Anda di halaman 1dari 6

HOME

BLOG

AGENDA

TENTANG KAMI

CONTACT

SEARCH ...

ISLAM KE-INDONESIA-AN MENGGUNAKAN ASAS MAQASHID SYARI'AH

KAMIS, 21 MARET 2019 FKMTHI NASIONAL 220 VIEWS

Home News Islam ke-Indonesia-an Menggunakan Asas Maqashid Syari'ah

SHARE:

Seringkali menjadi pembahasan hangat dan menarik dibahas soal hubungan antara agama, dalam hal ini
Islam, dan negara. Di ruang publik timbul pro-kontra mengenai hal itu yang sampai saat ini terus
berlanjut dan selalu hangat untuk dijadikan bahan kajian. Mungkin menjadi bukti sejarah pada saat
perdebatan penetapan dasar negara (Pancasila) dengan sistem syari'ah yang kemudian dimenangkan
Pancasila.
Bahkan tidak jarang, kontroversi mengenai hubungan antara agama dan negara ini dijadikan senjata
ampuh yang memicu kekacauan, instabilitas di tengah-tengah masyarakat sehingga memicu pemerintah
negara untuk mengeluarkan produk hukum, undang-undang yang menyatakan pelarangan ormas yang
berlawanan dengan nilai utama Pancasila apalagi untuk mengganti Pancasila.

Oleh karena itu, komunitas Mahasiswa Tafsir Hadis yang dihimpun dalam organisasi FKMTHI dalam
acara Seminar Nasional pada Rabu (20/3/19) di Audutorium UIN Surabaya mengankat tema "Revitalisasi
Nilai Al-Quran Hadis: Menjaga Nilai Kemanusiaan dalam Bingkai Demokrasi". Sebagaimana disampaikan
panjanglebar oleh kedua pemateri yang dihadirkan yaitu Dr. Lilik Ummi Kulsum, M.A (Kaprodi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta), dan Dr. Nashrullah Afandi, Lc, M.A bahwasanya secara sederhana, terlalu hanyak
alasan dimana negara dan agama adalah dua unsur yang bersifat simbiotif, tidak bisa dipisahkan.

Ibu Lilik mendapat kesempatan pertama untuk mempresentasikan materinya. Dibuka dengan
pertanyaan jadi apa sarjana Tafsir Hadis? Berangkat dari realitas di lapangan sarjana Tafsir Hadis tidak
memiliki ruang kerja nyata. Artinya, untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mau tidak mau menjadi
keharusan. Adalah bukan makomnya, Tafsir Hadis dijadikan lahan kerja.

Asumsi semacam itu terlalu sempit, mengartikan dunia perkuliahan sebatas mencari kerja saja. Dan itu
opini yang berkembang di tengah masyarakat akibat, pertama, masyarakat tersebut memang tidak tahu
secara ril dunia perkuliahan sehingga hanya menilai dari hasil kuping perkuping saja. Dan sejatinya
tujuan kuliah hanya sebatas kerja, kerja dan kerja. Masih banyak tujuan di lain itu. Dan perlu diketahui
sekaligus menjadi jawaban pragmatis dari opini masyarakat, bahwa saat ini sarjana Tafsir Hadis memiliki
lahan kerja nyata, Sarjana Tafsir Hadis dapat menjadi Poliri yang berkerja dalam lingkup filterisasi paham
radikalisme-ektrimisme yang menjadi problem besar bangsa akhir-akhir ini.

Karena, sering kali tindakan radikalisme-ekstrimisme disangkutpautkan dengan suatu ajaran agama
tertentu yang dalam hal ini Islam sering menjadi kambing hitam karena dalam sumber hukum Islam
terdapat suatu seruan yang memuat tindakan ekstrimisme, diskriminatif tersebut.

Akan tetapi, suatu pandangan bahwa Islam melegalisasi tindakan diskriminasi, ekstrimisme itu tidak
benar. Dalam arti ada kesalahan menafsirkan suatu ayat tertentu, dan memahaminya atau memang ayat
tersebut dipahami salah atas dasar tujuan tertentu.
Oleh karena itu, dalam menafsirkan Al-Quran atau pun Hadis dibutuhkan yang namanya Asbab An-Nuzul
atau Asbab Al-Wurud sehingga dengan memahami konteks turunnya ayat atau datangnya suatu Hadis,
kita akan dapat lebih objektif dalam menafsirkan, memahami. Fazlurrohman adalah salah satu tokoh di
antara beberapa tokoh tafsir (hermeneotik) yang sangat memberdayakan Asbab An-Anuzul. Terlihat
jelas dalam konsep Double Movement yaitu gerakan ganda. Gerakan ganda ini adalah sebuah upaya
komunikasi antara kontek turunnya Al-Quran dan konteks masa penafsirnya sehingga menghasilkan
suatu produk tafsir yang sholihun fi zamanin wal makanin.

Sehingga pola tafsir yang semacam itu lah yang menghasilkan produk tafsir ala Indonesia. Dan sangat
tidak benar bahwa Pancasila berlainan arah dengan Pancasila.

Demikian ulasan

sederhana yang disampaikan Dr. Lilik Ummi Kulsum.

Kemudian, Dr. Nashrulloh Afandi, Lc, M.A dalam penjelasannya lebih mengarah pada upaya Tafsir
Maqashidi, yaitu Tafsir yang berbasi Maqasih Syari'ah.

Dalam buku Maqashid Syar'iyah Jaser Auda, Maqashid Syari'ah setara dengan HAM. Lima pokok
Mqashid (hifdu al-'aql, hifdu al-din, hifdu al-nafs, hifdu an-nasl, hifdu al-mal) menjadi fondasi utama
dalam menafsirkan Al-Quran atau pun Hadis. Sehingga tidak ada istilahnya produk penafsiran yang
melanggar terhadap hak asasi orang lain, tidak diskriminatif apalagi ekstrimis. Penafsiran ala Maqashid
ini mendatangkan suatu kemaslahanan 'amah (universal).

Menurut hemat dia, membakar bendera hti dalam maqashid syariah adalah Syadudari'a, so, suatu
keniscayaan bahkan keharusan suatu yang sekiranya menimbulkan suatu mafsadat untuk ditanggapi.
Dan tidak menutup kemungkinan, hal itu merupakan bagian politisasi kalimat tauhid, lebel agama untuk
kepentingan golongan yang bersifat semu.

Ada pernyataan menarik yang cukup penting untuk dicantumkan, "lebih besar mana mafsadat
pengibaran bandera HTI dengan pembakaran bendera HTI?" demikian dalam bahasa penulis poin
pertanyaannya. Pertanyaan ini timbul dimana memang perdebatan memanas di ruang publik. Antara
satu dengan yang lain saling serang dan saling menguatkan masing-masing.
Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa mafsadah yang ditimbulkan dari pembakaran bendera itu adalah
produk gorengan-gorengan informasi atau hoax, sedangkan pengibaran bendera HTI merupakan bentuk
perlawanan terhadap Pancasila sebagaimana diatur dalam perundang-undangan soal ormas. Sampai Pak
Nashrulloh.

Ini menjadi indikasi kuat perlunya maqashid syariah diterapkan dalam bernegara agar tidak ada suatu
"dis" di dalam beragama dan bernegara.

Dalam penutupannya Dr. Nashrulloh menyanpaikan hoax adalah penyakit paling berbahaya dalam iklim
demokrasi.

        PREVIOUS NEWS

NEXT NEWS        

FKMTHI NASIONAL

NEWSARTIKELOPINI

Rakornas Sebagai Langkah Progresif FKMTHI

RABU, 20 MARET 2019

DEKAN FU IAIN KUDUS: FKMTHI HARUS GERAKKAN IMAN LEWAT MEDIA

SENIN, 04 MARET 2019

Cetak Kader Mufassir Melalui Pelatihan Daurah Tafsir

JUMAT, 15 FEBRUARI 2019


FKMTHI JATIM ; Politik Identitas Menjadi Ancaman Untuk NKRI

SABTU, 26 JANUARI 2019

Simposium Tafsir Hadis FKMTHI Jawa Timur, Ancaman Politik Identitas Studi Alquran Dan Hadis

SABTU, 26 JANUARI 2019

Ketua Umum Mahasiswa Tafsir Hadis Indonesia Siap Kalaboratif Dengan Ikatan Da'i Aceh.

KAMIS, 03 JANUARI 2019

Kader FKMTHI Jawa Timur Mendapat Juara 3 Dalam Lomba Esay Nasional Di Kongres IPNU-IPPNU

MINGGU, 23 DESEMBER 2018

Kader FKMTHI Sabet Juara I Lomba Esai Nasional Dalam Kongres IPNU-IPPNU 2018

MINGGU, 23 DESEMBER 2018

Pelantikan Dan Sarasehan FKMTHI Sulawesi

SABTU, 01 DESEMBER 2018

FKMTHI Mengelar Deklarsi Perdamaian Dunia

RABU, 03 OKTOBER 2018

LATEST ARTICLES

Email : fkmthi.indonesia@gmail.com
© 2018 FKMTHI | All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai