Anda di halaman 1dari 8

Nama : Febi Rahma Yanti

NIM : 151220005
Kelas : HI-A

ETIKA SEBAGAI NORMA TINDAKAN MANUSIA

A. Pengertian Etika, Moral dan Norma

1. Pengertian Etika

a. Asal-usul kata
Etika, menurut Bertens, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Etika identik dengan kata moral yang ber asal dari kata Latin
mos, yang dalam bentuk jamaknya mores yang juga berarti adat atau cara
hidup. Kemudian istilah Etis menurut Franz Magnis Suseno susila , yang lebih
menunjuk kepada dasar, prinsip, aturan hidup baik akhlak moral, berarti
akhlak, etika berarti ilmu akhlak.
Tugas tertentu bagi etika, yaitu mencari ukuran baik-buruk nya tingkah laku
manusia.
b. Definisi Etika
Beberapa definisi tentang etika dapat diklasifikasikan dalam 3 jeis definisi,
yaitu:
1. Definisi yang menekankan aspek historis
2. Definisi yang menekankan secara deskriptif
3. Definisi yang menekankan pada sifat dasar etika sebagai ilmu yang
normatif dan bercorak kefilsafatan

2. Pengertian Moral
Kata yang cukup dekat dengan «etika» adalah «moral». Kata ini berasal dari
bahasa Latin mos yang juga berarti kebiasaan, adat. Hanya bahasa asalnya yang
berbeda, yang per tama berasal dari bahasa Yunani, sedangkan yang ke dua dari
Bahasa Latin.

Tentang kata «moral», dapat dilihat bahwa etimo loginya sama dengan


«etika», sekalipun bahasa asal nya berbeda. Sedangkan «moralitas» mempunyai
arti yang pada dasarnya sama dengan «moral», hanya ada nada yang lebih
abstrak. Kalau berbicara tentang «moralitas suatu perbuatan», artinya, segi moral
suatu perbuatan atau baik buruknya.
3. Pengertian Norma
Pada mulanya berarti alat tukang batu atau tukang kayu yang berupa segitiga.
Pada perkembangannya, Achmad Charris Zubair (1987: 29) menjelaskan:
"Norma berarti ukuran, garis pengarah, atau aturan, kai dah bagi pertimbangan
dan penilaian. Nilai yang menjadi milik bersama dalam satu masyarakat dan telah
tertanam dengan emosi yang mendalam akan menjadi norma yang disepakati
bersama."
Macam-macam norma menurut Bertens (1993:198), sebagai berikut :
a. Norma teknis dan permainan
Contoh:
1. Aturan permainan bulu tangkis
2. Aturan perusahaan bagi karyawan
b. Norma yang berlaku umum
Contoh:
1. Sopan santun
2. Norma hukum
3. Norma moral

B. Macam-macam Etika dan Jenis/Golongan Etika


1. Macam-macam Etika
A. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, baik dan
buruk, Tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
B. Etika Normatif
Etik normative merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang tempat
diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral
berlangsung.
C. Etika Individu
Etika individu merupakan etika yang objeknya tingkah laku manusia sebagai
pribadi, misalnya: tujuan hidup manusia. (Sunoto, 1989: 41)
D. Etika Sosial
Etika sosial membicarakan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain, misalnya: hubungn dalam keluarga, dalam
masyarakat, dalam negara dan lain-lain. (Sunoto, 1984: 41)
E. Etika Terapan
Mengenai etika terapan, Bertens (1993: 268) menyoroti: "Suatu profesi atau
suatu masalah. Sebagai contoh, etika te rapan yang membahas profesi dapat
disebut: etika ke dokteran, etika politik, dan sebagainya. Di antara masalah
yang dibahas oleh etika terapan dapat disebut: peng gunaan senjata nuklir,
pencemaran lingkungan hidup dan sebagainya."
F. Metaetika
Cara lain lagi untuk mempraktikkan etika sebagai ilmu adalah
metaetika. Istilah ini diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas di
sini bu kanlah mentalitas secara langsung, melainkan ucapan ucapan di bidang
mentalitas. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika mempelajari logika khusus
dari ucapan-ucapan etis.

2. Jenis/Golongan Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika
umum berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar manusia bertindak secara etis,
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika khusus dibagi lagi
menjadi dua, yaitu etika individu dan etika sosial.

C. Persoalan dan Pemecahan Etika


1. Persoalan dalam Etika
a. Persoalan nilai etika

1. Apa yang seharusnya dilakukan


Sebagian masalah khusus, etika juga mempersoalka sifat-sifat yang
menyebabkan seseorang berhak untuk disebut susila atau bijak. Sifat-sifat
tersebut dinamakan “kebijakan”, dan lawannya “keburukan”.
2. Ruang lingkup etika
Etika menaruh perhatian pada pembicaraan mengeai prinsip pembenaran
tentang keputusan yang telah ada.
3. Kesusilaan dan ketidaksusilaan
4. Arti etika
Etika sebagai ilmu mungkin menyelidiki tentang tnggapan kesusilaan.
Etika sebagai etikaa normative bersangkutan dengan tanggapan. Dalm
etika, dibedakan antara lain:
- Berbicara mengenai istilah etika
- Berbicara dalam istilah etika.
a) Etika Deskriptif
Etika deskriptif mungkin merupakan suatu cabang sosiologi, tetapi
ilmu tersebut penting bila manusia mempelajari etika untuk mengetahui
apa yang dianggap baik dan apa yang dinggap tidak baik. Etika deskriptif
bersangkutan dengan pencatatan terhadap corak-corak, predikat-predikat
serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan.
b) Etika Normatif
Etika normatif bersangkutan dengan penyelesaian ukuran kesusilaan
yang benar. (Bertens, 1993:15).
(1) Etika Kefilsafatan
(2) Etika Praktis
5. Persoalan Etika
6. Tanggapan kesusilaan hanya ungkapan perasaan
“Sesuatu yang buruk dan tidak boleh dilakukan”.
Kalimat ini mengandung 2 pertanyaan, yaitu:
a) Pembunuhan adalah suatu yang buruk
b) Pembunuhan tidak boleh dilakukan

2. Persoalan Etika Teoritis dan Normatif


a. Persoalan etika teoritis
1) Etika teoritis membahas tentang asas-asas yang melandasi sistem
kesusilaan.
2) Apakah perbuatan kesusilaan tergantung pada pandangan dunia? Apakah
tergantung pada pandangan dunia yang dianut? Secara sepintas orang
cenderung untuk mengiyakan. Bukankah perbuatan manusia diarahkan
oleh pemikiran kita tentang manusia dan dunia.
3) Di samping ada etika individu yaitu etika yang menyangkut manusia
sebagai perorangan saja, ada etika sosial yang menyangkut hubungan antar
manusia.
b. Persoalan etika normatif
1) Tinjauan teori dasar etika normatif menurut Franz Von Magnis (1975: 79):
a. Ditinjau dari asal kejadiannya, etika normatif berkisar dalm dua pola
dasar.
I : Teori Deontologis (Yunani: Deon, ‘yang diharuskan, yang wajib’)
II : Teori Teleologis (Yunani: Telos, tujuan)
b. Ditinjau dari sudut aspirasinya, ada dua pokok yang digolongkan.
I : Sistem etika yang dibangun dari “aspirasi atas”
II : Sistem etika yang disusun dari “aspirasi bawah”
2) Alternatif sistem etika normatif
Problem umum;
a. Sejauh mana etika normatif mencerminkan nilai dasar.
b. Sistem etika, harus menghindarkan pengertian utopis (idealisme
abstrak) yang terputus dari aspirasi kenyataan.
c. Nilai-nilai sebagai aspirasi yang meliputi dan menjiwai norma.

3. Pemecahan etika normatif


a. Kewajiban sebagai norma
Filosof Immanuel Kant (1724-1804) memiliki kewajiban sebagai norma
perbuatan yang baik.
b. Kesenangan sebagai norma
1) Aliran Hedonisme
2) Aliran Utilitarianisme
3) Perwujudan diri sebagai norma
4) Kekuasaan sebagai norma
5) Adat sebagai norma

D. Kaidah Dasar Moral dan Perkembangan Kesadrn Moral


1. Kaidah dasar moral
a. Kaidah sikap baik menurut Franz Von Magnis (1975: 103) adalah:
"Diwajibkan bertindak sedemikian rupa sehingga ada kelebihan dari akibat
baik dibandingkan akibat buruk (maksimalisasi). Kaidah ini hanya berlaku
kalau manu sia menerima kaidah yang lebih dasar lagi, yaitu ma nusia harus
berbuat yang baik dan mencegah yang buruk. Secara ideal manusia hanya
menghasilkan akibat baik dan sama sekali tidak menghasilkan yang buruk.
Tetapi karena sering tidak mungkin, sekurang kurangnya akibat buruk harus
diminimalisasikan."
b. Kaidah keadilan
Keadilan dalam membagi yang baik dan yang buruk. Untuk mencari ciri-ciri
yang relevan dalam rangka pertimbangan moral, untuk membenarkan
perlakuan yang tidak sama, adalah dengan mengikuti pandangan Aristoteles
bahwa ciri-ciri yang mempengaruhi kebahagiaan manusia.
2. Perkembangan kesadaran moral
Menurut Kohlberg, seperti yang dijelaskan Bertens (1993: 80):
"Enam tahap (stage) dalam perkembangan moral dapat di kaitkan satu sama lain
dalam tiga tingkat (level) sede mikian rupa sehingga setiap tingkat meliputi dua
tahap."

Tiga tingkat itu berturut-turut adalah sebagai berikut:


a. Tigkat prakonvensional
Tingkat prakonvesional ini dapat dibedakan menjadi dua tahap. Bertens (1993:
81) menjelaskan :
Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan.
Tahap 2: Orientasi relatif instrumental.
b. Tingkat konvesional
Tingkat kedua ini mencakup dua tahap. Bertens (1993: 82) menjelskan :
Tahap 3: Penyesuaian dengan kelompok atau orientasi menjadi “anak
manis”.
Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban (law and order).
c. Tingkat pascakonvensional
Tingkat ketiga ini mempunyai dua tahap, Bertens (1993: 84) menjelaskan:
Tahap 5: “Orientasi kontak-sosial legalitas”
Tahap 6: “Orientasi prinsip etika yang universal”

E. Permasalahan etika terapan


1. Kemajuan ilmiah
Pertama-tama perlu disadari bahwa kemajuan yang dicapai berkat ilmu dan
teknologi bersifat ambivalen, artinya disamping banyak akibat positif, terdapat
juga akibat-akibat negatif.

2. Teknologi yang tak terkendali


Berdasarkan refleks filosofis, sudah beberapa kali dikemukakan mengenai situasi
zaman ini, bahwa perkembangan ilmu dan teknologi merupakan proses yang
seakan-akan berlangsung secara otomatis, tak tergantung dari kemauan manusia.
Keadaan ini bisa mengherankan, karena teknik sebenarnya diciptakan untuk
menmantu manusia.

F. Etika Lingkungan dan Teori Etika Lingkungan Johan Galtung


1. Etika Lingkungan
a. Kerusakan lingkungan hidup
b. Pola pendekatan yang merusak
1) Pola dasar pendekatan manusia modern terhadap alam
2) Sikap manusia terhadap lingkungan
a) Bidang ekonomi modern
b) Bidang kehidupan sehari-hari
c) Dampak pendekatan terhadap lingkungan hidup
(1) Terhadap kelestarian biosfer
(2) Terhadap generasi-generasi yang akan datang
c. Ciri-ciri etika lingkungan hidup yang baru
1) Sikap dasar
2) Tanggung jawab lingkungan
Tanggung jawab itu memiliki dua acuan, yaitu:
a) Keutuhan biosfer
b) Generasi yang akan datang
3) Unsur-unsur etika lingkungan baru
Tuntutan suatu etika lingkungan hidup baru dapat dirangkum sebagai
berikut:
a) Manusia harus belajar untuk menghormati alam
b) Manusia harus memberikan suatu memberikan suatu perasaan
tanggung jawab khusus terhadap lingkungan lokal
c) Manusia harus merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian biosfer
d) Etika lingkungan hidup baru menuntut larangan keras untuk merusak,
mengotori dan meracuni
e) Solidaritas dengan generasi-generasi yang akan datang

2. Teori Etika Lingkungan Johan Gltung


a. Etika egosentris
Inti dari pandangan egosentris ini, Sony Kerraf (1990: 31) menjelaskan;
Bahwa tindakan dari setiap orag pada dasarnya bertujuan untuk mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri.

b. Etika homosentris
Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian
masyarakat. Etika ini mendasarkan diri pada model-model kepentingan sosial
dan pendekatan pendekatan antara pelaku lingkungan yang melin dungi
sebagian besar masyarakat manusia.
Universalisme, karena menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak
mungkin orang dan etis karena ia menekankan akibat yang baik. Disebut
utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu tindakan itu
berdasarkan kegunaan atau manfaat dari tindakan itu.
Dalam masyarakat modern, setiap bagian dihubungkan secara organis dengan
ba gian lain. Yang berpengaruh pada bagian ini akan ber pengaruh pada
bagian lainnya.
c. Etika ekosentris
Terdapat lima asumsi dasar yang secara implisit ada dalam perspektif holistic
ini. J. Sudriyanto (1992:20) menjelaskan:
Pertama, segala sesuatu itu saling berhubungan.
Kedua, keseluruhan lebih daripada perjumlahan bagian-bagian.
Ketiga, maka tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari
“independensi konteks” dari “mekanisme”.
Keempat, merupakan proses untuk mengetahui bagian-bagian.
Kelima, alam manusia dan alam non manusia adalah satu. Dalam
holistik tidak terdapat dualism.

Uraian diatas kan mengantarkan akan mengatarkan pada sebuah pendapat


Arne Naess, seorang filsuf Norwegia bahwa kepedulian terhadap alam
lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Kepedulian lingkungan yang “dangkal” (shallow ecology)
2) Kepedulian lingkungan yang “dalam” (deep ecology).

Anda mungkin juga menyukai