bawah pohon. Cahaya matahari pun
mulai bersinar dan mengenai wajah mereka. Hans dan Gretel terbangun dan disambut suara
kicauan burung.

Tiba-tiba mereka mencium bau masakan yang lezat. Segera mereka berlari ke arah
datangnya bau lezat itu. Seperti mimpi mereka melihat rumah kue, atapnya terbuat dari tart,
pintunya dari coklat, dan dindingnya dari biskuit.

Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya.

Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar.

“Siapa itu, berani memakan rumah kue kesayanganku ?”, muncullah seorang nenek sihir tua
dengan wajah menyeramkan serta mata merah yang bersinar, lalu menangkap mereka
berdua.

” Hi… Hi…. Hi…. anak-anak yang lezat, sebagai hukuman karena telah memakan rumput kue
kesukaanku, aku akan memakan kalian .”

Dengan kasar nenek sihir itu menyeret Hans masuk ke dalam penjara. Setelah itu ia berkata
kepada Gretel,
“Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan memakannya. ”

“Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya banyak ! ”

Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu Hans dan Gretel
saling berpegangan tangan memberi semangat supaya mereka tabah.

” Tabahlah Gretel, Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita “.

Suatu hari nenek mendekati penjara Hans untuk melihat apakah tubuh Hans sudah menjadi
gemuk atau belum.

“Aku lapar, sudah seberapa gemuk tubuhmu, ayo ulurkan tanganmu ! ”

Hans yang pintar tidak kehilangan akal, ia mengetahui kalau mata nenek sudah rabun segera
dikeluarkannya tulang sisa makanan kepada nenek yang rabun lalu nenek memegangnya.

Betapa kecewanya nenek karena sedikitpun Hans tidak bertambah gemuk. Karena kecewa
lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel. Kemudian Gretel disuruh membakar roti.

Selagi Gretel menyalakan api di tungku, si nenek mencoba mendorongnya ke nyala api.

Untunglah Gretel mengetahui maksud nenek, cepat-cepat ia berbalik pergi ke depan tungku.

“Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini .”

Nenek sihir tidak sadar kalau ia sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku.

Tanpa membuang kesempatan, Gretel mendorong nenek ke tungku.

“Ahh… tolong…. panas ! ” teriak nenek kesakitan. Gretel tidak memperdulikan teriakan nenek
malah dengan cepat ia menutup pintu tungku, lalu berlari ke arah penjara untuk menolong
Hans.

“Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga telah melindungi kita.” Karena bahagia mereka
berpelukan.

Ketika akan pergi dari rumah kue tanpa sengaja mereka menemukan banyak harta karun.
Setelah itu mereka keluar rumah, tetapi malang jalan itu terpotong oleh sungai besar.

Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul seekor angsa
cantik.

” Ayo, naiklah ke punggungku, ” ucap angsa itu ramah. Satu per satu angsa itu mengantarkan
mereka menyeberang sungai.

Setelah sampai, angsa itu menunjuk-kan jalan bagi mereka berdua dari atas langit.
Sampailah mereka di batas hutan.
Tanpa mereka ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di surga. Angsa itu
kemudian menghilang. Setelah itu muncullah Ayah mereka yang sangat cemas.

“Anak-anakku tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan meninggalkan kalian lagi “.

Lalu Ayah menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah meninggal karena
sakit. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya

Anda mungkin juga menyukai