Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATA KULIAH

TEAM BASED PROJECT


LPD DESA ADAT UNGASAN

Oleh :
KELOMPOK 5
Rifka Annisa Effendi (2107531144)
I Wayan Arinaldi (2107531149)
Ni Kadek Desi Natalia (2107531157)
Putu Ghauria Melati S (2107531158)
I Gede Bagus Windu Yoga Ananda (2107531177)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Ringkasan Mata Kuliah (RMK) yang berjudul, “Team
Based Project LPD Desa Adat Ungasan” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penyusunan RMK ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Perbankan dan LPD yang diampu oleh Dr. Dra. Gayatri., M. Si., Ak., CA., ACPA.
Selain itu, RMK ini juga disusun untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca dan
juga penulis. Penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan RMK ini.
Penulis menyadari bahwa RMK ini masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik
dan saran yang membangun agar RMK ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 11 November 2022

Kelompok 5
PEMBAHASAN

1. Awal Mula Kasus

Mantan Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Adat Ungasan, Kuta Selatan,
Badung, Bali, Ngurah Sumaryana (63 tahun) didakwa korupsi untuk memperkaya diri
sendiri dan sejumlah debitur dengan nilai Rp 26,8 miliar. Terdakwa melakukan korupsi
selama menjabat sebagai ketua periode 2013-2017.

Dari total kerugian senilai Rp 26.872.526.963, terdakwa telah menikmati uang


sebesar Rp 6.231,965.633. Sedangkan sisanya, dinikmati empat orang debitur yakni I
Junaidi Kasum sebesar Rp 15.208.775.880, I Wayan Suena sebesar Rp 4.338.785.450,
Daniel Sahat Tua Sinaga sebesar Rp 800.000.000, dan Herdin A. Fattah sebesar Rp
293.700.000.

Adapun modus korupsi yang dilakukan terdakwa untuk memperkaya diri sendiri
adalah mengajukan pinjaman LPD Adat Ungasan, namun terdakwa menarik jaminan kredit
sebelum perjanjian kredit selesai. Terdakwa melakukan penyimpangan dana LPD Ungasan
saat melakukan investasi berupa pembelian aset di Desa Tanak Awu dan Desa Mertak,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), senilai Rp
28.474.077.112. Namun, dalam laporan pertanggungjawaban, terdapat selisih lebih
penggunaan dana senilai Rp 4.502.978.983, dari jumlah nilai investasi yang dilaporkan.

Terdakwa memberikan kredit kepada nasabah atau debitur dengan cara memecah-
mecah nilai kredit untuk menghindari ketentuan batas maksimum pemberian kredit
(BMPK). Salah satu di antaranya adalah terdakwa memberikan kredit kepada nasabah
Junaidi Kasum, pemilik perusahaan taksi PT Rangga Rizki Taxi. Terdakwa memberikan
kredit Junaidi senilai Rp 27.983.100.000 secara bertahap pada 2013 dan 2014 lalu.

Dalam perjalanannya, Junaidi tak mampu membayar kredit sehingga LPD Adat
Ungasan mengambil alih pengelolaan PT Rangga Rizki Taxi. Dalam kesepakatan, LPD
Desa Adat Ungasan berhak mengelola perusahaan transportasi tersebut sampai tahun 2024.
Total pemulihan utang dalam pengalihan ini sebesar Rp 619.324.120. Belakangan
terdakwa mengembalikan pengelolaan perusahaan transportasi sebelum waktunya.
Sehingga saksi Junaidi masih memiliki utang senilai Rp 15.208.775.880.

2. Analisis Fraud dalam Kasus LPD Desa Adat Ungasan


Dalam teori Fraud Diamond mengalami penambahan elemen yaitu
Capability/Capacity (kemampuan). Adapun elemen-elemen dari Fraud Diamond yang
akan digunakan dalam menganalisis penyebab fraud pada LPD Desa Adat Ungasan yakni
tekanan, kesempatan, rasionalisasi, serta kapabilitas.
a. Tekanan (Pressure)
Pressure atau tekanan adalah motivasi untuk melakukan dan menyembunyikan
suatu tindakan fraud. Pressure dapat disebabkan oleh masalah keuangan sehingga
memotivasi seseorang untuk melakukan kecurangan. Adanya masalah keuangan
atau tekanan finansial ini membuat pelaku menyelesaikannya dengan melakukan
fraud. Fraud juga dapat disebabkan oleh keserakahan. Dalam kasus fraud LPD
Desa Adat Ungasan, terdakwa melakukan keserakahan, yaitu berupa dorongan
untuk memperkaya dirinya. Akibatnya, terdakwa termotivasi melakukan
kecurangan melalui korupsi yang dilakukan oleh terdakwa selama menjabat
sebagai ketua LPD Desa Adat Ungasan periode 2013-2017.
b. Kesempatan atau Peluang (Opportunity)
Opportunity atau kesempatan diartikan sebagai situasi yang membuka
peluang untuk memungkinkan terjadinya fraud. Pada umumnya, peluang dalam
melakukan kecurangan dapat terbuka karena kurangnya pengawasan atau kontrol
dan kurangnya kedisiplinan terhadap peraturan yang berlaku. Dalam kasus LPD
Desa Adat Ungasan, peluang terjadinya fraud muncul karena pengelolaan atau
manajemen keuangan tidak dilakukan dengan prinsip kehati-hatian sehingga
peluang ini dimanfaatkan tersangka yang merupakan Ketua LPD Desa Adat
Ungasan untuk melakukan tindakan kecurangan dan korupsi yang merugikan
korban serta keuangan LPD Desa Adat Ungasan sendiri.
c. Rasionalisasi (Rationalization)
Rationalization atau rasionalisasi diartikan sebagai sikap atau karakter yang
menyebabkan individu melakukan fraud secara rasional yang memungkinkan
mereka untuk secara sadar dan sengaja melakukan tindakan tidak jujur. Dalam
kasus LPD Desa Adat Ungasan, hal ini dapat dilihat dari kesadaran tersangka yang
merupakan Ketua LPD dalam menyalahgunakan kewenangan atau kekuasaannya
dalam melakukan tindak kecurangan dan korupsi dengan cara melakukan kebijakan
yang menghasilkan berbagai penyimpangan dalam pengelolaan dana/usaha LPD
Desa Adat Ungasan seperti pemberian kredit kepada nasabah perorangan dalam
jumlah besar.
d. Kemampuan atau Kapabilitas (Capability)
Capability atau kemampuan diartikan sebagai suatu kemampuan atau
kelebihan seseorang dalam memanfaatkan keadaan yang melingkupinya, yang
mana kemampuan ini lebih banyak diarahkan pada situasi untuk mengelabui sistem
pengendalian internal dengan tujuan untuk melegalkan hal-hal yang sebenarnya
dilarang dalam suatu organisasi. Dari kasus LPD Desa Adat Ungasan, faktor
Capability (Kemampuan) yang menyebabkan adanya kecurangan adalah adanya
karakteristik kompetensi yaitu terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan
kekuasaan dari ketua LPD yang menyebabkan adanya kecenderungan kecurangan
terjadi. Diketahui bahwa tersangka dalam kasus LPD ini merupakan Ketua LPD
tersebut. Dimana artinya, dalam hal ini tersangka memang memiliki kemampuan
lebih yang menyebabkan dirinya dapat melakukan korupsi atau fraud tersebut salah
satunya karena jabatan yang dimilikinya. Selain itu dapat kita ketahui pula bahwa
tersangka memiliki pengetahuan yang cukup dimana tersangka melakukan
pelaporan pembiayaan lebih rendah daripada yang sebenarnya dimana artinya
tersangka memiliki pengetahuan atau kemampuan berpikir yang lebih mengenai
pelaporan keuangan.
3. Tuntutan yang Diberikan (Gauri)
Dengan latar belakang tersebut, berdasarkan informasi dari Kasubdit III Tipidkor
Ditreskrimsus Polda Bali, AKBP Gusti Ayu Putu Suinaci kasus korupsi dana oleh LPD
Desa Adat Ungasan ini ditangani oleh Kantor Kejaksaan Tinggi Bali dan saat ini tersangka
yaitu Ngurah Sumaryana beserta 15 barang bukti telah diserahkan ke Kantor Kejaksaan
Tinggi Bali pada Senin, 22 Agustus 2022. Adapun barang bukti tersebut berupa uang tunai
sejumlah Rp 80.400.000, 42 sertifikat hak milik, 3 surat tanah sporadik, 1 bundel rekening
koran salah satu bank atas nama tersangka, 29 buah surat perjanjian kredit serta barang
bukti lainnya. Dalam dakwaannya, Penuntut Umum menjerat terdakwa dengan:

