Anda di halaman 1dari 15

PERKEBUNAN DAN PERDAGANGAN LADA DI LAMPUNG

TAHUN 1816-1942

Laelatul Masroh
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Abstrak: Lampung adalah salah satu wilayah yang produksi ladanya dipertahan-
kan karena lada hitam lampung termasuk komoditi yang terbaik. Petani lada di-
wajibkan untuk menjual produknya kepada pemerintah kolonial melalui kepala-
kepala marga. Lada merupakan komoditi wajib untuk ditanam namun dalam ska-
la yang kecil. Wilayah produksi lada dibatasi untuk menjaga harga lada. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran dan kemajuan perdagangan lada
di Lampung yaitu penyakit tanaman, kesalahan dalam mengelola, hama, dan di-
gantikan dengan tanaman ekspor lainnya. Dalam pengembangan perkebunan,
pemerintah membutuhkan karyawan yang terdidik sehingga memunculkan
sekolah-sekolah di berbagai wilayah di Lampung.

Kata-kata kunci: Perkebunan, Perdagangan, Lada, Lampung

Abstract: Lampung is one of areas which produces the black pepper. The
product is one of the best commodities therefore it is common to continue the
bussiness. The pepper farmer was obliged to sell the product to the colonial
government by the chief of ethnics. Pepper is the compulsory commodity which
was planted in a small scale. The area of pepper production was limited to keep
the prize of pepper. There were some factors which were causing the regress and
the progress of pepper trade in Lampung. Those were the pest, the human error
in managing, and was replaced by the other export commodities. In the
development of plantation, colonial government needed the educated workers
therefore this stimulated many schools in Lampung.

Keywords: plantation, pepper trade, Lampung

Lada adalah salah satu komoditi da banyak digunakan sebagai bumbu


perdagangan unggulan dari wilayah masakan. Peningkatan permintaan lada
Nusantara. Permintaan akan lada di pasar berkaitan dengan munculnya kebiasaan
Eropa dan Timur Tengah begitu tinggi hidup sehat.
membuat daerah-daerah penghasil lada Penelitian ini mengambil spasial di
dapat menaikkan harga jual dan wilayah wilayah Karesidenan Lampung. Lampung
produksinya meluas. Pencarian rempah merupakan salah satu wilayah penghasil
membuat para penjelajah Eropa lada hitam terbesar di Hindia Belanda.
mengarungi lautan pada abad ke-16. Lada Penelitian mengambil pada masa kolonial
adalah komoditi yang mahal dan paling yakni tahun 1816 sampai 1942 dikare-
dicari di pasar Eropa. Banyaknya makelar nakan lada di bawah kekuasaan kolonial
rempah membuat harga rempah mening- makin dikembangkan dalam bentuk
kat hingga 1.000%. Lada memiliki banyak perkebunan. Pada tahun 1816 secara resmi
fungsi, seperti bumbu masakan, pengawet, pemerintah kolonial Belanda menguasai
obat-obatan dan diambil minyaknya untuk wilayah-wilayah yang dulu dikuasai oleh
wewangian serta dapat digunakan sebagai VOC. Secara temporal akhir penelitian ini
alat tukar layaknya uang. Pada saat ini la- adalah tahun 1942, tahun diambil ber-

64
Laelatul Masroh, Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung Tahun 1816-1942 65

dasarkan pada berakhirnya kekuasaan wilayah-wilayah yang dulu dikuasai oleh


Belanda di Lampung sebelum adanya se- VOC. Secara resmi pemerintah menerap-
rangan dari Jepang. kan beberapa kebijakan dalam perkebunan
Lada yang telah membuat Lam- untuk meningkatkan keuntungan
pung menjalin hubungan dengan daerah pemerintah Hindia Belanda. Pada masa ini
lainnya di Nusantara dan menarik para pemerintah kolonial membatasi wilayah
penguasa untuk datang serta menguasai perkebunan lada, dan wilayah Lampung
wilayah ini. Lada Lampung yang dikenal merupakan salah satu wilayah yang diper-
dengan lada hitam ini sudah diekspor ke tahankan produksi ladanya. Wilayah
berbagai negara sejak abad ke-16. Untuk lainnya berupaya dikembangkan menjadi
itu peneliti perlu mengkaji bagaimana perkebunan lainnya. Dalam bidang
kondisi Lampung pada abad ke-16. Hal ini perdagangan peneliti akan mengkaji har-
dilakukan untuk mengkaji perubahan dan ga, jumlah produksi dan distribusi lada ke
perkembangan yang terjadi dalam perke- berbagai wilayah di Dunia.
bunan dan perdagangan lada dibanding- Topik ini menarik untuk diteliti ka-
kan dengan periode sebelumnya. Kondisi rena dari begitu banyaknya wilayah
Lampung pada abad ke-16 juga akan men- penghasil lada di wilayah Sumatera, Lam-
jawab mengapa banyak wilayah berupaya pung merupakan salah satu wilayah yang
untuk menguasai produksi lada di Lam- dipertahankan untuk dijadikan perkebunan
pung. lada. Hasil produksi wilayah Lampung
Pada abad 16 dan 17 Lampung be- akan lada hitam juga merupakan yang
rada di bawah kekuasan Kesultanan Ban- terbesar di wilayah Sumatera. Lada meru-
ten dan akhirnya jatuh ke tangan VOC. pakan komoditi yang membuat Lampung
Peneliti akan mengkaji mengenai ke- menjalin hubungan dengan wilayah-
bijakan yang diambil terutama dalam bi- wilayah lainnya di kawasan Nusantara pa-
dang perkebunan dan perdagangan lada da abad ke-16. Kesultanan Banten men-
pada masa kekuasaan Kesultanan Banten guasai wilayah ini pada abad ke-16 yang
dan VOC atau sebelum tahun 1816. Hal kemudian diambil alih oleh VOC. Ke-
ini perlu dikaji untuk melihat proses bijakan yang diambil pada setiap periode
perkembangan perkebunan lada sejak di kekuasaan terus berubah sesuai dengan
bawah kekuasaan Kesultanan Banten kebutuhan pasar. Untuk itu perlu diteliti
hingga akhirnya VOC berupaya untuk kondisi Lampung sebelum datangnya
memonopoli perdagangan lada di Lam- pemerintah kolonial.
pung. Dalam hal ini peneliti akan men- Penelitian ini dibatasi akan perma-
jelaskan hubungan antara masa kejayaan salahan mengenai perkebunan dan
Banten dengan peningkatan produksi lada perdagangan Lada di Lampung tahun
di Lampung, hingga keruntuhan Kesultan- 1816 sampai 1942. Berangkat dari latar
an Banten yang menyebabkan jatuhnya belakang yang telah dipaparkan, maka
wilayah Lampung ke dalam kekuasaan permasalahan yang dirumuskan dalam
VOC. Peneliti juga akan mengkaji ke- penelitian ini mengenai Bagaimana kondi-
bijakan-kebijakan yang diambil pada masa si Lampung pada abad ke-16?; Bagaimana
Kesultanan Banten dan VOC terhadap perkebunan dan perdagangan lada di
perkebunan dan perdagangan Lada di Lampung sebelum tahun 1816?;
Lampung. Bagaimana perkebunan dan perdagangan
Pada tahun 1816 secara resmi lada di Lampung tahun 1816 sampai
pemerintah kolonial Belanda menguasai 1942?.
66 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan , Nomor 1, Juni 2015

METODE HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan Masyarakat Lampung pada


metode penelitian sejarah yang meliputi umumnya bekerja pada sektor pertanian
heuristik, kritik intern dan ekstern, inter- dan perkebunan. Pada awalnya masyara-
pretasi dan historiografi. Pada tahap heu- kat Lampung hidup secara dalam ke-
ristik atau pengumpulan data, peneliti ter- lompok-kelompok masyarakat kecil yang
lebih dahulu menentukan topik yang akan disebut dengan kebuayan. Sistem kebuay-
dibahas yaitu mengenai perkebunan dan an ini dijelaskan dalam Gonggong dkk
perdagangan lada.Tahap selanjutnya yaitu (1993:18-20) yaitu suatu kesatuan gene-
kritik intern dan ekstern, untuk melihat alogis yang meliputi daerah-daerah terten-
keaslian dan reabilitas sumber yang tu. Sistem kebuayan ini ditinggalkan dan
didapatkan. Kritik ekstern yang dilakukan diubah menjadi sistem marga yang lebih
oleh peneliti dilakukan dengan melihat demokratis. Perdagangan juga membuat
latar belakang dari penulis, kertas yang Lampung menjalin hubungan dengan dae-
digunakan, font atau jenis huruf, bahasa, rah lainnya.
ejaan, dan penerbit dari buku tersebut. Kondisi Lampung Abad ke - 16
Kritik intern dilakukan dengan melihat isi Dalam catatan Pires (2014:223)
dari buku itu, apakah isinya relevan menyebutkan ada beberapa wilayah di
dengan fakta sejarah dan sesuai dengan Lampung yang menjalin hubungan
topik yang akan dibahas. Tahap selanjut- dengan Jawa dan Sunda yaitu negeri
nya interpretasi, dilakukan berdasarkan Sekampung dan negeri Tulangbawang.
fakta dan juga data yang diperoleh se- Dilihat dari letak geografis wilayah Lam-
hingga tidak hanya imajinasi semata untuk pung, memiliki lokasi yang strategis be-
itu peneliti mencantumkan sumber data rada ditepi Selat Sunda. Minimnya
yang digunakan. Pada tahap interpretasi teknologi pada awal abad ke-16 dan ku-
sumber-sumber primer yang telah rangnya pengetahuan tentang kedalaman
didapatkan dibandingkan sumber-sumber laut membuat Lampung tidak berkem-
lain baik sekunder ataupun tersier. Hal ini bang.
dilakukan agar tidak ada kesalahan Wilayah Lampung memiliki tanah
pemaknaan. Pada tahap ini peneliti beru- yang luas dan subur, namun jumlah
paya untuk mengkaitkan antara fakta yang penduduknya sedikit sehingga lahan yang
satu dengan fakta lainnya, sehingga di- ada tidak dkelola secara maksimal.
peroleh sebuah gambaran peristiwa secara Masyarakat mengembangkan sistem ke-
utuh dan kronologi serta saling berkaitan. bun, salah satu tanamannya ialah lada.
Tahap terakhir historiografi yaitu penu- Masyarakat Lampung dikenal sebagai
lisan sejarah. Penulisan sejarah disusun penghasil lada terutama di wilayah pesisir
secara kronologis dan memperhatikan timur. Sejak abad 16 masyarakat Lam-
aspek kausalitas. Pembahasan mengenai pung telah mengenal tanaman lada.
perkebunan dan perdagangan di Lampung Banten berupaya untuk menanam lada,
akan disampaikan secara kronologis mulai namun masalah pertama yang dihadapi
pada di bawah kekuasaan Banten, VOC Banten untuk meningkatkan hasil
kemudian Belanda. panennya adalah masalah luas lahan tanah
yang bisa ditanami (Guillot, 2008:202).
Banten kemudian memperluas wilayah
kekuasaannya. Lokasi Lampung yang
Laelatul Masroh, Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung Tahun 1816-1942 67

dekat dengan dengan Kesultanan Banten makin ramai dikunjungi pedagang. Dari
memudahkan Banten dalam mengontrol hasil perdagangan Kesultanan Banten
wilayah ini terutama untuk masalah kea- memperoleh penghasilan pajak impor dan
manan. juga ekspor dari barang-barang yang di-
Pemimpin di Lampung tidak perdagangkan. Jenjen dan pedagang kelil-
melakukan perlawanan terhadap penguasa ing yang mendapatkan keuntungan paling
Jawa (Banten) ataupun penguasa lainnya besar.
pada abad ke-17. Bahkan ada tanda-tanda Perdagangan dilakukan pada pasar-
bahwa sengaja datang untuk menghub- pasar yang ada Kesultanan Banten.
ungi. Pemuka-pemuka Lampung diberi Kesultanan Banten menganut sistem ter-
mandat untuk menjadi penguasa di Lam- buka sehingga semua pedagang dari
pung atas restu Sultan Banten (Gonggong manapun asalnya dipersilahkan keluar-
dkk, 1983:21). Dalam mengendalikan masuk pelabuhan Banten. Orang Belanda
kekuasaannya di Lampung, Banten hanya dan Inggris terlibat dalam persaingan lada
menempatkan "Djenjen"-nya Menggala dan rempah-rempah dari tahun 1596, dan
(Gonggong dkk, 1983:24). Jenjen ini tidak berakibat tingginya harga serta sangat
memiliki hak untuk memerintah, hanya meluasnya produksi (Reid, 2011:28).
perwakilan Banten dalam menghimpun Jumlah rempah-rempah yang terlalu ban-
hasil bumi untuk diangkut ke Banten. yak di pasar membuat harga jual menurun.
Perkebunan dan Perdagangan Lada di VOC terus mengawasi pelayaran di laut
bawah Kekuasaan Kesultanan Banten yang dilakukan oleh penduduk lokal, ka-
Berdasarkan sebuah teks tahun rena maraknya penyelundupan rempah
1663, diketahui bahwa Banten menerap- yang terus merugikan VOC.
kan sistem wajib tanam terhadap tanaman Runtuhnya Kedaulatan Kesultanan
lada yang sangat mirip dengan sistem cul- Banten dan VOC di Lampung
tuurstelsel yang diterapkan secara paksa Kesultanan Banten mengalami
oleh Gubernur van de Bosch saat diberla- kemunduran, ketika timbul perselisihan
kukannya penjajahan Belanda tahun 1830 antara Sultan Abdulfatah dengan anaknya,
(Guillot, 2008:204). Pada saat Banten terkenal dengan nama Sultan Haji. Tang-
menguasai wilayah Lampung, maka gal 14 Maret 1683 VOC menangkap Sul-
masyarakat diwajibkan untuk menanam tan dan dipenjarakan di Batavia sampai
500 batang pohon lada. Penanaman lada meninggal tahun 1692. Penangkapan itu
dilakukan dalam lingkup keluarga. Lada telah mengakhiri peperangan Banten
banyak ditanaman oleh masyarakat melawan VOC sehingga secara resmi
pepadun. Hasil panen lada yang siap dijual VOC menguasai wilayah Banten. Sultan
dikumpulkan kepada Jenang yang Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten
kemudian oleh jenang dijual kepada jen- pada tahun 1682. Atas bantuannya mela-
jen. wan pasukan Sultan Ageng Tirtayasa,
Perdagangan lada di Banten VOC mendapatkan izin untuk berdagang
dikuasai oleh Kesultanan Banten. secara langsung dengan penduduk
Penduduk Lampung memiliki kewajiban Lampung.
untuk menjual lada dan hasil bumi lainnya Pada tahun 1682 armada VOC dan
di Banten, namun dari sisi lainnya Banten Banten mendarat di Tanjung Tiram, ar-
berupaya untuk menjaga keamanan di mada yang dipimpin Van der Schuur
wilayah Lampung. Sejak Malaka dikuasai dengan membawa surat mandat dari Sul-
Portugis tahun 1511, Kesultanan Banten tan Haji ini didampingi oleh Pangeran Na-
68 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan , Nomor 1, Juni 2015

ta Negara dan Aria Wangsa Yuda yang sedikit kapal yang berlayar menuju kawa-
mewakili Sultan Banten (Setiawan, san Asia.
2004:291). Ekspedisi ini Van der Schuur Pada tahun 1792, utang perusahaan
memang gagal untuk mendapatkan ke- ini telah mencapai 100 juta gulden (Suy-
percayaan dari masyarakat Lampung. ono, 2003:109). Panjangnya birokrasi da-
VOC meningkatkan produksi lada di lam melakukan perdagangan membuat
Lampung dengan mewajibkan setiap korupsi makin mudah untuk dilakukan.
keluarga untuk menanam 1000 batang la- Dalam Vlekke (2011:267-268) disebutkan
da dan 500 batang untuk bujang (Paul, bahwa Piagam VOC yang berakhir pada
1918:511). 31 Desember 1799 tidak akan diperba-
VOC di Lampung menerapkan sis- harui, negara akan mengambil alih semua
tem lerevansi (penyerahan wajib) di mana hak milik dan utang Kompeni dengan
rakyat dipaksa untuk menjual hasil per- harga 134 juta golden, dengan jumlah total
taniannya, terutama lada kepada VOC. itu diperoleh seluruh imperium kolonial
Dalam menjual produknya VOC me- dengan segala sumber dayanya.
merintahkan orang-orang dari kesultanan Revolusi Perancis tahun 1789
yakni jenjen. VOC membeli lada dari memberikan pengaruh bagi negara-negara
petani dengan harga yang rendah, sehing- di Eropa. Kaum patriot muncul di Belanda
ga petani berupaya untuk menye- dan membentuk sebuah pemerintahan ba-
lundupkan hasil produksinya. Untuk men- ru yang merupakan bagian dari Perancis
gurangi angka penyelundupan barang dengan nama Republik Bataaf. Louis
maka Kesultanan Banten atas perintah menempatkan Herman Wilhem Daendels
VOC membuat piagam Sukau (1691) dan sebagai Gubernur Jendral pertama (1808-
piagam Bojong (1695). Untuk mengawasi 1811) di Nusantara (Mulyanto, 1992:8).
perdagangan lada, didirikan benteng di Daerah Lampung yang sudah sejak lama
Menggala pada tahun 1738 yang diberi mempunyai hubungan dengan Kesultanan
nama Benteng Albertus (Gonggong dkk, Banten, dengan Surat Keputusan tanggal
1993:28). 22 November 1808, dijadikan tanah
Pembubaran VOC gebernemen dan ditangani langsung oleh
Secara perlahan VOC menjadi se- pemerintah pusat (Gonggong dkk,
makin terpinggirkan seiring dengan ked- 1993:33). Wilayah Nusantara menjadi ter-
atangan armada kecil. Kapal yang buka terhadap investasi asing yang ingin
digunakan VOC mengalami penurunan, membeli lahan untuk dijadikan perke-
kesulitan dalam memperoleh anggota pel- bunan.
aut yang memadai, banyak kapal VOC Pada tahun 1811 Jawa diserang
yang karam di laut sehingga VOC men- oleh pasukan Inggris. Lord Minto mengi-
galami kerugian. Penyebab lain rim Thomas Stamford Raffles untuk mem-
kemunduran VOC diungkapkan dalam impin wilayah Nusantara. Dalam bidang
Notosusanto & Poesponegoro (2010:52) perkebunan Raffles menerapkan sistem
yang mengungkapkan bahwa selama pajak tanah (landrent). Dalam sistem ini
perang antara Inggris dan Perancis, ban- Raffles memberikan kebebasan penduduk
yak kapal-kapal VOC yang bertolak ke untuk menanam tanaman, namun harus
Asia maupun yang kembali dari Asia membayar atas lahan yang ditanami tana-
menjadi sasaran armada-armada kedua man. Sistem pajak tanah tidak berlaku di
kekuatan raksasa Eropa. Akibatnya makin Lampung, perkebunan dan perdagangan
lada di Lampung tetap berjalan dengan
Laelatul Masroh, Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung Tahun 1816-1942 69

sistem tradisional. Pertempuran Leipzig jung aspek kebebasan, namun upaya ini
berakhir Belanda mulai menentang gagal. Kendala yang terjadi di Lampung
kekuasaan Perancis. Pada saat Konvensi dalam perdagangan lada ialah di Lampung
London diberlakukan semua wilayah yang terdapat ikatan antara jenang dan petani
pernah dikuasai Belanda harus dikembali- lada. Jenang tidak ingin kehilangan peran-
kan oleh pihak Inggris. annya sebagai perantara dalam
Belanda di Lampung perdagangan lada.
Tahun 1816 Belanda mengambil Tahun 1830 sampai 1870
alih kembali wilayah kekuasaannya di pemerintah kolonial mengambil kebijakan
Nusantara. Pada tahun itu juga di Lam- baru yaitu sistem tanam paksa. Pada tahun
pung diangkat seorang asisten residen 1830 tanaman perdagangan lain mulai
yang berada di bawah Residen Banten yai- dikenalkan secara luas yakni kopi, tebu
tu Kruseman (Mulyanto, 1992:9). Pada dan indigo. Tanaman lada bukan lagi ko-
tahun 1817 asisten residen ditempatkan di moditas penting, sehingga dalam sistem
Telukbetung (Blink, 1936:42). Pada awal tanam paksa lada tergolong dalam tana-
kedatangannya Belanda tidak disambut man yang wajib ditanam dalam skala
dengan baik, terjadi pemberontakan di kecil. Dalam sistem ini lada yang
berbagai wilayah. Sejak 1856 Belanda dihasilkan oleh petani harus diserahkan
berkuasa secara penuh atas wilayah Lam- kepada pemerintah kolonial sebagai pajak.
pung. Lampung secara resmi menjadi se- Pelaksanaan sistem tanam paksa melibat-
buah karesidenan tahun 1923 berdasarkan kan struktur yang ada di masyarakat. Da-
Staatsblad tahun 1923 nomor 6 dalam lam masyarakat Lampung jenang bertugas
Staatsblad. Wilayah Karesidenan Lam- untuk mengumpulkan hasil produksi,
pung terbagi atas 6 wilayah yaitu Telukbe- pemerintah kolonial memberikan imbalan
tung, Kalianda, Kota Agung, Tu- berupa gaji. Pemerintah kolonial melalui
langbawang, Seputih dan Sekampung. para jenang untuk memerintahkan petani
Selain kekuasaan Kompeni, masih ada menanam lada. Sesuai kontrak, para pen-
kekuasaan pemerintah pribumi di Lam- golah kebun diwajibkan menanam tana-
pung yang disebut kepala suku atau dalam man lada dalam jumlah tertentu; 1000 ba-
masyarakat Lampung dikenal dengan pu- tang bagi pengolah berkeluarga dan 500
nyimbang marga. batang bagi pria lajang (Marsden,
Perkebunan Lada di bawah Kekuasaan 2013:163).
Belanda Pada tahun 1870 dikeluarkan Un-
Pada abad ke-19 lada bukan lagi dang-Undang Agraria, dan secara perla-
komoditi utama namun harga jual lada han sistam paksa dihapuskan. Undang-
tetap bertahan, untuk itu pemerintah ko- undang ini membuat wilayah Hinda Bel-
lonial mengambil kebijakan untuk mem- anda terbuka untuk penanaman modal as-
batasi wilayah produksinya. Lada Lam- ing sehingga banyak perkebunan-
pung merupakan lada hitam terbaik di ka- perkebunan muncul di berbagai wilayah di
wasan Sumatera, untuk itu produksi di Indonesia. Dalam perkebunan lada hal ini
wilayah ini tetap dipertahankan. Pada ta- memberikan dampak yang negatif. Tana-
hun 1816 sampai 1830 pemerintah koloni- man lada makin bersaing dengan tanaman
al akhirnya menerapkan sistem sewa tanah ekspor lainnya. Dalam Bijlage OO dalam
(landdelijk stelsel). Pada dasarnya sistem Koloniaal Verslag 1912 diketahui bahwa
sewa tanah ini dimaksudkan untuk tidak ada perusahan yang bergerak
menghilangkan kefeodalan dan menjun- dibidang perkebunan lada di Lampung.
70 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan , Nomor 1, Juni 2015

Pada umumnya perkebunan lada di Su- masyarakat Lampung uang muka ini dapat
matera banyak dikelola oleh pribumi dan dipinjam kepada jenang. Dalam pem-
Cina (Blink, 1936:119). Tahun 1930 pe- belian lada jenang juga dapat memberikan
rusahaan ekspor-impor milik orang Eropa uang muka terlebih dahulu. Selain dengan
yaitu Internatio and Gorsumih, Perusahaan sistem peminjaman modal, penanaman ju-
Perdagangan Borneo-Sumatera masuk da- ga dapat menggunakan sistem bagi hasil.
lam perdagangan lada (Heidhues, Dalam masyarakat Lampung sistem bagi
2008:105). hasil ini dikenal dengan nama menyasih
Produksi lada di Lampung banyak dan pada kebun kopi dengan istilah per-
di wilayah Tulangbawang, Sepoetih dan dua sedangkan untuk sewa ladang dikenal
Sekampung (Paul, 1918:511). Daerah dengan sasih (Scheltema, 1985:56).
yang dibuka untuk perkebunan lada bi- Lahan yang telah akan ditanami
asanya adalah wilayah semak dengan dengan lada akan dibersihkan terlebih da-
kondisi tanah yang cocok untuk tanaman hulu. Setelah lahan dibersihkan maka la-
lada. Apabila pemilik kebun tidak mem- han akan ditanami dengan tanaman padi
iliki modal yang cukup maka dapat kemudian pohon dadap. Bagian penting
meminta pinjaman dari para pedagang. lainnya dalam pembangunan perkebunan
Sistem ini menurut Atmosudirjo (1962:19) lada adalah menggali saluran air (Breg-
dikenal dengan sistem Verlag. Dalam man, 1940:21).

Gambar 1 Tanaman lada di Hindia Belanda (Sumber: http://media-kitlv.nl/all-


media/indeling/detail?f_trefwoord[0]=pepper diakses pada 26 Juni 2014).

Dalam penanaman lada jarak antar lada hanya akan satu kali panen (Reid,
tanaman harus diatur, hal ini untuk 2014:290). Tanaman lada tidak berbunga
memudahkan proses perawatan dan pem- secara bersamaan maka pemetikan dil-
anenan buah lada. Bibit tanaman lada di- akukan secara berkali-kali. Dalam
peroleh dengan cara di stek. Lada jenis la- memanen lada hitam biasa dipanen saat
da Lampung dapat mulai dipanen pada masih berwarna hijau kemudian dikering-
usia 2 sampai 2,5 tahun. Dalam satu tahun kan. Tanaman lada memiliki siklus
Laelatul Masroh, Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung Tahun 1816-1942 71

produksi. Begitu muncul tanda-tanda baru yang dapat mulai memberi hasil
penurunan kualitas, harus segera dil- sebelum produksi kebun lama terhenti
akukan pembaruan atau pembuatan kebun (Marsden, 2013:159).

Gambar 2. Perkebunan Lada di Lampung (Sumber: http://media-kitlv.nl/all-


media/indeling/detail/form/advanced/start/78?q_searchfield=lampongs diakses pada 26
Juni 2014)

Kuli dapat dikatakan sebagai peker- Perdagangan Lada pada Masa Kolonial
ja lapangan sedangkan pemerintah koloni- Belanda di Lampung
al yang mengatur administrasi di kantor. Tahun 1856 Lampung dapat
Scheltema (1985:357) membagi kuli atau dikuasai secara utuh oleh pemerintah ko-
budak di Lampung ke dalam dua golon- lonial. Dengan dipadamkannya pemberon-
gan: takan yang dilakukan Raden Intan 2, maka
1. Bai adalah budak pustaka. Bai di- wilayah Lampung menjadi wilayah
wajibkan untuk mengolah dan me- kekuasaan pemerintah kolonial. Be-
rawat sawah, kebun lada, dan se- rakhirnya perlawanan mulai banyak sum-
bagainya, milik tuannya, tetapi bai ber-sumber kolonial yang memberikan
dapat pula mengumpulkan untuk gambaran mengenai perkebunan dan
dirinya sendiri. perdagangan lada. Antara tahun 1870
2. Bedua, seorang budak atau kuli yang hingga sebelum Perang Dunia terjadi
tidak diperkenankan memiliki apa- perkebunan menunjukkan pertumbuhan
apa, semua pekerjaan dan hasilnya di- yang signifikan, hasil produksi dan luas
peruntukkan bagi sang tuan. lahan terus meningkat. Pada saat perang
72 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan , Nomor 1, Juni 2015

terjadi distribusi barang menjadi ter- Lampung adalah wilayah penghasil


ganggu, sehingga jumlah barang di pasa- lada hitam. Lada hitam Lampung merupa-
ran menjadi sedikit dan hal ini menyebab- kan produk lada hitam terbaik di kawasan
kan terjadinya kelangkaan sehingga harga Hindia Belanda. Berikut adalah hasil
barang menjadi naik. Pasca perang produksi dari perkebunan lada di Lam-
Amerika dan Jepang mulai meningkatkan pung (Veth, 1869:318).
kerja sama dalam perdagangan dengan
Hindia Belanda.
Tabel 1. Produksi Lada Hitam Lampung 1857-1859

Tahun Jumlah (kg) Jumlah (pikul)


1857 401.135 6.685
1858 864.171 14.402
1859 188.479 3.141

Dari data ini dapat dilihat bahwa dentie Lampongsche Destricten over
produksi lada setiap tahunnya tidaklah 1863, 1865 en 1866 disebutkan bahwa
stabil. Dalam Kultur Verslag van de Resi- hasil produksi lada yaitu:

Tabel 2. Produksi Lada di Lampung 1859-1866

Tahun Jumlah (pikul)


1859 3332
1860 4045
1861 4762
1862 8947
1863 10067
1864 14423
1865 7966
1866 5338

Dalam Stebbe (1921:209) diketahui


bahwa produksi lada tahun 1913 di se-
luruh wilayah Sumatera (dalam kg):

