Disusun Oleh :
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa saya melakukan Tugas Akhir dengan sesungguhnya
dan hasil penulisa Laporan Tugas Akhir yang telah saya buat ini merupakan hasil
karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisa
Laporan Tugas Akhir ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya
orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia
menerima sanksi berdasarkan aturan di Universitas Mercu Buana.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
Jakarta, 04 Agustus 2022
ii
PENGHARGAAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, shalawat dan
salam tidak lupa saya ucapkan kepada baginda Rasullullah SAW beserta keluarga,
para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
penyusunan laporan akhir ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hawikarya, M.T selaku Plt. rektor Univeristas Mercu Buana, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di
Universitas Mercu Buana
2. Dr. Ir. Mawardi Amin, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Mercu
Buana.
3. Bapak Muhamad Fitri, ST, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin Universitas Mercu Buana.
4. Bapak Alief Avicenna Luthfie, ST., M.Eng. selaku Koordinator Tugas Akhir
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana.
5. Ibu Swandya Eka Pratiwi, ST, M.Sc. selaku Pembimbing yang selalu
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis
selama penyusunan Tugas Akhir.
6. Bapak Gian Villany Golwa, ST, M.Si. Selaku kepala Lab Teknik mesin
7. Seluruh dosen, staf dan karyawan Teknik Mesin Universitas Mercu Buana yang
selalu membantu dalam hal penyusunan Tugas Akhir.
8. Ayah dan Ibu tercinta atas kasih sayang dan do’anya yang tak terhingga.
9. Teman-teman seperjuangan yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak terdapat kekurangan
dan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu saran dan
kritik sangat diharapkan dalam rangka mendapatkan hasil yang lebih baik di waktu
yang akan datang. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 4 Agustus 2022
Penulis
iii
ABSTRAK
Pesawat Boeing seri 737-800 registrasi pada tanggal 13 September 2019 harus
mendarat darurat di bandara kualanamu dikarenakan ada gangguan. Setelah
dilakukan pengecekan ditemukan penyebabnya adalah Auxiliary Power Unit Auto
Shutdown dengan Indikasi panel kontrol mesin di kokpit menunjukan kenaikan suhu
melebihi batas pada sistem lubrikasi Auxiliary Power Unit. Kejadian kenaikan suhu
pada APU disebabkan oleh kebocoran pada komponen oil cooler dan telah terjadi 17
kali dengan penyebab yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
penyebab kenaikan suhu pada sistem lubrikasi APU maka dilakukan studi kasus
penyebab kenaikan suhu Auxialary Power Unit menggunakan fishbone diagram Man
Machine Material Method. Setelah mengetahui penyebabnya maka dapat dilakukan
Tindakan perawatan yang sesuai dengan Maintenance manual. Tindakan pencegahan
yaitu diperlukan Analisa keandalan menggunakan distribusi weibull sehingga
mengetahui keandalan dari komponen oil cooler. Hasil penelitian setelah dilakukan
identifikasi didapatkan solusi atas permasalahan yang terjadi menggunakan five ws
method serta penentuan jadwal penggantian komponen oil cooler setiap 16.156 flight
hours berdasarkan keandalannya .
iv
IDENTIFICATION OF OIL COOLER LEAKAGE AND RELIABILITY
ANALYZE ON AUXILIARY POWER UNIT B737-800 COMPONENT
ABSTRACT
The Boeing 737-800 series aircraft registered on September 13, 2019 had to make an
emergency landing at Kualanamu Airport due to a disturbance. After checking, it
was found that the cause was the Auxiliary Power Unit Auto Shutdown with an
indication that the engine control panel in the cockpit showed an increase in
temperature exceeding the limit on the Auxiliary Power Unit lubrication system. The
occurrence of temperature increase in the APU is caused by a leak in the oil cooler
component and has occurred 17 times with the same cause. The purpose of this
research is to find the root cause of high oil temperature on Auxialary Power Unit.
so a case study is conducted on the cause of the increase in temperature of the
Auxialary Power Unit. Using Five Ws Methods to determine root cause of failure
include Man, Machine, Material and Methode possibilites After knowing the cause,
maintenance actions can be carried out in accordance with the Maintenance manual.
Preventive action is required reliability analysis using weibull distribution to
determine the reliability of the oil cooler components. The result of this research is to
find the solution of the problem with 5ws method and for addition determine the
schedule for replacing the oil cooler components every 16.156 flight hours based on
oil cooler reliability.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR PERSAMAAN xii
DAFTAR ISTILAH xiii
BAB I PENDAHULUAN 16
1.1. LATAR BELAKANG 16
1.2. RUMUSAN MASALAH 17
1.3. TUJUAN 17
1.4. MANFAAT PENELITIAN 17
1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN DAN BATASAN MASALAH 18
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN 18
vi
2.5. PERPINDAHAN PANAS 46
2.6. PENGERTIAN PERAWATAN 49
2.7. PREVENTIVE MAINTENANCE 49
2.8. CORRECTIVE MAINTENANCE 51
2.9. BREAKDOWN MAINTENANCE 51
2.10. PERAWATAN PADA PESAWAT 51
2.11. RELIABILITAS PADA PESAWAT 52
2.12. LIFE DISTRIBUTION 53
2.13. DISTRIBUSI WEIBULL 53
2.13.1. Persamaan Distribusi Weibull 54
2.13.2. Parameter Weibull 54
2.13.3. Pengaruh Parameter Distribusi Weibull 55
2.13.4. Reliability 57
2.13.5. Unreliability 57
2.13.6. Median Rank 58
2.13.7. Metode Regresi Linear 58
2.13.8. Failure Rate 59
2.13.9. Mean Time To Failure 59
vii
4.2.3 Melakukan Perhitungan Mean Time to Failure 92
4.2.4 Melakukan Perhitungan Reliability, Unreliability dan Failure Rate 92
4.2.5 Pembahasan 97
BAB V PENUTUP 99
5.1 KESIMPULAN 99
5.2 SARAN 100
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. APU Engine 20
Gambar 2. 2. Honeywell 131-9(b) 21
Gambar 2. 3. APU Gearbox 22
Gambar 2. 4. APU Air Inlet 22
Gambar 2. 5. APU Air Inlet Door 23
Gambar 2. 6. APU Engine Compressor 23
Gambar 2. 7. APU Combution Chamber 24
Gambar 2. 8. APU Turbine 24
Gambar 2. 9. Oil Cooler dan Temperature Control Valve 25
Gambar 2. 10. APU Exhaust Duct 25
Gambar 2. 11. APU starting sequence 26
Gambar 2. 12. APU shutdown Sequence 28
Gambar 2. 13. Protective Shutdown Process 30
Gambar 2. 14. Sistem Lubrikasi oli 31
Gambar 2. 15. Oil Reservoir 32
Gambar 2. 16. APU lube module 32
Gambar 2. 17. APU Oil Cooler 33
Gambar 2. 18. Magnetic Drain Plug 33
Gambar 2. 19. Low Oil Pressure Switch (GMF Aeroasia Learning Service, 2021) 34
Gambar 2. 20. Oil Level Sensor 34
Gambar 2. 21. Temperature Control Valve (GMF Aeroasia Learning Service, 2021)
35
Gambar 2. 22. Filter Bypass Switch (GMF Aeroasia Learning Service, 2021) 35
Gambar 2. 23. Indicating Schematic 36
Gambar 2. 24. Oil Cooler Honeywell 131-9(b) 37
Gambar 2. 25. APU Compartment 38
Gambar 2. 26. Oil Cooler dan Temperature Control Valve 39
Gambar 2. 27. Control Display Unit 39
Gambar 2. 28. Grafik pengaruh shape parameter 55
Gambar 2. 29. Grafik pengaruh scale parameter 56
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 2.1 Konduksi 45
Persamaan 2.2 Konveksi 45
Persamaan 2.3 Radiasi 45
Persamaan 2.4 Laju Panas Ideal 46
Persamaan 2.5 Fouling Factor 46
Persamaan 2.6 Distribusi Weibull 51
Persamaan 2.7 Reliability 53
Persamaan 2.8 Unreliability 54
Persamaan 2.9 Median Rank 54
Persamaan 2.10 Regresi Linear Y 55
Persamaan 2.11 Regresi Linear B 55
Persamaan 2.12 Regresi Linear A 55
Persamaan 2.13 Failure Rate 55
Persamaan 2.14 Mean Time to Failure 57
Persamaan 4.1 Laju Panas 70
Persamaan 4.2 Fouling Factor 70
Persamaan 4.3 Unreliability 75
Persamaan 4.4 Log Normal Unreliability 76
Persamaan 4.5 Sifat Logaritma 76
Persamaan 4.6 Penyederhanaan persamaan F(t) 76
Persamaan 4.7 Log Normal pada kedua sisi 76
Persamaan 4.8 Penyederhanaan Log Normal 76
Persamaan 4.9 Unreliability 76
Persamaan 4.10 Persamaan Garis Linear 76
Persamaan 4.11 Median Rank 77
Persamaan 4.12 Scale Parameter 77
Persamaan 4.13 Shape Parameter 77
Persamaan 4.14 Shape parameter terhadap a 77
Persamaan 4.15 Scale Parameter terhadap b 77
Persamaan 4.16 Persamaan akhir parameter Alpha 77
Persamaan 4.17 Persamaan akhir Parameter Etha 77
Persamaan 4.18 Regresi Linear b 77
Persamaan 4.19 Regresi Linear a 77
Persamaan 4.20 Mean time to Failure 80
Persamaan 4.21 Reliability 80
Persamaan 4.22 Unreliability 81
Persamaan 4.23 Failure Rate 82
xii
DAFTAR ISTILAH
xiii
ditentukan dalam periode waktu
tertentu di bawah kondisi yang
dirancang untuk beroperasi
Reservoir : Tempat penyimpanan oli
Return to Base : Kejadian pesawat mendarat darurat ke
bandara awal
Repetitive Problem : Kejadian yang terjadi secara berulang
Scale Parameter : Parameter pada distribusi Weibull yang
menentukan persebaran data terpusat
atau tersebar
Shape Parameter : Parameter pada distribusi Weibull yang
menentukan luas atau sempitnya
distribusi
Turbine : Turbin sebagai penghasil energi
putaran untuk memutar kompressor
Unreliability : Probabilitas Suatu komopnen untuk
mengalami kerusakan dalam periode
waktu tertentu
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Pesawat Boeing seri 737-800 registrasi pada tanggal 13 September 2019 harus
mendarat darurat di bandara Kualanamu dikarenakan ada gangguan. Pada Laporan
kejadian pesawat sudah berhasil mengudara, namun setelah sampai setengah jam
mengudara, pilot melihat ada panel yang hidup itu dan terlihat indikasi kenaikan
suhu oli pada sistem lubrikasi APU sehingga dilakukan prosedur kembali ke bandara
Kualanamu untuk mendarat dan dilakukan pengecekan.
Setelah dilakukan pengecekan ditemukan penyebabnya adalah Auxiliary
Power Unit Auto Shutdown dengan Indikasi panel kontrol mesin di kokpit
menampilkan kenaikan suhu melebihi batas pada sistem lubrikasi Auxiliary Power
Unit. Ketika suhu oli pada Auxiliary Power Unit (APU) mengalami peningkatan
hingga melebihi batas normal maka bantalan pada turbin dapat terkikis karena
kemampuan oli dalam melindungi bearing dari gesekan berkurang ketika suhu oli
tinggi maka dari itu kejadian tersebut dapat mengancam keselamatan penerbangan.
Karena itu harus segera dilakukan pendaratan darurat dan kembali ke hanggar atau
dengan istilah “Return to Base” bertujuan untuk memperbaiki sistem yang rusak
(Michaelis, 2016).
Berdasarkan laporan pada Aircraft Maintenance Logbook kejadian kenaikan
suhu pada APU disebabkan oleh kebocoran pada komponen oil cooler dan telah
terjadi 6 kali dengan penyebab yang sama, maka perlu dilakukan tindakan
pencegahan karena permasalahan yang terjadi telah masuk kategori Repetitive
Problem. Agar kejadian Return to Base tidak terjadi lagi maka dilakukan studi kasus
16
penyebab kenaikan suhu Auxialary Power Unit. Setelah mengetahui penyebabnya
maka dapat dilakukan Tindakan perawatan yang sesuai dengan Maintenance manual.
Namun pada kasus ini diperlukan tindakan pencegahan yaitu diperlukan analisis
keandalan sehingga mengetahui keandalan dari komponen oil cooler. Berdasarkan
Federal Aviation Administration analisis keandalan dapat dilakukan dengan
menggunakan data umur kegagalan komponen oil cooler yang pernah terjadi
berulang. Sehingga di dapatkan keandalan komponen tersebut terhadap jam terbang.
Lalu dapat dilakukan penentuan jadwal penggantian komponen oil cooler
berdasarkan keandalannya sehingga di dapatkan jadwal yang lebih efektif (ÃELJKO
MARUŠIÆ, 2009).
1.3. TUJUAN
17
1. Dapat menanggulangi kejadian kenaikan suhu oli pada apu yang disebabkan
kebocoran Oil Cooler.
2. Mendapatkan jadwal perawatan yang lebih efektif sehingga dapat mencegah
kejadian tingginya suhu oli pada APU.
Secara garis besar pembahasan pada Tugas Akhir ini disusun dalam beberapa
bab yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Membahas mengenai latar belakang tugas akhir, perumusan masalah, tujuan,
ruang lingkup dan batasan masalah, manfaat tugas akhir dan sistematika
penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
Membahas tentang teori teori terkait yang berhubungan dan dijadikan acuan
dalam penyusunan tugas akhir. Tinjauan Pustaka dilakukan dengan mencari
buku buku dan maintenance manual yang terakait dengan tugas akhir.
BAB 3 : Metode Penelitian
18
Membahas tentang metode Penelitian yang diterapkan dalam tugas akhir ini
yaitu antara lain : Persiapan, Pengamatan langsung, Studi literatur,
Pengumpulan data, Pengolahan data, Analisa dan Pembahasan, dan
Kesimpulan dan Saran.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Auxiliary Power Unit atau APU sering disebut dengan Mesin Turbin kecil yang
berfungsi sebagai sumber energi listrik saat Mesin Turbin utama belum bekerja
maupun saat keadaan darurat, menghasilkan tenaga pneumatic yang di butuhkan saat
menghidupkan Mesin Turbin utama dan untuk sirkulasi udara pada pesawat. APU
disebut sebagai auxialary power dikarenakan bukan sumber energi utama pada
pesawat dan sering digunakan saat pesawat berada di darat ketika Mesin Turbin
utama belum bekerja namun dapat digunakan di udara saat Mesin Turbin utama mati.
Prinsip kerja APU sama dengan gas turbine engine namun dengan ukuran yang lebih
kecil. (GMF Aeroasia Learning Service, 2021)
Berikut merupakan komponen APU honeywell yang digunakan pada pesawat B737-
800:
1. Gearbox
Rangkaian Planetary gear yang terhubung pada starter motor Mesin Turbin utama
dan Generator pesawat. Berfungsi sebagai pemindah daya putar yang dihasilkan
21
oleh turbin untuk digunakan pada sistem yang membutuhkan seperti starter gas
turbine engine (Honeywell International Inc., 2018).
2. Air Inlet
Berfungsi untuk pintu masuk udara untuk sistem APU yang akan digunakan untuk
proses memutar turbine APU dan menghasilkan tenaga. Dalam proses aliran
udaranya terdapat katup yang dapat terbuka dan tertutup sesuai keadaan APU di
gunakan atau tidak dan katup tersebut digerakan dengan actuator. (Honeywell
International Inc., 2018)
22
Gambar 2. 5. APU Air Inlet Door
(GMF Aeroasia Learning Service, 2021)
3. Engine Compressor
Engine compressor berfungsi untuk meningkatkan tekanan udara yang mengalir
masuk ke dalam APU untuk selanjutnya di bakar di ruang combution chamber.
(Honeywell International Inc., 2018)
4. Combustor
Pada combutstor dilakukan pembakaran udara yang telah di naikkan tekanannya di
compressor sehingga udara yang bertekanan tinggi memilki juga memiliki suhu
23
yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memutar turbin. (Honeywell
International Inc., 2018)
5. Turbine
Setelah udara dibakar dan memiliki energi yang besar di combustor udara masuk
ke bagian turbine dan memutarkan turbine menghasilak putaran yang dapat
dikirim putaran tersebut untuk memutarkan gearbox dan load compressor.
(Honeywell International Inc., 2018)
7. Air Exhaust
Air exhaust berada pada bagian belakang APU, Berfungsi untuk mengalirkan
udara keluar dari turbin memiliki duct sebagai tempat mengalirnya udara keluar
pesawat. (Honeywell International Inc., 2018)
Proses menghidupkan APU melalui proses sebagai berikut. (The Boeing Company,
2018)
26
3) Setelah putaran compresor mencapai 60 % kecepatan maksimal ignitor
akan dimatikan.
4) Motor listrik akan melepas sambungan gear nya terhadap compressor.
5) Setelah putaran APU mencapai performa 95 % kecepatan maksimal
energi listrik dan pneumatik yang dihasilkan APU dapat digunakan oleh
sistem listrik dan pneumatik pesawat.
Untuk mematikan APU proses nya dikontrol oleh Engine control unit (ECU)
termasuk Normal Shutdown dan protective shutdown. Ketika APU switch sudah pada
posisi OFF, sinyal 28 Volt DC akan terputus untuk posisi ON dan akan memberi
sinyal OFF pada ECU. Setelah ECU menerima sinyal OFF akan mengatur: (The
Boeing Company, 2018)
1) Melepas beban pneumatik
2) Menutup bleed air valve
3) Menutup inlet guide vane
4) Membuka surge control valve
5) Melepas sumber daya pada generator
6) Putaran pada poros APU akan berkurang hingga berhenti
27
Gambar 2. 12. APU shutdown Sequence
(The Boeing Company, 2018)
28
Kejadian ini dapat merusak kompresor dan ketika kompresor rusak maka dapat
membahayakan penerbangan karena APU tidak dapat beroperasi jika tidak mendapat
suplai udara dari kompresor
• Suhu pada turbin melebihi 1204.444℃.
Sama hal nya dengan kompresor, turbin memiliki batas suhu maksimal
saat beroperasi. Jika melebihi batas maksimal, Umur komponen turbine
akan lebih pendek dan kerusakan dapat terjadi. Hal ini membahayakan
karena jika turbin mengalami kerusakan, maka APU tidak dapat
beroperasi karena kehilangan tenaga putaran dari turbin.
• Suhu oli pada sistem lubrikasi melebihi 300℉ selama 10 detik.
Semakin tinggi suhu oli semakin tidak efektif dalam melumasi bearing.
Karena viskositas oli berbanding terbalik dengan suhu oli. Ketika
viskositas terlalu tinggi, oli tidak dapat melumasi bagian yang sempit.
Namun jika viskositasnya rendah, dalam suhu yang tinggi oli mudah
menguap. Kejadian ini berbahaya karena kemungkinan kerusakan pada
bearing meningkat. Ketika bearing mengalami kerusakan performa APU
akan menurun karena putaran pada poros akan menurun bahkan jika
kerusakan nya parah dapat menghentikan operasi APU dan merusak
komponen lainnya.
• Tekanan oli pada sistem kurang dari 30 psi.
Hal ini berhubungan dengan sistem lubrikasi. Ketika tekanan oli terlalu
rendah, oli tidak dapat melumasi bearing dengan sempurna. Maka
gesekan yang terjadi pada bearing semakin besar. Kejadian ini berbahaya
karena ketika bearing rusak performa APU akan turun dan bahkan bisa
rusak total.
• Putaran pada poros APU melebihi 51.000 rpm.
Dengan beban putaran yang terlalu besar dapat memberi tekanan yang
terlalu besar pada poros. Jika Poros menerima beban yang terlalu besar,
poros dapat mengalami kerusakan.
• Kerusakan sensor suhu dalam mendeteksi suhu sehingga tidak dapat
memberikan informasi yang tepat.
29
Kejadian ini sangat harus dihindari karena kesalahan sensor dapat
mengacaukan informasi yang diterima oleh ECU. Jika ECU menerima
informasi yang salah. Pilot akan melakukan tindakan yang salah. Ini
sangat berbahaya karena tindakan yang salah akan mengancam
keselamatan penerbangan.
Sistem kerja protective shutdown dijelaskan pada schematic berikut :
Seperti yang dijelaskan di atas tadi, ketika terjadi kerusakan atau kejadian yang tidak
normal, sensor pada sistem yang mengalami kerusakan akan memberi sinyal ke ECU
lalu APU akan mengalami protective shutdown dengan proses sebagai berikut : (The
Boeing Company, 2021)
1. Setelah menerima sinyal protective shutdown, Fuel solenoid akan
menutup sehingga fuel tidak dialirkan lagi ke combustion chamber.
2. Lampu indikasi kegagalan akan menyala sesuai dengan jenis kerusakan
yang terjadi
3. Setelah itu pembakaran akan terhenti ketika bahan bakar sudah tidak
mengalir ke combustion chamber
30
4. Karena sudah tidak terjadi pembakaran putaran APU akan melambat.
5. Ketika Putaran APU melambat, katup seperti Inlet guide vane, Bleed air
valve akan menutup karena APU sudah tidak menghasilkan energi
pneumatik
6. Ketika Putaran APU sudah berhenti maka ECU akan memberi perintah
pada actuator APU inlet door untuk menutup.
2) Lube module
Pada lube module terdapat lube dan scavenge pump berada pada bagian
depan roda gigi APU (GMF Aeroasia Learning Service, 2021).
33
Merupakan sensor yang mengirim sinyal ke ECU ketika tekanan pada oli
lebih kecil dari 30 psi (GMF Aeroasia Learning Service, 2021).
34
7) Temperature Control valve dan Sensor
Mendeteksi suhu pada oli setelah melewati pompa dan jika suhu melebihi
300℉ (149℃)maka lampu indikator High Oil Temperature akan
menyala (GMF Aeroasia Learning Service, 2021).
35
2.2.6. Indikasi Sistem Lubrikasi APU
Sistem indikasi oli pada APU menyediakan data kondisi sistem oli. Indikasi
ditampilkan pada CDU (Control Display Unit). Data yang didapatkan di kendalikan
oleh ECU agar sistem oli dapat bekerja dengan efektif. (The Boeing Company, 2021)
Proses indikasi pada sistem lubrikasi oli sesuai dengan skematik berikut ini :
Oil temperature sensor, Oil pressure switch dan oil level sensor mendeteksi suhu
tekanan dan volume dari oli pada sistem lubrikasi dan mengirim sinyal informasi
mengenai keadaan oli pada ECU. Sementara itu filter bypass switch mengirim
informasi apakah terjadi bypass pada filter. Setelah itu ECU akan mengirim sinyal
keadaan oli pada sistem lubrikasi berdasarkan informasi dari sensor pada Control
display unit untuk ditampil kan pada monitor dan mudah untuk dilihat.
Jika ECU menerima sinyal bahwa keadaan suhu oli terlalu tinggi atau tekanan terlalu
tinggi atau volume oli kurang maka ECU akan menghidupkan Lampu indikasi pada
APU indicator sebagai tanda terjadinya kerusakan pada sistem lubrikasi (GMF
Aeroasia Learning Service, 2021).
36
2.3. OIL COOLER HONEYWELL 131-9(b)
Honeywell 131-9(b) adalah jenis oil cooler yang digunakan pada APU B737-
800. Oil cooler adalah alat penukar panas antara oli dan udara. Udara yang
masuk ke oil cooler berasal dari udara lingkungan dan akan mendinginkan oli
bertekanan yang telah melewati pompa oli. Oil cooler berada pada sisi samping
kiri bagian atas APU dan merupakan bagian dari eductor cooling system
(Honeywell International Inc., 2018).
Pada Bagian APU Exhaust terdapat aliran udara berkecepatan dan menyebabkan
perbedaan tekanan pada sisi exhaust dan lingkungan. Hal ini menyebabkan udara
bergerak dari lingkungan ke Oil Cooler melalu Eductor. Setelah itu udara mengalir
menuju oil cooler dan pertukaran panas secara konveksi dan konduksi terjadi, udara
yang telah mengalami pertukaran panas keluar melalui out air port lalu menuju ke
lingkungan.
37
Gambar 2. 25. APU Compartment
(The Boeing Company, 2018)
Temperature Control Valve akan menutup dan oli tidak melewati oil cooler apabila
temperatur oli dibawah 140 ℉ (60 ℃) hal ini dikarenakan jika temperatur oli tidak
terlalu panas maka tidak perlu melewati oil cooler. Namun apabila temperatur oli
melebihi 170℉ maka katup akan terbuka dan oli akan mengalir melewati oil cooler
untuk di dinginkan. Selain di atur oleh temperatur , Katup ini dapat juga dipengaruhi
oleh tekanan oli. Jika tekanan oli yang akan melewati oil cooler melebihi 50 psi
maka katup ini akan menutup dan aliran oli tidak melewati oil cooler karena bypass
valve bekerja.
38
Gambar 2. 26. Oil Cooler dan Temperature Control Valve
(The Boeing Company, 2018)
Kejadian High Oil Temperature pada APU terjadi jika temperatur oli melebihi 300℉
(149℃) dalam waktu lebih dari 10 detik. Kejadian ini dapat dilihat indikasi nya pada
panel P5 Control Display Unit di Cockpit menunjukan fault BITE message 49-91005
(Al-Garni, 2011).
39
2.3.3. Penyebab High Oil Temperature
4) Temperature Control Valve tidak dapat membuka ketika suhu oli naik
Ketika temperature oli melebihi 60℃ temperature control valve akan
membuka sehingga oli akan mengalir melalui oil cooler, namun jika
temperature control valve tidak dapat terbuka maka suhu oli tidak
didinginkan di oil cooler (The Boeing Company, 2018).
41
c) Jika tidak ditemukan partikel besi pada Magnetic Drain Plug lakukan
perintah selanjutnya
3) Lakukan pemutaran APU secara manual
a) Pastikan APU dalam keadaan mati
b) Lakukan TASK Manually Turn the APU Engine, 49-21-00-980-801
c) Jika putaran APU tidak lancar lakukan task berikut
• Melakukan penggantian APU
- APU Power Plant Removal, AMM TASK 49-11-00-400-801
- APU Power plant Installation, AMM TASK 49-11-00-4
00-801
• Melakukan APU BITE Procedure, 49-60 TASK 801
• Hidupkan APU
• Lihat indikasi pada CDU apakah terdapat fault message dan jika
tidak ada maka masalah telah selesai.
• Jika masih terdapat fault message lakukan perintah selanjutnya
• Matikan APU
4) Mengganti Temperature Control Valve
a) Pastikan APU dalam keadaan mati
b) Lakukan penggantian Temperature Control Valve
- Temperature Control Valve Removal, AMM TASK 49-91-21-000-
801
- Temperature Control Valve Installation, AMM TASK 49-91-21-
400-801
c) Lakukan APU BITE test procedure, 49-60 TASK 801
d) Hidupkan APU
e) Lihat indikasi pada CDU apakah terdapat fault message dan jika
tidak ada maka masalah telah selesai.
f) Jika masih terdapat fault message lakukan perintah selanjutnya
g) Matikan APU
5) Mengganti Oil Temperature Sensor
a) Pastikan APU dalam keadaan mati
42
b) Lakukan penggantian oil temperature sensor
- Oil temperature sensor removal, AMM TASK 49-94-21-000-801
- Oil Temperature Sensor Removal, AMM TASK 49-94-21-400-801
c) Lakukan APU BITE procedure, 49-60 TASK 801
d) Hidupkan APU
e) Lihat indikasi pada CDU apakah terdapat fault message dan jika
tidak ada maka masalah telah selesai.
f) Jika masih terdapat fault message lakukan perintah selanjutnya
g) Matikan APU
6) Melakukan menggantian Electronic Control Unit
a) Pastikan APU dalam keadaan mati
b) Lakukan penggantian Electronic Control Unit
- Electronic Control Unit Removal, AMM TASK 49-61-12-000-801
- Electronic Control Unit Installation, AMM TASK 49-61-12-400-
801
c) Lakukan APU BITE Procedure, 49-60 TASK 801
d) Hidupkan APU
e) Lihat indikasi pada CDU apakah terdapat fault message dan jika
tidak ada maka masalah telah selesai.
f) Jika masih terdapat fault message lakukan perintah selanjutnya
g) Matikan APU
7) Melakukan penggantian APU
a) Pastikan APU dalam keadaan mati
b) Lakukan penggantian APU
- APU Power Plant Removal, AMM TASK 49-11-00-000-801
- APU Power Plant Installation, AMM TASK 49-11-00-400-801
c) Lakukan APU BITE Procedure, 49-60 TASK 801
d) Hidupkan APU
e) Lihat indikasi pada CDU apakah terdapat fault message dan jika
tidak ada maka masalah telah selesai.
f) Jika masih terdapat fault message lakukan perintah selanjutnya
43
2.4. PENELITIAN TERDAHULU (Silaen, 2018)
44
Rusaknya Heavy didapatkan faktor yang
Liquid Chamber menyebabkan kerusakan heavy
pada Lo Purifier liquid chamber pada Lube Oil
Mitsubishi Sj25t Purifier adalah tidak seimbangnya
Di Mv. Jingu putaran bowl yang disebabkan
Dengan Metode adanya kerusakan pada spiral
FTA gear sehingga menyebabkan
putaran vertical shaft tidak
seimbang, hal ini dapat dicegah
dengan meningkatkan
pengawasan dan pemeriksaan
kondisi bagian Lube Oil Purifier
setiap mengadakan perawatan
(Apriana, 2019).
45
memanfaatkan personil dengan
efektif, menghindari kelupaan
dalam aktifitas pemeliharaan dan
operator dapat menggunakan
mesin dengan aman dan nyaman.
c. Setelah perencanaan dan
penjadwalan pemeliharaan Vane
Pump merk Vickers 35VQ telah
dibuat maka hasilnya sebagai
usulan ke industri yang terkait
(Nabil, 2019).
Damarjati Studi Kasus a. Berdasarkan analisis yang di
Kusumo,Muslimin, Kerusakan Shut- lakukan penyebab terjadinya
dan Dedek Zuldin off Valve Pada kerusakan pada WAI shutt-off
Wing Anti-Ice valvea dalah karena actuator
Pesawat Boeing rotary stuck.
737-800NG b. Teknisi memperbaiki kerusakan
tersebut dengan cara mengganti
actuator rotary yang rusak dengan
actuator rotary yang baru
(Kusumo, 2019).
Fakhriza Aziz Analisa Reliability 1.Kerusakan terjadi pada Hole
Pratama, Sunarto, Flexible Hose yang pada inner tube.
Indriyani Rebet, dan pada Sistem 2.Didapatkan jadwal perawatan
Abas Green Hydraulic yang lebih efektif menggunakan
Leak A330 metode predictive maintenance
dengan mengetahui penyebab
kejadian dan sebagai rujukan
pergantian komponen sesuai
MTTF tersebut (Aziz, 2019).
Perpindhan panas adalah proses pertukaran panas yang terjadi antara benda panas
dan benda dingin.Ada tiga cara perpindahan panas yaitu konduksi , konveksi dan
radiasi .
Perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas antar molekul melalui bidang
padat homogen persegi mupun silinder dimana mekanisme perpindahan panasnya
terjadi rambatan proses dari suatu benda yang bersuhu tinggi ke benda yng bersuhu
rendahsecara kontak langsung.Perpindahan panas konduksi dapat berlangsung pada
zat padat ,cair dan gas .Besarnya nilai perpindahan panas berdasarkan rumus Fourier
adalah:
46
𝐾𝐴𝑇
𝑄= (2.1)
𝑋
Dimana:
Q = Laju perpindahan panas
K = Koefisien konduksi
A = Luas penampang
T = Perbedaan suhu
x = panjang
𝑄 = ℎ𝐴𝑇 (2.2)
Dimana:
Q = Laju perpindahan Panas
h = koefisien konveksi
A = luas penampang
T = perbedaan suhu
Konveksi paksa yaitu perpindahan panas konveksi yang berlangsung dengan bantuan
tenaga lain, misalnya kipas angin , alat pengering rambut ,kue,pakain danlain
sebagainya. Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas dari suatu benda ke
benda lain dengan bantuan gelombang elekto magnetic dimana tenaga ini akan
diubah menjadi panas jika tenaganya diserap oleh benda lain. Besarnya panas yang
47
dipancarkan menurut Hukum Steven Boltzman dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
𝑄 = 𝑒𝐴𝑇 4 (2.3)
Dimana:
Q = Laju perpindahan panas
c = emisivitas benda
A= Luas area
= Konstanta Steven Boltzman
T = Suhu benda
Proses perpindahan panas pada kondisi Heat exchanger kotor sesuai dengan
persamaan perpindahan panas secara umum yaitu (Sudrajat, 2017)
Terdapat perbedaan yaitu Udirty dengan UClean yaitu terdapa Fouling factor yang
menurunkan efektifitas dari kinerja Heat Exchanger. Fouling factor adalah besarnya
pengotoran yang terjadi pada heat Exchanger yang mengakibatkan bertambahnya
besaran tahanan termalnya. Fouling factor dinotasikan dengan Rf yang akan
mempengaruhi besarnya nilai Udirty. (Sudrajat, 2017)
1 1
𝑅𝑓 = 𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 − (2.5)
𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛
Dimana:
Rf = Fouling Factor (m2.K/W)
Udirty = Koefisien perpindahan panas global setelah terjadi pengotoran (W/m2.K)
Uclean = Koefisien perpindahan panas global sebelum terjadi pengotoran (W/m2.K)
48
2.6. PENGERTIAN PERAWATAN
Sistem perawatan mempunyai arti, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
untuk menjaga atau memperbaiki aktifitas, atau sistem yang menyimpang dari
pemakaian peralatan. Tujuan Perawatan pada mesin mempunyai tujuan, antara lain:
49
Periodic maintenance ini diantaranya adalah perawatan berkala yang terjadwal
dalam melakukan pembersihan mesin, inspeksi dan penggantian suku cadang
yang bertujuan mencegah terjadi kerusakan mesin secara mendadak yang dapat
mengganggu performa mesin.
b.) Predictive maintenance (perawatan prediktif).
Predictive maintenance adalah perawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
kegagalan sebelum terjadi kerusakan total. Predictive maintenace ini akan
memprediksi kapan akan terjadinya kerusakan pada komponen tertentu pada
mesin dengan cara melakukan analisa keandalan (Reliability). Sehingga dapat
dilakukan perawatan sebelum waktu kegagalan.
50
2.8. CORRECTIVE MAINTENANCE
Perawatan pada pesawat masa kini menggunakan konsep MSG-3. Konsep MSG 3
adalah Maintenance Steering Group , yaitu mengelompokkan proses proses
perawatan yang harus dilakukan dengan urutan dari perawatan ringan hingga
overhaul. (Directorate General Of Civil Aviation, 2019)
Perawatan pada pesawat dibagi menjadi line maintenance dan base maintenance
berdasarkan dimana perawatan tersebut dilakukan, seberapa besar kerusakan yang
terjadi dan berapa lama waktu perawatannya.
1) Line Maintenance
Line Maintenance dilakukan dekat Flight Line atau Apron. Disini
dilakukan perawatan ringan seperti servicing, Cleaning, dan Light
Inspection. Pada line maintenance tidak dilakukan perawatan tak terjadwal
dan hanya dilakukan penggantian dan inspeksi.
2) Base Maintenance
51
Base Maintenance dilakukan di hanggar. Disni dilakukan perawatan pada
kerusakan yang berat. Durasi perawatanya pun lama. Disini dilakukan
semua macam perawatan dari yang terjadwal, tidak terjadwal dan overhaul.
Reliabilitas adalah kemungkinan sebuah komponen untuk tetap berfungsi atau daya
tahan komponen. Untuk mempertahankan kapabilitas dan kemampuan sebuah sistem
diperlukan adanya pemeliharaan dan reliabilitas. (Directorate General Of Civil
Aviation, 2019)
Sebuah sistem harus selalu dipelihara dan dijaga reliabilitasnya agar mampu
mencapai kinerja dan kualitas yang diinginkan. Reliabilitas adalah kemungkinan
berfungsinya mesin atau produk secara laik dalam waktu dan kondisi tertentu.
Sedangkan pemeliharaan adalah serangkain aktivitas yang saling berkaitan untuk
menjaga system tersebut dapat bekerja sesuai urutannya.
Life distribution dapat digunakan untuk korelasi pada distribusi probalistik yang
digunakan pada keandalan teknik dan analisis data. Distribusi ini memiliki
persamaan untuk mempresentasikan kejadian tertentu. Terdapat jenis jenis distribusi
yang dapat menunjukan keandalan data. Berikut adalah distribusi yang sering dipakai
untuk analisa life distribution (Abernethy, 2015).
1. Distribusi Exponensial
2. Distribusi Weibull
3. Distribusi Normal
4. Distribusi Lognormal
5. Distribusi Mixed Weibull
6. Distribusi Generalisasi Gamma
7. Distribusi Logistik
Analisa Weibull digunakan pada dunia penerbangan dan telah menjadi sebuah
standar dalam menentukan umur atau lifetime komponen pada pesawat terbang. Hal
ini dikarenakan dapat memprediksi kerusakan sehingga dapat dihitung umur
53
komponen dan dapat membuat renaca perawatan serta penggantian komponen
tersebut secara efektif (Abernethy, 2015).
−1 t
t −
f (t ) = e (2.6)
Dimana:
t = Waktu yang akan dihitung probabilitasnya
= Scale parameter
= Shape Parameter
2.13.2. Parameter Weibull
54
2.13.3. Pengaruh Parameter Distribusi Weibull
55
dikarenakan akibat kesalahan pada pemeliharaan atau manusia, kegagalan
karena alam, benda asing dan petir.
• 1 < β < 4 di indikasikan kerusakan wear out, dimana laju kerusakan
meningkat sejalan dengan waktu. Hal ini dapat dikarenakan akibat korosi,
erosi kegagalan pada bearing dll.
• Β> 4 menandakan wear out.
56
2.13.4. Reliability
Reliability adalah keandalan suatu sistem untuk bekerja sebagai mana mestinya.
Fungsi reliabilitas adalah fungsi matematik yang menyatakan hubungan peluang
keandalan terhadap waktu. Karena fungsi ini merupakan fungsi probabilitas maka
hasil nya berkisar 0 sampai 1 (Abernethy, 2015).
Dengan persamaan sebagai berikut :
𝑡
−( )𝛽
𝑅(𝑡) = 𝑒 𝜂 (2.7)
Dimana:
t = Waktu yang akan dihitung probabilitasnya
= Scale parameter
= Shape Parameter
2.13.5. Unreliability
𝑡
−( )𝛽
𝐹(𝑡) = 1 − 𝑒 𝜂 (2.8)
Dimana:
t = Waktu yang akan dihitung probabilitasnya
= Scale parameter
= Shape Parameter
57
2.13.6. Median Rank
Posisi median rank adalah salah satu cara yang digunakan untuk membuat grafik
Distribusi Weibull Median rank yang digunakan pada tingkat 50%. Pendekatan ini
dikenal dengan Bernard’s Approximation (Abernethy, 2015).
Untuk Menemukan nilai ini menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑖−0.3
𝑀𝑅~ 𝑁+0.4 𝑥100 (2.9)
Dimana:
i = Urutan kegagalan
N = Total jumlah sampel
Metode regresi linear atau yang biasa dikenal dengan kuadrat terkecil adalah suatu
metode untuk menggambarkan garis yang menunjukan arah dalam hubungan
beberapa variabel, serta digunakan untuk melakukan prediksi. Analisa ini
dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama
untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna.
Dalam distribusi weibull Metode ini digunakan untuk dapat menentukan parameter
pada weibull (Abernethy, 2015).
y= a + bx (2.10)
𝑛 ∑𝑛 𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖𝑦𝑖− ∑𝑖=1 𝑥𝑖 ∑𝑖=1 𝑦𝑖
𝑎= 2 (2.11)
𝑛 ∑𝑛 2 𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖 −(∑𝑖=1 𝑥𝑖 )
∑ 𝑦𝑖 – b(∑ 𝑥𝑖)
𝑏= (2.12)
𝑛
58
2.13.8. Failure Rate
Failure rate adalah banyaknya kerusakan sistem yang terjadi per satuan waktu
(Abernethy, 2015).
Memiliki persamaan sebagai berikut :
𝑓(𝑡) 𝛽 𝑡
𝜆(𝑡) = 𝑅(𝑡) = 𝜂 (𝜂)𝛽−1 (2.13)
Dimana:
Mean Time to Failure adalah waktu prediksi kapan suatu sistem atau peralatan tidak
dapat beroperasi kembali (Abernethy, 2015).
Dengan persamaan sebagai berikut :
1
𝑇̅ = 𝜂. 𝛤(𝛽 + 1) (2.14)
Dimana:
= Scale parameter
= Shape Parameter
59
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
Mulai
Analisa Keandalan
Selesai
60
1. Identifikasi Masalah
Menemukan dan menentukan kejadian return to base yang akan diangkat
menjadi tugas akhir dengan mengidentifikasi data kejadian return to base
pada laporan perawatan.
