Anda di halaman 1dari 7

Books Review

The Books of Government or Rules of The King (Siyasat Nama or Siyar Al Mulk). By Nizam Al
Mulk, . Translated by Hubert Drake. Pp276.

Nizam Al Mulk merupakan wazir dari Dinasti Seljuq yang merupakan salah satu negara
bagian dari Dinasti Abbasiyah yang pada saat itu masih berkuasa di Baghdad. Nizam Al
Mulk merupakan pendiri dari Madrasah Nizamiyah, salah satu madrasah tertua di
Kekhalifahan Islam. Di madrasah inilah, Abu Hamid Muhammad Al Ghazali menjadi salah
satu pengajar dan pernah menjadi kepala madrasah. Buku The Books of Government or Rules
of The King dibuat oleh Nizam Al Mulk pada saat ia menjabat sebagai wazir dari Dinasti
Seljuq. Buku The Books of Government or Rules of The King merupakan salah satu buku
pada masa Kekhalifahan Islam yang memberikan penjelasan mengenai bagaimana sistem
administrasi pemerintahan Islam. Ada beberapa buku yang mengangkat tema sama dengan
buku karya Nizam Al Mulk ini selama periode Kekhalifahan Islam, seperti buku Al Ahkam
Al Sulthaniyah Wa’l Wilayat Al Diniyya (The Ordinances of Governance) karya Abu Al
Hasan Ali ibn Muhammad ibn Habib Al Basri, Al Baghdadi, Al Mawardi dan buku Nasihat
Al Muluk ( Book of Councel For Kings) karya Al Ghazali.

Buku Councel For Kings dan buku The Books of Government or Rules of The King
merupakan dua buku yang dibuat pada era yang sama yakni pada masa pemerintahan Dinasti
Seljuk. Karya Al Ghazali dan karya Nizam Al Mulk memiliki kesamaan dalam beberapa hal.
Kedua buku ini memiliki beberapa kemiripan dalam code of conduct sistem administrasi
pemerintahan Islam seperti peringatan bagi khalifah untuk selalu berhati-hati terhadap
nasehat dari kaum perempuan. Kedua buku ini merujuk pada pernyataan yang dikeluarkan
oleh Khalifah Umar ra untuk mendukung pendapatnya mengenai kehatian-hatian terhadap
nasehat perempuan dalam masalah-masalah kepentingan umum. Selain itu, kedua buku ini
juga memiliki kemiripan dalam sistematika penulisan yakni kedua penulis selalu memberikan
studi kasus dari code of conduct sistem administrasi pemerintahan Islam yang dibuatnya pada
setiap akhir bab. Hal ini berbeda dengan buku Al Ahkam Al Sulthaniyah Wa’l Wilayat Al
Diniyya yang lebih menekankan aspek penjelasan fiqh dan hanya sedikit menyinggung
mengenai praktik dari code of conduct sistem administrasi pemerintahan Islam.

Buku The Books of Government or Rules of The King terdiri dari dua bagian yakni bagian
pertama terdiri 39 chapter yang menjelaskan berbagai aturan maupun panduan bagi khalifah
untuk menyelenggarakan tata kelola pemerintahannya serta bagian kedua yang terdiri dari 11
chapter yang lebih banyak berfokus pada bagaimana negara menghadapi berbagai ancaman
dari dalam negeri seperti ancaman pemberontakan maupun ancaman terhadap pengkorupsian
nilai-nilai agama Islam yang dilakukan oleh beberapa kelompok sekte sesat. Bagian pertama
dalam buku ini menjelaskan mengenai bagaiamana tata kelola pemerintahan mulai dari
pemungutan pajak, proses pemilihan pegawai pemerintahan, pembentukan biro intelegen
sebagai bagian dari bentuk pengawasan terhadap aparat pemerintahan, pengaturan militer,
aturan dalam pemberian penghormatan (pangkat) pada orang-orang yang berjasa dalam tata
kelola pemerintahan, bahkan pelatihan terhadap pegawai dalam istana. Bagian kedua dari
buku ini menjelaskan beberapa doktrin, perkembangan serta bahaya dari beberapa sekte-sekte
sesat seperti Mazdak, Qaramitah, Syi’ah serta batini.

Ada beberapa hal menarik dalam buku The Books of Government or Rules of The King
yang akan dibahas dalam tulisan ini yakni pertama terkait dengan gambaran umum dari
pemikiran politik yang dianut oleh Nizam Al Mulk dalam menulis The Books of Government
or Rules of The King, kedua terkait aspek administrasi pemerintahan Islam yang dijelaskan
oleh Nizam Al Mulk. Didalam aspek pertama, disini penulis ingin mencoba menganalisis
mengenai pemikiran politik yang dianut oleh Nizam Al Mulk yang terkandung dalam
bukunya tersebut. Didalam aspek kedua, reviwer akan mengkonstruksikan code of conduct
dari sistem administrasi Islam yang ada dalam buku The Books of Government or Rules of
The King tersebut.

Aspek pertama yang akan dibahas adalah dari aspek pemikiran politik dari Nizam Al
Mulk. Didalam bukuya juga, Nizam AL Mulk menjelaskan bahwa madzhab fiqh yang
digunakan oleh Dinasti Saljuq adalah madzhab Syafi’i dan madzhab Hanafi. Di bebeberapa
chapter dalam buku ini memiliki pandangan politik bahwa kelompok sekte-sekte seperti
Batini, Qaramitah, Syi’ah dll bukan merupakan bagian dari agama Islam dan dianggap sesat.
Nizam Al Mulk menganggap kelompok diatas telah mengkorupsi ajaran Agama Islam dan
menjadi ancaman bagi Dinasti Seljuk dan bagi agama Islam. Oleh karena itulah,, Nizam Al
Mulk meminta Khalifah Dinasti Seljuk untuk senantiasa waspada terhadap pergerakan
mereka dan memperingatkannya agar tidak menunjuk orang-orang dari golongan mereka
untuk terlibat dalam pemerintahan (Chapter 41).

Nizam Al Mulk juga menolak keterlibatan Kaum Kafir dalam tata kelola pemerintahan.
Hal ini juga dijelaskan dalam Chapter 41 buku The Books of Government or Rules of The
King.Pandangan politik lain yang dianut oleh Nizam Al Mulk yang tercantum didalam
bukunya tersebut adalah penolakannya atas keterlibatan perempuan dalam masalah-masalah
yang menyangkut urusan kenegaraan (Chapter 42). Nizam Al Mulk merujuk pada beberapa
peristiwa pada masa sebelumnya seperti kisah Yusuf dan Kisruf, kisah Kai Kavus serta kisah
penolakan Nabi Muhammad SAW atas saran Aishah dalam hal penunjukan Abu Bakar
sebagai imam sholat ketika Rosulullah sakit. Beberapa kisah tersebut digunakan untuk
menjustifikasi penolakan dalam peranan perempuan dalam permasalahan publik.

Di beberapa chapter dalam bukunya tesebut Nizam Al Mulk mengelompokkan pekerjaan


berdasarkan kelompok suku-suku tertentu yang berada di bawah wilayah Kekhalifahan
Islam. Salah satu contohnya adalah chapter 19 yang menjelaskan mengenai tata kelola militer
Islam. disebutkan di chapter buku tersebut bahwa kelompok pasukan penjaga keamanan
sebaiknya berasal dari Khurasani dan Dailamites. Sedangkan pada chapter 26, Nizam Al
Mulk menyarankan untuk “abdi dalem” istana kekhalifahan sebaiknya berasal dari kelompok
suku Turki. Kemudian untuk mengurus administrasi pemerintahan pada tingkat tertentu
sebaiknya juga berasal dari kelompok masyarakat Persia. Hal ini menunjukkan pandangan
politik Nizam Al Mulk yang cukup rasial. Terakhir pandangan politik yang dimiliki oleh
Nizam Al Mulk terkait hubungan antara raja atau sultan dengan masyarakat atau birokrasi
pemerintahannya. Didalam buku The Books of Government or Rules of The King, terlihat
dengan jelas bahwa hubungan yang terbentuk antara raja dengan birokrasi pemerintahan pada
masa Dinasti Seljuk adalah hubungan antara atasan dengan bawahan. Birokrasi pemerintahan
merupakan pelayan raja yang membantu raja dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Didalam buku ini, terlihat dengan jelas bahwa Nizam Al Mulk juga memiliki pandangan
politik yang cukup rasial.

Selanjutnya penulis akan mereview bukuThe Books of Government or Rules of The King
dari perspektif ilmu administrasi. Didalam beberapa chapter buku ini, dijelaskan mengenai
bagaimana Kekhalifahan Islam mengelola sistem administrasi pemerintahannya. Salah satu
hal yang menarik adalah di chapter tiga, didalam chapter ini Nizam Al Mulk menuliskan
kewajiban bagi Khalifah untuk melakukan pertemuan terbuka dengan masyarakat agar
masyarakat dapat menyampaikan keluhan-keluhan yang dimilikinya terhadap birokrasi
pemerintahan Kekhalifahan Islam baik yang ada di pusat maupun di daerah. Nizam Al Mulk
menuliskan bahwa khalifah wajib mengadakan pertemuan ini minimal dua kali seminggu dan
khalifah tidak boleh mewakilkan urusan ini pada siapapun(Chapter 3). Hal ini agar keluhan
masyarakat ini dapat didengar lansung oleh khalifah dan dapat diputuskan hukuman terhadap
birokrat tersebut oleh khalifah. Sistem ini sebenarnya sudah berjalan semenjak Abd Al Malik
ibn Marwan berkuasa dengan membentuk lembaga Diwan Al Nazar fi Al Mazalim. Ketika
masa Abd Al Malik ibn Marwan dewan ini dipimpin oleh mufti tertinggi Kekhalifahan Islam
dan bertanggung jawab secara langsung terhadap khalifah. Fungsi sistem ini memiliki
kemiripan dengan fungsi yang dimiliki oleh lembaga ombudsman dalam sistem negara
modern yakni untuk melindungi hak-hak warga yang di rampas oleh tindakan dari aparatur
pemerintahan. Sebagian pakar menyebutkan bahwa lembaga ini di bentuk pertama kali oleh
Kekhalifahan Ottoman. Namum kesamaan fungsi ombudsman dengan sistem pengaduan
masyarakat pada masa Dinasti Saljuk dan Dinasti Umayyah ini membuktikan bahwa lembaga
ini bisa dirunut sejarahnya hingga awal masa Kekhalifahan Islam. Didalam ombudsman
Dinasti Seljuk raja menjadi penentu hukuman bagi birokrat pemerintahan yang mendapatkan
pengaduan dari masyrakat.

Buku The Books of Government or Rules of The King juga memberikan penjelasan-
penjelasan yang bersifat umum dalam tata kelola pemerintahan Islam. Didalam buku tersebut
dijelaskan bahwa setiap birokrat pemerintahan memiliki hak untuk mendapatkan upah yang
layak dari Kekhalifahan Islam. Selain itu, Nizam Al Mulk juga memberikan panduan kepada
penguasa Kekhalifahan Islam agar khalifah melakukan rotasi terhadap para pegawai yang
bekerja dalam pemerintahan Islam(Chapter_). Hal ini dilakukan agar supaya para pegawai
tersebut tidak berada dalam zona nyamannya dan dapat menghindari praktik-praktik yang
merugikan pemerintahan dari birokrasi pemerintahan Islam. Nizam Al Mulk juga
memberikan penjelasan mengenai beberapa mekanisme pengawasan yang dilakukan terhadap
kinerja pegawai pemerintahan Islam. Pengawasan dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari
intelegen yang ditugaskan oleh raja, maupun oleh sesama birokrasi pemerintahan( Chapter
3,6 dan 10). Masyarakat yang mengalami kerugian dari tindakan birokrat pemerintahan Islam
juga berhak untuk melaporkan tindakan birokrat pemerintahan melalui mekanisme Diwan Al
Nazar fi Al Mazalim yang dipimpin raja ataupun qadi yang telah ditunjuk raja.

Nizam Al Mulk didalam bukunya tersebut juga memberikan perhatian yang besar terhadap
urusan kehakiman didalam Kekhalifahan Islam. Dijelaskan bahwa hakim yang ditunjuk di
setiap wilayah kekuasaan Islam harus memenuhi beberapa persyaratan seperti harus memiliki
wawasan dan pemahaman yang baik terhadap ilmu agama, ahli ibadah dan tidak iri hati
(Chapter _). Sistem pengawasan kehakiman dilakukan oleh lembaga peradilan dengan
mekanisme bahwa setiap hakim mengawasi kinerja dari hakim lain dan melaporkan setiap
penyimpangan yang dilakukan oleh hakim lain. Setiap hakim di lembaga peradilan berhak
mendapatkan upah dan tunjangan yang layak dikarenakan pentingnya jabatan hakim bagi
kemaslahatan ummat. Nizam Al Mulk juga menjelaskan bahwa untuk memastikan keadilan
pada setiap warga, ketika seorang hakim menghadapi sebuah kasus yang melibatkan pejabat
tinggi pemerintahan termasuk raja, maka pejabat tersebut harus meletakkan jabatannya
selama menjalani masa persidangan agar hakim dapat memberikan keputusan secara adil.

Didalam buku ini salah satu aspek yang paling dibahas adalah menyangkut mengenai tata
kelola perpajakan yang dilakukan Kekhalifahan Islam .Diwan Al Kharaj sebagai lembaga
pengumpul pajak memiliki tugas untuk mengumpulkan pajak bumi dari para warga
masyarakat dan sebagai konsekuensinya mereka berkewajibanuntuk mmberikan perlindungan
keamanan kepada warga masyarakat. Nizam Al Mulk mendeskripsikan bagaimana aturan-
aturan yang harus dipatuhi oleh seorangn pegawai pajak serta konsekuensi hukum yang
dimiliki jika melanggar peraturan yang ditentukan (Chapter 5). Pegawai pajak ini juga harus
menerima pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur oleh khalifah serta
tidak boleh melakukan penarikan pajak diluar ketentuan yang sudah ditentukan(chapter 4).
Hal ini dikarenakan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pegawai pajak ini dapat
mengakibatkan kekecewaan masyarakat serta dapat menimbulkan pemberontakan di daerah.
Raja juga berhak untuk memberikan hukuman terhadap kesewenang-wenangan yang
dilakukan oleh pegawai pajak dengan melakukan upaya penyitaan paksa terhadap kekayaan
pegawai tersebut dan pegawai pajak tersebut mendapat sanksi dikeluarkan dari instansi
tersebut dan tidak dapat bekerja lagi di instansi pemerintahan ( Chapter 4). Hal ini sebagai
bentuk hukuman terhadap perilaku korup dari pegawai pemerintahan terutama pegawai pajak.

