Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
NIM : F1B021128
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
MATARAM 2021
1
DAFTAR ISI
BAB 1 ........................................................................................................................................ 5
ISTIDRAJ ................................................................................................................................ 5
BAB 2 ...................................................................................................................................... 11
BAB 3 ...................................................................................................................................... 15
2
3.1 pengertian Riba ......................................................................................................... 15
3.4 Pemakan Harta Riba Diadzab Allah di Dunia Maupun di Akhirat ........................... 19
BAB 4 ...................................................................................................................................... 23
BAB 5 ...................................................................................................................................... 27
3
BAB 6 ...................................................................................................................................... 30
4
BAB 1
ISTIDRAJ
Artinya : Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
Ditinjau dari segi bahasa, istidraj diambil dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa
Arab berarti naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun secara istilah,
istidraj memiliki makna azab berwujud kenikmatan. Ketika seorang muslim banyak
melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan,
ini adalah tanda istidraj dari Allah SWT. Ia terjebak dalam kenikmatan hidup, padahal
dia semakin lalai menunaikan ibadah serta kewajiban lainnya.
Hasbi ash-Shiddiq menjelaskan istidrāj adalah pemanjaan agar terjerumus
kepada kehinaan, secara berangsur-angsur, setapak demi setapak dan didekatkan dengan
azab dalam keadaan mereka tidak menyadarinya.
Sama halnya dengan penjelasan Quraish Shihab, bahwa istidrāj adalah memindahkan
dari satu tahap ke tahap berikutnya hingga mencapai puncak dengan jatuhnya siksa.
Kata tersebut popular, dalam arti perlakuan yang secara lahiriah baik. Istidrāj bisa
terjadi dalam bentuk limpahan nikmat yang diduga kebaikan, atau merasa terhindar dari
hukuman padahal merupakan pancingan untuk melakukan pelanggaran yang lebih besar
sehingga sanksi hukuman yang diterima juga lebih besar. Allah Swt membiarkan dan
tidak disegerakan azabnya.
Al-Thabari berpendapat bahwa istidrāj adalah tipuan halus kepada orang yang
diberi tenggang waktu. Ia merasa bahwa yang memberikan tenggang waktu telah
berbuat baik kepadanya, sehingga pada akhirnya ia terjerumus dalam hal yang tidak
5
disenangi.
Menurut Abu Bakar Jabir, istidrāj berarti menghukum dengan bertahap,
setingkat demi setingkat. Ketika mereka melakukan maksiat yang baru, Allah Swt akan
memberikan nikmat yang baru sehingga saat dihukum mereka tidak menyadarinya.
Begitu juga Sayyid Quthb, ia berpendapat bahwa istidrāj adalah suatu kekuatan
yang tidak diperhitungkan dengan semestinya dan dilupakan oleh orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah Swt.
Begitu juga penangguhan tersebut ditimpakan kepada mereka tanpa diketahui.
Wahbah al-Zuhaili menjelaskan istidrāj adalah penahapan, artinya membawa turun
seseorang dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya karena ingin menjerumus-kannya.
Maksud di sini adalah Allah Swt akan mendekatkan azab kepada mereka secara
bertahap 2 dengan bentuk pengabaian, selalu diberi kesehatan, ditambah kenikmatan, di
mana mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah istidrāj.
Al-Syaukani menjelaskan bahwa istidrāj adalah Allah Swt membuat mereka
lupa untuk mensyukurinya sehingga mereka tenggelam dalam kesesatan dan tidak akan
bisa keluar dari kesesatan tersebut kecuali setelah mereka mendapatkan kedudukan di
sisi Allah Swt.
Abdurrauf mengatakan istidrāj adalah terpedaya dengan suatu nikmat yang
diberikan oleh Allah Swt, sehingga lupa terhadap pemberi nikmat. Seseorang yang
memandang bahwa nikmat yang diterimanya adalah suatu kelebihan, tetapi ia terkecoh
dengannya, sehingga tanpa mereka menyadari mereka sedang diuji. Akibat dengan
rahmat yang mereka peroleh itu menjadi sebab terperosok mereka ke jalan kebatilan. Ia
menambahkan bahwa mereka diberikan peluang sehingga tidak mengetahui saat tibanya
istidrāj. Menurutnya, Allah Swt menurunkan mereka satu derajat lebih rendah, lalu
menambahkan siksaan dan bencana dan mereka bertambah-tambah dalam Kedurhakaan
yaitu dengan berbuat dosa dan maksiat. Allah Swt mengambil dari mereka sedikit-
sedikit dan tidak memberi balasan yang spontan. Kemudian menambahkan azab sedikit
demi sedikit atau dipertangguhkan azab, lalu mereka bertambah berbuat Kejahatan.
6
pintupintu kesenangan. Apabila mereka bergembira dengan apa yang diberikan dengan
perasaan sombong, maka akan Allah Swt siksa mereka dengan azab yang pedih.
Seperti yang dinyatakan Ali al-Shabuni, Allah Swt memberikan limpahan
nikmat Kepada mereka, lalu mengira bahwa nikmat itu menunjukkan bahwa Allah Swt
menyayangi mereka, sehingga mereka menjadi fasik dan tenggelam dalam kesesatan
sehingga keputusan siksa menimpa mereka.
7
1.2 konsep Istidraj
Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan,
perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan
kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam
berbuat maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa
dibukanya pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman
dengan kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi
menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk
kehidupan hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber
penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri
mereka di atas segala-galanya. Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba
yang tidak mengindahkan ajaran Islam sebagai sebuah istidraj.
Pertama, Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan
peringatanperingatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya berkomentar melupakan
perintah agama 4 adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan Rasulnya.
AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya disebabkan oleh
hati yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan
berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk kesengajaan,
mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak sesuai dengan konteks masyarakat
modern atau alasan-alasan sejenisnya.
Kedua, Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka semua pintu
kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang
hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia. Hamba
tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa saja yang
diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba selalu berbuat
maksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Ketiga, Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa
yang diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati
kesenangan duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di
kalangan manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa empati pada
8
orang lain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu.
Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan
sekonyongkonyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah
berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan
Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka tidak
menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan.
Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah
terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang
diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian baginya,
maka dia terperdaya. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak
menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya. 5 Ketika
Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan puasa,
tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat membuka aurat, berat untuk
bersedekah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki dan mengabaikan semua atau
mungkin sebagian perintah Allah, benci terhadap aturan Allah, merasa umurnya panjang
dan menunda-nunda taubat, enggan menuntut dan menambah pengetahuan (khususnya
agama) serta lupa akan kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba tersebut rezeki
melimpah, kesenangan terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak orang, tidak
pernah diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, prestasi akademiknya tambah
sukses, hidupnya aman-aman saja, maka hamba tersebut harus berhati-hati karena
semuanya itu adalah istidraj. Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan
pembiaran oleh Allah pada hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah
menunda segala bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan
diperbudak dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan
digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan duniawi
dalam ketaatan.
9
mereka azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178)
1.3.2 Siksaan Setelah Kesenangan
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; 6
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka,
Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa.” (QS.Al An’am: 44).
1.3.3 Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikankebaikan kepada
mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
1.3.4 Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar
“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan
harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang
kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan atas
mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.” “Dan
sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka
kerjakan.”(QS.Al A’raf: 95-96).
1.3.5 Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaa
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka
ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat
teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183).
1.3.6 Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan
“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan
mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari
ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka tatkala kedua pasukan itu
telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata:
“Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa
yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah“. Dan
10
Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48).
BAB 2
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA
11
• Dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa
yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka,
maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Faedah dari dua hadits di atas:
1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.
2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya
dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”
3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.
4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.
5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.
6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam
keadaan bersih dari dosa.
7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy
berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga
ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” (Lihat Faidhul
Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)
8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap
sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta
musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.” Jika telah mengetahui
faedah-faedah di atas, maka mengapa mesti bersedih? Sabar dan terus bersabar, itu
solusinya.
12
“Dua kejahatan yang disegerakan balasannya di dunia adalah zina dan durhaka kepada
dua ibu bapak”.