2. Kemungkinan penyebab dari masalah Man Machine Method Material
a. Man
Membuat daftar kemungkinan penyebab masalah dari kategori Man
seperti apakah personel yang terlibat dalam perawatan sudah kompoeten
atau apakah personel sedang dalam kondisi fit
b. Machine
Membuat daftar kemungkinan penyebab masalah dari kategori Machine
mengidentifikasi kemungkinan masalah disebabkan oleh komponen
Auxialary Power Unit
c. Method
Membuat daftar kemungkinan penyebab masalah dari kategori Method.
Dengan mempertimbangkan metode yang digunakan pada saat
perawatan sudah sesuai standar atau tidak.
d. Material
Membuat daftar kemungkinan penyebab masalah dari kategori Material
seperti apakah material yang digunakan seperti seal sudah sesuai standart
manufaktur.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat laporan kejadian
kerusakan pada unit engineering GMF Aeroasia dan wawancara terkait
permasalahan yang akan penulis angkat menjadi tugas akhir sebagai berikut:
• Part Number Auxialary Power unit yang terpasang
• Komponen komponen yang digunakan pada APU yang mempengaruhi
kinerja pendingin oli
• Laporan personel yang melakukan perawatan apakah sudah kompeten
• Laporan kejadian High Oil Temperature APU B737
• Tanggal kejadian High Oil Temperature APU B737
61
• Berapa kali terjadi High Oil Temperature APU B737 pada pesawat
dengan tipe yang sama
• Data umur komponen Oil Cooler dengan tipe yang sama pernah
mengalami kerusakan sehingga terjadi High Oil Temperature.
4. Pengolahan data
Data akan di olah dengan langkah sebagai berikut :
1) Membuat Fishbone Diagram kejadian High Oil Temperature APU B737-
800
2) Mengidentifikasi penyebab Man, Machine, Method dan Material
3) Membuat tabel seluruh kejadian High Oil Temperature APU B737-800
4) Membuat urutan kejadian yang terjadi
5) Membuat tingkat resiko yang terjadi
5. Analisa data
1) Menentukan penyebab Utama dari kejadian High Oil Temperature dari
kemungkinan Man, Machine, Method dan Material
2) Sistem yang rusak akan dilakukan pemecahan masalah menggunakan
FIM B737-800 sehingga mengetahui penyebab kerusakan
3) Mendapatkan cara menanggulangi sistem yang rusak berdasarkan
penyebab kerusakan menggunakan AMM B737-800
4) Membuat tabel data umur komponen Oil Cooler
5) Melakukan analisa reliability pada data seluruh kejadian overheat pada
APU dengan tipe yang sama menggunakan metode weibull
6) Menentukan mean time to failure berdasarkan reliability
7) Membuat jadwal perawatan baru berdasarkan mean time to failure
8) Menentukan solusi berdasarkan man, machine, material dan method
untuk mencegah kejadian tersebut terulang kembali
9) Membuat maintenance program yang lebih baik
62
6. Jadwal lebih efektif
Jika jadwal yang didapat lebih efektif dibandingkan jadwal sebelumnya
maka dapat digunakan sebagai pencegahan kejadian kenaikan suhu oli dan
dilanjutkan ke kesimpulan dan saran.
7. Jadwal tidak lebih efektif
Jika jadwal yang didapatkan tidak lebih efektif dikarenakan permasalahan
teknis atau biaya maka diperlukan pengumpulan data lebih lanjut sehingga
hasil analisis mendapatkan jadwal yang lebih efektif
8. Hasil dan Kesimpulan
Setelah melakukan identifikasi dari kemungkinan penyebab akan didapatkan
solusi dari permasalahan berdasarkan Man Machine Method dan Material.
Sebagai tambahan untuk maintenance program disertakan juga jadwal
perawatan yang lebih efektif.
63
2. Torque Wrench
64
5. Screw Gun
6. Side Cutter
65
• Bahan - bahan
1. Alkohol untuk pembersih
66
3. Contact Cleaner
67
BAB IV
Umur bahan
Tidak menggunakan manual yang terbaru
Method Material
68
Temperature
control valve
Short Circuit pada tidak dapat
Thermocouple membuka
Kerusakan
pada bearing
Terdapat
kotoran pada
Oil Cooler
Dari data penelitian yang telah didapat, terdapat beberapa penyebab utama kerusakan
setelah dilakukan maintenance pada Oil Cooler, yang terbagi atas empat bagian
utama yaitu :
1. Man
2. Material
3. Methods
4. Tools
1. Man
Man dalam Bahasa Indonesia merupakan manusia, faktor ini tentunya berhubungan
pada personil pemeliharaan. Personil pemeliharaan yang belum training mengenai
pesawat B737-800 dapat menjadi faktor penyebab high oil temperature dari segi
manusia karena kurang pengalaman ketika melakukan pemeliharaan. Selain itu, ada
faktor lain penyebab terjadinya kerusakan dari segi man yaitu complacency karena
69
personil terlalu optimis karena kebiasaan bekerja yang salah sehingga mengakibatkan
kesalahan prosedur saat pemeliharaan Auxialary Power Unit.
2. Material
Material merupakan faktor lain penyebab High Oil Temperature, tentunya material
berhubungan dengan material yang digunakan yaitu menggunakan material alternate
part number yang memiliki kualitas berbeda dengan yang material yang original.
Sehingga hal ini juga merupakan faktor pencetus kerusakan Oil Cooler yang tidak
sesuai dengan jadwal perawatan.
3. Methods
Methods merupakan faktor penyebab kerusakan Oil Cooler yang diakibatkan oleh
metode yang salah saat pemeliharaan Auxialary Power Unit yaitu seperti kesalahan
inspeksi yang tidak berlandaskan dengan manual, hanya ikut senior yang sering
mengerjakan kegiatan pemeliharaan tersebut, selanjutnya adalah tidak menggunakan
torsi saat mengencangkan bolt, nut dan sebagainya saat melakukan pemeliharaan
yang seharusnya mengikuti prosedur aircraft maintenance manual.
4. Tools
Tools merupakan alat yang digunakan saat pemeliharaan Auxialary Power Unit,
penyebab kerusakan Oil Cooler yang diakibatkan oleh faktor tools yaitu dikarenakan
tools rusak dan tools tidak terkalibrasi, hal ini mengakibatkan ketika menggunakan
tools tersebut tidak dalam keadaan akurat sehingga terkadang ketika personil sedang
melakukan pengencangan port tersebut sudah sesuai dengan torque namun torque
wrench ini sendiri tidak terkalibrasi dengan baik sehingga terkadang ada bagian bolt
yang masih kendor ataupun over torque yang nantinya berakibat pada kerusakan
komponen pada Auxialary Power Unit.
70
4.1.1 Melakukan Pengecekan Pada Penyebab High Oil Temperature akibat
kerusakan komponen
Langkah langkah melakukan inspeksi pada penyebab High Oil Temperature: (The
Boeing Company, 2018).
a. Pastikan APU Dalam keadaan tidak beroperasi
b. Melepaskan Temperature Control Valve sesuai dengan AMM TASK 49-91-21-
00-801
c. Buka Circuit Breaker dan pasang safety tag pada panel
F/O Electrical System Panel P6-2 APU Fire SW Power
71
F/O Electrical System Panel P6-4 Aux Power Unit Control
d. Melepas dua baut yang terpasang pada temperature control valve di APU
Gearbox
e. Putar Temperature Control Valve searah jarum jam hingga flange lepas dari
Studs
f. Lepas Temperature Control Valve
72
Gambar 4.4. Temperature Control Valve Terpasang pada APU
l. Putar Temperature Control Valve berlawanan dengan jarum jam hingga flange
terpasang sempurna dengan stud
m. Kencangkan baut dengan torsi 40 pound-inch (4.5 Nm)
n. Lalu hidupkan APU Untuk melihat apakah masih terdapat Fault Code pada
Control Display Unit pada cockpit
o. Setelah melakukan langkah diatas ternyata masih ditemukan fault code, maka
penyebab High Oil Temperature pada kasus ini bukan temperature control valve
p. Dikarenakan temperature control valve dilakukan penggantian maka untuk
temperature sensor juga telah diganti maka temperature sensor bukanlah
penyebab High Oil Temperature pada kasus ini.
.
73
Gambar 4.5. Fault Light Pada Cockpit menunjukkan kerusakan
Ketika melakukan task diatas putaran APU lancar dan tidak macat maka bearing
bukan menjadi penyebab High Oil Temperature pada kasus ini.
75
f) Jika terdapat partikel berwarna perak maka hal itu menjadi indikator terjadi
gesekan pada engine sehingga besi terkelupas.
g) Jika ditemukan banyak kotoran bukan besi pada magnetic element maka
harus magnetic element harus dibersihkan
Setelah melakukan langkah diatas tidak ditemukan partikel besi atau kotoran pada
magnetic drain plug. Maka pada kasus ini bearing bukan menjadi penyebab High Oil
Temperature. Lalu lakukan pemasangan magnetic drain plug (The Boeing Company,
2018).
76
Setelah dilakukan pengecekan pada Oil Cooler diketahui bahwa penyebab kerusakan
adalah Oil cooler yang kotor karena kotoran dapat menghambat proses perpindahan
panas pada oil cooler sehingga proses pendinginan oli pada oil cooler tidak efektif.
Hal itu menyebabkan suhu oli tetap panas ketika melalui Oil Cooler (The Boeing
Company, 2018).
Proses perpindahan panas pada kondisi Oil Cooler kotor sesuai dengan persamaan
perpindahan panas secara umum yaitu (Sudrajat, 2017)
Terdapat perbedaan yaitu Udirty dengan UClean yaitu terdapa Fouling factor yang
menurunkan efektifitas dari kinerja Heat Exchanger. Fouling factor adalah besarnya
pengotoran yang terjadi pada heat Exchanger yang mengakibatkan bertambahnya
besaran tahanan termalnya. Fouling factor dinotasikan dengan Rf yang akan
mempengaruhi besarnya nilai Udirty. (Sudrajat, 2017)
1 1
𝑅𝑓 = 𝑈𝑑𝑖𝑟𝑡𝑦 − (4.2)
𝑈𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛
77
Hal ini membuktikan bahwa kotoran pada Oil Cooler mempengaruhi kinerja dari
proses perpindahan panas pada oli dengan udara. Akibatnya suhu oli pada APU tidak
didinginkan secara efektif.
Sesuai dengan studi Pustaka untuk membersihkan Oil Cooler menggunakan petunjuk
dari AMM B737-800 dengan langkah sebagai berikut: (The Boeing Company, 2018)
1) Pastikan tekanan air untuk membersihkan oil cooler tidak merusak komponen
didalam oil cooler.
2) Gunakan sumber tekanan udara, STD-1087 untuk membersihkan lapisan
3) Bersihkan lapisan dan sisi sisi oil cooler. Untuk membersihkan kotoran yang
tersisa gunakan alcohol B00130 dan Cotton Wiper G00034.
4) Lalu Keringkan Oil cooler menggunakan udara bertekanan dari kompresor.
78
Gambar 4.7. Oil Cooler setelah dibersihkan
Setelah Oil Cooler dibersihkan dilakukan pemasangan Oil cooler. Sesuai dengan
studi pustaka untuk memasang oil cooler lakukan TASK 41-91-41-400-801 : Oil
cooler installation dengan langkah sebagai berikut : (The Boeing Company, 2018)
1) Isi Oil cooler dengan oli dengan tipe yang sama pada APU Gearbox
2) Menutup lubang pada oil cooler port agar oli tidak tumpah
3) Memasang oil cooler pada eductor housing
4) Pastikan flange pada bagian bawa oil cooler terpasang dengan sempurna
5) Kencangkan 8 baut yang terpasang pada oil cooler
6) Setelah itu lepas penutup lubang pada oil cooler port
7) Beri lubrikasi pada packing dengan lubricant D00341
8) Lakukan pemasangan 2 packing pada supply tube, Return tube
9) Hubungkan return tube dan supply tube ke oil cooler
10) Putar flange berlawanan terhadap arah jam sehingga tube retainer pada suply
tube dan terpasang sempurna
11) Kencangkan baut pada supply tube dan return tube hingga torsinya mencapai 50
pound-inches (5.7 newton-meter)
12) Lalu lakukan pengisian oli pada gearbox
79
13) Setelah Oil Cooler terpasang lakukan Oil Cooler test
14) Oil Cooler installation test
Berdasarkan studi pustaka langkah langkah untuk melakukan Oil Cooler test sebagai
berikut :
1) Hidupkan APU
2) Operasikan APU selama 5 menit
3) Ketika APU di operasikan lakukan inspeksi apakah lampu indikasi kerusakan
APU hidup
4) Jika lampu indikasi kerusakan APU hidup maka lakukan perbaikan pada
penyebab High Oil Temperature lainnya.
5) Matikan APU.
Setelah dilakukan ternyata lampu indikasi kerusakan APU tidak hidup maka
penanggulangan kejadian High Oil Temperature telah diselesaikan.
80
kategori tersebut dapat mengurangi atau bahkan mengatasi permasalahan yang
sedang dihadapi saat ini.
Pada penelitian ini ditemukan penyebab High Oil Temperature adalah Oil
Cooler yang kotor sehingga menyebabkan system pendingin oli pada APU
tidak efektif. Namun faktor manusia tidak dapat dihindari Maka dari itu
dibuatlah Analisa data menggunakan Five Ws method pada kategori Machine
dan Man untuk permasalahan ini.
83
Tabel 4.2. Solusi akar masalah Machine
Kategori Permasalahan Detail Akar Solusi akar
Permasalahan permasalahan
84
4.2 MENENTUKAN JADWAL PENGGANTIAN KOMPONEN
Membuat jadwal yang baru bertujuan agar kejadian High Oil Temperature tidak
terjadi kembali. Berdasarkan CASR part 43 preventive maintenance untuk
menentukan jadwal penggantian komponen yang lebih efektif digunakan analisa
reliability agar menemukan mean time to failure yang akan digunakan sebagai waktu
penggantian komponen (Abernethy, 2015).
Tabel 4.4. Data kejadian High Oil Temperature akibat oil cooler
Part Part Serial
No Notification ATA Equipment Register
Number Name Number
OIL
1 10568077 49 12197073 160564-2 3431 GMO
COOLER
OIL
2 11802046 49 12248787 160564-2 4658 GMR
COOLER
OIL
3 12481619 49 12124997 160564-2 4696 GML
COOLER
OIL
4 12491851 49 12247518 160564-2 4962 GMR
COOLER
OIL
5 12184267 49 12108302 160564-2 4556 GEG
COOLER
OIL
6 12172712 49 12267065 160564-2 4514 GMR
COOLER
OIL
7 11920771 49 12248275 160564-2 5988 GNE
COOLER
OIL
8 13382695 49 12273115 160564-2 7526 GFC
COOLER
OIL
9 13478485 49 12308473 160564-2 1558 GMP
COOLER
OIL
10 13979445 49 12268111 160564-2 8141 GFU
COOLER
OIL
11 14137804 49 12213255 160564-2 1998 GNP
COOLER
OIL
12 14147465 49 12331537 160564-2 7630 GNV
COOLER
OIL
13 14774674 49 42006666 160564-2 6870 GNC
COOLER
14 14894412 49 12233082 160564-2 OIL 6755 GMR
85
COOLER
OIL
15 15161475 49 12369373 160564-2 8697 GML
COOLER
OIL
16 15125395 49 12360733 160564-2 6128 GMO
COOLER
OIL
17 14955487 49 12255500 160564-2 7630 GFJ
COOLER
(4.3)
86
Dimana:
F(t) = Unreliability
t = Waktu (FH)
β = Shape Parameter
𝜂 = Scale Parameter
Untuk melakukan regresi linear maka persamaan harus diubah menjadi persamaan
linear. Maka diberikan log normal pada masing masing sisi sehingga didapatkan
bentuk persamaan garis
(4.4)
(4.5)
(4.6)
(4.7)
Lalu sekali lagi diberikan Log Normal pada kedua sisi
(4.8)
(4.9)
Dengan sifat logaritma sehingga
(4.10)
Maka didapatkan
𝑎
𝑒 −𝑏 = 𝜂 (4.16)
𝑎
𝜂 = 𝑒 −𝑏 (4.17)
(4.18)
x = Ln(t)
y = Ln(-(Ln(1-F(t)))
N = Jumlah Data
(4.19)
x = Ln(t)
y = Ln(-(Ln(1-F(t)))
89
N = Jumlah Data
90
Tabel 4.7. Tabel untuk perhitungan Regresi Linier
Ln(-Ln(1- Ln(Time to
xiyi yi2 xi2
Median Rank)) failure)
-3.192684658 5.262690189 -16.8021 10.19324 27.69591
-2.274877577 5.749392986 -13.0792 5.175068 33.05552
-1.780091531 8.235890726 -14.6606 3.168726 67.8299
-1.43098059 8.42398081 -12.0546 2.047705 70.96345
-1.1556011 8.477828468 -9.79699 1.335414 71.87358
-0.924117873 9.024251729 -8.33947 0.853994 81.43712
-0.721080787 9.031931152 -6.51275 0.519958 81.57578
-0.53726488 9.306014122 -4.99979 0.288654 86.6019
-0.366512921 9.396570945 -3.44396 0.134332 88.29555
-0.204260615 9.407057809 -1.92149 0.041722 88.49274
-0.046711512 9.421330367 -0.44008 0.002182 88.76147
0.109754476 9.652201695 1.059372 0.012046 93.165
0.269192971 9.656499466 2.599462 0.072465 93.24798
0.437052522 9.70112654 4.239902 0.191015 94.11186
0.622305333 9.754233199 6.070111 0.387264 95.14507
0.844082105 9.855766816 8.319076 0.712475 97.13614
1.167250255 10.20099619 11.90712 1.362473 104.0603
-9.184546381 150.5577632 -57.856 26.49873 1363.449
(150,5577632)𝑥(−9,184546381)
(−57,856) −
𝑏= 17
(150,55776322 )
1363.449 − 17
𝑏 = 0,781321331
−9,184546381 150,5577632
𝑎= − (0,781321331)
17 17
𝑎 = −7,459914015
91
Setelah didapatkan a dan b maka persamaan garis linier adalah
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑦 = −7,459914015 + 0,781321331𝑥
β=b
β = 0,781321331
Sesuai dengan referensi dari buku Weibull handbook diketahui jika nilai β
berada di antara 0 sampai dengan 1 (0< β<1) Maka terbukti bahwa pada
failure rate kerusakan berkurang sejalan dengan waktu.
𝑎
−
𝜂= 𝑒 𝑏
−7,459914015
− 0,781321331
𝜂= 𝑒
𝜂 = 14014,08527
𝑡
(− )𝛽
𝑅(𝑡) = 𝑒 𝜂 (4.21)
92
Dimana:
𝑅(𝑡) = Reliability
𝑡 = Waktu
β = Shape Parameter
η = Scale Parameter
𝑅(𝑡) = 100%
b. Unreliability
𝑡
(− )𝛽
𝐹(𝑡) = 1 − 𝑒 𝜂 (4.22)
Dimana:
F(t) = Unreliability
t = Waktu
β = Shape Parameter
η = Scale Parameter
𝐹(𝑡) = 0%
c. Failure Rate
𝛽 𝑡 𝛽−1
𝜆(𝑡) = ( 𝜂 ) (𝜂) (4.23)
Dimana:
𝜆(𝑡) = Failure Rate
𝑡 = Waktu
𝛽 = Shape Parameter
93
𝜂 = Scale Parameter
Reliability
1000
(− )0,781321331
𝑅(𝑡) = 𝑒 14014,08527
𝑅(𝑡) = 88.06%
Unreliability
𝐹(𝑡) = 1 − 88,06%
𝐹(𝑡) = 11,94%
Failure Rate
0,781321331−1
0,781321331 1000
𝜆(𝑡) = ( )( )
14014,08527 0,781321331
𝜆(𝑡) = 9.93103E-05
94
Tabel 4.8. Perhitungan t = 0 FH sampai dengan t = 25000 FH
Time Unreliability Reliability Failure Rate
0 0.00% 100.00% 0
1,000 11.94% 88.06% 9.93103 x 10-5
2,000 19.62% 80.38% 8.53425 x 10-5
3,000 25.91% 74.09% 7.81012 x 10-5
4,000 31.30% 68.70% 7.33393 x 10-5
5,000 36.04% 63.96% 6.98465 x 10-5
6,000 40.27% 59.73% 6.71165 x 10-5
7,000 44.09% 55.91% 6.48917 x 10-5
8,000 47.55% 52.45% 6.30242 x 10-5
9,000 50.71% 49.29% 6.14217 x 10-5
10,000 53.62% 46.38% 6.00227 x 10-5
11,000 56.29% 43.71% 5.87846 x 10-5
12,000 58.76% 41.24% 5.76767 x 10-5
13,000 61.05% 38.95% 5.66759 x 10-5
14,000 63.18% 36.82% 5.57648 x 10-5
15,000 65.17% 34.83% 5.49298 x 10-5
16,000 67.01% 32.99% 5.416 x 10-5
17,000 68.74% 31.26% 5.34467 x 10-5
18,000 70.36% 29.64% 5.27829 x 10-5
19,000 71.87% 28.13% 5.21625 x 10-5
20,000 73.30% 26.70% 5.15806 x 10-5
21,000 74.63% 25.37% 5.10332 x 10-5
22,000 75.89% 24.11% 5.05167 x 10-5
23,000 77.07% 22.93% 5.0028 x 10-5
24,000 78.18% 21.82% 4.95646 x 10-5
25,000 79.23% 20.77% 4.91241 x 10-5
95
Lalu menyusun hasil perhitungan pada grafik
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Series1
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Series1
96
Berdasarkan grafik diatas dapat ditemukan bahwa unreliability komponen Oil
Cooler mengalami peningkatan dengan bertambah nya flight hour, maka
semakin sering komponen Oil Cooler digunakan maka kemungkinan
komponen tersebut untuk rusak semakin tinggi.
0.00012
0.0001
0.00008
0.00006
0.00004
0.00002
0
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Series1
Berdasarkan grafik diatas failure rate komponen Oil Cooler terhadap flight
hour mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena ketika didapatkan
parameter beta lebih kecil dari 1 maka akan mengalami Lindy Effect, menurut
Goldman komponen akan mengalami “childhood” dimana failure rate akan
turun mengikutin umur dari komponen tersebut mengikuti “Bathub Curve”
(Abernethy, 2015).
4.2.5 Pembahasan
98
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Dengan dilakukan pemecahan masalah, penanggulangan dan menemukan solusi
atas kejadian High Oil Temperature teridentifikasi penyebab dari kejadian High
Oil Temperature pada kasus ini adalah kotoran yang terdapat pada Oil Cooler
sehingga menghambat proses pendinginan oli oleh udara karena kotoran
mengganggu proses perpindahan panas.
2. Dilakukan perawatan pada Oil Cooler sebagai solusi atas kejadian High Oil
Temperature dengan cara membersihkan kotoran menggunakan alkohol sehingga
Oil Cooler dapat mendinginkan oli kembali.
3. Agar permasalahan ini tidak terjadi kembali maka harus diperhatikan
a. Personel yang bekerja telah tersertifikasi dan dalam kondisi yang fit secara
fisik dan psikologis
b. Pastikan dalam pengerjaan perawatan menggunakan maintenance manual
yang terbaru dan tidak ada prosedur yang terlewat
c. Menggunakan tools yang terkalibrasi dan dapat berfungsi dengan baik
d. Pastikan komponen yang digunakan sesuai dengan standart manufaktur
e. Pastikan Umur komponen yang terpasang masih layak pakai dengan standar
Manufaktur
4. Dilakukan analisis reliabilitas sehingga didapatkan jadwal penggantian
komponen yang baru yaitu setiap 16.156 flight hours.
99
5.2 SARAN
Setelah jadwal perawatan yang baru digunakan diharapkan dapat mencegah
kejadian High Oil Temperature tidak terjadi kembali. Hal ini penting karena
keselamatan adalah hal yang utama serta menjaga kepercayaan penumpang
ketika melakukan perjalanan udara.
100
DAFTAR PUSTAKA
101
LAMPIRAN
102
103
104
Lampiran 2 Oil Cooler instalation Manual
105
106
107
108
Lampiran 3 Oil Cooler Inspection Manual
109
110
111
112
113
114
Lampiran 4 Temperature Control Valve removal Maintenance Manual
115
116
117
118
119
Lampiran 5 Temperature Control Valve Installation Maintenance Manual
120
121
122
123
Lampiran 6 Magnetic Drain Plug Removal
124
125
126
127
Lampiran 7 Magnetic Drain Plug Installation
128
129
130
Lampiran 8 Magnetic Drain Plug Inspection
131
132
133
134
135
136
137
138