1. Pasal 2 ayat (1) jo.


2. Pasal 18 ayat (1)
3. Pasal 3 jo.
4. Pasal 18, atau Pasal 8, atau Pasal 9 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dimana hukuman paling berat yang akan didapatkan oleh NS adalah denda dan
adanya kurungan atau penjara sesuai dengan pasal yang dijeratkan kepada tersangka.
Namun hingga saat ini baik korban maupun oleh LPD Desa Adat Ungasan belum memiliki
kompensasi yang jelas mengenai kerugian yang dideritanya.
4. Pencegahan yang Dapat Dilakukan (Desi)
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraud, yaitu:
a. Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah suatu sistem dalam mengendalikan internal organisasi
yang meliputi kebijakan-kebijakan, serta prosedur yang ditujukan untuk
manajemen dalam memberikan suatu kejelasan yang menyatakan tujuan serta
sasaran organisasi telah tercapai. Jika pengendalian internal ini dapat dilaksanakan
dengan baik, maka dapat mencegah terjadinya kecurangan.
b. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi menjadi faktor keberhasilan dalam
penyelenggaraan organisasi tersebut termasuk dalam pengelolaan keuangannya.
Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin harus menjadi motivasi bagi untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Pemimpin juga harus
memberikan contoh yang baik dengan tidak melakukan hal-hal buruk yang dapat
merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Misalnya, tindakan korupsi yang
seharusnya tidak boleh dilakukan oleh siapa pun karena hal tersebut sangat
merugikan. Sebaliknya, jika pemimpin dapat memberikan contoh yang baik, maka
besar kemungkinan karyawannya akan mengikuti hal tersebut. Hal ini dapat
memberikan dampak positif pada kinerja organisasi tersebut.
c. Kesesuaian kompensasi
Kesesuaian kompensasi merupakan kesesuaian serta kepuasan pekerja terhadap
suatu usaha yang diberikan oleh pekerja tersebut. Jika hal ini sudah sesuai, maka
dapat meminimalisir keinginan seseorang untuk melakukan kecurangan.
d. Budaya Etis Organisasi
Budaya etis organisasi diartikan sebagai nilai-nilai, norma ataupun anggapan yang
menggambarkan bagaimana elemen-elemen organisasi berperilaku atau
berinteraksi satu sama lain. Budaya etis digunakan untuk memperkuat nilai,
tuntunan organisasi, menjelaskan praktik yang diperbolehkan dan yang tidak.
Untuk menumbuhkan budaya etis dapat dilakukan pelatihan etis. Pelatihan etis
adalah alat untuk memahami dan mendalami arti etos, nilai-nilai, norma, etika,
integritas, dan standar perilaku yang ditetapkan dalam aturan perilaku dalam
organisasi (codes of conduct). Dalam hal ini, sangat diperlukan pemimpin dan
karyawan yang berperilaku etis. Jika pemimpin dan karyawan tidak berperilaku
etis, hal ini dapat menghambat penerapan budaya etis organisasi. Apabila ini
terjadi, maka kinerja organisasi bisa menjadi buruk.
e. Reformasi
Reformasi berarti sebuah gerakan untuk mengubah cara kerja dan perilaku di dalam
sebuah organisasi karena cara kerja tersebut tidak lagi efektif dan penuh dengan
penyimpangan. Tujuan utama dari reformasi ini, yaitu untuk menciptakan tata
kelola LPD yang baik, transparan, akuntabel dan bebas dari praktek korupsi serta
menghasilkan karyawan yang profesional, produktif dan memiliki kinerja yang
baik.

Anda mungkin juga menyukai