Pertama, Zina, bisa zina mata, zina hati apalagi sampai melakukan hubungan suami
istri, maka azab Allah biasanya kontan. Akan dicabut barokah hidup kita. Bahkan dalam
kesempatan yang lain dikisahkan, Allah akan memberikan balasan 11 orang zina dengan
enam perkara, tiga di dunia dan tiga lagi di akhirat. Yang di dunia adalah hilang
keceriaan wajah, pendek umur dan senantiasa dalam keadaan susah. Sedangkan tiga
ditangguhkan di akherat adalah kemurkaan Allah, balasan yang buruk dan azab di
neraka. Islam tidak mengenal konsep abu-abu dalam beriman. Artinya, ketika seseorang
sedang berzina, di manapun dan dengan siapapun, maka saat itu ia sedang tidak
beriman. Laksana kepala tanpa penutup. Islam dia, namun pada saat kejadian itu,
imannya sedang runtuh. Itulah sebabnya kadang antara Islam dan iman seseorang tidak
sejalan
Zina hanya akan menghasilkan penyesalan yang panjang. Kenikmatan yang
diperoleh sesaat, tidak sebanding dengan derita yang dialami. Baik dirinya maupun
pasangan korban. Maraknya kasus pelecehan seksual di kalangan anak-anak yang
dilakukan oleh orang-orang terdekat (keluarga, teman) menjadi pertanda bagaimana
pelampiasan nafsu syahwat yang bertabrakan dengan koridor agama apapun. Ditambah
dengan lemahnya pengawasan orang tua dan lingkungan membuat praktek praktek
semacam itu marak.
Untuk mengatasi masalah tersebut, tidak ada jalan lain kecuali membentengi diri
dan keluarga dengan agama. Dalam Al-quran bahkan sangat jelas, larangan jangan
dekati zina. Mendekati saja dilarang apalagi melakukannya. Maka, usaha usaha
ekonomi yang dibumbui dengan unsur zina, yakinlah lambat laun akan gulung tikar.
Mungkin awalnya terlihat jaya, banyak pelanggan dan sebagainya. Namun karena jauh
dari ridha Allah, usaha ekonomi itupun akan jatuh. Apapun bentuk usaha itu. Bagi kita
yang tanpa sadar terperangkap dalam situasi semacam, maka tidak ada kata lain, kecuali
taubat dan segera mengejar ampunan-Nya.
Kedua, durhaka kepada ibu bapak. Banyak di antara kita yang menyepelekan orang
tua. Abai dan tidak menaruh hormat. Bahkan tidak sedikit yang mengingkari nasab.
Menyesal mengapa dirinya dilahirkan oleh orang tua yang jelek, miskin, tidak
berpendidikan dan sebagainya. Kalau itu yang terjadi pada kita, maka marilah segera
13
raih ridha orang tua dengan berbuat baik kepada-nya. Berlaku sopan, berkata lembut
dan menuruti perintahnya sepanjang tidak untuk menyekutukan Allah SWT.
Dalam surat Luqman ayat 12-19 sangat jelas dan rigit, bagaimana kita harus
bersikap kepada keduanya. Bahkan sampai ketika mereka berbeda keyakinan sekalipun,
kita tetap harus berbuat baik kepadanya dengan tetap mendoakannya. Apalagi orang tua
kita seiman-seagama.
Rasul bersabda, Ridha Allah adalah ridha orang tua dan murka Allah adalah juga
karena murka orang tua kita. Maka sudah selayaknya kita buat orang tua kita tersenyum
dengan sikap kita. Pengorbanannya tidak dapat ditukar dengan harta benda dan
perbuatan baik kita kepada mereka. Dalam surat Al-Ahqaf ayat 15, “Kami perintahkan
kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya, “ Dalam surat An-
Nisa ayat 36, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukanNya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapakmu, kaum kerabat, anak yatim,
orang miskin, tetangan dekat danjauh, rekan karib dan ibnu sabil serta hamba sahaya.”
Barangkali selama ini kita berusaha, bekerja di rumah atau di kantor/instansi,
rasanya selalu mendapatkan batu sandungan tidak henti, maka tidak ada salahnya kita
koreksi diri, jangan-jangan selama ini kita sering menyakiti hati orang tua, hingga
membuat mereka tidak ridha dengan langkah hidup kita. Yuk, kita cium tangan mereka,
kita gapai ridhanya dengan semangat membahagiakannya, baik di dunia, apalagi di
akhirat.
14
BAB 3
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
3.1 pengertianRiba
Riba ( )ربا يربوsecara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga diartikan
mengembang atau lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba lebih luas, yaitu
penambahan atau penundaan (meskipun tidak ada penambahan).
