Anda di halaman 1dari 9

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Intensitas Penggunaan Media Sosial

1. Definisi

Menurut Chaplin (2006) intensitas merupakan sebuah kekuatan yang

sifatnya mendukung suatu pendapat ataupun sikap. Sedangkan berdasarkan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), intensitas adalah suatu keadaan

tingkatan atau ukuran intensnya. Wulandari (2000) menguraikan bahwa

intensitas mengacu pada pengertian mengenai penggunaan waktu untuk

melakukan aktivitas tertentu (durasi) dengan jumlah ulangan tertentu dalam

jangka waktu tertentu (frekuensi).

Media sosial sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah komunitas

virtual berbasis website yang memungkinkan penggunanya untuk membangun

profil individu dan masyarakat, serta bertujuan untuk membangun komunikasi

dalam kehidupan sehari-hari (Oberst, Wegmann, Stodt, Brand, & Chamarro,

2017). Sedangkan menurut Mandibergh (2012) media sosial adalah sebuah

media yang mewadahi kerjasama diantara para pengguna yang menghasilkan

suatu konten (user generated content).

24
25

Berdasarkan batasan – batasan dari penjelasan para ahli di atas,

intensitas penggunaan media sosial dapat disimpulkan sebagai seberapa sering

(tingkatan waktu penggunaan dalam satuan jam baik durasi maupun

frekuensinya) dalam mengakses konten-konten yang ada pada layanan

komunitas virtual berbasis website ataupun aplikasi di smartphone.

2. Aspek

Andarwati dan Sankarto (2005) menyatakan bahwa intensitas hanya

mengacu pada :

a) Frekuensi yang menyatakan satuan ukuran waktu tertentu (per

hari, per minggu, atau perbulan)

b) Durasi yang menyatakan satuan ukuran waktu tertentu (per

menit atau per jam)

3. Faktor

Mc Quail, Blumler dan Brown (Saverin dan Tankard, 2008)

mengungkapkan faktor-faktor dalam penggunaan media sosial Instagram

sebagai berikut :

a) Informasi (surveillance) adalah informasi mengenai rangkaian hal-

hal yang mungkin dapat mempengaruhi individu atau akan dapat

membantu individu dalam melakukan dan menyelesaikan sesuatu.

Hal ini didapatkan setelah individu menggunakan media sosial.


26

b) Identitas pribadi (personal identity) yang merupakan penguatan

nilai atau berfungsi sebagai penambah keyakinan, pemahaman

tentang diri, eksplorasi realitas, dan sebagainya yang ditemukan

oleh individu saat menggunakan media sosial.

c) Hubungan personal (personal relationship) adalah manfaat sosial

dari sebuah informasi di media sosial yang bisa digunakan dalam

sebuah percakapan.

d) Pengalihan (diversion) adalah pelarian dari rutinitas atau masalah,

serta pelepasan emosi yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kontrol Diri

1. Definisi

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri

sebagai sebuah metode untuk mengatur proses-proses fisik, psikologis, dan

perilaku individu, dengan kata lain sebagai serangkaian proses yang

membentuk individu itu sendiri.

Harter (Hurlock, 2003) mengatakan bahwa kontrol diri adalah

bagaimana individu mengatur serta mengendalikan perilaku dalam kehidupan.

Jika individu mampu mengendalikan perilakunya dengan baik maka individu

akan mampu menjalani kehidupan dengan baik.

Averill (1973) mengatakan bahwa kontrol diri sebenarnya merupakan

sebuah variable psikologis yang sederhana karena di dalamnya terdapat tiga


27

konsep yang berbeda tentang kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan

individu dalam memodifikasi perilaku, kemampuan individu untuk mengelola

informasi yang tidak diinginkan dengan cara melakukan interpretasi serta

kemampuan indvidu dalam memilih suatu tindakan berdasarkan atas apa yang

diyakininya.

Kontrol diri antara individu satu dengan individu lain berbeda-beda.

Hal ini dapat dilihat dari kedisiplinan diri, perilaku nonimpulsif, kebiasaan

yang sehat, etika dalam mengerjakan sesuatu dan keandalan individu

(Tangney, Baumeister & Boone, 2004).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kontrol diri adalah sebuah cara yang dilakukan individu untuk mengendalikan

perilakunya berdasarkan apa yang diyakini oleh individu tersebut.

2. Aspek

Menurut Tangney, Baumeister dan Boone (2004), ada 5 aspek dari kontrol

diri, yaitu :

a) Self-Dicipline

Self-Dicipline berarti kedisiplinan diri individu dalam

mengerjakan sesuatu. Individu dengan self-dicipline akan mampu

dalam menahan diri dari hal-hal lain yang dapat mengganggu fokus

dan konsentrasinya terhadap konten yang diunggah/posting maupun

yang dinikmati di Instagram.

b) Deliberate/Non-Impulsive
28

Aspek ini berarti adanya kecenderungan individu untuk melakukan

tindakan yang tidak impulsif. Dalam hal ini individu mempunyai

pertimbangan yang baik, selalu bersifat hati-hati, dan tidak akan

tergesa-gesa dalam mengambil keputusan ataupun bertindak terkait

dengan proses mengunggah/posting ataupun menikmati konten di

Instagram.

