Anda di halaman 1dari 2

BAB 2

Yang menjadi penekanan dalam bab ini yang pertama adalah: Hal mendasar yang perlu
ditekankan adalah bahwa masyarakat Islam tidak menyenangkan. sangat berbeda dari
masyarakat Barat berkenaan dengan hubungan antara Islam dan negara. Diaman dalam
bab ini yang paling mecolok adalah adanya pemisahan pemisahan antara Islam dan
Negara dengan adanya sekularisme. Maka dari ini, Abdullah An-Naim ingin meluruskan
tidak semua sekularisme itu tidak baik baik untuk umat Islam.

An’naim mencoba mencari antara Islam, negara, dan politik yang bahwa Islam punya
sejarah yang cukup hebat dalam mengatur sebuah negara. Akan tetapi hal tersebut tidak
harus dilakukan oleh masyarakat muslim sekarang dan menolak sistem atau institusi yang
ada pada masa sekarang. Dalam hal ini an-naim menggunakan metode historis dalam
mengkaji hal-hal tersebut.

Menurut Abdullah An-Na’im dalam agama Islam, setiap kali seseorang


menyebutkan ayat-ayat Al-Qur'an, dia atau dia memberikan pemahaman pribadi, bukan
totalitas dari semua yang mungkin makna atau satu-satunya makna yang valid dan
eksklusif. The tak terhindarkan dari interpretasi yang beragam dari Al-Qur'an dibahas
oleh Muslim terkemuka filsuf dan hakim Ibn Rusyd (meninggal 1198), yang
membedakan antara tiga tingkat penafsiran Al-Qur'an dan Sunnah. Dia menghubungkan
interpretasi tingkat pertama dengan ahli hukum, yang terutama berkaitan dengan arti
literal, sangat linguistik dari ayat-ayat tersebut. Tingkat kedua dari interpretasi tion
adalah teolog.
Menurut Abdullah An-Na’im dalam agama Islam, setiap kali seseorang
menyebutkan ayat-ayat Al-Qur'an, dia atau dia memberikan pemahaman pribadi, bukan
totalitas dari semua yang mungkin makna atau satu-satunya makna yang valid dan
eksklusif. The tak terhindarkan dari interpretasi yang beragam dari Al-Qur'an dibahas
oleh Muslim terkemuka filsuf dan hakim Ibn Rusyd (meninggal 1198), yang
membedakan antara tiga tingkat penafsiran Al-Qur'an dan Sunnah. Dia menghubungkan
interpretasi tingkat pertama dengan ahli hukum, yang terutama berkaitan dengan arti
literal, sangat linguistik dari ayat-ayat tersebut. Tingkat kedua dari interpretasi tion
adalah teolog
Dalam kasus sejarah Islam dan negara Abdullah an-Naim memberikan contoh
pada masa Dinasti Fatimiyah dan Mamluk Mesir, karena jika mengambil sejarah
langsung dari Nabi dan modelnya cukup unik. Hal ini bahwa keyakinan ummat Islam,
Islam menyediakan metode yang cocok baik untuk individu maupun publik. Namu, perlu
diketahui bahwa negara memang isntitusi yang pada dasarnya memang skular dan politis
dan hal inilah yang tidak diakomodir oleh Islam itu sendiri. Selanjutnya dalam bukunya
An’Naim menjelaskan dan memberikan contoh dari model negara Islam serta contoh”
dalam masa Dinasti Fatimiyah.
Tujuan An’Naim tidak lain untuk merefleksikan peristiwa dalam fase awal islam
mengenai apa itu islam dan apa itu negara, tanpa menilai apa yang benar dan apa yang
salah, siapa yang baik dan siapa yang benar.
Mediasi Awal Visi Ideal dan Realitas Pragmatis
Dalam bab ini Abdullah An-Na’im menceritakan dengan lukas tentang sistem
pemerintahan yang dilakukan atau berlaku pada masa tersebut. Dimana Ia menjelaskna
bagaiamana sistem pengangkatan pemimipin yang dilakukan oleh fatimah tidak sesuai
dengan model yang ada dalam sebuah negara. Abudllah an na’im lebih menyoroti aspek
untuk menggambarkan ketidakmungkinan praktis dari penggabungan Islam dan
Negara.

Gambaran singkat sebelumnya tentang negara Fatimiyah dan lembaganya ada di


cenderung memberikan informasi latar belakang dan konteks dengan konsekuensi
perpaduan antara agama dan politik authority. Meskipun dinasti Fatimiyah memerintah
Mesir selama dua abad, namun Syiahisme negara tidak pernah benar-benar disaring ke
masyarakat umum dan Muslim Mesir tetap mayoritas Sunni selama ini titik.

Anda mungkin juga menyukai