Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BAHASA INDONESIA

MEMBUAT MAKALAH DRAMA

NAMA: RIZAL RAMADHAN


KELAS: XI MM 1
ABSEN: 19

SMK BARUNAWATI SURABAYA


Dongeng Hansel dan Gretel

Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah sebuah keluarga bahagia.


Mereka mempunyai dua orang anak yang manis, namanya Hansel dan
Gretel. Suatu ketika Ibu tercinta meninggal karena sakit. Sejak kematian
sang Ibu, mereka selalu bersedih sepanjang hari.

Agar mereka tidak bersedih, kemudian Ayah mengambil Ibu baru untuk
menghibur mereka. Ternyata Ibu baru ini sangat jahat dan memperlakukan
mereka dengan buruk. Dari pagi hingga petang mereka disuruh terus
bekerja dan hanya diberi makan satu kali.

Musim kemarau pun tiba, dan mereka tidak mempunyai makanan apa-apa.
Sang Ibu menyuruh anak-anak untuk dibawa ke hutan dan
meninggalkannya di sana.

Ayah sangat terkejut mendengarnya ” Bicara apa kau, apa kau ingin anak-
anak mati?“

”Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita semua akan
mati!”

Sementara itu dari balik kamar , Hansel dan Gretel mendengarkan


pembicaraan mereka. Mereka ketakutan dan Gretel pun menangis.

Akhirnya Ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena istrinya terus


mendesaknya.

“Ah… apa kita akan mati di hutan?! “


” Ssst.., aku punya ide bagus, ” ucap Hansel. Lalu ia keluar rumah dan
mengumpulkan batu-batu kecil putih yang bila terkena cahaya bulan, akan
bersinar.

Pada esok paginya dengan berteriak keras, Ibunya membangunkan Hansel


dan Gretel. Sebelum berangkat ia memberikan sepotong roti kepada
mereka. Setelah itu semua berangkat menuju hutan.

Sambil berjalan Hansel membuang batu kecil putih satu per satu yang ada
dalam kantongnya. Karena berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayah
menjadi curiga.

”Sedang apa, Hansel?“

”Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,” jawab Hansel
berbohong. Lalu tibalah mereka di tengah hutan.

Ayah dan Ibunya pergi ke hutan yang lebih jauh lagi untuk menebang
kayu dan meninggalkan mereka.

Rasa sedih pun berganti gembira setelah di tengah hutan Hansel


menemukan seekor kupu-kupu dan Gretel membuat kalung dari bunga.
Mereka sangat gembira karena bisa bermain-main bersama teman baru
mereka seperti kelinci, bajing dan burung-burung kecil.

Tanpa terasa waktu berlalu, matahari pun mulai tenggelam dan hari mulai
gelap. Suara burung-burung yang indah kini berganti dengan suara angin
yang berdesir.
Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hansel berkata menenangkan,
“Jangan menangis, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang
dengan selamat “.

Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang
bersinar dengan terang. Hansel segera mengajak Gretel untuk pulang ke
rumah.

Hansel memegang tangan Gretel dan menyusuri jalan di hutan tanpa ragu-
ragu.

”Kak, bagaimana bisa berjalan tanpa bingung di hutan yang gelap seperti
ini?”

“Oh… batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang, bersinar karena
kena sinar bulan dan itu akan menolong kita pulang ke rumah.”

Tibalah mereka di rumah, sang Ibu heran melihatnya dan mencari tahu
bagaimana mereka bisa sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia
membuka pintu, ia melihat batu kecil putih yang bersinar. Agar mereka
tidak bisa mengumpulkan batu putih itu lagi, Ibu mengunci pintu kamar
mereka. Hansel dan Gretel menjadi panik karenanya.

Sebelum tidur mereka berdoa pada Tuhan, meminta perlindungan.

Keesokan harinya seperti kemarin, Ibu membangunkan mereka dan


membawa mereka ke hutan. Hansel tidak kehabisan akal. Dengan terpaksa
ia mencuil-cuil potongan roti dan menjatuhkannya di jalan sambil berjalan.
Tapi malang, jejak yang sudah dibuatnya susah payah dimakan oleh
burung-burung kecil. Sampailah mereka di dalam hutan. Kembali Ayah
dan Ibunya meninggalkan mereka dan masuk ke hutan yang lebih jauh.

Mereka pun bermain-main dengan binatang-binatang di dalam hutan.

Akhirnya malam pun tiba. Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka
beranjak pulang. Dengan susah payah dicarinya potongan-potongan roti
sebagai petunjuk jalan untuk pulang ke rumah.

”Kak, apa yang telah terjadi dengan potongan-potongan roti itu?” teriak
Gretel cemas.

”Mungkin dimakan oleh burung -burung kecil.“

”Uhh.., kalau begitu kita tidak bisa pulang ke rumah.”

Di dalam hutan bergema suara lolongan keras. Mereka berdua amat


ketakutan. “Kak, aku takut, apa kita akan mati!” Gretel mulai menangis.

”Jangan khawatir dik, Ibu yang ada di surga pasti menolong kita.”

Karena lelah, mereka akhirnya tertidur dengan pulas di bawah pohon.


Cahaya matahari pun mulai bersinar dan mengenai wajah mereka. Hansel
dan Gretel terbangun dan disambut suara kicauan burung.

Tiba-tiba mereka mencium bau masakan yang lezat. Segera mereka berlari
ke arah datangnya bau lezat itu. Seperti mimpi mereka melihat rumah kue,
atapnya terbuat dari tart, pintunya dari coklat, dan dindingnya dari biskuit.

Cepat-cepat mereka mendekati rumah itu dan memakannya.


Tiba-tiba terdengar suara keras yang bergetar.

“Siapa itu, berani memakan rumah kue kesayanganku?”, muncullah


seorang nenek sihir tua dengan wajah menyeramkan serta mata merah
yang bersinar, lalu menangkap mereka berdua.

”Hi… Hi…. Hi…. anak-anak yang lezat, sebagai hukuman karena telah
memakan rumput kue kesukaanku, aku akan memakan kalian.”

Dengan kasar nenek sihir itu menyeret Hansel masuk ke dalam penjara.
Setelah itu ia berkata kepada Gretel,

“Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan
memakannya. “

“Sekarang kau buat makanan yang enak biar makannya banyak!“

Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu
Hansel dan Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya
mereka tabah.

”Tabahlah Gretel, Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita“.

Suatu hari nenek mendekati penjara Hansel untuk melihat apakah tubuh
Hansel sudah menjadi gemuk atau belum.

“Aku lapar, sudah seberapa gemuk tubuhmu, ayo ulurkan tanganmu! “

Hansel yang pintar tidak kehilangan akal, ia mengetahui kalau mata nenek
sudah rabun segera dikeluarkannya tulang sisa makanan kepada nenek
yang rabun lalu nenek memegangnya.
Betapa kecewanya nenek karena sedikit pun Hansel tidak bertambah
gemuk. Karena kecewa lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel.
Kemudian Gretel disuruh membakar roti.

Selagi Gretel menyalakan api di tungku, si nenek mencoba mendorongnya


ke nyala api. Untunglah Gretel mengetahui maksud nenek, cepat-cepat ia
berbalik pergi ke depan tungku.

“Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini.” Nenek sihir tidak sadar
kalau ia sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku. Tanpa
membuang kesempatan, Gretel mendorong nenek ke tungku.

“Ahh… tolonggg…. panassss!” teriak nenek kesakitan. Gretel tidak


memperdulikan teriakan nenek malah dengan cepat ia menutup pintu
tungku, lalu berlari ke arah penjara untuk menolong Hansel.

“Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga telah melindungi kita.” Karena
bahagia mereka berpelukan.

Ketika akan pergi dari rumah kue tanpa sengaja mereka menemukan
banyak harta karun. Setelah itu mereka keluar rumah, tetapi malang jalan
itu terpotong oleh sungai besar.

Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba
muncul seekor angsa cantik.

”Ayo, naiklah ke punggungku, ” ucap angsa itu ramah. Satu per satu angsa
itu mengantarkan mereka menyeberang sungai. Setelah sampai, angsa itu
menunjukkan jalan bagi mereka berdua dari atas langit. Sampailah mereka
di batas hutan.
Tanpa mereka ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di
surga. Angsa itu kemudian menghilang. Setelah itu muncullah Ayah
mereka yang sangat cemas.

“Anak-anakku tersayang, maafkanlah Ayah. Ayah tidak akan


meninggalkan kalian lagi“.

Lalu Ayah menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah
meninggal karena sakit. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya.

Anda mungkin juga menyukai