1
2
DAFTAR ISI
3
1. PENGERTIAN TIJAROH DAN DASAR HUKUMNYA. .......................................... 39
2. SYARAT WAJIB ZAKAT TIJAROH. ........................................................................ 39
3. JENIS HARTA TIJAROH ............................................................................................ 41
4. NISHOB DAN PROSENTASE ZAKAT TIJAROH .................................................... 42
5. MENGHITUNG HARTA TIJAROH ........................................................................... 44
6. PENGARUH HUTANG PADA NISHOB TIJAROH. ................................................. 45
7. JUAL BELI JASA / PROFESI DAN ZAKATNYA..................................................... 46
8. BENTUK USAHA DAN ZAKATNYA ....................................................................... 48
VIII. ZAKAT TANAMAN DAN BUAH BUAHAN ................................................................... 52
1. DASAR HUKUM ZAKATNYA TANAMAN ............................................................ 52
2. JENIS TANAMAN DAN BUAH BUAHAN YANG WAJIB DIZAKATI ................. 53
3. SYARAT WAJIB ZAKATNYA TANAMAN DAN BUAH BUAHAN. .................... 53
4. KADAR DAN PROSENTASE ZAKATNYA TANAMAN. ....................................... 54
5. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA TANAMAN. ................................................. 55
6. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA BUAH BUAHAN ......................................... 57
7. WAKTU DAN SYARAT MENGELUARKA ZAKATNYA TANAMAN. ................ 57
8. MENGUMPULKAN HITUNGAN NISHOB. ............................................................. 58
9. PEMILIK TANAMAN DAN PEMILIK SAWAH....................................................... 59
IX. ZAKAT EMAS DAN PERAK ............................................................................................ 60
1. DALIL WAJIB ZAKATNYA EMAS DAN PERAK .................................................. 60
2. SYARAT WAJIB ZAKAT EMAS DAN PERAK ....................................................... 60
3. PERHIASAN EMAS DAN PERAK ............................................................................ 61
4. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA EMAS ............................................................ 63
5. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA PERAK .......................................................... 64
6. MEKANISME MENGELUARKAN ZAKATNYA EMAS DAN PERAK ................. 64
X. ZAKAT MA‟DIN DAN RIKAZ ......................................................................................... 66
1. PENGERTIAN DAN DALIL KEWAJIBAN ZAKATNYA ....................................... 66
2. SYARAT WAJIB ZAKATNYA MA‟DIN DAN RIKAZ............................................ 66
3. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA MA‟DIN (BARANG TAMBANG) .............. 67
4. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA RIKAZ (HATA TERPENDAM) .................. 67
XI. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 68
4
I. ZAKAT DAN HUKUMNYA
1. DEVINISI ZAKAT
Zakat menurut bahasa (etimologi) berarti bersih, berkembang baik, terpuji dan barokah.
Disebut zakat karena dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang dizakati dari bahaya,
sekaligus dapat membersihkan harta dan pemiliknya dari haqnya orang lagi.
Sedangkan zakat menurut istilah syara‟ (fiqh) berarti nama sejumlah harta (dalam batas
tertentu) yang dikeluarkan dari jenis harta tertentu, dengan syarat tertentu dan diberikan pada
golongan tertentu.
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun islam. Kefardluannya berdasarkan nash Al
Qur‟an maupun Al Hadist. Pengingkaran terhadap syariah zakat merupakan dosa besar, yang
bahkan bisa mengarahkan pada tingkatan kufur.
Kalimat zakat disebut berulang kali dalam Al Qur‟an, bahkan hampir setiap ayat al Qur‟an
yang menyebutkan dirikanlah sholat maka akan diikuti dan bayarlah zakat (aqimussholah wa
aatuzzakah). Hal ini menunjukan betapa sangat pentingnya syari‟ah zakat, sebagaimana
pentingnya syari‟ah sholat. Baik dilihat dari sisi kepatuhan seorang mahkluk pada kholiqnya,
maupun jiwa sosial sebagai sesama mahkluk.
Devinisi zakat berbeda dengan devinisi infaq, shodaqoh, hibah dan lain lain. Namun
kadangkala kalimat zakat disebut dengan menggunakan bahasa, selain kalimat zakat, seperti :
a. Infaq.
َ َ ُْ ّ ََ ّ ْ َ َ ُ ْ ََ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُْ ْ َ َ ْ َ َ
ََ َ( َاتلٔبث.م ْ
ٍَ ل َ ٍ ش َْ ًَْ ََة ِ ََع َذ
َِ اب ََأ َ ِ اللَِ َف َب
َ َوَِ َش َب َِي
َ فَ ِ َ ل َُح َِ َِف َل َْٔ َج ََٓا
َ ض َث َ َو
َ ب َ َو َاى َِف
َ َْ اّل
َ َنَ ن َو
َِ س
َ َ ََي
َ اّل َح
َِ َو....
)٣٤َ:
“ Orang orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannnya (menzakatinya)
pada jalan Alloh, maka beritahukanlah pada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih “ (At Taubah 34)
c. Haq.
5
َ َ َ ُ ُ ُ ُ ً َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّٰ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َّٰ َ ُ ْ َ َّٰ َ َ َ َ َ ٓ َ َ ُ َ
َٱلزيْ ُخٔن ج َوٱنلخو َوٱلزرع َُمخي ِفا َأزيّۥ َو ٍ ج َودْي ٌَعروش ٍ ج ٌَعروش َ ٍ ؤْ َٱّلِى َأنشأ َجن
ُ ُْ ََ
ََْۚف ٓٔا َ ٔاَح َل ُّۥَيَ ْٔ َم
َ َح َ ََِث ٍَره ِۦٓ َإ َذا ٓ ََأثْ ٍَ َر
َ َُو َءاح َ ُُ َّٰ َ ٌََت
ُ ْيَ ْ اَو َد
َ ًٓ شت َ َ ُ َ َ ُّ َ
ِ َُ ل َو َ
ۖ ِۦ ه ِ داص ِ ِ ٌَشت ِ ٍََُّۚكٔا ِ َّٰ وٱلرٌان ٌَت
)١٤١:ََ(الُعام.َِن ََ ْذ ْ ٍُ ْ ِبَٱل ُ َ َُ
ُّ ََُ ُِّإ
ۥَل
ِ
“ Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanaman tanaman yang bermacam macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan yang tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam macam itu) bila dia berubah dan tunaikanlah haqnya (zakatnya) dihari
memetik hasinya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih lebihan. Dan
sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang orang yang berlebih lebihan “ (Al An‟am 141).
َّّٰ
Dewasa ini, orang lebih taat membayar pajak dari pada membayar zakat yang note bene
merupakan syari‟ah Isalam dan merupakan perintah Alloh SWT. Fenomena ini menjadi semakin
menghawatirkan manakala pajak disamakan dengan zakat. Sebuah presepsi yang salah kaprah,
dengan membayar pajak berarti telah berzakat. Oleh sebab itu, budaya dan kesadaran berzakat
perlu ditumbuh kembangkan pada setiap muslim yang mampu. Sehingga tidak manipulasi zakat,
zakat rekayasa, zakat karena terpaksa atau tidak berzakat.
Selain menjadi wahana perlindungan bagi sesama yang memerlukan, syari‟ah zakat
mengandung hikmah yang sangat besar. Baik untuk pribadi orang yang berzakat, hartanya,
maupun orang yang menerima zakat. Diantara hikmahnya zakat adalah :
a. Meningkatkan iman.
Orang yang dengan sabar dan tulus ihklas mengeluarkan zakat, berarti telah sanggup
menerima perintah Alloh secara total dan menempatkanya diatas semua kepentingan.
Meyakini dan membenarkan bahwa zakat merupakan rukun Islam dan menjadi haqnya
orang lain yang harus diberikan. Saelain itu, zakat, infaq, shodaqoh dan lain-lain menjadi
perwujudan syukur kepada Alloh atas karuniaNya yang berupa materi, sebagaimana sholat,
puasa dan lain-lain menjadi wujud syukur atas ni‟mat yang berupa (kesehatan) badan.
ْ َ ْ َ ّ ُ َ َ ْ ْ َ َّ َ ْ ُ ْ َ َ َ
Dalam Al Baqoroh 267, Alloh memulai perintah mengeluarkan zakat :
َ ّ َ ُ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
َ:ََ(َابللرة...ََّۖ
َض َ
َ ِ اتٌَاَنصبخ ًََومٍِاَأخرجِاَىسًَ ٌََِاْلر
َِ ياَأحٓاَاّلِيََآٌِٔاَأُفِلٔاٌَََِطي ِت
)٢٦٧
“ Hai orang orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Alloh) sebagai hasil usahamu
yang baik baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”
b. Membersihkan jiwa
Dengan berzakat berarti telah melatih dan menumbuh kembangkan jiwa social,
dermawan dan kasih saying terhadap sesama. Mensucikan diri dari sifat materialisme, kikir
dan dendam. Dengan berzakat seseorang akan mencapai titik tertinggi ni‟mat ridlonya alloh
SWT. Dalam surat At Taubah 103 :
6
ّ ُ ُ َُ ًَ َ َ ْ ََْ ْ ْ ُ
َ )103َ:ََ(َاتلٔبث....َََط َِّٓ َُر َْ ًََْ ََوَح ََز َك َِيْ َِٓ ًَََْة ِ ََٓا َ ًََ َِٓ ِ َََأ َم َٔاَل
َ ص َد َك َثَ َت َ ٌَِ َخ َذ
َ
“ Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan “
“Membersihkan” maksudnya, zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta
berlebih lebihan terhadap harta benda. Maksud “Mensucikan” adalah, zakat itu
menyuburkan sifat sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda
mereka.
c. Menjaga harta
َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ََ َ َ ْ ُ َ ََْ ُْ ّ َ
Rosululloh SAW bersabda :
َِالص ََد َكث
َ ِ از ًَََة
َ ضَ اَم َر َ ك َة َِ َو َد
َ او َو َ الز
َ ِ س ًَََة
َ اَأ َم َٔ َاى
َ َٔ َِ ص
َِ ح
َ
Artinya :“ Jagalah hartamu dengan (mengeluarkan) zakat, dan sembuhkan orang orang
sakitmu dengan shodaqoh “
Secara implisit hadist diatas memberi pemahaman, bahwa resep mujarab untuk menjaga
harta dan jiwa pemiliknya dari mara bahaya adalah zakat. Secara logika, apabila sikaya
berjiwa social, mau berbagi rizki dengan simiskin, maka akan tercipta sebuah kebersamaan,
solidaritas dan ukhuwah yang kuat. Dan begitu sebaliknya, apabila sikaya pelit, bakhil dan
berprinsip “elu-elu, gua-gua”, maka akan tercipta suasana yang tidak harmonis, iri, dengki,
individualisme yang akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Perlu difahami, bahwa
zakat itu haq (milik) nya fakir miskin, bukan milik sikaya. Menahan zakat berarti telah
berbuat dzolim pada faqir miskin, dan………….do‟anya orang yang teraniaya dikabulkan
oleh Alloh.
َ َُْ ُْ ْ ُ َ ََ َْ ُ َ ْ ُْ ََ َ َ َ ُْ َ َ َ َ ْ ُْ ََ
Dalam Surat An-Nur 56 Alloh SWT berfirman :
َ َٔ ح
ن َ س ًَََح َر
َ ش َٔ َلَ َى َع َي
َ اَالر
َ َٔ ط َي َع
َِ ك َةَ َوَأ
َ اَالز
َ َٔ ال َةَ َو َآح
َ الص
َ ََوَأ َرِ َي ٍَ َٔا
َ
“Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul supaya kamu mendapat
rahmat”
Berdasarkan Nash Al Qur‟an dan ijma‟ Ulama mengeluarkan zakat bagi orang yang telah
menetapi syarat wajibnya, hukumnya WAJIB. Artinya, wajib bagi setiap muslim yang
merdeka, baligh, berakal dan mempunyai harta tertentu (harta yang wajib dizakati) yang telah
mencapai nishob dan menetapi syarat-syaratnya untuk mengeluarkan zakat.
Syari‟ah zakat diwajibkan pada bulan Syawwal (menurut sebagian ulama bulan Sya‟ban)
َ ْ َ َ َ ُْ َ ْ َ َ َ َ ُ ََ َ َ َ
pada tahun kedua Hijriah. Diantara dalil nash yang melegimitasi hukum wajib zakat adalah:
ُ ْ ََ
)٤٣َ:ََ(َابللرة.ن
َ َِنِع
َ الرا
َ َاٌَ َع
َ َٔ ن َع
َ ار
َ ٔةَ َو
َن َ ٔاَالز
َ ٔةَ َو َء َاح
َ ٔاَالص َي
َ ٍَ َوَأ َرِ َي
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang orag yang ruku‟ “
(Al Baqoroh 43)
7
ََ ّ َ َ َ ْ ََُّْ ْ ُُّ َُ ًَ َ َ ْ ََْ ْ ْ ُ
)103َ:ََ(اتلٔبث....ًََََْۖ َِٓ ْع َي َي
َ َو
َِ ص
َ اَو
َ َٓ ِ ط َِٓ َر َْ ًََ َوَح َز َك َِي َِٓ ًَََة َ ًََ َِٓ ِ َََأ َم َٔاَل
َ ص َد َك َثَ َت َ ٌَِ َخ َذ
َ
َ
“ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka “ (At Taubah 103)
َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ً ََُ َ ََ َُ َ َ َْ َ َ َ َْ ََ ُ ْ َ ُ
ِ
َِ المَلَعََخ ٍسَشٓادة َِأنَلَإَِلَإِلَاللَوَأنَُمٍداَرشٔلَالل َِِإَوكامَالصالة َِِإَويخاءَِالزكة َاإلش
ِ ة ِِن
َ َ َ ِ ْ َ َ ّ َْ َ
)ًَانَ(رواهَابلخارىَوَمصي َ َر َمض واْل ِجَوصٔم
“ Islam itu ditegakkan diatas lima dasar, mengakui bahwa tidak ada Tuhan yang hak
melainkan Alloh, dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, mendirikan sholat,
mengeluarkan zakat, mengerjakn haji dan berpuasa dibulan Romadlon “ (HR. Bukhori
Muslim).
Bagi orang yang mempunyai harta yang telah menetapi syarat wajib zakat, wajib mengerti
(belajar) ilmu dan tata cara berhubungan dengan permasalahan zakat. Seperti tata cara
menentukan nishob, kadar harta yang dikeluarkan, jenis harta yang digunakan zakat dan lain
lain. Sebab diantara syarat sahnya zakat adalah sesuai dengan batas ketentuannya dan dari jenis
barang yang mencukupi untuk digunakan zakat.
Sungguh beruntung bagi orang yang mau zakat, dan sungguh celaka bagi golongan yang
ْ َُ َ َ َ َ ُُْ َ َ َ ْ ُّْ ٌَْ َ
ingkar dan tidak mau menbayar zakat. Dalam surat Fusshilat 5- 6, Alloh menegaskan :
َ َ ُ
َ َوًَْةِاْلخ َِرة َِْ ًَْكف ُِر
)6-5َ:ََ(فصيج.6ون ََ شك
َاّلِيََلَيؤحٔنَالزكة5 ِن ِ ٍَوويوَى ِي...
“ Dan kecelakaan yang besar bagi yang menpersekutukanNya, (yaitu) orang orang yang
tidak menunaikan zakat, dan mereka kafir akan (adanya) kehidupan akhirat “
Syaikh Nawawi Al Jawy dalam tafsir Al Munir menegaskan bahwa (celaka) itu
diperuntukan bagi tiga golongan, yaitu :
1. Golongan yang mempersekutukan Alloh.
2. Golongan yang tidak membayar (ingkar) zakat.
3. Golongan yang ingkar terhadap hari akhir.
َ َ َُ ْ َ ّ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ََ ََ َ ْ َ
َُ ُ ِ َص َفان َولَف ِض ٍثَلَيُؤدِيٌَِِٓاَحلٓاَإِلَإِذاَكنَئمَاىلِياٌثَِص ِفحجََل ب ٍ ِْبَذ
ِ ٌاٌَََِصاح
ُ َ ْ َ ُ ْ َ ََ ََُ ُُ ْ ََ ُُ َ َ ُُْ َ َ َ ْ َُ َََ َ َ َ ْ ََ ْ َُ َ ْ
ََف ِ ِيدت ََل
َ اَف َُارَِجًِٓ َذيهٔىَةِٓاَجِتّ َوجتِيِّ َوظٓره َُكٍاَةردت َأخ َ
ِ ٓار َفأح ِِم َعيي ٍ َُ ٌَِ
َ َ ْ ىَشبييَ ُّ َإ ِ ٌَاَإ ِ ََل َ َ ْ ََْ َ ُْ َ َ َ َ ََْ َ َْ ُُ َ ْ َ َ َْ
ََاْل َِثَِِإَو ٌَاَإَِل ِ
َ َ َِذ
َ ْي ئ ٍم َكن ٌَِلداره ََخصِن َأىف َشِ ٍث َحَّت َحلَض َبن َاىعِتاد
)ًارَِ(رواهَابلخارىَومصي َ َانل
“ Tiada seorangpun yang mempunyai emas dan perak, yang dia tidak berikan zakatnya,
kecuali nanti dihari kiamat harta itu akan menjadi lempengan besi, setelah dibakar dengan api
8
neraka jahanam, kemudian disetrikalah (gosok) lambungnya, dahinya, punggungnya. Bila
sudah dingin , akan dipanaskan kembali (secara terus menerus) di (satu) hari yang lamanya
kira-kira lima puluh ribu tahun, sampai semua nasib manusia diputuskan, kemudian akan
dilihatkan jalannya ( nasibnya), apakah akan masuk surga ataukah neraka “.