Hukum riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta ijma’
umat Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
(278) َالر َبا ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ مِ نِين ِ َِي مِ ن َ َّ يا أَيُّ َها ا َّلذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا
َ َّللا َوذَ ُروا َما َبق
ْ ُ وس أَ ْم َوا ِل ُك ْم ََل ت َْظ ِل ُمونَ َو ََل ت
(279) ظلَم ُ سو ِل ِه َوإِ ْن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء ٍ فَإِ ْن لَ ْم ت َ ْفعَلُوا فَأْذَنُوا بِ َح ْر
ِ َّ َب مِ ن
ُ َّللا َو َر
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang benar benar beriman. Jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al
Baqarah: 278-279).
15
tambahan (dalam perutangan, red) itu adalah zalim, meskipun sukarela. Riba memang
sukarela, kalau tidak sukarela, maka itu perampokan/perampasan.
Sungguh suatu kemurahan dan kasih sayang dari Allah, jika bertaubat dari riba,
boleh mengambil pokok tanpa peranakannya/bunganya. Kita tidak diwajibkan
memutihkan utang tersebut. Kita tidak perlu membuang semua dari perutangan yang
mengandung riba, masih diperbolehkan mengambil harta yang pokok/asli.
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.S. Al-Baqarah: 276).
Memakan riba maksudnya adalah mengambil dan menerima riba, tidak hanya
terbatas pada menggunakannya untuk makan, tetapi juga untuk membeli pakaian dan
lainnya. Ulama mengatakan bahwa pemakan riba nanti ketika bangkit dari kubur,
jalannya sempoyongan.
Allah berkata berkebalikan dengan pikiran manusia. Allah
memusnahkan/menghancurkan keuntungan riba, padahal dianggap baik oleh manusia.
16
Pikiran manusia, jika meribakan uangnya, maka akan mendapat tambahan, akan tetapi
Allah mengatakan akan menghancurkannya. Pikiran manusia, jika menyedekahkan
hartanya maka akan membuat berkurang, akan tetapi Allah mengatakan akan
menyuburkan sedekah.
ِ س ْب َع ْال ُموبِقَا
قَالُوا يَا. » ت َ – ع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ – رضى هللا عنه
َّ ع ِن النَّبِ ِى – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل « ا ْجتَنِبُوا ال َ
َوأَ ْك ُل َما ِل، الربَا ِ َّللاُ إَِلَّ بِ ْال َح
ِ َوأ َ ْك ُل، ق َّ َوقَتْ ُل النَّ ْف ِس الَّتِى َح َّر َم، َوالسِحْ ُر، اّلل
ِ َّ ِ َو َما ه َُّن قَا َل « الش ِْركُ ب، َّللا
ِ َّ سو َل ُ َر
ِ َت ْالغَافِال
ت ِ ت ْال ُمؤْ مِ نَا َ ف ْال ُم ْح
ِ صنَا ُ ْ َوقَذ، ِالز ْحف َّ َوالت َّ َولِى يَ ْو َم، « ْاليَت ِِيم.
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan!”. Para
shahabat bertanya, “Apa saja tujuh dosa itu wahai rasulullah?”Jawaban Nabi,
“Menyekutukan Allah, sihir, menghabisi nyawa yang Allah haramkan tanpa alasan
yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, meninggalkan medan
perang setelah perang berkecamuk dan menuduh berzina wanita baik baik(yang
menjaga dirinya)” [Muttafaq ‘alaih].
Menjauhi itu lebih dari sekadar meninggalkan, yakni juga meninggalkan setiap sarana
yang mengantarkan ke hal itu.
Memakan riba larangannya adalah mutlak. Memakan harta anak yatim terlarang jika
zalim. Misalkan orang tuanya miskin, maka hal ini boleh terutama bagi ibu, jika
suaminya meninggal, lalu pembagian warisnya tidak tepat (ibu mendapat warisan
berlebih, red), ibu itu berarti (berpotensi) memakan harta anak yatim. Hal ini juga
menunjukkan pentingnya pembagian waris dengan tepat.
َ الربَا َو ُمو ِكلَهُ َوكَاتِبَهُ َوشَا ِهدَ ْي ِه َوقَا َل هُ ْم
س َوا ٌء ِ آ ِك َل-صلى هللا عليه وسلم- َّللا ُ ع ْن َجابِ ٍر قَا َل لَعَنَ َر
ِ َّ سو ُل َ
Dari Jabir, Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, nasabah riba, juru tulis
dan dua saksi transaksi riba. Nabi bersabda, “Mereka itu sama” [H.R. Muslim].
