Anda di halaman 1dari 5

JUDUL PROPOSAL

TENTANG

PENGRUH PENETAPAN MAS KAWIN TERHADAP


KENYAMANAN WANITA DI DESA KOLABE, KECAMATAN
AMFOANG UTARA (ditinjau dari sudut pandang pendidikan agama
kristen)

NAMA : MARCE YUPEGI TANONE

NIM : 01.2016.0124

KELAS :D

SEMESTER : VII

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI

KUPANG

2019
BAB I

PENGRUH PENETAPAN MAS KAWIN TERHADAP


KENYAMANAN WANITA DI DESA KOLABE, KECAMATAN
AMFOANG UTARA (ditinjau dari sudut pandang pendidikan agama
kristen)

A. 1.1. Latar Belakang


Perkawinan menjadi pengalaman hidup yang sangat membahagiakan, sedikit
membahagiakan, atau sama sekali tidak membahagiakan. Allah merancang dua jenis
kelamin yang berbeda agar saling melengkapi. Allah ingin pria dan wanita bersatu dalam
perkawinan agar mereka bisa saling mengisi kekurangan masing-masing. Allah
menciptakan laki-laki untuk wanita dan wanita untuk laki-laki. Allah merencanakan
perkawinan demi kebaikan manusia: “Tuhan Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia
itu seorang diri saja’ Aku akan menjadikan penolong baginya…. Lalu berkatalah manusia
itu (Adam) : ‘inilah dia;tulang dari tulangku dan dagingdari dagingku. Ia akan dinamai
perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’ Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging”(kej 2:18,23,24).
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakanNya dalam keadaan
tunggal di taman Eden. Semua makhluk lain diciptakan sebagai jantan dan betina dan
berpasang-pasangan. Tetapi kendatipun demikian manusia diciptakan “menurut gambar
dan rupa” Allah (Kej 1:26) dan diberi jiwa abadi (lihat 2:7). Status berpasangan saja
belumlah mencukupi untuk kebutuhan emosi dan kerohanian manusia. Karena itu Allah
ingin agar lelaki dan wanita tidak hanya sekedar pasangan tapi saling menolong. Inilah
rahasia perkawinan yang bahagia.1
Pengertian perkawinan menurut undang-undang perkawinan, yang dikenal
dengan UU No. 1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

1
Jenny Natanael, kebahagiaan pernikahan Kristen. jakarta
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Menurut Dadang Hawari perkawinan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita
sebagai suami istri berdasarkan hukum (undang-undang), hukum agama atau adat istiadat
yang berlaku. Nikah artinya perkawinan sedangkan akad artinya perjanjian. Jadi akad
nikah berarti perjanjian suci untuk meningkatkan diri dalam perkawinan antara seorang
wanita dengan seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kekal (abadi), suci berarti
mempunyai unsur agama atau Ketuhanan Yang Maha Esa.2
Atas dasar ketentuan tersebut perkawinan merupakan suatu ikatan yang dilakukan
oleh seorang pria dengan seorang wanita yang mempunyai kepentingan dan pandangan
hidup yang serasi. Dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah
dan rahmah. Jadi, dengan kata lain perkawinan adalah membentuk sebuah keluarga yang
bahagia, kekal abadi selama-lamanya. Perkawinan yang kekal abadi selama-lamanya
merupakan cita-cita setiap manusia yang normal dan tidak ada manusia yang
menghendaki perkawinannya putus di tengah jalan.3
Namun dalam perkawinan berlangsung maka sesuai dengan budaya yang sudah
ditetapkan maka setiap orang yang melangsungkan perkawinan maka mempelai laki-laki
harus memberikan mas kawin (mahar) kepada mempelai perempuan, baik jumlahnya
banyak maupun sedikit, sudah ditetapkan atas persetujuan oleh kedua belah pihak karena
pemberian itu harus diberikan secara iklas. Mahar wajib diberikan oleh suami kepada
istrinya baik secara kontan maupun secara tempo, pembayaran harus sesuai dengan
perjanjian yang terdapat dalam akad pernikahan.4
Dalam kehidupan setiap manusia, perkawinan sangat penting bagi setiap orang.
Oleh karena itu seseorang melangsungkan perkawinan maka harapannya ingin hidup
bahagia. Namun, perkawinan berlangsung seperti yang sudah tertulis di atas bahwa sesuai
dengan budaya yang sudah ditetapkan setiap orang yang melangsungkan perkawinan
maka mempelai laki-laki harus memberikan mahar (mas kawin) kepada mempelai

2
Zainuddin, kepastian hukum perkawian siri dan permasalahannya, PENERBIT DEEPUBLISH(Group penerbitan CV
BUDI UTAMA), cetakan pertama: 2017 halaman 1
3
Ibid, halaman 2
4
Ibnu Rusyd, Terjamahan Bidayatul, Penerjemah: M.A. Abdurrahman dan A. Haruts Abdullah, Semarang: CV,Syifa,
1990, halaman. 385
perempuan. Baik itu jumlahnya banyak atau sedikit, sudah disepakati oleh kedua belah
pihak.
Namun sering disalah pahami bahwa ketika mempelai laki-laki memberikan mas
kawin kepada mempelai wanita maka pria selalu pandang rendahkan wanita karena
seolah-olah wanita sudah dibelinya dengan mas kawin. Maka pemikiran tersebut jelas
sangat keliru.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Wanita selalu dipandang rendahkan.
2. Selalu memahami bahwa wanita selalu diperjual belikan

1.3 Batasan Masalah

Karena masih luasnya penilitian ini maka penulis membatasi penilitian pada pengaruh
penetapan mas kawin terhadap kenyamanan wanita di Desa Kolabe, Kecamatan Amfoang
Utara.

1.4. Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang masyarakat sehingga penetapan mahar dalam perkawinann.


2. Bagaimana respon masyarakat tentang penetapan harga mahar?

1.5. Tujuan Penilitian

1. Untuk mengetahui latar belakang masyarakat menetapkan harga mahar dalam


perkawinan.
2. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat tentang penetapan harga mahar.

1.6. Manfaat Penilitian

a. Manfaat Teoritis
Agar masyarakat tidak salah memahami tentang arti dari harga mahar (mas kawin).
b. Manfaat Praktis
1. Penulis
Sebagai bahan informasi dalam memperluas wawasan tentang bagaimana
caranya memahami arti yang sebenarnya tentang pembayaran mahar atau mas
kawin.

Anda mungkin juga menyukai