َ ٌْ َ َ َ َ ََ ّ َ ُ ْ َ َ َ َْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ ْ َ
َُ َو
)َلَ(َرواهَابلخارى َ َٓ اف َي ًَََي َؤ َِدَ َز َك َت
َ اَف َٔ َي َ َْ ن
َ ن
َ ََ
َ ٌَ َال
َ خ ٍَ َرَ َك
َ ََ
َِ َََإ َِة
َخَ
Dari Ibnu Umar RA “Barang siapa menyimpan harta dan tidak menunaikan zakatnya, maka
neraka wail untuknya “ (HR. Bukhori)
Dalam terminology fiqh, pro kontra terhadap syari‟ah zakat terbagi menjadi 3 kelompok
a. Golongan yang menyakini (menerima sebagai syari’ah agama) dan mengeluarkan
zakat.
b. Golongan yang menyakini (menerima sebagai syari’ah agama), namun tidak mau
mengeluarkan zakat.
Hukumnya haram, namun tidak sampai kufur (keluar islam). Jika dalam negara islam,
bagi Imam diperbolehkan mengambil zakatnya secara paksa, bahkan boleh memerangi
golongan tersebut jika masih membangakang untuk mengeluarkan zakat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, sepeninggal Rosululloh SAW. Abu Bakar
memerangi sekelompok Baduwi yang murtad. Ketika itu Umar r.a. mengatakan kepadanya,
bagaimana tuan memerangi orang-orang itu ?,padahal Rosululloh telah bersabda, “Saya
diperintahkan untuk memerangi semua orang sampai mereka mengakui, bahwa tidak ada tuhan
selain Alloh. Jika mereka sudah mengatakanya, maka jiwa dan hartanya terpelihara, kecuali
yang bersangkutan melakukan perkara yang berhak dihukum, sedangkan perhitungan (hisab)
tersebut dikembalikan kepada Alloh “Abu Bakar r.a. menjawab : “Demi Alloh aku akan terus
memerangi orang-orang yang memisahkan antara sholat dan zakat, karena zakat hak atas harta.
Demi Alloh, seandainya mereka enggan membayar sutas tali yang dulunya mereka bayarkan
kepada Rosululloh SAW. Aku akan memerangi mereka karenanya. Umar r.a. kemudian berkata
: “ Sungguh Alloh telah menerangi dada Abu Bakar untuk memerangi mereka, dan saya yakin
bahwa itu benar “ .
REKAYASA ZAKAT itu setali tiga uang dengan anti zakat alias sama. Artinya melakukan
pekerjaan (trick) agar terhindar dari kewajiban membayar zakat itu termasuk katagori anti zakat
yang dibungkus dengan dalil (alasan) pembenaran yang dibenarkan oleh syara‟ (fiqh) seperti
membekukan dagangan menjelang masa haul, menghibahkan atau menshodaqohkan benda
yang wajib dizakati sebelum masa wajib mengeluarkan zakat dengan perjanjian akan
dikembalikan setelah masa wajib mngeluarkan zakat, memanipulasi harganya barang dagangan
dan lain-lain.
9
Menguntip peryataan sebagian pakar kebatinan dalan kitab I‟anah At Tholibin, bahwa
haqiqot ilmu terbagi menjadi 2 bagian :
1. Ilmu nafi‟, yaitu ilmu yang (bermanfaat) menyelamatkan pemiliknya dalam kehidupan dunia
dan akhirat.
2. Ilmu dzorrun, yaitu ilmu yang bisa menimbulkan bahaya bagi pemiliknya dalam kehidupan
dunia dan akhirat. Termasuk ilmu dlorrun adalah mengerti ilmu permasalahan zakat namun
digunakan untuk memanipulasi zakat atau menghindar dari kewajiban membayar zakat.
Dari sudut pandang fiqh, menjual harta yang diperkirakan wajib zakat sebelum masa wajib
membayar zakat, dan tanpa adanya hajat hukumnya hanya makruh. Artinya, syara‟ (fiqh) hanya
melihat pada dlohirnya harta saja, manakala seorang /benda pada masa wajib membayar zakat
tidak menetapi syarat syaratnya, maka tidak wajib zakat. Walaupun tidak terpenuhinya syarat
syarat tersebut karena ada unsur rekayasa. Sedangkan yang tahu pada niat dan tujuan dari
pemilik harta hanya Alloh semata. Barangkali perlu menjadi renungan, apakah tidak mungkin
rekayasa ibadah akan dibalas rekayasa siksa……….?
2. Merdeka.
Bagi budak atau hamba sahaya tidak mengeluarkan zakat,karena hartanya (budak)
adalah milik tuannya.
10
4. Mencapai nishob / batas tertentu mewajibkan zakat.
5. Haul / sudah genap satu tahun.
6. Saum/ digembalakan
Saum hanya disyaratkan untuk jenis harta yang berupa binatang ternak.
Pemilik harta (orang yang wajib zakat) tidak disyaratkan harus baligh, berakal dan pandai
(rosydun). Artinya apabila pemilik harta telah menetapi syarat wajib zakat itu anak kecil
(belum baligh), orang gila (tidak berakal) atau idiot/ cacat mental (tidak rosydun), maka
zakatnya tetap dikeluarkan. Sedangkan yang mengurus pembayaran zakat dan seterusnya
adalah walinya.
11
II. GOLONGAN PENERIMA ZAKAT
1. DASAR HUKUM
Orang (golongan) yang berhak menerima zakat ada 8 yaitu dijelaskan dalam surat At-Taubah
60:
َ ٌَواىْ َغار
َ ِن
ََو ِِف َ َالر َكاب
ّ َوِف ُ ُاَوال ْ ٍُ َؤ ّىَ َفثَِكُي
َ ًْ ُٓ ٔب َ َ َِوال ْ ٍَ َصانِن
َ َواىْ َعا ِمي
َ َٓ ِْن َ َعيَي َ ات َل ِيْ ُف َل َراء
ُ َاَالص َدك
َّ ٍَ إ َّج
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ًِي َ َُّ َ َّ َ ً َ َ َّ ْ َ َّ َ
)6.َ:َِيًَ(َاتلٔبث ٌَ َحه ٌ َعي يوَف ِريضثٌَََِالل َِوالل ِ ِ يوَاللَِواة ََِالصب ِ ِ شب
َ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-oraang faqir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk sabilillah, dan orang yang sedang dalam perjalanan yang
diwajibkan Alloh, dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. ( QS At Taubah 60)
Jika diteliti, ada perbedaan dalam mengungkapkan golongan penerima zakat. Empat
golongan pertama menggunakan huruf li sedangkan empat golongan yang lain menggunakan
huruf fi yang makna asalnya adalah keterangan tempat.
Hikmah penyebutan tersebut, sebagaimana disebutkan oleh Imam Fakhrurrozi adalah untuk
empat golongan pertama ( faqir, miskin, amil, dan muallaf) mempunyai hak penuh atas zkat
yang diterimanya. Sedangkan untuk empat golongan yang lain ( riqob, ghorim, sabililllah, dan
Ibnu Sabil) zakat tidak diserahkan untuk menjadi milik mereka tetapi karena ada hajat yang
menyebabkan mereka berhak menerimanya. Seperti budak, zakat digunakan untu
memerdekakan dirinya, bagi ghorim untu membayar hutangnya, bagi sabilillah untuk sarana dan
prasarana perang.
Penjelasan mengenai kedelapan golongan penerima zakat adalah sebagai berikut :
a. FAQIR
Yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya
dan kebutuhan orang-orang yang ia tanggung selama umumnya usia manusia. Kebutuhan itu
mencakup makanan, minuman, pakaian, atau tempat tinggal, walaupun ia mempunyai harta
senishob.
Yang dimaksudkan harta dan pekerjaan adalah harta yang halal dan layak. Dengan
demikian termasuk kategori faqir yang berhak menerima zakat adalah :
1. Orang yang sama sekali tidak mempunyai harta dan pekerjaan.
2. Orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai pekerjaan. Dan harta yang dimiliki
tidak mencukupi kebutuhan pokoknya selama umumnya usia manusia.
3. Orang yang mempunyai pekerjaan yang halal dan layak, namun tidak mempunyai harta.
Dan hasil yang dimiliki tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya selama
umumnya usia manusia.
4. Orang yang mempunyai harta dan pekerjaan, atau harta saja, atau pekerjaan saja, dan
semuanya busa mencukupi kebutuhan pokoknya selama umumnya usia manusia, namun
harta dan pekerjaan tersebut haram menurut syariat agama.
Catatan :
Orang yang tidak mempunyai harta, atau mempunayi harta yang tidak mencukupi,atau
tidak mempunyai pekerjaan karena tidak ada pekerjaan yang layak, termasuk orang yang
berhak menerima zakat. Sedangkan orang yang mempunyai keahlian, namun tidak mau
memanfaatkan kesempatan dan keahlianya, sehingga kebutuhan pokoknya tidak
terpenuhi, maka tidak berhak menerima zakat.
12
b. MISKIN
Yaitu orang yang tidak mempunyai harta / penghasilan yang bisa mencukupi
kebutuhannya dan kebutuhan orang yang ia tanggung selama umumnya usia manusia (63
tahun).
Perbedaan antara faqir dan miskin adalah harta / penghasilan faqir jauh dari mencukupi,
tidak sampai dari separo yang diperlukan. Standart “mencukupi” dalam keterangan di atas
adalah standart ekonomi sedang ( tidak mewah dan tidak ngirit).
Contoh :
Biaya hidup standart sedang per hari Rp. 20.000,- apabila hanya mampu menghasilkan
kurang dari Rp. 10.000,- maka termasuk kategori faqir, dan apabila menghasilkan Rp.
10.000,- sampai Rp. 20.000,- maka termasuk kategori miskin, dan apabila mampu
menghasilkan di atas Rp. 20.000,- maka termasuk orang kaya.
Rumah tempat tinggal dan pakaian serta sarana pekerjaan (misal sawah pak tani, motornya
tukang ojek) tidak mempengaruhi status faqir / miskin seseorang. Jadi walau mempunyai
sawah atau motor ojek dll, tetapi penghasilanya di bawah standart maka tetap berhak
menerima zakat.
c. AMIL ZAKAT
Adalah orang / sekelompok orang yang ditunjuk oleh Imam / Kepala Pemerintahan untuk
mengelola zakat, dan tidak menerima upah dari baitul mal atau negara. Jumlah zakat yang
diberikan kepada amil disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan (menggunakan standart
ujroh mitsil / ongkos standart)
Termasuk amil adalah semua orang yang terlibat dalam kepanitiaan zakat, seperti petugas
yang mengambil zakat dari muzakki, pencatat, penghitung, dan petugas yang menyalurkan
zakat dan lain-lain. Amil zakat harusproaktif mengambil zakat dari muzakki sesuai bunyi
teks Al Qur‟an. Menurut sebagian ulama‟ amil zakat harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Islam - Laki-laki
- Merdeka - Mukallaf
- Adil - Bisa melihat
- Bisa mendengar - Mengerti masalah zakat (faqih)
d. MUALLAF
Secara harfiah, muallaf qulubuhum adalah orang yang dijinakkan/dibujuk hatinya.
Sedangkan dalam terminologi fiqih, muallaf ada 4, yaitu :
- Orang yang baru masuk islam, dan imannya belum kuat
- Orang yang baru masuk islam dan imannya cukup kuat, dan ia terkemuka di kaumnya.
Maka ia diber zakatdengan harapan teman-temanya akan masuk islam.
- Orang islam yang melindungi kaum muslimin dari gangguan kaum kafir.
- Orang Islam yang membela kepentingan kaum muslimin dari kejahatan muslim lain (
misal pemberontak atau golongan anti zakat)
Golongan pertama dan kedua berhak menerima zakat secara mutlak. Baik kaya atau
miskin, Kaum muslimin membutuhkan mereka atau tidak, dan yang membagi zakat Imam
atau Pemilik harta.
Golongan ketiga dan keempat boleh diberi zakat sekiranya mereka diperlukan, misal
karena mereka sudah diberi zakat, tidak perlu ada angkatan bersenjata. Dan syaratnya lagi
mereka harus laki-laki, dan yang berhak menetukan zakat adalah Imam bukan pemilik
harta.
13
- Islam. Walaupun sayid/tuannya beragama non-islam atau dari keturunan bani Hasyim /
Bani Mutholib yang notabene mereka tidak berhak menerima zakat.
- Tidak mempunyai biaya untuk menebus dirinya.
- Aqad kitabah yang dilakukan hukumnya sah.
- Isi perjanjian bisa memerdekakan secara keseluruhan (total).
Zakat boleh diberikan kepada budak mukatab secara langsung atau kepada sayidnya
dengan seidzin si budak mukatab.
g. SABILILLAH
Menurut syara‟ sabilillah adalah orang yang berjihad/berperang dijalan Alloh SWT dan
tidak mendapatkan gaji. Sabilillah berhak mendapat zakat untuk mencukupi keperluanya atau
keluarga yang ditanggungnya sejak berangkat perang sampai pulang. Yang berhak
menentukan kebijakan zakat terhadap sabilillah adalahg Imam, bukan pemilik harta.
Jumhur ulama‟ seperti madzhab Abu Hanifah, Malik, As-Syafi‟i dan Ahmad sepakat
bahwa fisabilillah artinya khusus untuk jihad.
Ada sebagian ulama‟ yang meluaskan arti jihad baik dari kalangan salaf atau khalaf,
mereka berpendapat bahwa sabilillah adalah semua bentu kebaikan. Namun pendapat ini
tidak kuat, karena jika sabilillah diartikan pada semua bentuk kebaikan berarti ashnaf zakat
semuanya tercakup pada kata sabilillah dan tidak ada pengkhususan pada delapan kelompok
tadi. Dan pendapat ini berbahaya karena akan mengakibatkan semua orang dapat mengklaim
dirinya termasuk golongan sabilillah.
14
Adapula sebagian ulama‟ yang berpendapat makna jihad tidak hanya pada peperangan
fisik, tetapi juga dakwah untuk menegakkan dan membebaskan manusia dari kemusyrikan,
kebatilan dan lain-lain.
Sabilillah dan sabililkhoir adalah dua hal yang berbeda. Sabilillah adalah orang yang
berperang di jalan Allah SWT, sedangkan sabilil khoir adalah jalan kebaikan atau
kemashlahatan umum ( membangun jalan, jembatan, masjid, menggaji pengajar, dan lain-
lain). Zakat tidak boleh diberikan kepada sabilil khoir.
Dan apabila sabilillah tidak jadi berangkat jihad, maka seluruh biaya dan peralatan yang
dibeli dengan harta zakat wajib dikembalikan. Begitu juga kelebihan biaya perang.
Sedangkan peralatan perang yang dibelikan oleh Imam dengan harta zakat tidak wajib
dikembalikan, dan boleh dimiliki oleh sabilillah
Jumlah zakat yang diberikan kepada ibnu sabil tergantung pada tujuanya, maka :
- Jika hanya satu tujuan ( pergi / pulang saja) maka zakat diberikan sekiranya cukup untuk
ke tempat tujuan tersebut.
- Jika dua tujuan ( pulang dan pergi) maka zakat diberikan sekiranya cukup untuk berangkat
pergi, menetap selama 4 hari dan pulang.
15
kebutuhannya. Jika memang tidak mempunyai keterampilan dan pengalaman mereka
diberi bekal selama umumnya usia manusia.
b. Budak dan ghorim
Budak mukatab dan ghorim diberi sejumlah zakat yang mencukupi untuk melunasi hutang
mereka.
c. Ibnu Sabil
Ibnu sabil diberi sejumlah zakat yang cukup untuk biaya ketempat tujuan, atau tempat
hartanya berada.
d. Sabilillah
Sabilillah diberi sejumlah zakat yang cukup untuk biaya perang dan nafkah orang uyang
ditanggungnya selama ditinggal perang
e. Muallaf
Muallaf diberi sejumlah zakat sesuai kepentingan dan kebijakan Imam.
f. Amil Zakat
„Amil diberi zakat sesuai bidang pekerjaan, ( menggunakan standart Ujroh mitsil)
َّ
Hal ini berdasarkan sabda Rosululloh SAW :
ُ صَلَّ َّ َّ ُّ ُ ً َّ َّ
ًَاللَعييَّوشي ََولَْللَُمٍ ٍَدَىٍحٍ ٍد َ ِ ََّْذهَالصدكثَإٍُاَيهَأوشاخَانل
اسَوإُٓاَلَحتِو إن
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah hal yang kotor dari manusia, dan sungguh zakat itu
tidak halal bagi Muhammad dan keluarganya”
d. Orang kaya
Yaitu orang yang mempunyai harta atau pekerjaan yang halal yang mencukupi
kebutuhan pokoknya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya selama umumnya usia
manusia.
Standart kaya adalah terpenuhinya kebutuhan pokok secara lebih, oleh sebab itu kaya
tidak harus berarti mempunyai harta yang melimpah. Jika penghasilan /hartanya sudah
mencukupi kebutuhan pokoknya, maka sudah termasuk kaya yang notabene tidak berhak
menerima zakat.
Catatan :
- Orang yang banyak harta dan banyak hutangnya, selama hartanya belum digunakan
untuk melunasi hutangnya, statusnya tetap kaya dan tidak berhak menerima zakat.
- Orang yang mempunyai harta yang tidak mencukupi kebutuhan pokok selama
umumnya usia manusia, namun apabila digunakan untuk modal berdagang, maka laba
yang dihasilkan setiap hari jumlahnya lebih dari cukup juga termasuk orang kaya.
16
2. MASALAH-MASALAH SEKITAR ZAKAT
a. Zakat boleh diberikan terhadap orang yang fasiq (misalnya orang yang meninggalkan
sholat). Kecuali jika sejak sebelum baligh tidak melakukan sholat maka yang berhak
menerima adalah walinya.
b. Tidak boleh mengeluarkan zakat sekaligus sebagai shodaqoh, atau sebaliknya.
c. Orang yang mengaku faqir / miskin boleh menerima zakat tanpa harus disumpah.
d. Orang yang tidak bekerja karena sibuk menghafal Al-Qur‟an atau belajar ilmu fiqh, tafsir,
hadits dan lain-lain boleh menerima zakat. Sedangkan yang tidak bekerja karena sibuk
melakukan sholat sunnah tidak boleh menerima zakat.
e. Zakat yang diberikan kepada orang yang nampaknya faqir / miskin tetapi ternya kaya
hukumnya tidak sah. Bagi pemilik harta boleh untuk memintanya kembali, jika masih
adad. Dan jika sudah tidak ada pemilik harta boleh meminta gantinya.
17
III. TATA CARA DAN ETIKA BERZAKAT
Apabila ada keraguan tentang niat setelah zakat diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya, maka hukumnya tetapsah. Namun jika zakat telah diberikan, tapi
belum diniati, maka hukumnya tidak sah alias pemilik wajib mengulang kembali
zakatnya. Dan status zakat awwal yang tanpa diniati adalah shodaqoh.
18
Contoh zakat cicilan pertanian :
Seorang petani gabah mengalami panen 2 Kali dalam satu tahun dengan perincian sebagai
berikut :
Hasil panen pertama : 1.000 kg gabah
Hasil panen kedua : 1.250 kg gabah
Zakat cicilan : 100 kg gabah
Junlah hasil panen : 2.250 kg gabah
Zakat yang wjib dikeluarkan :
- Dengan biaya : 5 % x 2.520 : 112,5 kg
Sisa zakat : 112,5 – 100 : 12,5 kg
- Tanpa biaya : 10% x 2.250 : 225 kg
Sisa zakat : 225 – 100 : 125 kg
Zakat cicilan atau zakat yang dikeluarkan lebih dahulu dari masa wajib mengeluarkan
zakat dihukumi sah apabila :
1. Sejak mengeluarkan sampai waktu wajib mengeluarkan zakat (haul), pemilik harta dan
hartanya masih menetapi syarat. ( Islam, merdeka, mencapai nishob, milik sempurna,
masih hidup).
2. Saat menerima zakat dan saat waktu wajib mengeluarkan zakat (haul), penerima zakat
masih menetapi syarat. (Islam, Masih hidup, termasuk orang yang berhak menerima
zakat, berada dalam daerah zakat)
Jika zakat cicilan diberikan pada seseorang yang pada saat haul tidak berhak menerima
zakat, maka hukumnya tidak sah. Apabila saat memberikan sudah menjelaskan bahawa yang
diberikan adalah zakat cicilan dan saat haul ternyata pemilik harta atau penerima zakat tidak
menetapi syarat, zakatnya boleh diminta kembali. Dan jika tidak menjelaskan maka zakatnya
tidak boleh diminta kembali.
19
a. Ada hartanya
Ketika harta yang dihutang sudah dilunasi, harta yang hilang sudah ketemu, harta yang
dighosob sudah dikembalikan, maka apabila sudah menetapi syarat-syaratnya, wajib
dikeluarkan zakatnya. Oleh sebab itu, piutang yang belum jatuh tempo, harat yang belum
ketemu atau belum dikembalikan pada masa wajib zakat / haul tidak wajib dizakati pada
saat itu. Dan jika sudah kembali, maka wajib dizakati secara tersendiri pada saat itu juga.
b. Ada golongan yang berhak menerima zakat
Apabila saat wajib zakat tidak menemukan orang / golongan yang berhak menerima
zakat, maka zakat boleh diakhirkan / tidak dikeluarkan pada saat itu.
c. Sudah memungkinkan (tamakkun)
Artinya sudah ada kesempatan mengeluarkan zakat pada waktu wajib mengeluarkan
zakat. Apabila sudah tiba waktu wajib mengeluarkan zakat, namun belum
memungkinkan, kemudian harta rusak sehingga mengakibatkan tidak wajib zakat atau
kadarnya berkurang, maka pemilik tidak wajib mengganti.
Namun jika setelah masa tamakkun pemilik tidak segera berzakat tanpa ada alasan yang
dibenarkan syara‟, maka hukumnya haram. Dan jika ada kerusakan harta maka pemilik
harus menanggung beban zakat seperi sebelum adanya kerusakan.
Mengakhirkan atau menunda zakat setelah masa wajib mengeluarkan zakat dan
tamakkun hukumnya haram, kecuali jika bermaksud mencari keutamaan, dan hal itu tidak
menimbulkan madlorot pada orang-orang yang berhak menerima zakat. Seperti menanti
kerabat, tetangga atau orang sholih yang notabene mereka semua lebih utama menerima zakat
dibanding yang lain
20
Mengeluarkan zakat melaui Imam atau Amil itu lebih baik daripada dibagi sendiri, karena
Imam mempunyai wewenang dan lebih mengetahui tentang orang yang berhak
menerima dan kadar keperluannya.
Namun apabila Imam tidak adil / menyeleweng maka cara membagi dan menyampaikan
zakat yang utama adalah jika harta dlohir ( binatang ternak, barang tambang, tanaman dan
buah-buahan) melalui Imam, dan jika harta Batin ( emas, perak, harta dagangan, rikaz
dan zakat fitrah) lebih baik dibagi sendiri.
Ketiga pendapat tersebut berbeda dengan fatwa Imam Syafi‟i tetapi bisa digunakan
karena sulitnya membagi secara merata pada semua golongan, apalagi zakat fitrah yang
jumlahnya tidak banyak.
21
IV. ADAB DAN SUNNAHNYA BERZAKAT
1. PEMILIK HARTA
Bagi pemilik harta yang telah menetapi syarat wajib zakat, selain harus memperhatikan
aturan main dan tata cara mengeluarkan zakat yang diatur oleh Syara‟, pemilik juga harus
memperhatikan etika / adab berzakat. Sehingga zakat yang telah dikeluarkan, selain sah
menurut syara‟, juga mendapat pahala disisi Alloh SWT. Menurut Imam Al-Ghozali dalam
kitab Ihya‟ Ulunuddin, pemilik harta harus memahami hal-hal sebagai berikut :
َّ َ ُْ ُُْ
SWT berfirman :
َ
ُ ٌْ َ َ ُ َ َ َ ُ َُ َ ْ
ۚ ًَْ س
َّ اَوحؤحْٔاَاىفلراءَذَٓٔخْيَىِْٔإَونَُتف
“Dan jika kamu menyembunyikan dan kamu berikan kepadaorang-orang faqir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu”.
ََْ ْ ُ َ َّ َ
Dalam surat Al-Baqoroh 264, Alloh SWT berfirman :
ُ َ ُ
َ َآٌ ُِٔاَلَتتْطي
َِّ ٍَ ٔاَص َدكاح ِسًَةِال
ََ َواْلذى
َّّٰ ِ
َ َِي
َ يَاَأ ُّح َٓاَاّل
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)”
Di antara penyakit hati yang kerap menghinggapi orang kaya dan pelaku zakat yang
notabene bisa menghilangkan nilai pahala zakat atau shodaqoh adalah berbangga diri,
menganggap diri sendiri lebih baik dari faqir miskin, menyebut-nyebut kebaikan diri
sendiri, menyampaikan zakat disertai kata atau sikap kasar serta melecehkan.
Semestinya pemilik harta bersyukur dan berterima kasih kepada faqir, miskin atau
golongan penerima zakat yang telah membebaskan mereka dari tanggung jawabnya.
Jangan pernah menganggap diri sendiri lebih baik dan terhormat, karena salah dalam
memposisikan zakat sebagai santunan.
22
f. Ikhlas dan menganggap ringan terhadap zakat
Pekara kecil jika dianggap besar akan menjadi berat, dan perkara besar jika dianggap
kecil akan menjadi ringan. Jangan melihat nominalnya zakat, tapi lihatlah hikmah dibalik
zakat. Jangan hanya melihat 2,5% nya harta yang keluar, tapi lihatlah juga 97,5 % harta
yang tersisa. Bukankah Rp. 25.000,- nilainya sangat kecil jika dibanding Rp. 975.000,-.
Diantara tanda-tanda orang munafiq adalah mengerjakan sholat dengan bermalas-malasan
dan mengeluarkan zakat dengan terpaksa (tidak ikhlas)
2. PENERIMA ZAKAT
Yang harus difahami oleh penerima zakat adalah :
a. Mentasarufkan harta zakat secara benar
Hendaknya penerima zakat menyadari, bahwa hikmah dibalik kewajiban zakat atas
orang-orang kaya adalah untuk meringankan beban kehidupan mereka. Sehingga penerima
zakat dapat beribadah dengan baik. Zakat yang telah diterima harus digunakan dengan baik
untuk menopang. Apabila zakat ditasarufkan pada jalan yang tidak benar, berarti penerima
zakat telah kufur atas ni‟mat dan karunia Alloh SWT.
ُّ ِ َ ْ َ ََ َ َ َ َْ َ َ َ َ َ َ َ ََْ
Ketika menerima zakat, penerima zakat disunnahkan berdo’a :
َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُمَفَكُيَ َْ َ ُ َ َ َ
َفَأرواحَالشٓدا َِء ِ ارَِوصَلَلَعَروحِم
َ َفَخٍ ِوَاْلخي
ِ بَاْلةرارَِوزَّكَخٍيم
ِ ٔ ِ طٓرَاللَكيت
Wujudkanlah rasa terima kasih dengan menerima apa adanya, tidak menghina, tidak
mencela, dan jika ada kurang baiknya harta zakat supaya dirahasiakan. Anggaplah zakat
sebagai karunia, sehingga yang ada hanya rasa syukur dan terima kasih.
23
yang berhak diterima harus dikembalikan kepada pemilik harta, Imam, atau Amil. Jangan
menerima zakat jika tidak termasuk orang yang berhak menerima, hukumnya
haram.
24
V. ZAKAT BINATANG TERNAK
Binatang yang secara dzatiah wajib dikeluarkan zakatnya itu hanya meliputi 3 jenis, yaitu ;
1. Binatang unta.
2. Binatang sapi
3. Binatang kambing.
Selain tiga jenis binatang diatas, secara dzatiah tidak wajib dizakati. Seperti kuda, ayam,
ikan dan lain-lain. Kecuali jika binatang-binatang tersebut menjadi benda yang diperdagangkan
(komoditas perdagangan) maka wajib zakat atau tidaknya tergantung syarat-syarat dan
mekanismenya zakat perdagangan. Jika memenuhi syarat dan mekanismenya tijaroh, maka
wajib zakat dengan metode dan prosentasenya tijaroh, walaupun dalam pengelolaanya
mengandung unsur peternakan.
Begitu juga tidak wajib dizakati adalah binatang peranakan dari binatang yang dzatiahnya
wajib dizakati dengan binatang yang dzatiahnya tidak wajib dizakati. Misalnya, binatang
peranakan dari kuda dengan sapi, peranakan sapi dengan himar dan lain lain.
Sedangkan binatang peranakan dari dua jenis binatang yang secara dzatiah wajib zakat,
tetap wajib dizakati dengan batasan nishob yang lebih ringan. Misalnya peranakan unta
(nishobnya 5 ekor) dan sapi (nishobya 30 ekor) itu nishobnya 30 ekor, sama dengan nishobnya
sapi. Peranakan sapi (nishobnya 30 ekor) dengan kambing (nishobnya 40 ekor) itu nishobnya
40 ekor, sama dengan nishobnya kambing.
Binatang unta, sapi, kerbau, kambing atau domba, wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
ُ َْ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ
َاْل َْٔل
َ ََِّ ع َي َي
َ ََُ َٔ َل
َ َّت
َ ح َ َال ََ ف
ٍَ ٌَ َ ِ َل ََز َك َة
َ
“ Tidak wajib zakat pada harta sehingga sampai (genap) tahunnya (HR. Daruqutni)
Haul atau masa satu tahun itu terhitung sejak jumlah binatang mencapai nishobnya, tidak
dihitung dari saat pertama memiliki ternak (yang tidak mencapai nishob). Selain itu, selama satu
tahun jumlah ternak tidak pernah kurang dari nishob. Maka masa satu tahun yang terhitung dari
waktu sebelumnya menjadi batal (rusak), dan masa satu tahun dihitung kembali sejak jumlah
ternak mencapai nishob lagi.
25
Contoh.
Pada tanggal 1 Muharram Umar memiliki (membeli) kambing 30 ekor. Kemudian tanggal 1
Shofar membeli lagi 10 ekor (=40 ekor). Pada bulan Rojab yang 15 ekor dijual (= 25 ekor),
kemudian bulan Syawal membeli kambing lagi 20 ekor (= 45 ekor).
Keterangan : Masa satu tahun (haul) terhitung sejak satu Shofar, kemudian haul yang terhitung
dari 1 Shofar menjadi rusak (putus) dibulan Rojab. Dan haul terhitung lagi dari bulan Syawal.
Jika sampai bulan Syawal berikutnya, jumlah ternak tidak berkurang dari nishob, maka zakat
wajib dikeluarkan pada bulan Syawal.
2. Saum (digembalakan)
Artinya, dalam masa satu tahun binatang ternak diberi makan dengan cara digembalakan
dipadang rumput yang mubah. Baik digembala oleh pemiliknya sendiri, atau oleh wakilnya.
Dengan demikian binatang ternak yang tidak digembalakan alias binatang yang merumput
sendiri, atau semua / sebagian makannya hasil dari pembelian, tidak wajib mengeluarkan zakat
ternak.
Dan apabila makanan ternak tersebut sebagian dari pembelian dan sebagian lagi dari
pengembalaan dipadang rumput yang mubah, maka hukumnya (zakat)nya diperinci sebagai
berikut :
a. Jika makanan ternak yang berasal dari pembelian hanya sebagian kecil, kira kira tanpa
adanya makanan hasil pembelian, ternak masih hidup tanpa menimbulkan bencana, maka
tetap wajib dizakati.
b. Jika sebagian besar makanan ternak berasal dari pembelian, atau hanya sebagian kecil
namun diperkirakan tanpa adanya makanan hasil pembelian, binatang ternak akan mati atau
setidaknya timbul bahaya yang nyata, maka tidak wajib zakat.
Menurut sebagian Ulama‟, binatang ternak yang sebagian kecil makanannya berasal dari
pembelian, tanpa adanya makanan hasil pembelian ternak masih bisa hidup dan tidak
menimbulkan bahaya, namun diserai niat tidak digembalakan lagi, maka ternak juga tidak
wajib dizakati.
Catatan .
a. sebagian Ulama berpendapat, binatang ternak yang sudah menetapi syarat haul dan saum
wajib dizakati apabila ternak tersebut tidak digunakan sebagai alat bekerja oleh pemiliknya.
Jika ternak digunakan sebagai sarana bekerja seperti digunakan sebagai sarana angkutan
atau untuk membajak sawah, maka binatang ternak tidak wajib dizakati. Rosululloh
َ ْ
bersabda :
ًَ َ َْ
َص ََد َك َث ََ ََابلَ َل َِر
َِ اىع ََٔا َِم
َ َو َ ف َ َ َى َي
َ ِ َس
“ Tiada (wajib) zakat pada sapi yang digunakan untuk bekerja” ( HR. Abu Dawud dan
Daruquthni )
b. Peternakan hewan itu berbeda dengan perdagangan hewan ternak. Peternakan hewan lebih
mengacu pada sebuah system penggemukan dan zakatnya menggunakan sandart (syarat,
nishob dan kadar) zakatnya binatang ternak. Sedangkan perdagangan hewan ternak lebih
menitik beratkan pada unsur laba perdagangan, walaupun dalam prakteknya terkandung
unsur peternakan. Dan zakatnya menggunakan standart (syarat, nishob, prosentase) zakatnya
tijaroh (perdagangan).
