Anda di halaman 1dari 3

Betara Nala memiliki seorang putra bernama Deneq

Mas Putra
Pengendeng Segara Katon Rambitan yang bernama
asli Sayyid
‘Abdrurrahman. Dia ini dikenal pula dengan nama
Wali Nyatok,
seorang muballigh dan Wali Allah. Kata
“Nyatoq”artinya Nyata.
Ia disebut sebagai pendiri Kerajaan Kayangan
yang merupakan
cikal bakal Kerajaan Selaparang. Namun, karena
ketinggian ilmu
tarekatnya (thariqah), maka dia memilih untuk
mengundurkan
diri dari panggung Kerajaan Kayangan dan
kemudian menetap di
desa Rambitan, Lombok Tengah, sebagai penyebar
agama Islam di
wilayah ini. Wali Nyatok ini di Pulau Bali
terkenal dengan
nama Pedanda Sakti Wawu Rauh atau Danghyang
Dwijendra. Adapun
di Sumbawa terkenal dengan nama Tuan Semeru,
sedangkan di
Pulau Jawa dia bernama Aji Duta Semu atau
Pangeran Sangupati.
Wali Nyatoq dikenal juga di Lombok dengan nama
Datu Pangeran
Djajing Sorga yang dipercaya datang dari
Majapahit, Kabangan,
Jawa Timur, untuk menyebarkan agama Islam. Ia
mengarang kitab
Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tashawwuf
dan Fiqh.
Dalam proses menyebarkan agama Islam, salah satu
media yang
digunakannya adalah Wayang, sebagaimana yang
dilakukan pula
oleh Sunan Kalijaga. Adapun bentuk mistik Islam
yang dibawanya
merupakan kombinasi (sinkretisme) antara
mistisme Islam
(Sufisme) dengan salah satu ajaran filsafat
Hindu, yaitu
Advaita Vedanta.
Kembali ke soal Kerajaan Selaparang dan Ghaus
‘Abdurrazzāq.
Tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya dia
masuk ke Pulau
Lombok. Namun pendapat terkuat menyebutkan bahwa
dia datang ke
Pulau Lombok untuk pertama kalinya sekitar
tahun 600-an
Hijriyah atau abad ke-13 Masehi (antara tahun
1201 hingga 1300
Masehi). Ghaus ‘Abdurrazzāq mendarat di Lombok
Utara yang
disebut dengan Bayan. Diapun menetap dan
berda’wah di sana.
Dia kemudian menikah dan lahirlahi tiga orang
anak, ya’ni
Sayyid Umar, yang kemudian menjadi datu Kerajaan
Pujut, Sayyid
Amir, yang kemudian menjadi datu Kerajaan
Pejanggik, dan
Syarifah Qomariah atau yang lebih terkenal
dengan sebutan Dewi
Anjani.
Kemudian Ghaus ‘Abdurrazzāq menikah lagi dengan
seorang putri
dari Kerajaan Sasak yang melahirkan dua orang
anak, ya’ni
seorang putra bernama Sayyid Zulqarnain (dikenal
juga dengan
sebutan Syaikh ‘Abdurrahman) atau disebut pula
dengan Ghaos
‘Abdurrahman, dan seorang putri bernama Syarifah
Lathifah yang
dijuluki dengan Denda Rabi’ah. Sayyid Zulqarnain
inilah yang
kemudian mendirikan Kerajaan Selaparang
sekaligus pula sebagai
Datu (raja) pertama dengan gelar Datu Selaparang
atau Sulthan

Anda mungkin juga menyukai