Nizam Al Mulk juga menjelaskan pentingnya peranan agent intellegence dalam


pemerintahan Islam (Chapter 10). agen intelegen memiliki peranan penting untuk melakukan
pengawasan dan pemantauan terhadap wilayah-wilayah kekuasaan Islam yang terbentang
dari Andalusia hingga di wilayah Sungai Indus. Khalifah. Luasnya wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Islam menndorong khalifah untuk membentuk agent intelegent. Agent intel
bertugas untuk melaporkan segala kondisi sosial dan politik di wilayah kekuasaan
Islam.fungsi lain dari lembaga ini adalah untuk melakukan pengawasan terhadap ancaman
kemanan dari dalam dan luar. Khalifah harus menempatkan setiap agen intel di setiap
wilayah kekuasaan Islam. Hal ini dilakukan untuk melakukan pencegahan terhadap upaya
pemberontakan dari para gubernur maupun komandan militer di daerah(Chapter 13). Agen
intel ini juga mendapatkan upah setiap bulan dari badan keuangan pusat Kekhalifahan
IslamAgen intel juga memiliki kontribusi dalam penciptaan keadilan dan kesejahteraan
masyarakat karena agen intel juga bertugas untuk melaporkan kinerja birokrasi pemerintahan
di daerah. Sehingga setiap tindakan birokrasi pemerintahan di daerah yang melakukan
tindakan sewenang-wenang dapat di ketahui oleh khalifah dan mendapatkan hukuman yang
layak. Upaya pencegahan gangguan keamanan bukan hanya menjadi menjadi monopoli dari
fungsi lembaga intelegen, didalam Kekhalifahan Islam, dinas pos dan komunikasi juga
berperan dalam menyampaikan setiap informasi yang terjadi disetiap wilayah kekuasaan
Kekhalifahan Islam (Chapter 14).

Sistem kemiliteran islam juga mendapat perhatian dari Nizam Al Mulk didalam bukunya
ini. Sang Wazir mengemukakan beberapa aturan yang sebaiknya dilakukan oleh Dinasti
Saljuk selama memerintah Kekhlifahan Baghdad dalam mengelola sistem kemiliterannya.
Nizam Al Mulk menjelaskan bahwa sebaiknya khalifah memiliki setidaknya 200 orang
pasukan pengawal dan 200 peralatan tempur yang menjaga keamanan istana kekhalifahan
(Chapter 19). Pasukan pengawal istana ini juga mendapatkan upah dan tunjangan dari kas
Kekhalifahan Islam. Setiap 50 pasukan pengawal istana berada dibawah kepemimpinan
seorang sersan yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap
anggota pasukannya. Selain itu, Nizam Al Mulk juga menyarankan kepada Kekhalifahan
Islam agar setidaknya memiliki 4000 pasukan yang bersiap siaga di barak untuk bersiap-siaga
apabila terdapat gangguan keamanan dari dalam maupun luar kekhalifahan. Pada chapter
berikutnya, Nizam Al Mulk juga menjelaskan fungsi lain dari pasukan pengawal
kekhalifahan yakni sebagai pelaksana atau eksekutor terhadap berbagai keputusan hukum
yang sudah ditetapkan Qadi dan sudah disetujui oleh khalkifah(Chapter 39 ).

Salah satu keunggulan dari buku The Books of Government or Rules of The King adalah
code of conduct yang ada dalam buku ini lebih bersifat aplikatif dengan memberikan
penjelasan dan studi-studi kasus dan anekdot-anekdot dari peristiwa-peristiwa masa lampau.
Beberapa studi kasus dalam buku ini juga menyajikan pengalaman yang didapatkan si penulis
yang pada saat itu menjabat sebagai wazir atau perdana menteri dari Dinasti Seljuk. Hal ini
memudahkan pembaca dalam memahami buku ini.Yang menarik dari buku The Books of
Government or Rules of The King adalah studi-studi kasus yang disajikan bukan hanya dari
peristiwa pada masa kekhalifahan Islam, melainkan studi kasus yang diberikan lebih banyak
menghadirkan kisah-kisah dari Imperium Persia.Disisi lain penggunaan beberapa kisah dari
Persia yang digunakan sebagai studi kasus dalam buku ini menujukkan kuatnya pengaruh
administrasi pemerintahan Persia dalam sistem administrasi pemerintahan Islam terutama
pada masa dinasti saljuq menguassai Kekhalifahan Islam. Salah satu kelemahan buku ini
dibandingkan buku-buku terkait administrasi pemerintahan Islam seperti Al Ahkam Al
Sulthaniyah Wa’l Wilayat Al Diniyya dan Nasihat Al Muluk adalah lemahnya atau
kurangnya penjelasan mengenai landasan nilai-nilai dari ajaran agama Islam dalam sistem
administrasi pemerintahan yang digunakan dalam kekhalifahan Islam..

Anda mungkin juga menyukai