26
3. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA BINATANG UNTA
Batas nishob atau jumlah minimal unta yang wajib dizakati adalah 5 ekor. Dibawah 5 ekor,
tidak wajib zakat. Sedangkan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah sebagai tabel berikut
ini :
Apabila jumlah unta lebih dari 121 ekor, maka metode pembagian zakatnya adalah setiap 50
ekor (hasil pembagian 50) zakatnya unta betina umur 3 tahun genap atau lebih (hiqqoh), dan
setiap 40 ekor (hasil pembagian 40) zakatnya unta betina umur 2 tahun genap atau lebih (bintu
labun).
Berikut beberapa contoh dan metode membagi zakatnya unta diatas 121 ekor.
a. Jika jumlah unta hanya bisa habis dibagi 50, maka zakatnya unta jenis hiqqoh.
Contoh.
Jumlah unta 150 ekor = 150 : 50 =3
Zakatnya = 3 ekor unta hiqqoh
b. Jika jumlah unta hanya bisa dibagi 40, maka zakatnya unta jenis bintu labun
Contoh.
Jumlah unta 160 ekor = 160 : 40 =4
Zakatnya = 4 ekor unta bintu labun
c. Jika jumlah unta bisa dibagi habis dengan 50 saja atau 40 saja, maka zakatnya boleh unta
jenis hiqqoh atau bintu labun.
Contoh.
Jumlah unta 200 ekor = 200 : 50 = 4 atau
= 200 : 40 =5
Zakatnya = 4 ekor unta hiqqoh atau 5 ekor unta bintu labun.
d. Jika jumlah unta tidak bisa dibagi habis dengan 50 atau 40 namu bisa habis dibagi dengan
gabungan dari 50 dan 40 (dibagi 50 kemudian sisanya dibagi 40, atau sebaliknya), maka
zakatnya unta hiqqoh dan bintu labun.
27
Contoh.
Jumlah unta 140 ekor = 140 : 50 = 2 , sisa 40 kemudian
40 : 40 =1
Zakatnya = 4 ekor unta hiqqoh atau 5 ekor unta bintu labun.
(Tidak boleh dibagi dengan cara 140 : 40 = 3, sisa 20 atau 140 : 40 = 2, sisa 60, 60 : 50 = 1,
sisa 10)
Contoh.
Jumlah unta 130 ekor = 130 : 40 = 2, sisa 50 kemudian
50 : 50 =1
Zakatnya = 2 ekor unta hiqqoh dan 1 ekor unta bintu labun
(Tidak boleh dibagi dengan cara 130 : 50 = 2, sisa 30 atau 130 : 40 = 3, sisa 10 )
e. Jika jumlah unta tidak bisa dibagi habis dengan 50 atau 40 atau gabungan dari 40 dan 50
(menyisakan bilangan yang tidak bisa dibagi 50 atau 40), maka dibagi dengan cara yang
memungkinkan menyisakan bilangan paling sedikit. Dan sisa yang tidak bisa dibagi, tidak
mempengaruhi zakat. Oleh sebab itu tidak wajib dizakati secara tersendiri.
Contoh.
Jumlah unta 153 ekor = 153 : 50 = 3, sisa 3 (tidak bisa dibagi)
Zakatnya = 3 ekor unta hiqqoh, sama dengan zakatnya unta 150 ekor.
Sisa 3 ekor tidak mempengaruhi kadar zakat.
Contoh.
Jumlah unta 165 ekor = 165 : 40 = 4 sisa 5 (tidak bisa dibagi)
Zakatnya = 4 ekor unta bintu labun, sama dengan zakatnya unta 160
ekor. Sisa 5 ekor tidak mempengaruhi kadar zakat.
Contoh
Jumlah unta 145 ekor = 145 : 50 = 2 sisa 45 kemudian
45 : 40 = 1 sisa 5 (tidak bisa dibagi)
Zakatnya = 2 ekor unta hiqqoh, 1 ekor unta bintu labun, sama denagn
zakatnya unta 140 ekor, sisa 5 tidak mempengaruhi kadar
zakat.
Catatan :
a. metode pembagian diusahakan tidak menyisakan bilangan, atau setidaknya menyisakan
bilangan paling sedikit, baik dibagi dengan 50 atau 40 atau gabungan angka 50 dan 40.
b. Jika saat mengeluarkan zakat tidak mempunyai unta yang menjadi standart zakat maka :
Bintu ma‟khodl boleh diganti dengan ibnu labun (unta jantan yang umurnya genap 2
tahun, masuk 3 tahun) atau hiqqun (unta jantan yang umurnya genap 3 tahun, masuk 4
tahun)
1 ekor unta hiqqoh boleh diganti dengan 2 ekor unta bintu labun.
1 ekor unta jadza‟ah boleh diganti dengan 2 ekor unta hiqoh, atau 2 ekor unta bintu labun.
Sedangkan unta bintu labun tidak boleh diganti dengan ibnu labun atau hiqqun.
28
JUMLAH TERNAK JUMLAH DAN KETERANGAN ZAKAT
30 s/d 39 1 ekor sapi jenis tabi‟
40 s/d 59 1 ekor sapi jenis musinnah
60 s/d 69 2 ekor sapi jenis tabi‟
70 s/d 79 2 ekor sapi (1 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah)
80 s/d 89 2 ekor sapi jenis musinnah
90 s/d 99 3 ekor sapi jenis tabi‟
100 s/d 109 3 ekor sapi (2 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah)
Dan seterusnya……
Keterangan .
Tabi’ : sapi jantan yang sudah genap umur 1 tahun masuk 2 tahun.
Musinnah : sapi betina yang sudah genap umur 2 tahun masuk 3 tahun.
Selanjutnya bisa dikiyaskan sendiri dengan metode, setiap ekor sapi (hasil pembagian 30)
zakatnya 1 ekor sapi jenis tabi‟, dan setiap 40 ekor sapi (hasil pembagian 40) zakatnya 1 ekor
sapi jenis musinnah.
Berikut beberapa contoh dan metode membagi zakatnya sapi.
a. Jika jumlah sapi hanya bisa dibagi habis dengan 30, maka zakatnya sapi jenis tabi‟
Contoh.
Jumlah sapi 90 ekor = 90 : 30 =3
Zakatnya = 3 ekor sapi jenis tabi‟
b. Jika jumlah sapi hanya bisa dibagi habis dengan 40, maka zakatnya sapi jenis musinnah.
Contoh.
Jumlah sapi 160 ekor = 160 : 40 =4
Zakatnya = 4 ekor sapi musinnah.
c. Jika jumlah sapi bisa dibagi habis dengan 30 atau 40 saja, maka zakatnya boleh dari sapi
jenis tabi‟ atau jenis musinnah.
Contoh.
Jumlah sapi 120 ekor = 120 : 30 = 4 atau
= 120 : 40 =3
Zakatnya = 4 ekor unta jenis tabi‟ atau 3 ekor unta jenis musinnah.
d. Jika jumlah sapi tidak bisa dibagi habis dengan 30 atau 40, namun bisa dibagi habis dengan
gabungan 30 dan 40 (dibagi 30, kemudian sisannya dibagi 40, atau sebaliknya), maka
zakatnya unta jenis tabi‟ dan unta jenis musinnah :
contoh.
Jumlah sapi 100 ekor = 100 : 30 = 2, sisa 40 kemudian
40 : 40 =1
Zakatnya = 2 ekor sapi jenis tabi‟ dan 1 ekor sapi jenis musinnah.
(Tidak boleh dibagi dengan cara, 100 : 30 = 3, sisa 10 atau 100 : 40 = 2 sisa 20 )
Contoh
Jumlah sapi 110 ekor = 110 : 40 = 2, sisa 30 kemudian
30 : 30 =1
Zakatnya = 2 ekor sapi jenis musinnah dan 1 ekor sapi jenis tabi‟
(Tidak boleh dibagi dengan cara, 110 : 30 = 3 sisa 20 atau 110 : 40 = 1 sisa 70 : 30 = 2, sisa
10)
29
e. Jika jumlah sapi tidak bisa dibagi habis dengan 30 atau 40 atau gabungan 30 dan 40
(menyisakan bilangan yang tidak bisa dibagi dengan 30 dan 40), maka dibagi dengan cara
yang memungkinkan menyisakan bilangan yang paling sedikit. Dan sisa bilangan yang tidak
bisa dibagi, tidak mempengaruhi zakat yang dikeluarkan. Oleh sebab itu tidak perlu dizakati
secara tersendiri.
Contoh
Jumlah sapi 65 ekor = 65 : 30 = 2, sisa 5 (tidak bisa dibagi)
Zakatnya = 2 ekor sapi jenis tabi‟, sama dengan zakatnya sapi 60
ekor. Sisa 5 ekor tidak mampengaruhi kadar zakat.
Contoh
Jumlah sapi 85 ekor = 85 : 40 = 2, sisa 5 (tidak bisa dibagi)
Zakatnya = 2 ekor sapi jenis musinnah, sama denagn zakatnya sapi 80
ekor. Sisa 5 ekor tidak mempengaruhi kadar zakat.
Contoh.
Jumlah sapi 105 ekor = 105 : 30 = 2, sisa 45 kemudian
45 : 40 = 1, sisa 5 (tidak bisa dibagi)
Zakatnya = 2 ekor sapi jenis tabi‟ dan 1 ekor sapi jenis musinnah. Sama
dengan zakatnya sapi 100 ekor. Sisa 5 ekor tidak
mempengaruhi kadar zakat.
Catatan :
a. Yang dimaksud sapi dalam bab ini mencakup seluruh jenis sapi dan kerbau (kecuali sapi
hutan atau banteng).
b. Tabi‟ (sapi jantan umur 1 tahun masuk 2 tahun), boleh diganti dengan sapi tabi‟ah (sapi
betina umur 1 tahun masuk 2 tahun), bahkan menurut sebagian ulama sapi tabi‟ah itu
lebih baik. Dan menurut pendapat yang shohih, 1 ekor musinnah boleh diganti 2 ekor
tabi‟ (tabi‟ah).
Diatas 400 ekor, metode zakatnya adalah setiap 100 ekor kambing zakatnya 1 ekor. Jadi
untuk 600 ekor, zakatnya 6 ekor, 700 ekor zakatnya 7, dan begitu seterusnya. Sedangkan sisa
bilangan yang tidak habis dibagi 100 tidak mempengaruhi kadar zakat yang dikeluarkan alias
tidak diperhitungkan. Oleh sebab itu, sisa bilangan tidak wajib dizakati tersendiri.
Contoh.
Jumlah kambing 900 ekor = 900 : 100 =9
Zakatnya = 9 ekor.
30
Contoh.
Jumlah kambing 999 ekor = 999 : 100 = 9, sisa 99 (tidak bisa dibagi 100)
Zakatnya = 9 ekor, sama dengan zakatnya kambing 900 ekor.
Mekanisme pengeluaran zakatnya ternak yang tidak dalam satu daerah (ada dibeberapa
daerah) itu hukumnya sama dengan ternak yang berada dalam satu daerah.
31
Contoh.
Dalam satu daerah seseorang memiliki kambing 80 ekor. Maka zakatnya adalah 1 ekor
kambing dan dikeluarkan dalam daerah tersebut.
Contoh.
Dalam dua daerah seseorang memiliki kambing 80 ekor, 40 ekor didaerah A dan 40 ekor
didaerah B. maka zakatnya tetap 1 ekor kambing. Dan menurut pendapat yang kuat, zakat
boleh dikeluarkan didaerah salah satu digunakan untuk berternak.
Selain itu, mekanisme pengeluaran zakat harus memperhatikan factor mafaat terbaik untuk
mustahiqqin (golongan penerima zakat) oleh sebab itu, jika mengeluarkan zakat dengan
memakai ternak yang jenisnya lebih rendah dari ternak yang dizakati, atau menggunakan
binatang yang kecil sebagai zakatnya ternak yang besar, maka harus membanding harga dari
kedua jenis binatang.
Contoh.
Seseorang mempunyai 40 ekor kambing, 30 ekor jenis domba dan 10 ekor jenis kacang. Harga
1 ekor domba Rp 200.000,- dan harga 1 ekor kacang Rp 100.000,-. Maka zakat yang
dibayarkan adalah 1 ekor kambing domba atau 1 ekor kambing kacang dengan nilai Rp
125.000,-
32
8. SYIRKAH PETERNAKAN.
Berserikat dalam peternakan adalah menggabungkan dua kelompok ternak (sejenis) yang
dimiliki dua orang dalam satu system pengelolaan dan pengembalaan. Tidak ada pembedaan
dalam peternakan, sehingga dapat menyatu dalam peternakan dan metode zakat yang
dikeluarkan. Artinya, syirkah peternakan yang telah menetapi syarat syaratnya, mekanisme
zakatnya sebagai peternakan yang dimilikioleh satu orang.
Selain 7 ketentuan diatas, syarat dari orang yang berserikat dan sistemnya adalah :
1. Orang yang berserikat harus ahli tasarruf.
2. Jumlah gabungan ternak mencapai nishob.
3. Dalam masa setahun kepemilikan ternak tidak disendirikan (tidak dibeda bedakan)
Contoh.
Dua orang yang masing masing memiliki 40 ekor kambing, menggabungkan ternaknya selama
masa setahun. Maka zakatnya hanya satu ekor kambing. Jika tidak digabung, maka masing
masing orang zakatnya 1 ekor kambing. Dengan demikian kedua duanya mendapat keringanan.
Contoh.
Dua orang yang masing masing memiliki 20 ekor kambing, mengabungkan ternaknya selama
masa setahun. Maka wajib mengeluarkan zakatnya satu ekor kambing. Jika tidak digabung,
maka masing masing orang zakat 1 ekor kambing. Karena ternak yang dimiliki tidak mencapai
nishobnya. Dengan demikian kedua duanya mendapat keberatan.
Contoh.
Abdulloh mempunyai 40 ekor kambing, dan Umar mempunyai 20 ekor kambing. Lalu
keduanya menggabungkan ternak yang dimiliki selama setahun. Maka zakat yang wajib
dikeluarkan adalah 1 ekor kambing dan ditanggung oleh keduanya, yaitu 2/3 ditanggung
Abdulloh dan 1/3 ditanggung Umar. Jika ternak tidak digabung, maka Abdulloh wajib
mengeluarkan zakat 1 ekor kambing, dan Umar tidak wajib zakat. Dengan demikian, satu fihak
mendapat keuntungan /keringanan dan fihak yang lain mendapat kerugian.
Contoh
Abdulloh mempunyai 100 ekor kambing, dan Umar juga mempunyai 100 kambing. Lalu
keduanya menggabungkan ternak yang dimiliki selama setahun. Maka zakat yang wajib
dikeluarkan adalah 2 ekor kambing. Jika tidak digabung, maka masing masing wajib
mengeluarkan zakat 1 ekor kambing. Dengan demikian tidak ada yang diberatkan dan tidak ada
yang diringankan.
33
VI. ZAKAT FITRAH
“ Rosululloh SAW mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan bagi yang puasa daripada
sia-sia dan kekotoran mulutdan sebagai makanan bagi orang miskin. Barang siapa
mengeluarkan zakat sebelum sholat, maka ( termasuk) zakat yang diterima. Dan barang siapa
mengeluarkannya setelah sholat, maka (termasuk)shodaqoh dari beberapa shodaqoh. (HR.
Abu Dawud dan Ibnu Majjah)
َ َ ْ ً َ ْ ُ َ َِ َالرف ّ َ
َ ٔاليَ ْغ
َّ َو ُ َز َكةََاىْ ِف ْطر
َّ َط ْٓ َر ًةَل
ِ دَوطعٍثَل ِيٍصان
َِن ِ ََِ
ٌ َ َ
ً
ِ ِ انِيص ِ
“Zakat fitrah itu untuk memebersihkan bagi yang berpuasa dari pada sia sia dan
kotoran mulut sebagai makanan bagi orang miskin.
Dan dalam hadits lain Rosululloh SAW bersabda :
34
ْ َ َ ُ َُْ َ َْْ َ َ َ ََْ ٌََُ َ َ ََ ُْ َ
َْ لََة ِ ََز َك َة َِ َاى َِف
َط ِر َ ِ لَي َر َذ َعََإ
َ َض َ الص ٍَاءََِ َو
َ ِ اْل َر َ َنَ قَ َب
َ انَ ٌَ َع َي
َ ض
َ ص َٔ َمَ َر َم
َ
“Puasa Romadhon digantungkan diantara langit dan bumi, tidak diangkat puasa
tersebut kecuali dengan zakat fitrah” ( HR. Abu Hafs bin Syahin ).
