Tugas Bahasa Indonesia
Tugas Bahasa Indonesia
Agar mereka tidak bersedih, kemudian Ayah mengambil Ibu baru untuk
menghibur mereka. Ternyata Ibu baru ini sangat jahat dan memperlakukan
mereka dengan buruk. Dari pagi hingga petang mereka disuruh terus
bekerja dan hanya diberi makan satu kali.
Musim kemarau pun tiba, dan mereka tidak mempunyai makanan apa-apa.
Sang Ibu menyuruh anak-anak untuk dibawa ke hutan dan
meninggalkannya di sana.
Ayah sangat terkejut mendengarnya ” Bicara apa kau, apa kau ingin anak-
anak mati?“
”Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita semua akan
mati!”
Sambil berjalan Hansel membuang batu kecil putih satu per satu yang ada
dalam kantongnya. Karena berjalan sambil menoleh ke belakang, Ayah
menjadi curiga.
”Aku sedang memandang kucing yang ada di atas rumah,” jawab Hansel
berbohong. Lalu tibalah mereka di tengah hutan.
Ayah dan Ibunya pergi ke hutan yang lebih jauh lagi untuk menebang
kayu dan meninggalkan mereka.
Tanpa terasa waktu berlalu, matahari pun mulai tenggelam dan hari mulai
gelap. Suara burung-burung yang indah kini berganti dengan suara angin
yang berdesir.
Gretel menangis tersedu-sedu karena takut. Hansel berkata menenangkan,
“Jangan menangis, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang
dengan selamat “.
Tak lama kemudian, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang
bersinar dengan terang. Hansel segera mengajak Gretel untuk pulang ke
rumah.
Hansel memegang tangan Gretel dan menyusuri jalan di hutan tanpa ragu-
ragu.
”Kak, bagaimana bisa berjalan tanpa bingung di hutan yang gelap seperti
ini?”
“Oh… batu kecil putih yang kujatuhkan ketika kita datang, bersinar karena
kena sinar bulan dan itu akan menolong kita pulang ke rumah.”
Tibalah mereka di rumah, sang Ibu heran melihatnya dan mencari tahu
bagaimana mereka bisa sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia
membuka pintu, ia melihat batu kecil putih yang bersinar. Agar mereka
tidak bisa mengumpulkan batu putih itu lagi, Ibu mengunci pintu kamar
mereka. Hansel dan Gretel menjadi panik karenanya.
Akhirnya malam pun tiba. Ketika cahaya bulan mulai bersinar mereka
beranjak pulang. Dengan susah payah dicarinya potongan-potongan roti
sebagai petunjuk jalan untuk pulang ke rumah.
”Kak, apa yang telah terjadi dengan potongan-potongan roti itu?” teriak
Gretel cemas.
”Jangan khawatir dik, Ibu yang ada di surga pasti menolong kita.”
Tiba-tiba mereka mencium bau masakan yang lezat. Segera mereka berlari
ke arah datangnya bau lezat itu. Seperti mimpi mereka melihat rumah kue,
atapnya terbuat dari tart, pintunya dari coklat, dan dindingnya dari biskuit.
”Hi… Hi…. Hi…. anak-anak yang lezat, sebagai hukuman karena telah
memakan rumput kue kesukaanku, aku akan memakan kalian.”
Dengan kasar nenek sihir itu menyeret Hansel masuk ke dalam penjara.
Setelah itu ia berkata kepada Gretel,
“Mula-mula aku akan menggemukkan anak laki-laki itu, lalu aku akan
memakannya. “
Nenek sihir itu sudah tua sekali dan matanya mulai rabun. Pada saat itu
Hansel dan Gretel saling berpegangan tangan memberi semangat supaya
mereka tabah.
Suatu hari nenek mendekati penjara Hansel untuk melihat apakah tubuh
Hansel sudah menjadi gemuk atau belum.
Hansel yang pintar tidak kehilangan akal, ia mengetahui kalau mata nenek
sudah rabun segera dikeluarkannya tulang sisa makanan kepada nenek
yang rabun lalu nenek memegangnya.
Betapa kecewanya nenek karena sedikit pun Hansel tidak bertambah
gemuk. Karena kecewa lalu ia bermaksud untuk memakan Gretel.
Kemudian Gretel disuruh membakar roti.
“Nek, aku tidak bisa membuka tutup tungku ini.” Nenek sihir tidak sadar
kalau ia sedang diperdaya Gretel dan ia membuka tutup tungku. Tanpa
membuang kesempatan, Gretel mendorong nenek ke tungku.
“Gretel, kau berhasil. Ibu yang di surga telah melindungi kita.” Karena
bahagia mereka berpelukan.
Ketika akan pergi dari rumah kue tanpa sengaja mereka menemukan
banyak harta karun. Setelah itu mereka keluar rumah, tetapi malang jalan
itu terpotong oleh sungai besar.
Mereka menjadi bingung. Saat itu entah dari mana datangnya tiba-tiba
muncul seekor angsa cantik.
”Ayo, naiklah ke punggungku, ” ucap angsa itu ramah. Satu per satu angsa
itu mengantarkan mereka menyeberang sungai. Setelah sampai, angsa itu
menunjukkan jalan bagi mereka berdua dari atas langit. Sampailah mereka
di batas hutan.
Tanpa mereka ketahui sebenarnya angsa itu adalah Ibu mereka yang ada di
surga. Angsa itu kemudian menghilang. Setelah itu muncullah Ayah
mereka yang sangat cemas.
Lalu Ayah menceritakan kepada mereka bahwa Ibu tiri yang jahat sudah
meninggal karena sakit. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya.