Kelompok 5 - LPD Desa Adat Ungasan
Kelompok 5 - LPD Desa Adat Ungasan
Oleh :
KELOMPOK 5
Rifka Annisa Effendi (2107531144)
I Wayan Arinaldi (2107531149)
Ni Kadek Desi Natalia (2107531157)
Putu Ghauria Melati S (2107531158)
I Gede Bagus Windu Yoga Ananda (2107531177)
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Ringkasan Mata Kuliah (RMK) yang berjudul, “Team
Based Project LPD Desa Adat Ungasan” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penyusunan RMK ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Perbankan dan LPD yang diampu oleh Dr. Dra. Gayatri., M. Si., Ak., CA., ACPA.
Selain itu, RMK ini juga disusun untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca dan
juga penulis. Penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan RMK ini.
Penulis menyadari bahwa RMK ini masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik
dan saran yang membangun agar RMK ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak.
Kelompok 5
PEMBAHASAN
Mantan Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Adat Ungasan, Kuta Selatan,
Badung, Bali, Ngurah Sumaryana (63 tahun) didakwa korupsi untuk memperkaya diri
sendiri dan sejumlah debitur dengan nilai Rp 26,8 miliar. Terdakwa melakukan korupsi
selama menjabat sebagai ketua periode 2013-2017.
Adapun modus korupsi yang dilakukan terdakwa untuk memperkaya diri sendiri
adalah mengajukan pinjaman LPD Adat Ungasan, namun terdakwa menarik jaminan kredit
sebelum perjanjian kredit selesai. Terdakwa melakukan penyimpangan dana LPD Ungasan
saat melakukan investasi berupa pembelian aset di Desa Tanak Awu dan Desa Mertak,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), senilai Rp
28.474.077.112. Namun, dalam laporan pertanggungjawaban, terdapat selisih lebih
penggunaan dana senilai Rp 4.502.978.983, dari jumlah nilai investasi yang dilaporkan.
Terdakwa memberikan kredit kepada nasabah atau debitur dengan cara memecah-
mecah nilai kredit untuk menghindari ketentuan batas maksimum pemberian kredit
(BMPK). Salah satu di antaranya adalah terdakwa memberikan kredit kepada nasabah
Junaidi Kasum, pemilik perusahaan taksi PT Rangga Rizki Taxi. Terdakwa memberikan
kredit Junaidi senilai Rp 27.983.100.000 secara bertahap pada 2013 dan 2014 lalu.
Dalam perjalanannya, Junaidi tak mampu membayar kredit sehingga LPD Adat
Ungasan mengambil alih pengelolaan PT Rangga Rizki Taxi. Dalam kesepakatan, LPD
Desa Adat Ungasan berhak mengelola perusahaan transportasi tersebut sampai tahun 2024.
Total pemulihan utang dalam pengalihan ini sebesar Rp 619.324.120. Belakangan
terdakwa mengembalikan pengelolaan perusahaan transportasi sebelum waktunya.
Sehingga saksi Junaidi masih memiliki utang senilai Rp 15.208.775.880.
Dimana hukuman paling berat yang akan didapatkan oleh NS adalah denda dan
adanya kurungan atau penjara sesuai dengan pasal yang dijeratkan kepada tersangka.
Namun hingga saat ini baik korban maupun oleh LPD Desa Adat Ungasan belum memiliki
kompensasi yang jelas mengenai kerugian yang dideritanya.
4. Pencegahan yang Dapat Dilakukan (Desi)
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraud, yaitu:
a. Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah suatu sistem dalam mengendalikan internal organisasi
yang meliputi kebijakan-kebijakan, serta prosedur yang ditujukan untuk
manajemen dalam memberikan suatu kejelasan yang menyatakan tujuan serta
sasaran organisasi telah tercapai. Jika pengendalian internal ini dapat dilaksanakan
dengan baik, maka dapat mencegah terjadinya kecurangan.
b. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi menjadi faktor keberhasilan dalam
penyelenggaraan organisasi tersebut termasuk dalam pengelolaan keuangannya.
Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin harus menjadi motivasi bagi untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Pemimpin juga harus
memberikan contoh yang baik dengan tidak melakukan hal-hal buruk yang dapat
merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Misalnya, tindakan korupsi yang
seharusnya tidak boleh dilakukan oleh siapa pun karena hal tersebut sangat
merugikan. Sebaliknya, jika pemimpin dapat memberikan contoh yang baik, maka
besar kemungkinan karyawannya akan mengikuti hal tersebut. Hal ini dapat
memberikan dampak positif pada kinerja organisasi tersebut.
c. Kesesuaian kompensasi
Kesesuaian kompensasi merupakan kesesuaian serta kepuasan pekerja terhadap
suatu usaha yang diberikan oleh pekerja tersebut. Jika hal ini sudah sesuai, maka
dapat meminimalisir keinginan seseorang untuk melakukan kecurangan.
d. Budaya Etis Organisasi
Budaya etis organisasi diartikan sebagai nilai-nilai, norma ataupun anggapan yang
menggambarkan bagaimana elemen-elemen organisasi berperilaku atau
berinteraksi satu sama lain. Budaya etis digunakan untuk memperkuat nilai,
tuntunan organisasi, menjelaskan praktik yang diperbolehkan dan yang tidak.
Untuk menumbuhkan budaya etis dapat dilakukan pelatihan etis. Pelatihan etis
adalah alat untuk memahami dan mendalami arti etos, nilai-nilai, norma, etika,
integritas, dan standar perilaku yang ditetapkan dalam aturan perilaku dalam
organisasi (codes of conduct). Dalam hal ini, sangat diperlukan pemimpin dan
karyawan yang berperilaku etis. Jika pemimpin dan karyawan tidak berperilaku
etis, hal ini dapat menghambat penerapan budaya etis organisasi. Apabila ini
terjadi, maka kinerja organisasi bisa menjadi buruk.
e. Reformasi
Reformasi berarti sebuah gerakan untuk mengubah cara kerja dan perilaku di dalam
sebuah organisasi karena cara kerja tersebut tidak lagi efektif dan penuh dengan
penyimpangan. Tujuan utama dari reformasi ini, yaitu untuk menciptakan tata
kelola LPD yang baik, transparan, akuntabel dan bebas dari praktek korupsi serta
menghasilkan karyawan yang profesional, produktif dan memiliki kinerja yang
baik.