Lebih jauh, “devinisi lebih” dalam zakat fitrah diartikan menpunyai kelebihan makan atau
materi dari yang diperlukan pada malam dan siangnya hari Idul Fitri. Baik untuk keperluan
diri sendiri ataupun orang oaring yang wajib dinafkahi. Oleh sebab itu, standar tidak lebih
mencangkup harta yang menjadi kebutuhan pokok, seperti tempat tinggal yang layak (tidak
berlebihan), pakaian, alat rumah tangga dan lain-lain. Artinya, apabila saat waktu wajib fitrah
tidak mempunyai kelebihan makanan/materi, maka tidak wajib menjual harta pokok guna
untuk membayar zakat fitrah. Dalam kitab As Syarqowi diterangkan, apabila pada hari raya
idul fitri tidak mempunyai kelebihan, maka tidak wajib zakat walaupun (yakin) keesokan
harinya punya kelebihan, namun sunnah untuk hutang guna untuk fitrah.
Bagi orang yang tidak menetapi persyaratan diatas, tidak diwajibkan mengeluarkan zakat
fitrah. Sedangkan syarat wajib bagi orang dizakati adalah :
a. Islam
b. Menemui waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah, yaitu menemui sebagian bulan
Romadhon dan bulan Syawwal.
35
mengkonsumsi beras /padi, tidak sebaliknya. Sebab gandum atau jagung itu lebih
mengenyangkan dari pada beras/padi.
Catatan :
Menurut Abu Hanifah, zakat fitrah tidak harus dirupakan makanan pokok, boleh
mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk qimah atau uang. Bagi orang yang bertaqlid pada
Abu Hanifah dalam mengeluarkan zakat fitrah berupa uang, maka jumlahnya harus sesuai
dengan batasan zakat fitrah menurut Abu Hanifah.
Misalnya.
Seorang ayah yang berada didaerah Kediri dengan makanan pokok beras, menzakati
anaknya yang berada di Madura dengan makanan pokok jagung. Maka makanan pokok
yang digunakan untuk zakat adalah jagung, dan diberikan pada golongan penerima zakat
didaerah Madura.
Apabila makanan /harta “yang lebih” jumlahnya kurang dari satu sho‟, maka wajib
dikeluarkan sebagai zakat fitrah. Dan hukumnya tetap sah, walaupun kurang dari satu sho‟.
Sedangkan seseorang yang mempunyai kewajiban menzakat fitrahi satu keluarga, namun
makanan /harta yang lebih hanya beberapa sho‟ (tidak mencukupi untuk semua keluarga),
maka metode pentasarufannya adalah sesuai urutan berikut ini :
a. Atas nama dirinya sendiri / orang yang mengeluarkan zakat.
b. Atas nama anaknya yang masih kecil.
c. Atas nama ayahnya
d. Atas nama ibunya
e. Atas nama anaknya yang sudah besar dan dalam kondisi tidak mampu.
f. Atas nama budaknya.
36
Waktu mengeluarkan / memberikan zakat fitrah terbagi menjadi 5, yaitu :
a. Waktu jawaz.
Yaitu, mulai awal bualan Romadhon sampai awal bulan Syawwal (waktu wajib).
Artinya, zakat fitrah boleh diberikan sejak memasuki bulan Romadhon, bukan waktu
sebelum Romadhon.
b. Waktu wajib.
Yaitu, sejak akhir Romadhon (menemui sebagian bulan Romadhon) sampai 1 syawal
(menemui sebagian bulan Syawal). Oleh sebab itu, orang yang meninggal setelah
maghribnya 1 Syawal wajib dizakati, sedangkan bayi yang lahir setelah maghribnya 1
Syawal tidak wajib dizakati.
c. Waktu sunnah
Yaitu, setelah fajar dan sebelum sholat hari raya idul fitri 1 Syawal.
d. Waktu makruh
Yaitu, setelah sholat hari raya idul fitri sampai tenggelamnya matahari pada tanggal satu
Syawal. Mengeluarkan zakat setelah sholat hari raya idul fitri hukumnya makruh, apabila
tidak ada „udzur. Oleh sebab itu, apabila pengakhiran tersebut karena „udzur, seperti
menanti kerabat atau orang yang lebih membutuhkan, maka hukumya tidak makruh.
e. Waktu haram
Yaitu, setelah tenggelamnya matahari pada tanggal 1 Syawal. Mengakhirkan zakat
fitrah sehingga keluar dari 1 Syawal hukumnya haram apabila tanpa „udzur. Jika
pengahiran karena „udzur, seperti menunggu hartanya yang tidak ada ditempat, atau
menunggu orang yang berhak menerima zakat, maka hukumnya tidak haram. Sedangkan
status dari zakat fitrah yang dikeluarkan setelah 1 Syawal adalah qodlo.
37
c. Zakat untuk orang yang tidak ditanggung fitrahnya.
Apabila zakat atas nama orang lain, yang fitrahnya tidak menjadi tanggungan pelaku
zakat, maka zakat dan niat dari pelaku zakat dihukumi sah apabila sudah mendapatkan
idzin dari orang yang dizakati. Seperti, seorang pelaku zakat atas nama anaknya yang
sudah dewasa (kecuali jika dalam kondisi cacat atau sedang belajar ilmu agama), saudara,
anak buah atau orang lain yang fitrahnya tidak menjadi tanggungan pelaku zakat.
Jika tidak mendapat idzin dari orang yang dizakati, maka zakat dan niat dari pelaku
zakat hukumnya tidak sah, alias tidak bisa menggugurkan kewajiban fitrahnya orang yang
dizakati. Oleh sebab itu, orang yang dizakati wajib mengeluarkan zakat fitrah sendiri.
Waktunya niat zakat fitrah boleh dilakukan pada saat memisahkan makanan pokok yang
digunakan zakat, atau saat memberian zakat pada orang yang berhak menerimanya, atau
waktu antara memisahkan zakat dan memberikan zakat pada fakir miskin. Wallohu A‟lam.
َ َ َ ً َْ ْ ََ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ََ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ َ
Lafadz niat zakat fitrah :
َاَلل َِ َت ََعاَل
َِ ض َ ى)َ َف َر
َ ل
َِ ََ َو
َخَ َ–ََّت
َِ جََ عََز َْو
ََ َ(َس
َ ِ ََ َج َف
َخَ َط َِر
َ َِجَ َز َك َةَ َاىف
َ خ َِر
َ نََأ
َ جََأ
َ َُ َٔ َي
“Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku ( untuk istriku / untuk anakku) untuk
menunaikan kewajipan karena Allah Ta‟ala”
Do’a zakat
َْ َ َ َ َََْ َََ
Bagi orang yang mengeluarkan zakat disunnahkan membaca do‟a :
ْ
َ ًَُ ْالص ٍَِ َيْ َُعَ َاى ََع َي َِي
ََ َج
َ َ َُمَ َأ
َ َُِ وَ ٌَِ َِاََا
َ اَت َل َت
َ َِ َر َب
“Wahai Tuhan kami, terimalah (zakat ini) dari kami,sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”
َ َ َْ َ َ َ َ ََ ًُْ َ َ َ ََُ َ َ َ ْ َْ َ َْ َ َ َ َ
Bagi orang yang menerima zakat sunnah membaca do‟a :
َ َ ْاَأ َبْ َل َي
َج َ ٍَ مَ َذِ َي
َ كََل
َ ار
َ اَو َب
َ ط َٓ َٔ َر
َ َم
َ ج َع َي َََّل
َ جَ َو
َ ط َي
َخ
َ اَأ
َ ٍَ كَ َذِ َي
َ ج َر
َ َأ
َ“ Semoga Alloh memberikan pahala kepadamu atas zakat yang telah engkau berikan, dan
semoga dengan zakat tersebut Alloh mensucikan padamu, dan semoga Alloh memberi
barokah terhadap barang yang engkau tetapkan”
38
VII. ZAKAT PERDAGANGAN (TIJAROH)
Setiap transaksi yang menggunakan system pertukaran dan yang disertai niat dagang,
apabila telah menetapi syarat-syaratnya wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Sedangkan
transaksi yang tidak menggunakan system pertukaran, atau pertukaran yang tidak disertai niat
dagang, maka tidak wajib zakat. Seperti harta warisan, harta pemberian dan lain lain.
39
f. Tidak dibekukan (dimanfaatkan sendiri).
Harta tijaroh (komoditas) atau harta yang dibeli dengan harta tijaroh, apabila diniati
untuk tidak diperjual belikan lagi atau untuk diri sendiri, maka bukan termasuk lagi harta
tijaroh alias tidak wajib zakat. Oleh sebab itu hitungan haul dari usaha tijaroh yang
dibekukan (diniati untuk tidak diperdagangkan lagi) menjadi batal, dan haul dihitung
kembali apabila mulai tijaroh lagi dengan disertai niat.
h. Mencapai nishob.
Nishob tijaroh menggunakan standart nishobnya alat penukar/alat pembelian pertama,
yaitu ;
Apabila alat penukar pertama menggunakan emas atau mata uang emas, maka harta
tijaroh dihukumi mencapai nishob apabila nilainya sama dengan (atau melebihi) nilai
emas murni 77,58 gr
Apabila alat penukar pertama menggunakan perak atau mata uang perak, mak harta
tijaroh dihukumi mencapai nishob apabila nilainya sama dengan (atau melebihi) nilai
perak 543,06 gr.
Apabila alat penukar pertama menggunakan selain emas dan perak, maka nishob
tijaroh distandartkan dengan nishobnya salah satu dari emas atau perak.
(lihat bab nishob dan kadar zakatnya tijaroh)
40
Contoh.
Pada bulan Muharram seseorang memulai usaha perdagangan dengan modal emas murni
50 gr. Pada bulan Romadhon seluruh harta perdagangan ditukarkan kembali dengan emas
70 gr. Dan pad bulan Syawal usaha perdagangan dimulai kembali. Maka haulnya tijaroh
yang dimulai dari bulan Muharram menjadi batal (terputus) dibulan Romadhon, dan haul
dihitung kembali sejak bulan Syawal. (jika seandainya 50 gr, dan 70 gr, kita ganti menjadi
100 gr. Maka haulnya tetap dibulan Muharram).
Dan jika yang ditukarkan dengan alat penukar pertama, hanya sebagian dari harta
tijaroh, atau semua ditukarkan dengan selain alat penukar pertama, maka hitungan haulnya
tidak menjadi batal/terputus.
Contoh.
Pada bulan Shofar seseorang memulai usaha perdagangan dengan alat penukar emas murni
40 gr. Kemudian pada bulan Robi‟ul Awwal sebagian harta dagangannya ditukarkan
dengan 10 gr emas dan sebagian tetap berupa barang dagangan. Maka haul tijaroh tetap
terhitung sejak bulan Shofar.
41
Jika masing masing mencapai nishob, namun waktunya mengeluarkan zakat tijaroh
lebih dahulu, maka zakat yang dikeluarkan adalah zakat tijaroh, dan untuk seterusnya
yang dikeluarkan zakat dzatiahnya barang.
Contoh.
Pada bulan Muharram seseorang membeli 100 potong pakaian untuk diperdagangkan,
kemudian bulan Rojab seluruh dagangan ditukar 40 ekor kambing untuk
diperdagangkan pula. Pada bulan Muharram berikutnya jumlah kambing mencapai
nishob (yaitu 40 ekor) dan nilainya juga mencapai nishob (sebanding emas 77,58 gr atau
lebih). Maka zakat yang wajib dikeluarkan pada bulan Muharram tersebut adalah 2,5
%nya nilai harta tijaroh (40 ekor kambing). Dan jika pada bulan Rojab 40 ekor kambing
belum berkurang, maka wajib mengeluarkan zakat 1 ekor kambing.dan untuk seterusnya
zakat dikeluarkan bulan Rojab.
Keterangan :
Apabila binatang pada contoh contoh diatas diternak (tidak diperdagangkan), maka jika
sudah menetapi syaratnya hanya berkewajiban mengeluarkan zakatnya ternak,bukan
zakat tijaroh.
Apabila binatang yang jumlahnya mencapai nishob disaat haul bukan binatang yang
dibeli saat awal tahun, maka jika sudah menetapi syarat hanya berkewajiban
mengeluarkan zakatnya tijaroh, bukan zakat ternak.
Contoh.
Pada bulan Muharram seseorang membeli tanah dan pohon kurma diatasnya dengan
memakai alat penukar emas, dengan maksud mentijarohkan tanah, pohon kurma dan buah
kurma yang dihasilkan. Pada bulan Rojab panen kurma mencapai nishob (5 wasaq). Maka
pada bulan Rojab itu juga wajib mengeluarkan zakatnya buah-buahan, yaitu 10 % atau 20
%. Pada bulan Muharram tahun selanjutnya, seluruh harta tijaroh yang meliputi tanah dan
pohon kurma dikalkulasikan. Jika jumlahnya mencapai nishob, maka wajib zakat tijaroh.
Dan jika mencapai nishob, maka wajib zakat tijaroh. Dan jika tidak mencapai nishob, maka
tidak wajib zakat, walaupun jika seandainya nilai jual buah kurma yang telah dizakati
sebelum dijadikan satu, maka jumlah mencapai nishob. Sedangkan untuk tahun selanjutnya
tanah, pohon kurma dan buah kurma tahun sebelumnya (jika masih tersisa), kalkulasi
nishobnya dijadikan satu.
42
Nishobnya harta tijaroh hanya diperhitungkan saat haul (setelah genap satu tahun), tidak
disyaratkan selama masa satu tahun jumlah harta tijaroh mencapai nishob, maka wajib zakat.
Walaupun pada saat pertama memulai tijaroh, atau dipertengahan tahun jumlah nilai harta
tijaroh kurang dari nishob.
Cara menentukan nishobnya harta tijaroh dan prosentase zakatnya adalah sebagai berikut :
a. Apabila saat pertama kali memiliki harta tijaroh menggunakan alat penukar yang berupa
emas / mata uang emas, maka nishob dan prosentase zakat tijaroh sama dengan nishob dan
prosentase zakatnya emas.
Contoh.
Pada saat haulnya harta tijaroh, harga satu gr emas murni Rp 100.000,- maka nishob harta
tijaroh adalah 100.000 x 77,58 = Rp 7.758.000,- jika nilai harta tijaroh mencapai Rp
7.758.000,- maka wajib zakat,. Walaupun seandainya dikalkulasikan dengan nishobnya
perak sudah mencapai nishob.
b. Apabila saat pertama memiliki harta tijaroh menggunakan alat penukar yang berupa perak
/mata uang perak, maka nishob dan prosentase zakat tijaroh sama dengan nishob dan
prosentase zakatnya perak.
Contoh.
Pada saat haulnya harta tijaroh, harga 1 gr perak Rp 15.000,- maka nishob harta tijaroh
adalah 15.000 x 543,06 = Rp 8.145.900,- jika harta tijaroh mencapai Rp 8.145.900,- maka
wajib zakat, yaitu 2,5 %nya harta tijaroh. Dan jika tidak mencapainya, maka tidak wajib
zakat. Walaupun seandainya dikalkulasi dengan nishobnya emas sudah mencapai nishob.
c. Apabila saat pertama memiliki harta tijaroh menggunakan alat penukar yang berupa emas /
mata uang emas dan perak /mata uang perak, maka nishob emas dibandingkan deangan
nishobnya perak.
Jika nishobnya emas sebanding dengan nishobnya perak (77,58 gr emas sebanding
dengan 543,06 gr perak), maka setengah dari harta dagangan dihitung dengan standart
emas, dang sengahnya lagi dihitung dengan standart perak. Jika masing masing
mencapai nishob maka masing masing wajib dizakati, dan jika sebagian mencapai
nishob dan sebagian lagi tidak mencapai nishob, maka sebagian yang mencapai nishob
wajib dizakati dan sebagian yang tidak mencapai nishob tidak wajib dizakati. Namun
apabila masing-masing tidak mencapai nishob, maka masing-masing (semua) tidak
wajib dizakati.
Jika nishobnya emas tidak sebanding dengan nishobnya perak, maka harus dihitung
berapa persen perbedaan tersebut.
Misalnya, nilai nishob perak (543,06 gr) separonya nishobnya emas (77,58 gr) maka 1/3
harta tijaroh dihitung dengan standart perakdan 2/3 harta tijaroh dihitung dengan
standart emas. Jika masing masing mencapai nishob, maka masing masing wajib
dizakati., dan jika sebagian mencapai nishob dan sebagian lagi tidak mencapai nishob
maka bagian yang mencapai nishob wajib dizakati dan bagian yang tidak mencpai
nishob tidak wajib dizakati. Namun apabila masing masing tidak mencapai nishob,
maka masing masing (semuanya) tidak wajib dizakati.
d. Apabila saat pertama memiliki harta tijaroh menggunakan penukar selain emas dan perak
(misalnya uang rupiah,tanah, rumah dll) maka nishob dan prosentase zakat tijaroh
disamakan dengan nilai nishobnya emas atau perak yang lebih dominan didaerah (Negara)
tersebut. Dan Ulama lebih cenderung emas sebagai standart nishobnya tojaroh untuh
daerah yang tidak menggunakan mata uang emas atau perak.
Cara menentukan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah Seluruh harta tijaroh dibagi
40 atau dikalikan 2,5 %. Hasilnya adalah zakat yang wajib dikeluarkan.
43
5. MENGHITUNG HARTA TIJAROH
Perkara yang selalu dikehendaki dalam setiap tijaroh (perdagangan) adalah keuntungan.
Harga yang ditawar berfariasi, sesuai dengan situasi dan kesepakatan antara penjual dan
pembeli, namun yang pasti, harga jual selalu lebih tinggi dari harga beli.
Harga yang menjadi tolok ukurnya harta tijaroh saat haul, adalah harga kontan saat
borongan. Artinya, ketentuan harganya harta tijaroh yang belum dihargai secara pasti (dinota),
adalah dikira kira antara harga beli dan harga jual secara eceran.
Misalnya, pada saat haul sisa pakaian yang belum terjual 500 potong. Setiap potong dibeli
dengan harga Rp 20.000,- dan secara eceran dengan harga sepotong Rp 30.000,- cara
menentukan nilai pakaian dari 500 potong pakaian tersebut adalah dikira-kira, seandainya 500
potong dibeli secara kontan dan borongan, penjual dan pembeli saling rela pada harga berapa.
Umpama sepakat pada harga Rp 25.000,- /potong, maka setiap potong pakaian
dihargaidengan nilai Rp 25.000,- (=25.000 x 500 = 12.500.000) dan umpama sepakat pada
harga Rp 23.000,-/potong , maka setiap potong pakaian dihargai dengan nilai Rp 23.000,-
(23.000 x 500 = 11.500.000) dan begitu seterusnya.
Sedangkan harta tijaroh yang telah dihargai secara pasti (dinota), maka harga disesuaikan
dengan harga yang telah ditentukan tersebut, kecuali harga tijaroh yang ada dipasaran bisa
ditarik kembali.
Misalnya, pada saat haul sisa kain sarung yang belum tejual 1.000 potong. Setiap potong
dibeli dengan harga Rp 50.000,- dan diecerkan dengan harga Rp 75.000,- pada saat haul 500
potong berada dipasaran, dan 500 potong berada ditoko sendiri atau di gudang. Maka harga
500 potong kain sarung yang berda dipasaran adalah Rp 75.000,- /potong dan harga 500
potong kain sarung yang berada ditoko sendiri adalah dikira-kira antara harga jual dan harga
beli. (lihat keterangan diatas).
Hal hal yang diperhitungkan (ikut dihitung) saat haulnya harta tijaroh adalah :
1. Komoditas perdagangan.
Yaitu, harta dagangan atau barang yang diperjual belikan. Untuk jual beli jasa /manfaat,
yang dihitung hanya laba dan keuntungan saat genap satu tahun. Sedangkan barang yang
menjadi sarana jual beli jasa tidak diikutkan dalam perhitungan.
2. Keuntungan / laba
Laba atau keuntungan yang dihasilkan dari tijaroh, perhitungan dan haulnya disamakan
dengan harta tijaroh pertama (harta pokok). Kecuali apabila laba / keuntungan yang
dihasilkan, diwujudkan emas atau perak yang menjadi alat penukar pertama, dan jumlah
mencapai nishob. Jika laba/keuntungan dirupakan emas atau perak dan jumlahnya
mencapai nishob, maka haul dihitung sendiri, yaitu sejak diwujudkan emas /perak.
Contoh.
Bulan Muharram seseorang membuka usaha perdagangan dengan modal emas murni 80 gr.
Kemudian pada bulan Romadhon, laba yang terkumpul dibelikan emas murni 78 gr
(mencapai nishob). Maka haulnya harta tijaroh adalah bulan Muharram, dan haulnya laba
/keuntungan adalah bulan Romadhon.
44
waktu pembayaran hutang, maka saat haul hutang tidak wajib dizakati. Namun manakala
hutang sudah dikembalikan, maka zakatnya dikeluarkan secara tersendiri.
Contoh.
Bulan Muharram seseorang membuka usaha perdagangan. Dipertengahan tahun sebagian
harta tijaroh/ laba tijaroh dengan nilai Rp 5.000.000,- dipinjam atau dihutang orang lain,
dan akan dikembalikan pada bulan Muharram tahun berikutnya (masa haul). Apabila saat
wajib zakat, hutang sudah jatuh tempo dan peminjam dalam kondisi mampu melunasi
hutang, maka metode zakatnya adalah :
Jika saat haul hutang belum jatuh tempo atau peminjam belum mampu melunasi hutang,
maka metode zakatnya adalah :
Zakat bulan Muharram :
20.000.000 : 40 َ=Rp 500.000,-
Zakat setelah hutang dilunasi :
5.000.000 : 40 = Rp 125.000,-
Jumlah zakat َََ= Rp 625.000,-
Contoh.
Dengan memakai modal pinjaman (hutang) seseorang membuka usaha perdagangan. Setelah
genap satu tahun, nilai harta tijaroh, debet, kredit dan saldonya adalah sebagai berikut:
Nilai harta tijaroh = Rp 15.000.000,-
Keuntungan /debet = Rp 10.000.000,-
Hutang /kredit = Rp 20.000.000,-
Harga 1 gr emas 24 karat saat ini = Rp 100.000,-
= 100.000 x 77,58 = Rp 7.758.000,-
45
Nishob emas/tijaroh = Rp 7.758.000,-
Jika saat haul, hutang pemilik belum dilunasi dengan harta tijaroh atau sudah dilunasi dengan
harta selain tijaroh, maka metode zakatnya adalah :
= 15.000.000 + 10.000.000 = Rp 25.000.000,-
= 25.000.000 : 40 (atau x 2,5 %) = Rp 625.000,-
Zakat tijaroh = Rp 625.000,-
Jika hutang sudah dilunasi dengan harta dan laba tijaroh, maka:
= 15.000.000 + 10.000.000 = Rp 25.000.000,-
= 25.000.000 – 20.000.000 = Rp 5.000.000,-
Sisa nilai harta tijaroh = Rp 5.000.000,-
Karena nilai harta tidak mencapai nishob, maka tidak wajib zakat.
Bagi orang yang menjual jasa atau manfaat, jika saat melakukan aqad disertai niat tijaroh
(mempertimbangkan untung dan rugi selayaknya orang dagang), maka apabila saat haul laba
yang dihasilkan jumlah mencapai nishob, maka wajib zakat tijaroh. Barang yang menjadi
sarana jual beli jasa tidak ikut dikalkulasi dalam nishob. Begitu pula dengan biaya
operasional, perawatan, perbaikan, perlengkapan dan lain lain yang telah dikeluarkan dalam
masa satu tahun, juga tidak ikut dalam perhitungan nishob. Sedangkan benda/materi yang ikut
dipertukarkan dalam jual beli jasa (profesi). Nilainya harus dijadikan satu dengan nilai
pertukaran jasa, kemudian dikalkulasi dalam nishob dan zakat. Seperti, tukang sablon
(menjual kaehlian dan cat untuk menyablon), kontraktor (menjual keahlian dan barang barang
kontraktoran)
46
Bandingkan dengan nishobnya emas.
Harga 1 gr emas 24 karat saat itu = Rp 100.000,-
= 100.000 x 77,58 = Rp 7.758.000,-
= Rp 7.758.000,- = Nishobnya emas & tijaroh
Maka zakat perhotelan yang wajib dikeluarkan :
= 30.000.000 : 40 (atau x 2,5 %) = Rp 750.000,-
Karena saldo yang tersisa (Rp 5.000.000,-) tidak mencapai nishob tijaroh (Rp 7.370.000,-),
maka tidak wajib zakat. Walaupun seandainya dijumlah dengan nilai kendaraan yang dibeli
mencapai nishob.
47
Bandingkan dengan nilai nishobnya emas.
Harga 1 gr emas 24 karat saat itu = Rp 95.000,-
= 95.000 x 77,58 = Rp 7.370.000,-
= Rp 7.370.000,- = Nishob emas & tijaroh
Karena saldo yang tersisa ( Rp 5.000.000,-) tidak mencapai nishobnya tijaroh (Rp
7.370.000,-), maka tdak wajib zakat.
Catatan.
Jika saat haul tidak menyisakan saldo, atau jumlah saldo tidak mencapai nishobnya tijaroh,
maka tidak wajib zakat. Walaupun saldo sebelum atau sesudah haul mencapai nishob.
Yang wajib mengeluarkan zakat usaha semacam perhotelan dan tranportasi, percetakan,
kontraktor dan lain lain seperti diatas adalah pemilik. Baik perorangan atapun perseroan
(sejumlah orang). Dan jika pemiliknya tidak tertentu /umum, seperti badan social, yayasan
anak yatim, orang orang miskin, Negara dan lain lain, maka tidak wajib zakat.
1) HARTA TIJAROH.
Apabila modal yang digunakan untuk membuka usaha perternakan, pertambangan,
perkebunan dan lain lain berasal dari harta tijaroh (laba atau barang dagangan), maka
apapun bentuk usaha baru tersebut wajib dizakati. Baik diniati tijaroh ataupun tidak,
terdapat tukar menukar ataupun tidak. Sedangkan metode zakatnya usaha baru yang
bermodal harta tijaroh, diperinci sebagai berikut :
a. Apabila komoditas usaha baru berupa barang yang secara dzatiah wajib zakat (seperti
perternakan kambing/sapi/unta atau perkebunan kurma/anggur dll), maka mekanisme
zakatnya adalah apabila masing-masing dari usaha baru dan tijaroh (usaha awal)
mencapai nishob, dan waktu zakatnya bersamaan (atau waktu zakatnya usaha baru lebih
dulu), maka usaha baru zakatnya dikeluarkan sendiri (ternak/pertanian/perkebunan).
Dan jika usaha baru tidak mencapai nishob (atau tidak menetapi syarat), maka nilai dari
usaha baru dijadikan satu dengan nilai tijaroh yang lain, kemudian dizakati tijaroh
secara bersamaan. Lihat bab jenis harta tijaroh.
48
Zakat tijaroh : 50.000.000 : 40 (atau x 2,5 %) = Rp 1.250.000,-
Zakat perternakan : 50 ekor = 1 ekor kambing
Jika seandainya jumlah kambing 30 ekor (kurang dari nishobnya), maka zakatnya :
Nilai usaha awal (tijaroh) = Rp 50.000.000,-
Nilai usaha baru, 30 ekor,@ekor = Rp 250.000,- = Rp 7.500.000,-
Jumlah = Rp 57.500.000,-
Zakatnya = 57.500.000,- : 40 (atau x 2,5 %) = Rp 1.437.500,-
b. Apabila komoditas usaha baru berupa barang yang secara dzatiah tidak wajib zakat
(seperti perternakan ayam, perkebunan mangga, apel, durian dll), maka nilai usaha awal
dan usaha baru dijadikan satu. Jika jumlahnya mencapai nishob dan sudah menetapi
syarat syaratnya, maka wajib dizakati dengan metode zakat tijaroh.
49
Nilai jual 500 batang pohon apel = Rp 10.000.000,-
Hasil sekali panen apel = Rp 10.000.000,-
Jumlah = Rp 50.000.000,-
Zakatnya = 50.000.000 : 40 (atau x 2,5%) = Rp 1.250.000,-
Sebuah usaha yang dikembangkan dengan modal selain harta tijaroh, dikatakan tijaroh
apabila menetapi 2 unsur pokok.
1. Niat tijaroh
2. Dimiliki dengan tukar menukar.
Artinya, barang yang menjadi obyek usaha dimiliki dengan cara tukar menukar secara
langsung. Oleh sebab itu obyek usaha yang dimiliki dengan cara “tidak tukar menukar”
atau dengan tukar menukar, namun tidak secara langsung, maka tidak wajib zakat.
Misalnya, membeli induk untuk memperdagangkan anaknya, membeli ayam untuk
memperdagangkan telornya, atau membeli bibit tanaman dengan tujuan untuk
memperdagangkan buahnya.
Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarhul Minhaj djelaskan, tijaroh adalah mentasarufkan
harta dengan metode jual beli untuk menghasilkan laba, dengan disertai niat dan dengan
jalan mu‟awadzoh (tukar menukar). Jika seseorang membeli bibit tanaman untuk ditanam
dengan niat memperdagangkan hasil dari tanaman tersebut, maka (tanaman dan hasilnya)
tidak wajib zakat tijaroh.
Tanaman tidak wajib zakat tijaroh, karena tidak diniati tijaroh (diperdagangkan)
meskipun menetapi syarat mu‟awadzoh (tukar menukar)
Hasil (buah) tanaman tidak wajib zakat tijaroh, karena tidak menetapi syarat
mu‟awadzoh (tukar menukar), meskipun menetapi syarat diniati untuk tijaroh dan untuk
diperdagangkan.
Masalah membeli bibit menjual buah (tidak wajib zakat) tidak bisa disamakan dengan
masalah membeli anggur menjual cuka’ atau perasan anggur. Artinya, apabila
seseorang melakukan tijaroh dengan metode “membeli anggur untuk menjual cuka‟nya,
membeli wijen untuk menjual minyaknya, membeli ketela untuk menjual sari (pati)nya,
membeli kelapa untuk menjual minyak atau santannya” maka jika sudahg menetapi syarat
syaratnya , wajib dikeluarkan zakat tijaroh. Karena didalam metode membeli anggur
cuka‟nya telah memenuhi 2 syarat pokok tijaroh, yaitu niat dan mu‟awadzoh (tukar
menukar). Sebab didalam anggur sudah terdapat bahan untuk cuka‟, sedangkan dalam
tanaman belum terdapat buah. Coba perhatikam perbedaanya,
Harta tijaroh termasuk harta batin. Artinya, wajib tidaknya zakat hanya diketahui oleh
pemilik harta. Hal ini disebabkan hanya adanya unsur niat. Sebuah transaksi tukar
50
menukar, dihukumi tijaroh dan note bene wajib dikeluarkan zakatnya, apabila ada niat
tijaroh. Jika ditengah tahun tijaroh dibekukan dengan niat, maka secara hukum fiqih
hukumnya tidak wajib zakat. Oleh sebab itu diperlukan kesadaran yang tinggi, loyalitas
dan fanatisme yang kuat terhadap syariah zakat. Sebab jika hanya berkuat pada hitam
putihnya hokum, tak aka nada habisnya. Apalagi hanya termotifasi pembenaran pada diri
sendiri. Sebab masalah tijaroh adalah masalah khilafiah. Wallohu „Alam
51
VIII. ZAKAT TANAMAN DAN BUAH BUAHAN
Diantara jenis benda yang wajib dizakati adalah tanaman (hasil bumi) atau biji bijian dan
َ َ ُّ َ َ ُ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ ً َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
buah buahan. Dalam surat Al An‟am 141 Alloh SWT berfirman :
َ ُ ْ َ َْ َ َ َ ُْ َ َ َ َ َ َ َ َُ
َات َوانلخو َوالزرع َُمخي ِفاَأزيّ َوالزيخٔن َوالرٌان َ
ٍ ات َودْي ٌَعروش ٍ ات ٌَعروش ٍ ِؤْ َاّلِيَأنشأ َج
ُّ ُ َ َُ ُ ُْ ََ َ َ َ ْ َ ُ ََ ُ َ َََْ َ َ
َ َث ُُ َ َ ُ َْ َ َ ً َ َ ُ
َْفٔاَۚ َإُِّ َل َُِب
ِ َ
َُ ل َو َ
ۖ ِ ه ِ داص َح م ٔ َي ّ لَح ٔا آح َو رٍ ث َأ اذِ إ َِ هر
ِ ٍ َِ
ٌ َ ٔا َُك َ
ۚ ّ
ٍ ِ ة اش ٌتشاةِٓا َودْي ٌَت
)١٤١:ََ(الُعام.ِن ََ ْذ ْ ٍُ ْ ال
ِ
“ Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanaman tanaman yang bermacam macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan yang tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam macam itu) bila dia berubah dan tunaikanlah haqnya (zakatnya) dihari memetik
hasinya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih lebihan. Dan
sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang orang yang berlebih lebihan “ (Al An‟am 141).
Ulama‟ pakar tafsir berbeda pendapat dalam memposisikan ayat tersebut sebagai hujjah /
landasan hokum kewajiban zakatnya tanaman dan buah buahan. Menurut sebagian ulama, ayat
tersebut termasuk Makiyyah (ayat yang diturunkan di Makkah), sedangkan syari‟ah zakat
diwajibkan ketika Rosululloh SAW berada dikota Madinah. Sehingga kurang tepat, jika ayat
tersebut dijadikan sebagai dasar hukum kewajiban zakatnya tanaman. Sedangkan menurut
sebagian yang lain, ayat tersebut tergolong Madaniyyah (ayat yang diturunkan dikota Madinah),
sehingga layak dijadikan hukumnya zakat tanaman.
Ulama juga berbeda pendapat dalam medefinisikan “haq” pada ayat tersebut. Sebagian
berpendapat, yang dimaksud haq dalam ayat tersebut adalah zakat. sedangkan menurut yang lain,
haq adalah sesuatu (sisa panen) yang dishodaqohkan pada saat panen.