Tabel 3. Produksi Lada di Sumatera tahun 1913

Wilayah Lada Putih Lada Pitam Total


Lampung 428.000 11.537.000 11.965.000
Aceh 3.000 3.780.000 3.783.000
Palembang 358.000 1.759.000 2.177.000
Sumatera Timur - 898.000 898.000
Riau 496.000 223.000 719.000
Bengkulu 87.000 427.000 514.000
(Sumber: Stebbe, 1921:209)
lintas perdagangan lada. Perbedaan antara
Lampung merupakan penghasil la- harga harga lada hitam dan putih, dimana
da hitam terbesar di Sumatera. Konstribusi harga putih harganya lebih mahal. Naik
wilayah Lampung pada masa Kesultanan turunnya harga lada berkaitan dengan
Banten dan VOC kurang diketahui secara kondisi politik dan ekonomi dunia. Pada
pasti, namun pada masa kolonial Lam- saat kondisi politik dan ekonomi stabil
pung merupakan aset penting bagi harga lada juga cukup stabil. Pada saat
pemerintah dalam hal perdagangan lada. perang terjadi maka pendistribusian lada
Perkembangan perdagangan lada dapat menjadi terganggu akibatnya harga lada
dilihat dari jumlah produksi yang terus menjadi naik.
meningkat dan makin banyaknya lalu

Tabel 4 Perdagangan Lada Lampung selama Tahun 1890 sampai 1918

Harga Lada Ekspor Lada Lampung dari Hindia Belanda


Tahun
(per 1/2 kg) (ton)
1890 21 9.426
1891 19 8.634
1892 151/2 12.426
1893 14 9.299
1894 11 10.278
1895 11 8.717
1896 101/2 15.479
1897 161/2 14.532
1898 221/2 14.431
1899 281/2 12.873
1900 301/4 11.398
1901 303/4 10.673
1902 30 11.809
1903 311/4 14.078
1904 31 12.922
1905 265/8 13.604
1906 231/2 20.130
1907 171/2 16.945
1908 161/2 20.201
1909 207/8 19.180
1910 187/8 26.180
1911 271/4 24.695
1912 261/8 26.541
1913 251/2 19.045
1914 571/4 21.604
1915 50 22.249
1916 175 11.952
(Sumber: Economisch-Statistische Berichten Woensdag 5 April 1922 No.327. Online.
(www.delpher.nl) diakses pada 1 April 2015).

Dalam Economisch Statistische burg, Havre, Bordeaux, Marseille dan Tri-


Berichten 5 April 1922 No. 327 disebut- este; sedangkan pasar lada di Amerika be-
kan bahwa wilayah pemasaran lada di rada di New York dan San Fransisco. Un-
Eropa yaitu Amsterdam, London, Ham- tuk kawasan Asia dan Australia pasar lada

73
74 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan , Nomor 1, Juni 2015

ada di Kobe Jepang, Melbourne dan Sid- tement of Agriculture tahun 1930 dilihat
ney Australia. Lada dikumpulkan di bahwa wilayah Lampung tidak menda-
pelabuhan Batavia kemudian dijual ke tangkan lada hitam baik dari luar negeri,
berbagai negara tersebut. Hindia-Belanda Jawa ataupun wilayah lainnya di Hindia
memasok sekitar tiga perempat dari Belanda. Lampung mengekspor
produksi lada di Dunia, produksi lada di 12.920.475 kg lada hitam ke luar negeri.
Sumatera dan Kalimantan (Economisch- Dengan jumlah ini Lampung memenuhi
Statistische Berichten 5 April 1922 76% dari seluruh total ekspor lada hitam
No.327). Selama Perang Dunia terjadi, di Hindia Belanda. Selain itu Lampung
Batavia berkembang menjadi pasar lada juga mengekpor mengekpor lada hitam
(Economisch-Statistische Berichten 5 hitam ke berbagai wilayah di Hindia Bel-
April 1922 No.327). Dapat dilihat bahwa anda yakni Jawa sebanyak 2.886.430 kg
sebagian besar lada yang ada di Batavia dan ekspor ke daerah lainnya sebanyak
dibawa ke Nederland v/o dan Singapura. 8.543 kg sehingga totalnya 2.894.973 kg.
Hal ini disebabkan permintaan akan lada Jadi apabila dijumlahkan Lampung
makin meningkat saat terjadinya Perang mengekpor lada hitam baik ke luar atau-
Dunia 1 (1814-1818). Dalam Economisch pun di dalam negeri sebayak 15.815.448
Statistische Berichten 5 April 1922 No. kg atau sebanyak 77% dari seluruh total
327 disebutkan pada tahun 1919 di Bata- ekspor. Departement van Landbouw
via harga lada mencapai harga ƒ 50, Nijverheid En Handel Departement of Ag-
kemudian turun menjadi ƒ 29, naik men- riculture diketahui bahwa jumlah ekpor
jadi ƒ 40 dan kembali stabil pada harga ƒ lada hitam dan putih wilayah Lampung
47. Harga lada di pasaran Eropa mening- sejumlah 15.816.219 kg. Jumlah ini men-
kat tajam selama perang, akhirnya banyak capai 47,5% dari total ekpor lada di
permintaan akan lada dari Batavia. Pada Hindia Belanda. Dibandingkan dengan
saat perang berakhir ekpor lada ke Eropa wilayah Aceh yang pada abad ke-16 men-
menurun drastis, tapi sebaliknya ekspor guasai perdagangan lada hanya mencapai
lada hitam ke kawasan Asia, Afrika, Aus- 3,9 % dari total ekpor dan berapa di tem-
tralia dan Amerika meningkat drastis. La- pat ke empat. Tabel ini terlihat bahwa
da hitam banyak di ekspor ke Vereen. hingga awal abad ke-20 wilayah Lampung
Staten v. N. - Am. tetap mendominasi produksi lada hitam di
Dari Economisch Statistische Hindia Belanda. Wilayah ini sudah
Berichten, Woensdag 11 Juli 1917 No.80 memproduksi lada mulai dari abad ke-16
(Online. www.delpher.nl) bahwa Hindia dan terus berlangsung hingga abad ke-20.
Belanda mengekpor hasil produknya ke Kemunduran Perdagangan Lada di
beberapa negara seperti Belanda, Ameri- Lampung
ka, Inggris, Jepang dan beberapa negara Terdapat beberapa penyebab
lainnya. Tercatat jumlah ekspor lada hitam kemunduran dari produksi dan
Hinda Belanda sebanyak 246.794 pikul. perdagangan lada. Pada tahun 1930
Lada hitam dan putih banyak diekpor ke perkebunan lada terserang penyakit
Amerika sebanyak 96.357 pikul, Straits kuning hal ini disebabkan kondisi tanah
113.683 pikul, Inggris 5.729 pikul, Jepang yang kurang subur akibat kekurangan
998 pikul, Die Laden 4.219 pikul dan pupuk serta kekeringan (Heidhues,
Cina 25.808 pikul. 2008:104). Jenis lada Lampung lebih ce-
Dalam laporan Departement van pat mati dibandingkan jenis lada Muntok.
Landbouw Nijverheid En Handel Depar- Jika lada Muntok dapat bertahan hingga
Laelatul Masroh, Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung Tahun 1816-1942 75

18 sampai 30 tahun, maka jenis lada Lam- pembukuan dan menghitung. Untuk itulah
pung hanya bertahan selama 15 tahun. muncul sekolah-sekolah di berbagai wila-
Penyebab lainnya ialah pemeliharaan yang yah di Indonesia. Bukri dkk (1978:118-
kurang hati-hati sehingga produksi 119) menyatakan bahwa secara terperinci
menurun (Bregman, 1940:19). Akibatnya sekolah-sekolah yang didirikan
kualitas buah yang dihasilkan menjadi pemerintah Hindia Belanda adalah 1) HIS
rendah dan jumlah produksi berkurang. (Hollands Indlandsche School) atau
Munculnya serangga pemakan bunga dan sekolah dasar 7 tahun dengan bahasa Bel-
buah lada atau dikenal dengan nama wa- anda, terdapat dua sekolah yaitu di Tan-
lang sangit. jungkarang dan Menggala; 2) Vervog
Pada abad ke-19, komoditi da- Schol latau sekolah dasar 5 tahun tanpa
gangan lain seperti kopi dan timah bahasa Belanda, terdapat 16 sekolah di
mengungguli lada dalam ekonomi dunia. Karesidenan Lampung; 3) Volkschool/
Akibatnya banyak petani lada yang beralih Sekolah Desa (Sekolah Dasar 3 tahun)
ke tanaman ekspor lainnya. Dalam buku yang banyaknya 1114 sekolah.
20 Tahun Indonesia Merdeka (1966:230)
dapat dilihat bahwa jumlah perkebunan PENUTUP
makin sedikit dibandingkan dengan
perkebunan lainnya. Jumlah perkebunan Kondisi Lampung pada abad ke-16
lada tahun 1940 hanyanya 39 sama berada di bawah kekuasaan Banten. Po-
dengan jumlah kebun coklat. Pada tahun tensi tanah dan lokasi yang dekat membu-
berikutnya 1950 jumlah perkebunan lada at kesultanan Banten berupaya untuk
mengalami penurunan yang drastis men- mengontrol wilayah ini. Kepala-kepala
jadi 12 berbeda dengan coklat yang hanya marga di wilayah Lampung diberi mandat
turun menjadi 38 perkebunan. Penurunan untuk menjadi penguasa di Lampung atas
jumlah kebun tentu mempengaruhi jumlah restu Sultan Banten. Tahun 1663 diketahui
produksi. Pada tahun 1940 dengan jumlah bahwa Banten menerapkan sistem wajib
kebun 39 menghasilkan 100 ton lada. Ta- menanam lada sebanyak 500 batang untuk
hun berikutnya dengan makin berku- setiap penduduk Lampung. Dalam
rangnya jumlah kebun maka hasil perdaganganya jenang menjadi perantara
produksi 23 ton tahun 1950 dan 19 ton ta- antara petani dan jenjen. Ketika Lampung
hun 1955. dikuasai VOC, diterapkan sistem lerevansi
Konstribusinya terhadap Pendidikan terhadap lada. Pada 31 Desember 1799
Politik etis yang dicetuskan oleh Piagam VOC habis masa berlakunya dan
Van Deventer mulai diterapkan di Lam- diambil alih oleh Belanda. Selama masa
pung. Penerapan politik etis berkaitan transisi Daendels dan Raffles membawa
dengan kebutuhan Belanda akan tenaga perubahan dengan menerapkan sistem pa-
ahli dalam memenuhi kebutuhan pegawai jak tanah, namun tidak dilakukan di Lam-
baik di pemerintahan atupun perkebunan. pung.
Proses edukasi menjadi salah satu gejala Tahun 1816 Belanda mengambil
sejarah lain yang muncul bersamaan alih kembali wilayah kekuasaannya di
dengan proses birokratisasi dan perkem- Nusantara. Belanda menerapkan sistem
bangan perkebunan pada akhir abad ke-19 sewa tanah namun dalam pelaksanaannya
(Kartodirdjo & Suryo, 1991:11). Ter- mengalami kegagalan, kemudian
bukanya perkebunan membutuhkan kar- diterapkan sistem tanam paksa. Lampung
yawan yang terdidik untuk kepentingan salah satu wilayah yang menerapkan
76 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan , Nomor 1, Juni 2015

sistem wajib tanam paksa untuk lada. Lampung: Departemen Pen-


Pemberlakuan Undang-Undang Agraria didikan dan Kebudayaan.
membuat banyak perkebunan dibuka Departement van Landbouw Nijverheid
namun tidak untuk perkebunan lada. En Handel Departement of
Perkebunan lada di Lampung berada di Agriculture. Industry and
Seputih, Sekampung dan Tulangbawang. Comerce Medeeelingen van
Jumlah perkebunan lada dibatasi untuk het Central Kantoor Voor de
menjaga harga lada agar tidak anjlok. Statistic. Bulletin of The
Faktor yang menyebabkan kemunduran Central Bureau of Statisties
perkebunan dan perdagangan lada di No. 97 The Exportcrops of
Lampung yaitu penyakit yang menyerang the Netherlands East Indies
tanaman lada, kesalahan dalam mengelola in 1930. Koleksi Arsip Ja-
perkebunan, hama pada tanaman lada, tim.
munculnya tanaman jenis tanaman ekspor Economisch-Statistische Berichten
lainnya yang lebih menjanjikan sehingga Woensdag 11 Juli 1917
jumlah perkebunan lada terus berkurang No.80. Online
dan mempengaruhi jumlah produksi lada. (www.delpher.nl) diakses
Pembukaan perkebunan di Lampung pada 1 April 2015.
membuka peluang masyarakat Lampung
Economisch-Statistische Berichten
untuk mendapatkan pendidikan.
Woensdag 5 April 1922
No.327. Online
DAFTAR RUJUKAN
(www.delpher.nl) diakses
pada 1 April 2015.
Atmosudirjo, P. 1962. Sedjarah Ekonomis
Gonggong, A., Soenjata K. & Muchtarud-
Sosiologis Indoneisa: Djilid
din Ibrahim. 1983. Sejarah
Pertama. Jakarta: Negara
Perlawanan Terhadap Impe-
Pradnjaparamita.
rialisme dan Kolonialisme di
Blink, H. 1936. Opkomst En Ontwikkeling
Daerah Lampung. Lam-
Van Sumatra Als Econo-
pung: Departemen Pendidi-
mischgeographisch Gebied.
kan dan Kebudayaan.
Mouton: 'S Gravenhage.
Gonggong, A., Soenjata K. & Muchtarud-
Online (www.delpher.com)
din Ibrahim. 1993. Sejarah
diakses pada 1 April 2015.
Perlawanan Terhadap Impe-
Bregman, A. 1940. Mededeeling Van Den
rialisme dan Kolonialisme di
Dienst Van Den Landbouw
Daerah Lampung. Lam-
No. 21 Afdeeling Land-
pung: Departemen Pendidi-
bouwvoorlichting En Bin-
kan dan Kebudayaan.
nenvisscherij: De Pepercul-
Guillot, C. 2008. Banten: Sejarah dan
tuur En- Handel Op Bangka.
Perdaban Abad X - XVII. Ja-
Archipel Drukkerij-Buiten-
karta: KPG.
zorg. Koleksi Arsip Jawa
Timur no. 92. Surabaya: Heidhues, M.S. 2008. Timah Bangka dan
Arsip Jatim Lada Mentok: Peran
Masyarakat Tionghoa Da-
Bukri, H.S., Soepangat, & Sukiji. 1978.
lam Pembangunan Pulau
Sejarah Daerah Lampung.
Laelatul Masroh, Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung Tahun 1816-1942 77

Bangka Abad XVIII s/d XX. Pepertuin in de Lampongs. 1932. Online


Jakarta:Yayasan Nabil. (http://media-kitlv.nl/all-
Kartodirdjo, S. & Djoko S. 1991. Sejarah media/indeling/detail/form/
Perkebunan di Indonesia: advanced/start/78?q_search-
Kajian Sosial - Ekonomi. field=lampongs) diakses pa-
Yogyakarta: Aditya Media. da 26 Juni 2014.
Koloniaal Verslag 1912,- I. Nederlandscht Pepertuin in Nederlands-Indië .1900.
(Oost-) Indie. Online (http://media-
Kultur Verslag van de Residentie Lam- kitlv.nl/all-media/indeling/
pongsche Destricten over detail/start/16?f_trefwoord
1863. Koleksi Arsip Nasion- [0]=pepper) diakses pada 26
al Indonesia no. 29. Jakarta: Juni 2014.
ANRI. Pires, T. 2014. Suma Oriental: Perjalanan
Kultur Verslag van de Residentie Lam- dari Laut Merah ke Cina &
pongsche Destricten over Buku Fransisco Rodrigues.
1865. Koleksi Arsip Nasion- Yogyakarta: Ombak.
al Indonesia no. 30. Jakarta: Prasetijo, A. 2011. Serah Jajah dan Per-
ANRI. lawanan yang Tersisa:
Kultur Verslag van de Residentie Lam- Etnografi Orang Rimba di
pongsche Destricten over Jambi. Jakarta: Wedatama
1866. Koleksi Arsip Nasion- Widya Sastra.
al Indonesia no. 31. Jakarta: Reid, A.. 2011. Asia Tenggara Dalam Ku-
ANRI. run Niaga 1450-1680 Jilid
Leirisa, R.Z., G.A. Ohorella dan Yuda B. 2: Jaringan Pedagangan
Tangkisilan. 2012. Sejarah Global. Jakarta: Yayasan
Perekonomian Indonesia. Pustaka Obor Indonesia.
Yogyakarta: Ombak. Scheltema, A.M.P.A. 1985. Bagi Hasil di
Marsden, W. 2013. Sejarah Sumatra. Ja- Hindia Belanda. Jakarta:
karta: Komunitas Bambu. Yayasan Obor Indonesia.
Mulyanto, S., Budisantoso, Amir Santoso, Setiawan, B. 2004. Ensiklopedi Nasional
Sayuti Hasibuan, Taufiq Ab- Indonesia: Jilid 3. Jakarta:
dullah & Sudjati. 1992. Pro- PT. Delta Pamungkas.
fil Provinsi Republik Indone- Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 6,
sia: LAMPUNG. Jakarta: In- 11 April 1923.
termasa. Stebbe, D.G. Encyclopaedie Van Neder-
Notosusanto, N. & Marwati D. P.. 2010. landsch-Indie: Vierde Deel
Sejarah Nasional Indonesia Soemb-Z. Leiden: N.V. V/H.
IV: Kemunculan Penjajahan E.J. BRILL
di Indonesia (±1700-1900). Suyono, R.P. 2003. Peperangan Kerajaan
Jakarta: Balai Pustaka. Di Nusantara: Penelusuran
Paul, J. 1918. Encyclipaedie van Neder- Kepustakaan Sejarah. Jakar-
landsch-Indi: Eerste Deel H- ta: Grasindo.
M. Leiden: N.V. V/H E.J. Veth. P.J. 1869. Aardrijkskundig En
BRILL Statistisch Wordenboek van
78 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan , Nomor 1, Juni 2015

Nederlandsch Indie, Bewerkt


Naar de Jongste en Beste
Berigten: Troeede Deel: K-
Q. Amsterdam: P.N. VAN
KAMP.
Vlekke, B.H.M. 2008. Nusantara: Sejarah
Indonesia. Jakarta: Grame-
dia.

Anda mungkin juga menyukai