Khalifah bukanlah manusia suci yang bebas dari kesalahan dan dosa, karena ia diangkat
oleh umat melalui bai’at. Khalifah bisa dikoreksi, diprotes dan diturunkan oleh umat apabila
kebijakannya menyimpang dari aturan dan ketentuan syariat Islam.
Selain itu, jika khalifah salah bisa dihukum (dalam struktur Khilafah fungsi ini dilakukan oleh
mahkamah madzalim) yaitu ketika khalifah menyimpang dari ketentuan syariat Islam.
Sedangkan dalam sistem teokrasi kekuasaan, pemimpin dianggap “takdir” atau ditunjuk atau
penunjukan Tuhan. Sehingga pemimpinnya dianggap atau menganggap diri sebagai wakil
Tuhan, menjadi manusia suci, terbebas dari salah maupun dosa.
Dalam menjalankan kebijakannya, Khalifah juga dibantu oleh para pembantu di berbagai bidang
seperti pemerintahan, administrasi, kota, keamanan, perindustrian, peradilan, kesehatan,
keuangan, penerangan, dan majelis umat.
Sekte Islam Sunni menetapkan bahwa, sebagai kepala negara, seorang khalifah dapat
berkuasa dengan salah satu dari empat cara baik melalui pemilihan, melalui pencalonan atau
melalui seleksi oleh komite. Sedangkan bagi para pengikut Islam Syiah percaya bahwa seorang
khalifah haruslah seorang imam yang dipilih oleh Tuhan dari Ahl al-Bayt (merujuk pada
keluarga nabi Muhammad Saw).
Sejarah Khilafah
Khilafah Pertama
Sistem Khilafah berkembang setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 M.
Terjadi kekosongan pemimpin umat Islam setelahnya. Posisi khalifah kemudian diduduki oleh
para sahabat nabi.
Masa kekhalifahan pertama di mulai oleh Sayyidina Abu bakar (632-634), dilanjutkan
Umar bin Khattab (634-644), Utsman bin ‘Affan (644-656), dan Ali bin Abi Thalib (656-661).
Masa inilah yang kemudian disebut sebagai masa Khulafaur Rasyidin. Khalifah keempat,
Sayyyidina Ali, tidak seperti tiga sebelumnya. Ia berasal dari klan yang sama dengan Nabi
Muhammad Saw yaitu Bani Hasyim, yang mana bagi Muslim Syiah dianggap sebagai khalifah
dan imam sah pertama setelah Rasulullah Muhammad Saw.
Ali memerintah antara (656-661 M), perang saudara terjadi antara para pendukung Ali dan para
pendukung khalifah sebelumnya, serta terjadinya para pemberontak di Mesir. Khalifah Ali wafat
setelah dibunuh oleh kelompok Khawarij yaitu Abdurrahman bin Mujam. Dari perang yang
tak berkesudahan menyebabkan pembentukan Kekhalifahan Umayyah di bawah Muawiyah I
pada tahun 661.
Khilafah kedua
Kekhalifahan kedua, yaitu Dinasti Umayyah, diperintah oleh Bani Umayya, klan Mekah
yang diturunkan dari Umayyah bin Abd Shams. Khilafah melanjutkan penaklukan Arab,
menggabungkan Kaukasus, Transoxiana, Sindh, Maghreb dan Semenanjung Iberia (Al-Andalus)
ke dalam dunia Muslim. Karena berbagai persoalan dan pemberontakan akhirnya timbullah
Revolusi Abbasiyah dari 746-750 M. Kemudian kekhalifahan Abbasiyah didirikan pada 750 M.
Khilafah ketiga
Kekhalifahan ketiga, yaitu Khilafah Abbasiyah diperintah oleh Abbasiyah, sebuah
dinasti asal Mekah yang diturunkan dari Hasyim, kakek buyut Nabi Muhammad.
Pada masa ini, Khalifah al-Mansur mendirikan ibu kota kedua Baghdad pada tahun 762 yang
menjadi pusat study ilmiah, budaya dan seni. Dalam periode iniilah yang kemudian dikenal
sebagai Zaman Keemasan Islam.
Dari abad ke-10, pemerintahan Abbasiyah menjadi terbatas di daerah sekitar Baghdad. Dari 945
hingga 1157, kekhalifahan Abbasiyah berada di bawah
kekuasaan Buyid dan kemudian Seljuk. Pada 1250, pasukan non-Arab yang diciptakan oleh
Abbasiyah yang disebut Mamluk berkuasa di Mesir.
Dan akhirnya pada 1258, Kerajaan Mongol menguasai Baghdad dan mengakhiri kekhalifahan
Abbasiyah. Namun pada 1261 Kerajaan Mamluk di Mesir mendirikan kembali Kekhalifahan
Abbasiyah di Kairo. Meskipun kurang dalam kekuatan politik, Dinasti Abbasiyah terus
mengklaim otoritas dalam urusan agama, sampai terjadilah penaklukan Ottoman (Utsmaniyah)
atas Mamluk Mesir pada 1517.
Khilafah keempat
Kekhalifahan besar keempat, yaitu Dinasti Utsmaniyah, didirikan setelah penaklukan
mereka atas Mamluk Mesir pada tahun 1517. Penaklukan tersebut memberikan kontrol kepada
Ottoman atas kota-kota suci Mekah dan Madinah, yang sebelumnya dikendalikan oleh Mamluk.
Utsmani secara bertahap mulai dipandang sebagai pemimpin de facto dan perwakilan dari dunia
Muslim. Setelah kekalahan mereka dalam Perang Dunia I, kekaisaran mereka dipartisi oleh
Inggris dan Republik Ketiga Prancis, dan pada 3 Maret 1924.
Presiden pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk, sebagai bagian dari
reformasinya, secara konstitusional menghapuskan institusi negara kekhalifahan.
Selain itu dalam sepanjang sejarah, ada pula beberapa negara lain yang menyebut diri mereka
sebagai kekhalifahan, termasuk kekhalifahan Isma’ili Fatimid di Afrika Timur Laut (909–1171),
Kekhalifahan Umayyah dari Córdova (929-1031), kekhalifahan Berber Almohad di Maroko
(1121) –1269) dan Kekhalifahan Fula Sokoto di Nigeria utara saat ini (1804–1903).
A. Kesimpulan
Istilah “Khilafah” berasal dari bahasa arab yang bermakna perwakilan atau pergantian.
Dalam perspektif politik sunni, khilafah didasarkan pada dua rukun, yaitu: konsensus elit politik
(ijma‘) dan pemberian legitimasi (Bay‘ah). Oleh sebab itu sudah menjadi hal yang lazim dalam
pemilihan pemimpin Islam bahwa pemilihan pemimpin ditetapkan oleh elit politik
melalu ijma‘ kemudian baru di Bay‘ah , menurut Harun Nasution sistem ini menyerupai dengan
sistem republik daripada sistem kerajaan, karena pemimpin dalam hal ini dipilih bukan
merupakan sistem monarkhi yang bersifat turun-temurun.
Kelebihan sistem khilafah
1. Istiqamah.
2. Mewujudkan ketenteraman secara kontinu.
3. Menciptakan hubungan ideologis penguasa dengan rakyat.
4. Mendorong kemajuan terus-menerus dalam pemikiran, sains teknologi, dan kesejahteraan
hidup.
Kekurangan sistem khalifah
1. Keberagaman agama
2. Ideologi khilafah berbeda dengan ideologi indonesia
3. Sistem hukum khilafah tidak mendukung