Oleh sebab itu, ulama dan pakar tafsir lebih cenderung untuk menggunakan Al Baqoroh 267
sebagai landasan hukum atas kewajiban zakatnya tanaman dan buah buahan.
ْ َ ْ َ ّ ُ َ َ ْ ْ َ َّ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ّ َ ُ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
)٢٦٧َ:ََ(َابللرة...َّۖ
َ ِ ََاْلر
ض َ
َ ٌِ ًَاتٌَاَنصبخ ًََومٍِاَأخرجِاَىس
ِ ياَأحٓاَاّلِيََآٌِٔاَأُفِلٔاٌَََِطي ِت
“Hai orang orang yang beriman,nafkahkanlah (dijalan Alloh) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu”
َ ً َ ُ ُ ََ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ََ ََ ََ َ َ َْ َ َُ َ َ َ َ َُ ََ
Diriwayatkan dalam hadits An-Nasa‟i
َ
ٍ أن َرشٔل َاللَِصَل َالل َعييَِّوشيً َأم َر َخخاب َبَ َأش
َِيد َأن ََيرص َاىعِِب َذخؤدىَز َكحّ َزبِيتاَنٍا
َ ْ ََ َ َ ُ
ىَزكةَُانلَخ ِوَت ٍْ ًرا حؤد
“Rosululloh SAW memerintahkan „Attab bin Asiid untuk memperkirakan anggur dan
zakatnya diambilkan dari anggur kering,sebagaimana diambilnya zakat kurma dari kurma
kering”
52
2. JENIS TANAMAN DAN BUAH BUAHAN YANG WAJIB DIZAKATI
Tidak setiap tanaman (hasil bumi) dan buah buahan wajib untuk dikeluarkan zakatnya.hanya
tanaman yang punya fungsi al iqtiyat atau menguatkan tubuh,mengenyangkan dan menguatkan
dalam situasi normal yang wajib dizakati. Seperti makanan pelengkap (buah buahan), penyedap
(rempah rempah), tanaman atau obat-obatan atau makanan yang dijadikan makanan pokok dalam
kondisi terpaksa.
Konon, pada saat sahabat Muadz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy‟ari menjadi delegasi di
negeri Yaman, Rosululloh SAW bersabda :
Menurut madzhab Syafi‟i, hadits tersebut memberi pemahaman bahwa yang wajib dizakati itu
hanya jenis makanan pokok. Artinya karena pada saat itu yang menjadi makanan pokok
penduduk Yaman hanya empat makanan jenis diatas, maka Rosululloh hanya menegaskan
empat makanan pokok diatas. Oleh sebab itu, makanan yang wajib dizakati tidak hanya terbatas
pada empat jenis diatas,namun mencakup seluruh jenis makanan pokok yang dikonsumsi saat
kondisi normal.
Diantara jenis tanaman (biji-bijian atau makanan) yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah:
a. Gandum
b. Beras, Padi, padi kretek dll
c. Kacang hijau
d. Kacang tunggak.
e. Dan jenis makanan pokok lainya
Sedangkan buah buahan yang secara dzatiah wajib dizakati adalah:
a. Kurma
b. Anggur
Maksudnya, petani kurma / anggur wajib mengeluarkan zakatnya tanaman, sedangkan
pedagang kurma / anggur hanya berkaitan dengan zakat tijaroh, bukan zakat tanaman.
53
mengeluarkan zakatnya saat tanaman atau buah buahan sampai masa wajib mengeluarkan zakat,
yaitu saat tanaman atau buah buahan yang sudah masak dan sudah dipetik (masa panen) dan
sudah dibersihkan dari tanah atau kulit pembungkus yang sudah tidak diperlukan.
Menurut pendapat yang kuat (mu‟tamad), tidak disyaratkan adanya niat menanam. Tanaman
yang sudah menetapi syarat diatas wajib dizakati, walaupun saat penanamnya tidak disertai niat
untuk menanamnya. Oleh sebab itu, tanaman yang tumbuh dengan sendirinya (tidak ditanam
pemiliknya) tetap wajib dikeluarkan zakatnya, selama tanaman dari benih yang
dimiliki.sedangkan menurut pendapat Syekh Zakariya dalam kitab Tahrir, tanaman yang tumbuh
dengan sendirinya (tidak ditanam pemiliknya) tidak wajib zakat, seperti binatang yang merumput
dengan sendirinya (tidak digembala pemiliknya) juga tidak wajib zakat.
ْ ُْ ُ ْ ُ ْ الَاىْ ُعً ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ُ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ َّ ْ َ َ َ
Rosululloh SAW bersabda yang artinya:
َش ع َاىف ِص ُ َ َ
ان ٔ َّ قَة
َ الص ََ ُ ٍِي
اَش َ َوذ
َ ش َ نَبعَ ارَواىعئنَأوَك َ ٓاءَواْلج َ ٍذِيٍاَشلجَالص
ِ ِ ِ ِ
“Terhadap tanaman yang disirami dengan air hujan dan mata air, atau tumbuhan yang
menyerap air dengan akarnya, zakatnya sepersepuluh. Dan yang disirami dengan bantuan
(unta) zakatnya separo dari sepersepuluh”
Pembiayaan yang bisa mengurangi prosentase zakatnya tanaman adalah biaya pengairan
(pengadaan air), bukan biaya untuk pemupukan, pemberantasan hama, penyuburan tanaman dan
lain lain. Kenapa hanya biaya pengadaan air, padahal biaya pemupukan dan seterusnya jauh
lebih besar dari biaya pengadaan air ……….?
Kalau klita cermati lebih jauh, walaupun antara pengadaan air dan pemupukan terdapat
kesamaan dalam pembiayaan, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat prinsip.
Kebutuhan tanaman terhadap air jauh lebih besar dari kebutuhan tanaman terhadap obat
penyubur, pemberantas hama dll.
Air berpengaruh langsung pada hidup dan matinya tumbuhan, sedangkan pupuk dll,
berpengaruh pada kesuburan tanaman dan kelipatan hasil produksi. Tanpa air tanaman akan
kering dan mati, tanpa pupuk dll, kemungkinan masih bisa hidup walupun hasilnya tidak
berlipat.
Coba renungkan ! sebidang tanah yang cukup air dan tanpa pupuk, misalnya mendapat 5
kwintal, dan jika ditambah pupuk, obat hama dll hasilnya 10 kwintal. Bukankah biaya
pemupukan dll, jauh lebih kecil dan lebih murah jika dibandingkan dengan kelipatan hasil panen
yang nota bene sudah mampu menutup biaya pemupukan dll.
Oleh sebab itu, selain biaya pengadaan air tidak mengurangi prosentase zakatnya tanaman dan
buah buahan, yaitu ;
a. Tanaman yang sama sekali tidak membutuhkan biaya pengairan zakatnya 1/10 atau 10
%.
b. Tanaman yang membutuhkan biaya dan pengairan zakatnya 1/20 atau 5 %.
Sedangkan tanaman yang sejak proses pembenihan sampai masa wajib zakat sebagian diairi
secara alami (tanpa biaya) dan sebagian diairi dengan mengeluarkan biaya, maka prosentase
zakatnya dikalkulasi dengan mempertimbangkan masa pertumbuhan tanaman,tidak dari sudut
pertimbangan jumlah dan lamanya mengairi tanaman.
54
Apabila mempunyai tanaman dalam dua tempat yang berbeda, sebagian membutuhkan biaya
pengairan, dan sebagian tidak membutuhkan , maka nishobnya dijadikan satu. Sedangkan kadar
zakatnya diprosentase sesuai dengan factor biaya.
Contoh.
Hasil panen didaerah A = 1.000 kg. gabah kering dan memerlukan biaya pengairan.
Hasil panen didaerah B = 800 kg. gabah kering dan tidak memerlukan biaya pengairan.
Jumlah panen = 1.800 kg gabah kering (mencapai nishob)
Prosentase zakat = 1.000 : 20 (atau x 5 %) = 50 kg
= 800 : 10 (atau x 10 %) = 80 kg
Zakatnya = 130 kg. gabah kering
a. Apabila tanaman tersebut biasa dikonsumsi beserta kulitnya (misalnya jagung), maka kulit
kulit tersebut masuk dalam hitungan nishob. Maksudnya, nishob makanan tersebut 5 wasaq,
walaupun beserta kulitnya.
b. Apabila kulit yang menyertai tanaman hanya berfungsi untuk menjaga, dan tidak biasa ikut
dikonsumsi (misalnya padi), maka kulit tidak termasuk hitungan nishob, alias berat bersih dari
tanaman tersebut harus mencapai 5 wasaq.
Dengan demikian, apabiala berat bersih dari 10 wasaq tanaman yang ada kulitnya adalah 5
wasaq, maka nishobnya tanaman beserta kulitnya tersebut adalah 10 wasaq. Begitu pula apabila
15 wasaq tanaman beserta kulitnya, berat bersihnya 5 wasaq maka nishobnya 15 wasaq. Berikut
beberapa batasan nishobnya dari beberapa jenis tanaman yang wajib dizakati.
A. GANDUM.
Nishobnya gandum = 5 wasaq ,1 wasaq = 60 sho‟
1 sho‟ = 1.862,18 gr
nishobnya gandum = 1.862,18 x 60 x 5
= 558.654 gr (558,654 Kg)
Zakatnya adalah 1/10 atau 10 %nya jika tanpa biaya,dan 1/20 atau 5 %nya jika memakai
biaya.
Contoh 1.
Jumlah gandum 700 kg (= 7 kwintal) Tanpa biaya = 700 : 10 (atau x 10 %)
= 70 kg
Dengan biaya = 700 : 20 (atau x 5%)= 35 kg
B. BERAS PUTIH
Nishob beras putih = 5 wasaq, 1 wasaq = 60 sho‟
1 sho‟ = 2.719,1933 gr
nishobnya beras putih = 2.719,1933 x 60 x 5
= 815.757,99 gr / 815,758 kg
Zakatnya adalah 1/10 atau 10 %nya jika tanpa biaya,dan 1/20nya atau 5 %nya jika memakai
biaya.
55
Contoh 1.
Jumlah beras putih 999 kg
Tanpa biaya = 999 : 10 (atau x 10 %) = 99,9 kg
Dengan biaya = 999 : 20 (atau x 5 %) = 49,95 kg
D. PADI GAGANG.
Nishobnya padi gagang = 10 wasaq, 1 wasaq = 60 sho‟
1 sho‟ = 2.719,1933 gr
nishobnya padi gagang = 2,7191933 x 60 x 1
= 1.631.515,98 gr / 1.631,516 kg
Zakatnya adalah 1/10 atau 10 %nya jika tanpa biaya,dan 1/20 atau 5 %nya jika memakai
biaya.
Contoh 1.
Jumlah padi gagang 1.750 kg
Tanpa biaya = 1.750 : 10 (atau x 10 %) = 175 kg
Dengan biaya = 1.750 : 20 (atau x 5 %) = 87,5 kg
E. KACANG HIJAU
Nishob kacang hijau = 5 wasaq, 1 wasaq = 60 sho‟
1 sho‟ = 4 mud = 2,60012 kg.
1 mud = 650,03 gr
nishobnya kacang hijau = 2.600,12 x 60 x 5 = 780,036 kg
Zakatnya adalah 1/10 atau 10 %nya jika tanpa biaya,dan 1/20 atau 5 %nya jika memakai
biaya.
Contoh 1.
Jumlah kacang hijau 900 kg.
Tanpa biaya = 900 : 10 (atau x 10 %) = 90 kg
Dengan biaya = 900 : 20 (atau X 5 %) = 45 kg
F. KACANG TUNGGAK
Nishobnya kacang tunggak = 5 wasaq, 1 wasaq = 60 sho‟
1 sho‟ = 2.522,3233 gr
nishobnya kacang tunggak = 2.522,3233 x 60 x 5
= 756.696 ,99 gr / 756.697 kg
Zakatnya adalah 1/10 atau 10 %nya jika tanpa biaya,dan 1/20 atau 5 %nya jika memakai
biaya.
56
Contoh 1.
Jumlah kacang tunggak 1.000 kg.
Tanpa biaya = 1.000 : 10 (atau x 10 %) = 100 kg.
Dengan biaya = 1.000 : 20 (atau x 5 %) = 50 kg.
Contoh 1.
Hasil panen buah kurma 1.000 kg.
Tanpa biaya = 1.000 : 10 (atau x 10 %) = 100 kg.
Dengan biaya = 1.000 : 20 (atau x 5 %) = 50 kg.
Contoh 2.
Hasil panen anggur 2.000 kg.
Tanpa biaya = 2.000 : 10 (atau x 10 %) = 200 kg.
Dengan biaya = 2.000 : 20 (atau x 5 %) = 100 kg.
57
8. MENGUMPULKAN HITUNGAN NISHOB.
Jenis tanaman yang wajib dizakati sangat bermacam macam. Seorang petani kadangkala
dalam satu tahun menanam lebih dari satu jenis tanaman. Yang ditanam dalam musim hujan
biasanya tidak sama dengan yang ditanam dengan musim kemarau. Adakalanya berbeda nama
namun satu jenis, dan adakalanya yang berbeda nama dan berbeda jenis. Adakalanya yang bisa
melengkapi hitungan nishob, dan adakalanya yang nishobnya dihitung sendiri sendiri.
Tanaman atau buah buahan yang berbeda nama namun jenisnya sama, hitungan nishobnya
dikumpulkan jadi satu. Nishob padi A dikumpulkan dengan padi B, nishobnya jagung A dengan
jagung B, nishobnya kurma daerah A dikumpulkan dengan kurma daerah B, nishob anggur A
dikumpulkan dengan anggur B dan begitu seterusnya.
Sedangkan tanaman atau buah buahan yang jenisnya berbeda, nishobnya dihitung sendiri
sendiri, satu dengan yang lain tidak bisa saling menyempurnakan nishob. Padi tidak melengkapi
nishobnya jagung,kurma tidak melengkapi nishobnya anggur begitu seterusnya.
Dalam masa satu tahun Hijriah/Qomariah, tanaman atau buah buahan adakalnya yang
mengalami panen sekali dan adakalanya yang lebih dari sekali, adakalanya mencapai nishob dan
adakala tidak mencapai nishob. Perincian nishob dan metode zakatnya adalah :
a. Panen sekali
Apabila hanya sekali panen, mak jika jumlahnya mencapai nishob wajib dikeluarkan
zakatnya pada saat itu juga, tidak boleh menunggu genap satu tahun. Dan jika tidak mencapai
nishob, maka tidak wajib zakat.
Contoh.
Hasil panen padi (gabah) bulan Muharram 1.500 kg.
Hasil panen padi (gabah) bulan Romadhon 2.000 kg.
Zakat yang wajib dikeluarkan adalah :
Bulan Muharram : Tanpa biaya = 1.500 : 10 = 150 kg
Dengan biaya = 1.500 : 20 = 75 kg.
Bulan Romadhon : Tanpa biaya = 2.000 : 10 = 200 kg.
Dengan biaya = 2.000 : 20 = 100 kg.
Apabila tiap sekali panen jumlahnya tidak mencapai nishob, namun jumlah keseluruhan
selama satu tahunmencapai nishob, maka wajib zakat saat jumlah mencapai nishob.zakat
belum wajib dikeluarkan saat panen pertama atau kedua yang jumlahnya kurang dari nishob.
Contoh.
Hasil panen padi (gabah) bulan Muharram 800 kg.
Hasil panen padi (gabah) bulan Romadhon 1.000 kg.
Maka, zakat wajib dikeluarkan pada bulan Romadhon dengan perincian :
Tanpa biaya = 800 + 1.000 : 10 = 180 kg
Dengan biaya = 800 + 1.000 : 20 = 90 kg.
58
Keterangan .
Dua atau tiga hasil panen nishobnya dijadikan satu dengan syarat :
a. Sejenis
b. Dalam satu tahun (Hijriah), yaitu jarak masa wajib zakat pertama dengan berikutnya
kurang dari 12 bulan. Jika masa wajib zakat terjadi dalam tahun berbeda, maka nishobnya
dihitung sendiri sendiri.
Orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat adalah pemilik harta, perorangan maupun
perseroan (syirkah). Sedangkan tanaman atau tumbuhan yang diwaqofkan hukum zakatnya
adalah :
Apabila diwaqofkan pada perorangan atau sekelompok orang yang terbatas (waqof khos),
maka wajib tetap dikeluarkan zakatnya.
Apabila diwaqofkan pada badan social atau kelompok orang yang tidak bisa dibatasi (waqof
‟am), maka tidak wajib zakat. Seperti tanaman atau tumbuhan yang diwaqofkan pada masjid,
orang-orang miskin dan sebagainya.
59
IX. ZAKAT EMAS DAN PERAK
“Orang orang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkanya pada jalan Alloh,
maka beritahukanlah pada mereka,(bahwa mereka akan mendapat)siksa yang pedih”
َش ُ ُ ُ ُ َ ّ َوِف
ِ الركثَِربعَاىع
ِ
“Dalam emas dan perak zakatnya seperempat puluh”HR.Bukhori
َ َ َُ ْ َ ّ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ََ ََ َ ْ َ
َُ ُ ِ َصفان َولَف ِض ٍثَلَيُؤدِيٌَِِ َٓاَحلٓاَإِلَإِذاَكنَئمَاىلِياٌثَِص ِفحجََل ب ٍ ِْبَذ
ِ ٌاٌَََِصاح
ُ َ ْ َ ُ ْ َ ََ ََُ ُُ ْ ََ ُُ َ َ ُُْ َ َ َ ْ َُ َََ َ َ َ ْ ََ ْ َُ َ ْ
ََف ِ ِيدت ََلَ اَف َُارَِجًِٓ َذيهٔىَةِٓاَجِتّ َوجتِيِّ َوظٓره َُكٍاَةردت َأخ َ
ِ ٓار َفأح ِِم َعييٍ َُ ٌَِ
َ
َ َ
ََِِإَوٌاَإَِل َ ْ ىَشبييَ ُّ َإ ِ ٌَاَإ ِ ََل
َاْل َِث
َ َ ْ ََْ َ ُْ َ َ َ َ َْ َ َْ ُُ َ ْ َ َ َْ
َ َ َِذ
َ ْي َشِ ٍث َحَّت َحلَض َبن َاىعِتاد
َ ئ ٍم َكن ٌَِلداره ََخصِن َأىف
ِ
)ًارَِ(رواهَابلخارىَومصي َ َانل
“Tiada seorangpun yang mempunyai emas dan perak, yang dia tidak berikan
zakatnya,kecuali nanti di hari kiamat harta itu akan dijadikan lempengan besi, setelah dibakar
dalam api neraka jahanam,kemudian disetrikalah (digosok) lambungnya,dahinya
,punggungya.Bila sudah dingin akan dipanaskan kembali (secara terus menerus) di ((satu) hari
yang lamanya kira kira limapuluh ribu tahun, sampai semua nasib manusia
diputuskan,kemudian (masing masing) melihat jalannya, ada yang kesurga dan ada yang ke
neraka”
Para Ulama‟ fiqh sepakat bahwa emas dan perak termasuk benda yang wajib
dizakati.sedangkan benda berharga lain,seperti mutiara, yaqut, logam, timah, uang dan lain
lain,ulama‟ fiqh berbeda pendapat tentang wajib tidaknya zakat.
60
Haul atau masa satu tahun terhitung sejak emas atau perak mencapai satu nishob. Selain itu,
dalam masa satu tahun (haul) jumlah emas atau perak yang dimiliki tidak pernah berkurang dari
batas nishobnya. Oleh sebab itu,apabila dalam masa satu tahun jumlah emas dan perak
berkurang dari nishobnya,maka dari hitungan haul dari sebelumnya menjadi terputus
(batal),dan haul atau masa satu tahun mulai dihitung kembali saat emas atau perak mencapai
satu nishob.
Contoh.
Bulan Muharrom memiliki emas murni 50 gram (kurang dari nishob),dan bulan Shofar
emas yang dimiliki bertambah mencapai 100 gram (mencapai nishob).bulan Robi‟ul Awal yang
25 gram dijual‟sehingga masih tersisa 75 gram (kurang dari nishob).Kemudian bulan Rojab
mendapat warisan 25 gram,sehingga jumlahnya menjadi 100 gram kembali.
Maka, masa satu tahun (haul) terhitung sejak bulan Shofar kemudian terputus dibulan
Robi‟ul Awal.Dan hitungan haul dimulai lagi dari bulan Rojab. Oleh sebab itu,jika satu tahun
kedepan jumlah emas tidak kurang dari nishob(mis.tetap 100 gram) maka zakat wajib
dikeluarkan pada bulan Rojab, yaitu 100 gr : 40 atau x 2,5 % = 2,5 gr.
Begitu juga hitungan haul dimulai dari awal kembali,apabila emas atau perak yang telah
mencapai nishob berbindah hak milik seperti, seseorang memiliki emas murni 100 gr selama
hamper satu tahun,kemudian setelah meninggal, emas tersebut diwariskan oleh anaknya.maka
haulnya emas 100 gr tersebut dihitung sejak diwaris oleh anaknya.
a. Jenis perhiasan.
Yaitu emas atau perak yang sudah dicetak (dibentuk) sesuai model dan motiv tertentu.
Misalnya berbentuk cincin, liontin gelang dll. Emas atau perak yang sudah menjadi
perhiasan pada umumnya mempunyai fungsi isti‟mal (dipergunakan). Hanya sebagian kecil
yang menjadikan perhiasan emas atau perak sebagai barang simpanan. Perhiasan yang
mempunyai fungsi isti‟mal / digunakan (yang halal) tidak wajib zakat, sebagaiman ternak
yang digunakan untuk bekerja juga tidak wajib zakat. Sedangkan perhiasan yang menjadi
barang simpanan, wajib dizakati. Dalam hadits riwayat Al Baihaqi, Rosululloh SAW
ْ َ ََ َ
bersabda :
َُ ف
َِّ ِ َاْل
َ َل َ ِ ََز َك َة
َلَ
“ Tidak ada kewajiban zakat pada perhiasan”
Para imam mazdhab berbeda tentang wajib zakat dan tidaknya emas atau perak yang sudah
menjadi perhiasan.
a. Imam Abu Hanifah. Semua jenis emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya secara
mutlak. Baik emas / perak yang masih batangan ataupun yang sudah menjadi
perhiasan.bahkan perhiasan emas / perak yang digunakan oleh kaum wanita, ataupun
61
emas/perak yang digunakan untuk melapisi (menambal) benda lain tetap wajib dikeluarkan
zakatnya.
b. Imam Maliki. Perhiasan emas atau perak yang dimiliki dan digunakan wanita atau
dimiliki laki laki untuk keperluan istrinya,emas / perak yang digunakan untuk melapisi
(nyepuh-jawa) benda yang dibolehkan syara‟, tidak wajib dizakati.sedangkan perhiasan
yang dimiliki dan digunakan laki laki,perhiasan yang disimpan (dimiliki tidak untuk
digunakan) wajib dikeluarkan zakatnya.
c. Imam Ahmad. Menurut pendapat yang dipilih dalam mazdhab imam Ahmad, emas dan
perak yang sudah jadi perhiasan tidak wajib dizakati, dan sebagian pendapat dalam
mazdhab Imam Ahmad mengatakan wajib dizakati.
d. Imam Syafi’i. wajib zakat untuk emas dan perak yang bukan perhiasan. Sedangkan emas /
perak yang sudah menjadi perhiasan tidak wajib zakat, kecuali jika digunakan dalam
tempat yang tidak semestinya.
Dalam mazdhab Syafi‟i, perhiasan emas atau perak tidak wajib dizakati apabila menetapi
syarat-syarat sebagai berikut:
62
CATATAN
Diperbolehkan bagi wanita untuk memiliki dan menggunakan segala jenis perhiasan emas
maupun perak, selama bobot atau jumlah yang dipakai tidak berlebihan. Sedangkan bagi laki-
laki diperbolehkan memiliki namun tidak boleh memakainya. Laki-laki hanya diperbolehkan
mengenakan satu atau dua cincin yang terbuat dari perak atau besi. Perhiasan yang diharamkan
atau dimakruhkan termasuk jenis benda yang wajb dizakati.
Para ulama‟ berbeda pendapat mengenai hukumnya laki-laki yang memakai emas
campuran, sebagian berpendapat boleh dan sebagian berpendapat haram. Dan mu‟tamar
Nahdlotul Ulama lebih memilih pada pendapat kedua (HARAM)
Contoh 1.
Jumlah emas murni 90 gr.
= 90 : 40 (atau x 2,5 %) = 2,25 gr
Zakatnya = 2,25 gr
Contoh 2.
Jumlah emas murni 99,99 gr = 99,99 : 40 ( atau x 2,5 % )
= 2,49975 gr
Zakatnya = 2,49975 gr
Contoh 3.
Jumlah emas murni 500 gr = 500 : 40 ( atau x 2,5 % ) = 12,5 gr
Zakatnya = 12,5 gr
77,58 gr adalah nishobnya emas murni atau emas 24 karat. Sedangkan untuk emas yang
tidak murni atau emas campuran, maka wajib dizakati apabila bobot emas murninya sudah
sebanding dengan 77,58 gr emas murni.
Emas yang campurannya mencapai 2 bagian dan murninya 22 bagian disebut emas 22
karat.dan campuran mencapai 4 bagian dan murninya 20 bagian disebut emas 20 karatdan
begitu seterusnya.
Cara menentukan nishobnya emas campuran atau emas tidak murni adalah sebagai berikut:
“Nishob emas murni (77,58 gr) dibagi dengan karatnya emas tidak murni, hasil
pembagian dikalikan dengan 24, dan hasilnya = nishob emas tidak murni tersebut”.
Contoh 1.
Nishobnya emas 20 karat = 155,16 gr
Pembuktiannya = 77,58 : 12 = 6,465 gr
6,456 x 24 = 155,16 gr
Contoh 2.
Nishob emas 20 karat = 93,096 gr
Pembuktiannya = 3,879 : 20 = 3,879 gr
3,879 x 24 = 93,096 gr
63
5. NISHOB DAN KADAR ZAKATNYA PERAK
Contoh 1.
Jumlah perak 1.000 gr
1.000 : 40 (atau x 2,5 %) = 25 gr
Zakatnya = 25 gr
Contoh :
Seseorang mempunyai emas murni 65 gr (tidak mencapai nishob) dan perak 400 gr (tidak
mencapai nishob). Harga 1 gr emas murni saat itu Rp 95.000,- dan harga 1 gr perak Rp 15.000,-
. maka nilai nishob emas saat itu adalah Rp 95.000,- x 77,58 = Rp 7.370.000,-dan nilai nishob
perak adalah Rp 15.000,- x 543,06 = Rp 8.145.900,- sedangkan jumlah nilai emas dan perak
yang dimiliki saat itu adalah :
= 95.000 x 65 = Rp 6.175.000,-
= 15.000 x 400 = Rp 6.000.000,-
Jumlah = Rp 12.175.000,-
Sedangkan emas dengan emas, atau perak dengan perak itu saling melengkapi dalam
nishob, walaupun jenis dan bentuk tidak sama.emas yang baik (halus) nishobnya dijadikan satu
dengan emas yang jelek (kasar),emas batangan nishobnya dijadikan satu dengan emas
perhiasan (yang wajib dizakati),dan begitu juga dengan perak.
Batas minimal sahnya barang atau benda yang digunakan sebagai zakatnya emas/perak
adalah sebagai berikut:
a. jika semua emas atau perak yang dimiliki baik (halus),maka zakatnya harus berupa emas
atau perak yang baik,dan jika semuanya jelek (kasar) maka minimal yang wajib
dikeluarkan adalah jenis yang dimiliki (kasa), namunlebih baik menggunakan emas / perak
yang baik.
b. Jika sebagian baik (halus) dan sebagian jelek (kasar),maka apabila memungkinkan, masing
masing (yang baik dan yang jelek)dibagi kadar zakatnya (2,5 %)
Contoh :
64
Seseorang memiliki emas murni 100 gr, 50 gr jenis halus dan 50 gr jenis jelek
(kasar),maka metode zakatnya:
= 50 gr emas halus : 40 (atau x 2,5 %) = 1,25 gr emas halus
= 50 gr emas kasar : 40 (atau x 2,5 %) = 1,25 gr emas kasar
Dan jika tidak memungkinkan diperinci seperti contoh diatas maka zakatnya menggunakan
jenis yang sedang (tidak dari jenis yang halus maupun kasar ) Oleh sebab itu, tidak sah
mengeluarkan zakat emas/ perak yang kasar dari harta emas/perak yang halus, tidak sah
menggunakan emas/perak yang pecah (retak atau cacat) sebagai zakatnya emas/perak yang
tidak cacat.
Contoh.
Abdulloh mempunyai emas murni 80 gr, pada saat haul harga 1 gr emas murni Rp 93.000,-
maka nilai nishob dan zakat dalam rupiah adalah:
= 93.000 x 77,58 = Rp 7.214.940,-(nilai nishob emas dalam rupiah)
= 93.000 x 80 = Rp 7.440.000,-(nilai emas yang dimiliki)
= 7.440.000 : 40 (atau x 2.5 %) = Rp 186.000,-(nilai zakat emas dalam rupiah)
= 80 gr : 40 (atau x 2,5%) = 2 gr emas murni (zakat dalam bentuk emas)
Imam Ibnu „Ujail berpendapat,tiga permasalahan dalam bab zakat boleh diwakafkan,
walaupun berbeda dengan mazdhab Syafi‟i yaitu:
1. Boleh memindah zakat dari daerah zakat (baladuz zakat).
2. Boleh memberi zakat pada satu golongan penerima zakat.
3. Boleh zakatnya satu orang diberikan pada satu orang penerima zakat.
65
X. ZAKAT MA’DIN DAN RIKAZ
َ َ َّ َ َّ َ َ ْ َ َْ َ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ
َلص َدكث ََِال ٍَ َعاد ِِنَاىلتي ِيثَِا
َ ٌََر ُشٔلَالل َِصَلَاللَعييَّوشيًَأخ َذأن
“Sesungguhnya Rosululloh SAW telah mengambil (zakat) dari hasil tambang di negeri
Qobaliyah” (HR.Bukhori)
Ket. : Al-Qobaliah adalah sebuah daerah di pesisir dan terletak antara Makkah dan Madinah
Ulama‟ fiqh sepakat bahwa barang tambang wajib dikeluarkan zakatnya, namun ulama‟
berbeda pendapat tentang jenis barang tambang yang wajib dizakati dan kadar zakat yang harus
dikeluarkan.
Menurut pendapat yang masyhur dikalangan Syafi‟i dan Maliki, nishobnya ma‟din dan
rikaz sama dengan nishobnya emas dan perak (emas 77,58 gr dan perak 543,06 gr). Sedangkan
zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/40 atau 2,5 % (rubu‟ul „usyur) untuk ma‟din dan 1/5
atau 20 % (al khumus) untuk rikaz.
66
Apabila pemilik atau ahli warisnya sudah tidak ada,atau tidak bisa ditemukan ,maka
harta tersebut harus diumumkan selama satu tahun. Jika selama satu tahun pemiliknya
tetap tidak bisa ditemukan, maka harta temuan bisa dimiliki (untuk sementara). Artinya,
apabila apabila suatu saat pemilik aslinya bisa ditemukan,maka wajib dikembalikan atau
diganti.
Sedangkan harta terpendam yang didalamnya tidak terdapat tanda tanda zaman islam
maupun zaman jahiliah,maka hukumnya sama dengan luqothoh atau harta temuan. Yaitu,
setelah diumumkan selama satu tahun harta tersebut bisa dimiliki (untuk sementara).
a. Emas.
Nishobnya = 20 mitsqol syar‟I atau = 77.58 gr
Zakatnya = 1/40 atau 2,5 %
Contoh 1.
Jumlah emas (ma‟din) 120 gr
= 120 : 40 (atau x 2,5 %) = 3 gr
Zakatnya = 3 gr
Contoh 2.
Jumlah emas (ma‟din) 500 gr.
= 500 : 40 (atau x 2,5 %) = 12,5 gr
Zakatnya = 12,5 gr
b. Perak
Nishobnya = 200 dirham syar‟i atau = 543,06 gr
Zakatnya = 1/40 atau 2,5 %
Contoh 1.
Jumlah perak (ma‟din) 600 gr
= 1.500 : 40 (atau x 2,5 %) = 15 gr
Zakatnya = 15 gr
Contoh 2.
Jumlah perak (ma‟din) 2.500 gr
= 2.500 : 40 (atau x 2,5 %) = 62,5 gr
Zakatnya = 62,5 gr
a. Emas
Nishobnya = 20 mitsqol syar‟I atau = 77,58 gr
Zakatnya = 1/5 atau 2,5 %
67
Contoh 1.
Jumlah emas (rikaz) 250 gr
= 250 : 5 (atau x 2,5 %) = 50 gr
Zakatnya = 50 gr
Contoh 2.
Jumlah emas (rikaz) 660 gr
=660 : 5 (atau x 2,5 %) = 132 gr
Zakatnya = 132 gr
b. Perak
Nishobnya = 200 dirham syar‟I atau 543,06 gr
Zakatnya = 1/5 atau 20 %
Contoh 1.
Jumlah perak (rikaz) 888 gr
= 888 : 5 (atau x 20 %) = 177,6 gr
Zakatnya = 177,6 gr
CATATAN
Menurut sebagian Ulama‟, jika menemukan harta yang tidak diketahui pemiliknya, atau diketahui
pemiliknya namun sudah meninggal dunia dan tidak ada ahli warisnya, maka diperbolehkan untuk
menshodaqohkan harta tersebut atas nama pemiliknya. Dan diperbolehkan untuh menafqahkan
harta tersebut pada diri sendiri atau keluarganya, jika termasuk orang yang berhak mendapat
santunan dari baitul mal.
68