Laknat artinya adalah dijauhkan dari kasih sayang Allah subhanahu wata’ala (tidak
Allah sayangi). Kaidah dalam masalah ini yaitu setiap perbuatan yang ditakut-
takuti/diancam dengan laknat adalah dosa besar.
الربا ثالثة و سبعون بابا أيسرها مثل أن ينكح الرجل أمه: عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال: عن عبد هللا
17
Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu. Dosa riba yang
paling ringan itu semisal dosa menzinai/menyetubuhi ibu sendiri” [H.R. Hakim].
Dari Abdullah bin Hanzholah, Rasulullah bersabda, “Satu dirham uang riba yang
dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba dosanya lebih jelek dari pada
berzina 36 kali” [HR Ahmad].
عاقِبَةُ أ َ ْم ِر ِه ِإلَى قِ َّل ٍة
َ َسلَّ َم قَا َل َما أَ َحدٌ أ َ ْكث َ َر مِ ْن ا ِلربَا ِإ ََّل َكان
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ِ ع ْن النَّ ِبي
َ ع ْن اب ِْن َم ْسعُو ٍد
َ
Dari Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda, “Tidaklah seorang itu memperbanyak harta dari riba
kecuali kondisi akhirnya adalah kekurangan/kemiskinan” [H.R. Ibnu Majah].
18
Ribakarenaselisih=ribafadhl (()الفضل, initerdapatdalam dunia perdagangan,
tepatnya pada barter, akantetapitidaksemua barter, hanya barter pada barang-
barangtertentusaja (komoditasribawi). Yakni barter uang dengan uang
ataubahanmakanandenganbahanmakanan, denganadapenambahan.
Pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia maupun di
akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia. Banyak dalil di dalam
Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya dosa riba. Hal ini
meyakinkan betapa besarnya dosa yang terdapat dari melakukan riba dan manusia
disuruh untuk menjauhinya. Berikut paparan mengenai adzab Allah di dunia maupun di
akhirat mengenai pemakan harta riba.
1. Mendapat Dosa Besar
Pemakan harta riba akan mendapat dosa yang besar. Dari Abu Hurairah
Radliallahu‘anhu, dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham uang
riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang
riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari
Abdulloh bin Hanzholah). Betapa besar dosa riba sampai Rasulullah SAW menyuruh
kita untuk menjauhi perkara tersebut. Dan beliau juga mengatakan bahwa riba termasuk
perkara yang akan membinasakan.
19
2. Dibangkitkan Pada Hari Kiamat Dalam Keadaan Gila
Pada hari kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam sampai akhir
zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda-beda
menurut amal ibadah semasa di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba akan
dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya di hari
pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan dan dikuasai
setan. Na’udzubillahimin dzalik.
20
Hal ini diterangkan oleh Allah SWT melalui Firman-Nya; “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al
Muthaffifin: 14). Hati akan tertutup sehingga pelaku riba tidak lagi memikirkan mana
yang baik dan mana yang tidak.
7. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT
Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang didapatkan dari
hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya Allah
itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim
II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan
bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari jalan yang baik
dan diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara yang haram agar sedekah, infaq dan zakat
kita diterima. Hal ini akan sangat ironi lagi ketika kita membangun sesuatu yang
bertujuan untuk amal jariah seperti pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk
muslim lainnya. Begitu banyaknya amal yang terbuang sia-sia karena tidak diterima
oleh Allah SWT.
21
Hubungan menjadi renggang dikarenakan ada pihak yang dirugikan. Bukankah baiknya
jika hubungan persaudaraan dilandasi dengan sifat saling tolong-menolong? Alangkah
mulianya jika sebuah negeri tertentu membudayakan sesuatu dengan cara syariah. Ini
akan menjadi salah satu negeri yang damai dan tenteram. Dikarenakan hubungan antar
manusia yang erat persaudaraannya. Saling tolong-menolong dan bergotong-royong
demi membangun negeri yang harmonis.
22
BAB 4
KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
والصدقةتطفىءالخطيئةكماتطفىءالماءالنار
23
4.1.2Sedekah Tidak Mengurangi Harta
24
4.1.4 Keutamaan Sedekah untuk Membuat Hati Tenang
25
Sesungguhnyasedekahitumemadamkanmurka Allah dan menolakmatijelek
(su’ulkhotimah). (HR. Tirmidzi)
Keutamaansedekah yang
besaruntukkehidupankitaadalahbisamelindungidarimusibah. Sedekah yang
diberikanakanmelindungikitadarimusibah yang akandatangkepadakita. Keburukan yang
ditimpabisaberupapenyakit, kehilanganbarangberharga, kesulitandalambekerja, dan
lainnya. Oleh karenaitu, seringkalisedekahdisarankanuntukdilakukan orang yang
sedangberikhtiarataumengusahakansesuatuhaldalamhidup.
26
BAB 5
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
5.1 PengertianKematiaan
Kematianbukanakhirdarisebuahkehidupan,
melainkansebuahjalanuntukmencapaikehidupanbaru yang kekalabadiyaituakhirat.
ۗۗ َار َواُدْخِ َال ْل َجـنَّةَفَقَدْفَاز ِ َّت ۗۗ َواِنَّ َمات ُ َوفَّ ْونَا ُ ُج ْو َر ُك ْميَ ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة ۗۗ فَ َم ْن ُزحْ ِز َحعَنِالن
ِ ُكلُّنَ ْف ٍسذَآئِقَةُ ْال َم ْو
اال َح ٰيوةُالدُّ ْنيَ ۤاا ََِّل َمتَاع ُْالغُ ُر ْو ِر
ْ َو َم
27
Artinya:
َو َماكَانَ ِلنَ ْف ٍسا َ ْنتَ ُم ْوتَا ََِّلبِ ِاذْنِاللّٰ ِه ِك ٰتبًا ُّم َؤج ًَّال
Artinya:
َٰۤيـاَيُّ َهاالَّ ِذ ْين َٰا َمنُ ْوااتَّقُوااللّٰ َه َحقَّت ُ ٰقت ِٖه َو ََلتَ ُم ْوتُنَّا ََِّل َواَ ْنـت ُ ْم ُّم ْس ِل ُم ْون
Artinya:
5.3 HadistTentangKematian
28
Kita hanyadiperintahkanuntukterusmempersiapkan dan mengingatnya,
adapunhadisttentangmengingatkematiandiantaranyasebagaiberikut.
Artinya:
Apabilamanusiameninggalmakaterputussemuaamalibadahnyakecualitiga.
Shadaqahjariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakannya.
• HadistKedua
Artinya:
• HadistKetiga
Artinya:
29
BAB 6
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
30
1. Menjunjungtingginilai-nilaimaupunnorma-normaajaran Islam.
artinyaselalumenghormati, mempertahankan, membela, dan menaatinilai-
nilaiajaran Islam.
2. Mendahulukankepentinganbersamadaripadakepentinganpribadi.
Artinyakepentinganpribadi yang
dapatmerugikankepentinganbersamatidakbolehdidahulukan. Kepentingan yang
lebihbesarharusdidahulukan, kalauperludenganmengorbankankepentingan yang
lebihkecil.
3. Menjunjungtinggisifatkeikhlasan, berkhidmah, dan berjuang.
Artinyaberlakuikhlaskarena Allah Swt.
dalammelakukansegalaperbuatantanpamembuangkeyakinan dan
harapanbahwasegalaperbuatanbaikpastiakanmendapatkanbalasandari Allah Swt.
4. Menjunjungtinggipersaudaraan, persatuan, sertakasih-mengasihi.
Artinyaselaluberusahamenjagasikap di ataskepadasesamawarganahdiyin,
antarasesamamuslim, antarsesamabangsa dan sesamaumat Islam.
5. Meluhurkankemuliaan moral (akhlaqulkarimah), dan
menjunjungtinggikejujurandalamberpikir, bersikap dan bertindak.
Sikapinimenghendaki agar
selaluberusahamenerapkanakhlaqulkarimahkepadadirisendiri, keluarga, dan
masyarakat. Langkah awalnyaadalahkejujurandalamberpikir, bersikap, dan
bertindak. Jujurkepada Allah Swt., dan jujurkepadamasyarakat.
6. Menjunjungtinggikesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan negara.
Artinyaselalusiapmenghormati, membelakepentingan dan taatkepada agama,
bangsa dan Negara secaraproporsional dan komprehensif,
tidakmempertentangkanantaraketiganya. MembelakepentinganBangsa dan
Negara adalah juga bagiandariajaran agama.
7. Menjunjungtingginilaiamal, kerja, dan prestasisebagaibagiandari ibadah kepada
Allah Swt. Artinyaberpendirianbahwaamal, kerja, dan prestasi
(kemampuanmelakukantugasberhasildenganbaik) merupakan ibadah
(pengabdian) kepada Allah Swt., di samping ibadah mahdhah (ibadah murni,
terbatas) sepertipuasa, salat, Haji, dan lain sebagainya.
31
8. Menjunjungtinggiilmupengetahuansertaahli-ahlinya.
Perilakusepertiinidimaksudkan agar warga NU atauAhlussunnah Wal Jamaah
selaluberusahamenambahilmu, baikilmutentangayat-ayat yang berwujudajaran
agama maupunayat-ayat Allah yang berwujudalamsemesta. Selalumenghormati
para ahliilmi sebagaipembawa Khazanah ilmu yang mutlakdiperlukan oleh
umatmanusiadalammenempuhkehidupanduniawimaupunukhrawi.
9. Selalusiapuntukmenyesuaikandiridengansetiapperubahan yang
membawamanfaatbagikemaslahatanmanusia.
Maksudnyaselalumenyadaribahwaalamsemestainiterus-
menerusmengalamiperubahan, tidakpernahberhenti. Kita
harusselalusiapmenghadapiperubahan-perubahantersebut dan
berusahamengarahkannya. Setiapperubahanmembawadampaksendiri,
adakalanyapositif dan adakalanyanegatif, dan yang paling banyakadalah yang
berdampakganda (membawadampakpositifsekaligusnegatif). Perubahan yang
berdampakpositifditerima, dimanfaatkan dan
kitaberusahamenyesuaikandiridenganperubahanitu. Sedangkanperubahan yang
negatifkitatolak, diminimalisasi, dan diusahakan agar menjadipositif.
10. Menyusun tinggikepeloporandalamusahamendorong, memacu, dan
mempercepatperkembanganmasyarakatnya.
Artinyakitaselaluberusahamemelopori, mendorong,
mempercepatperkembanganmasyarakatkearahpositif, bermanfaat, dan
benarmenurut agama dan akalsehat. Selalumencari yang baru dan
lebihbaiksertatetapmemelihara yang lama.
11. Menjunjungtinggikebersamaan di tengahkehidupanberbangsa dan bernegara.
Maksudnyawarga NU atauAhlussunnah Wal Jamaah
diharapkanselaluberusahamemeliharakebersamaan, kerukunan, kerjasama,
salingmembantudalammenempuhkehidupan di antarabangsa dan
kehidupanbernegara. Hal itudilakukanuntukmemeliharakeutuhanbangsa, negara,
dan mewujudkankesejahteraanbersama.
32
Tidak
diragukanlagibahwaamarma’rufnahimungkaradalahupayamenciptakankemaslahatanuma
t dan memperbaikikekeliruan yang ada pada tiap-tiapindividunya. Dengandemikian,
segalahal yang bertentangandenganurusan agama dan merusakkeutuhannya,
wajibdihilangkan demi menjagakesucian para pemeluknya.
33
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan,
sebagianmerekamenjadipenolongbagisebagian yang lain. Merekamenyuruh (berbuat)
yang ma’ruf dan mencegahdari yang mungkar, melaksanakanshalat, menunaikan zakat,
sertataatkepada Allah dan Rasul-Nya. Merekaakandiberirahmat oleh Allah. Sungguh,
Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)
34
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Website:
https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/pengertian-istidraj/2
https://www.republika.co.id/berita/qd73x6366/terjebak-istidraj-kenikmatan-part1
https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/pengertian-istidraj/3
https://umroh.com/blog/perhatikan-ayat-tentang-istidraj-jangan-sampaiterbuai
https://sef.feb.ugm.ac.id/mengenal-riba-dan-%20bahayanya/
https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/
https://islamkita.co/keutamaan-sedekah/
https://asysyariah.com/kewajiban-amar-maruf-nahi-mungkar-2/
35
36