c) Healthy Habits

Individu yang memiliki healthy habits akan mampu dalam menolak

segala hal yang dapat memberikan berdampak buruk bagi dirinya

meskipun hal-hal itu menyenangkan. Individu tersebut akan

mengutamakan hal-hal yang dapat memberikan damppak positif bagi

dirinya terkait dengan proses mengunggah/posting ataupun menikmati

konten di Instagram.

d) Work Ethic

Aspek ini menilai tentang etika individu dalam melakukan aktivitas

kesehariannya. Individu dengan work ethic yang baik akan mampu

menyelesaikan tugasnya dengan fokus yang tinggi, tanpa terpengaruh

hal-hal yang ada diluar tugasnya. Terkait dengan proses

mengunggah/posting ataupun menikmati konten di Instagram, individu

akan memperhatikan aturan-aturan dan etika yang berlaku di

Instagram.

e) Reliability
29

Individu yang memiliki realibilitas akan mampu dalam melaksanakan

rencana jangka panjang dalam pencapaian tertentu. Terkait dengan

proses mengunggah/posting ataupun menikmati konten di Instagram,

individu sebagai pengguna akan berusaha mencapai target-target jangka

panjang yang akan dicapai melalui aktifitasnya di Instagram.

C. Hubungan Antara Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan

Media Sosial

Media sosial menyediakan beragam informasi yang terbukti

menarik minat banyak mahasiswa yang sebenarnya juga adalah kalangan

yang merupakan pengakses terbesar media sosial itu sendiri. Beragamnya

konten-konten remaja yang terdapat di media sosial menjadikan intensitas

penggunaan media sosial di kalangan mahasiswa semakin tinggi (APJII,

2016).

Mahasiswa yang merupakan golongan remaja akhir perlu untuk

memperhatikan perilakunya disaat menggunakan media sosial Instagram,

dengan kata lain menjadi penting bagi mahasiswa untuk memiliki kontrol

diri (pengaturan proses perilaku, kognitif, dan pengambilan keputusan)

yang baik terkait dengan aktifitas yang dilakukan saat mengakses media

sosial. Hal ini perlu untuk dilakukan agar mahasiswa mampu memahami

mana saja perilaku yang dapat maupun tidak dapat di terima di

lingkungan masyarakatnya (Aviyah & Farid, 2014). Apabila mahasiswa

mampu menampilkan kontrol diri yang tinggi disaat mengakses media


30

sosial maka mahasiswa akan dapat meminimalkan kecenderungan untuk

berbuat nakal/negatif/menyimpang.

Dinamika antara aspek-aspek kontrol diri dengan intensitas

penggunaan media sosial dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.) Self Dicipline diperlukan dalam menggunakan media sosial, hal ini

akan berdampak pada keputusan yang diambil oleh mahasiswa

selama mengakses media sosial, termasuk diantaranya adalah

mahasiswa tersebut akan mampu untuk tetap fokus dan konsentrasi

pada apa yang ingin dicarinya dalam media sosial. Hal ini menjadikan

intensitas penggunaan media sosial menjadi lebih efisien.

b.) Deliberate/Non-impulsive diperlukan agar mahasiswa yang

mengakses media sosial mampu untuk menhindari tindakan tergesa-

gesa dalam mengikuti sebuah akun ataupun unggahan di media sosial.

Segala aktifitas yang berkaitan dengan media sosial akan didasarkan

pada pertimbangan yang panjang untuk menghindari efek negatif dari

bermedia sosial.

c.) Mahasiswa yang mengakses media sosial juga perlu untuk

memperhatikan aspek Healthy Habits. Hal ini menjadi penting untuk

diperhatikan agar durasi maupun frekuensi penggunaan media sosial

tidak sampai mengganggu kondisi kesehatan penggunanya. Sebagai

contoh, mahasiswa yang memperhatikan aspek ini dalam bermedia

sosial akan membatasi durasi penggunaan media sosial di malam hari,


31

agar tidak mengganggu waktu tidur demi mencukupi kebutuhan jam

istirahat untuk tubuhnya.

d.) Work Ethic erat kaitannya dengan intensitas penggunaan media

sosial, terutama bagi mahasiswa yang memanfaatkan media sosial

bukan sebagai hiburan semata melainkan sebagai wadah untuk

membantu menambah refrensi yang dibutuhkannya untuk menunjang

studinya (baik yang bersifat formal maupun informal). Hal ini akan

membuat durasi penggunaan media sosial menjadi lebih efektif dan

terarah pada hal yang positif.

e.) Reliability berkaitan erat dengan target-target jangka panjang yang

ingin dicapai oleh mahasiswa yang bermedia sosial. Adanya target

yang jelas dalam menggunakan media sosial akan menjadikan

intensitas penggunaan media sosial menjadi lebih efisien dan

bermakna positif bagi penggunanya.

Dengan adanya aspek dari kontrol diri yang berkaitan dengan

intensitas penggunaan media sosial di kalangan mahasiswa, maka

dapat disimpulkan bahwa kontrol diri dalam memilih konten

berdampak pada intensitas mahasiswa dalam mengakses media sosial

Instagram.
32

D. Hipotesis Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini menyatakan hipotesis adanya

hubungan positif antara kontrol diri dalam memilih konten dan intensitas

penggunaan media sosial pada mahasiswa. Hal ini menyatakan semakin tinggi

kontrol diri yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi intensitas

penggunaan sosial media pada mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai