Anda di halaman 1dari 8

FIKIH DALAM PANDANGAN ISLAM

STUDI FIKIH

Disusun Oleh :
Saiful Yunain ( 201210400 )

Dosen Pengampu :
Dini Arifah Nihayati, M.H

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
( IAIN ) PONOROGO 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Kajian fiqh dari masa ke masa berganti serta tumbuh tercantum dalam perihal
muamalat, semacam jual beli yang banyak hadapi pertumbuhan baik dari segi teknik,
wujud, model, ataupun benda yang diperjual belikan. Karena akan hal ini terjalin
karna terdapatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan serta teknologi( IPTEK), dan juga
kebutuhan manusia senantiasa bertambah dari waktu ke waktu menjajaki suasana
serta keadaan. Sehingga hukum muamalat juga wajib dapat fleksibel menjajaki
suasana serta keadaan.
Anggota badan sekecil lidah yang terlihat lemah itu nyatanya dapat menyakiti
hati dan memberinya luka yang dalam, Kadangkala orang tidak menyadari dikala ia
berbicara ternyata sudah menyakiti hati orang lain, baik laki- laki maupun perempuan
pasti pernah melakukannya entah disengaja maupun tidak disengaja. Karena didalam
diri manusia telah tertanam akhlak baik serta kurang baik. Akhlak bermakna sikap,
ialah sikap kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, serta dia lah kemampuan
yang membuat manusia memilih akan hal baik serta hal yang kurang baik.1
Mungkin di dunia kita dapat mengingkarinya tetapi di akhirat nanti mulut
akan dikunci serta anggota tubuh lain yang berdialog. Di antara bahaya lidah yang
bisa bawa kita ke neraka ialah ghibah serta namimah. Ketahuilah jika namimah itu
sebetulnya diperuntukan pada umumnya kepada orang yang mengantarkan kata orang
lain kepada orang yang diperkatakannya. Pada hakikatnya namimah merupakan
menyiarkan rahasia serta mengganggu tirai, dari apa yang tidak disukai
menyingkapkannya.1
Ghibah serta namimah termasuk permasalahan sangat keji serta sangat banyak
menyebar di kalangan umat manusia serta hanya sedikit orang yang selamat darinya.
Komunikasi serta media inilah yang tampaknya hingga disaat ini masih banyak di
bicarakan orang, sebab media saat ini telah sedemikian maju serta canggih. Lewat

1
Imam Ghazali, Ihya‟ Ulumiddin III (Singapore: Pustaka Nasional PTE LTD, 2003), Hlm.121

1
media komunikasi yang terdapat di hampir setiap rumah kita dapat memandang dunia
luar. Peristiwa- peristiwa di luar kita setiap saat di tayangkan lewat media televisi,
telepon seluler, majalah, pesan berita, film, internet, ataupun media komunikasi yang
lain.2
Tuntutan- tuntutan yang terdapat dalam komunikasi tidak lepas dari
terdapatnya tujuan komunikasi, ialah mengantarkan informasi dari satu pihak ke
pihak lain, mendapatkan informasi dari subjek ataupun objek informasi yang
memerlukan dorongan pemecahan dari permasalahan yang tengah dialami, dan
pengaruhi terbentuknya perubahan dalam pembuatan perilaku, tingkah laku, serta
kebiasaan pribadi.

Bagaimana penyampaian informasi agar dapat menggapai tujuan yang


diharapkan, Islam melalui Al- Qur’ an serta Hadits sudah mengarahkan agar
informasi yang di informasikan ialah informasi yang benar( bukan rumor) serta
terdapat dalam koridor amar ma‟ruf nahi munkar dan sudah dilakukan
pengecekan( tabayyun) akan kebenaran dari informasi yang akan di informasikan.
Adapun demikian, hingga sesungguhnya amar ma‟ruf( menyuruh kepada kebaikan)
serta nahi munkar( melarang yang berbuat munkar) merupakan garis lurus yang
terbesar dalam agama. Ialah perihal yang bernilai dimana Allah mengutus Nabi- nabi
Nya semua untuk tentang itu.3

Tidak hanya itu, informasi yang di informasikan tidak memiliki faktor


merendahkan, mencela, serta mencemarkan nama baik orang lain, tidak memiliki
kecurigaan dan buruk sangka, tidak terdapat unsur mencari- cari kesalahan dan
keburukan orang lain, tidak memiliki unsur menggunjingkan orang lain, tidak
ditambah- tambah interpretasi subjektif( buhtan) serta tidak memutarbalikkan

2
Pawit M Yusup, Ilmu Informasi, Komunukasi, dan Kepustakaan, Cet ke I, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009),
Hlm.29
3
Imam Ghazali, Ihya‟ UlumiddinII (Singapore: Pustaka Nasional PTE LTD, 2003), Hlm.121

2
kenyataan sesungguhnya ataupun memutarbalikkan informasi yang benar sebagai
salah dengan tujuan menyebar fitnah( ifkum).4

BAB II

PEMBAHASAN

Kata fiqih[fikih] sesungguhnya berasal dari kata bahasa Arab, ialah wujud
masdar( verbal noun) dari pangkal kata wujud madhi( past tense) faquha yang secara
etimologis berarti paham, mengenali, menguasai serta menuntut ilmu. Empat Kata
fiqih pula dikira persamaan kata(sinonim) dengan kata ilmu. Dalam Al- Qur’ an ada
dua puluh ayat yang mengenakan kata ini dengan penafsiran makan literal yang
5
berbeda- beda tersebut. Tetapi terdapat satu ayat yang mempunyai konotasi kalau
fiqih merupakan ilmu agama ialah pada ayat QS. 9: 13. Namun penafsiran ilmu
agama pada ayat ini masih sangat luas, meliputi bermacam ilmu agama secara
universal. Dia dapat berarti ilmu tasawwuf ataupun sufisme( tariqat) sebagaimana
yang dikatakan pakar sufi Farqad( meninggal 131 hijriah) pada Hasan Al- Bashri( w.
110 h.). 6

Di samping itu pada dini pertumbuhan Islam, spesialnya pada masa Nabi,
Islam belum menyebar secara luas serta kilat semacam pada dekade- dekade
selanjutnya. Sehingga persoalanpersoalan hukum baru belum timbul serta dengan
demikian perbandingan pendapatpun belum mencuat ke permukaan. Lekas sehabis
Nabi meninggal para teman menyebar ke bermacam penjuru dunia Islam, banyak dari
4
Nasharuddin, Op.,Cit.Hlm.210
5
Goldziher, I, “Fikh” dalam E.J. Brils First Encyclopaedia of Islam, Brill, Leiden, 1987, Vol.3, hlm.101; Schacht, J. “Fikih” dalam
The Encyclopaedia of Islam, Luzac & Co., London, 1960, Vol.2, hlm.886
6
Ghazali, Abu Hamid al-, Ihya Ulum ad-Din, Cairo, 1939, Vol.1, hlm.39. 7 Glasse, Cyril, The Concise Encyclopaedia of Islam,
Stacey International, London, 1989, hlm.362. 8 Lihat Al-Qur’an QS. 33:21

3
mereka yang setelah itu menempati posisi selaku intelektual serta pemimpin agama.
Di wilayah wilayah baru Islam ini, persoalan- persoalan baru mulai bermunculan.
Kendatipun begitu para Teman berupaya sebaik- baiknya( Arab, Ijtihad) untuk
berikan keputusan sah agama bersumber pada pada Al- Qur’ an serta Sunnah ataupun
Hadits Nabi. Pada masa generasi setelah Teman ataupun lebih terkenal dengan
sebutan Tabi’ in, timbullah tiga divisi besar secara geografis di dunia Islam, ialah
Irak, Hejaz serta Syria. Di mana tiap- tiap memiliki kegiatan sah yang independen. Di
Irak setelah itu ada dua kalangan fiqih ialah di Basrah serta Kufa. Di Syria kegiatan
hukumnya tidak begitu diketahui kecuali melalui karya- karya Abu Yusuf. Sebaliknya
di Hijaz ada dua pusat kegiatan hukum yang sangat menonjol ialah di Makkah serta
Madinah. Malik bin Anas ataupun Imam Malik( w. 179 h/ 795 meter) pendiri
madzhab Maliki merupakan eksponen terakhir dari pakar hukum kalangan Madinah. 7
Sebaliknya dari golongan pakar fiqih Kufah ada nama Abu Hanifah. Sebagian tahun
setelah itu muncullah nama Muhammad bin Idris Ash- Shafi’ i( w. 204 h/ 820 meter)
ataupun Imam Syafi’ I pendiri madzhab Syafi’ i yang ialah salah satu murid Imam
Malik.

Setelah itu muncullah nama Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal( w. 241 h./ 855
meter.), ataupun Imam Hambali, pendiri madzhab Hanbali. Dia merupakan murid
Imam Syafi’ i. Pada dikala timbulnya empat pendiri madzhab fiqih serta kumpulan
hasil- hasil karya mereka inilah diperkirakan sebutan fiqih dipakai secara khusus
selaku satu disiplin ilmu hukum Islam. Sehabis tahun 241 hijriah ataupun 855 masehi
ialah tahun wafatnya pendiri madzhab fiqih terakhir, Imam Hanbali, hingga berakhir
pulalah masa para ahli hukum Islam yang independen( Arab, mujtahid mutlaq).
Secara faktual para pakar fiqih sehabis itu lumayan berafiliasi pada salah satu tata
cara pengambilan hukum( ushul fiqih) yang diresmikan oleh Imam madzhab yang di
di muka. Pada dikala yang sama kompilasi dan riset kritis terhadap Hadits- hadits
Nabi mulai memperoleh momentum. Dari mari muncullah nama- nama

7
Husain, Syed Athar, Muslim Personal Law: an Exposition, Muslim Personal Law Board, Lucknow, 1989, hlm.45.

4
perawi( pengumpul) Hadits populer seperti Abu Abdullah Muhammad Abu Ismail al-
Bukhari ataupun Imam Bukhari( w. 256 h.), Muslim Ibn al- Hajjaj ataupun Imam
Muslim( w. 261 h.), Tirmidzi( w. 279 h.), Abu Dawud( w. 279 h.), Ibnu Majah( w.
273), Nasai’ I( w. 303 h.). Kumpulan Hadits- hadits mereka populer dengan istilah
Kutub as- Sittah ataupun enam Kitab Kumpulan Hadits- hadits Nabi. 12 6 kodifikasi
Hadits ini oleh para ahli fiqih pasca Imam Madzhab yang 4 diambil selaku salah satu
sumber referensi utama di dalam membuat kegiatan hukum Islam.8

Pada prinsipnya keempat madzhab fiqih ini secara substantif bukanlah


berbeda, yang membedakan satu sama lain merupakan menyangkut hal- hal perinci.
14 Kesamaan substantif ini paling utama berkaitan dengan sumber- sumber hukum
yang mereka gunakan dalam melakukan kegiatan hukumnya. Ada pula sumber-
sumber hukum yang dipakai merupakan, awal, Al- Qur’ an. 15 Al- Qur’ an tidak
cuma selaku wahyu Tuhan, lebih dari itu keberadaannya bertabiat abadi. Diturunkan
lewat Muhammad( s. a. w.) secara bertahap sepanjang kurang lebih dua puluh dua
tahun( 610- 632 meter.), dia dibagi dalam wujud Surah serta Ayat. Mayoritas ayat-
ayat yang berkaitan dengan hukum di wahyukan buat menanggapi ataupun
menuntaskan persoalan- persoalan yang mencuat pada dikala itu.

Sumber hukum yang kedua merupakan Hadits ialah perkata serta perbuatan
Nabi. Tuju belas Sumber acuan hukum ketiga merupakan Ijma’ ialah persetujuan para
pakar fiqih pada masa tertentu berkenaan dengan sesuatu perkara hukum. Otoritas
Ijma’ selaku sumber hukum merupakan bersumber pada bacaan al- Qur’ an serta
Hadits. 18 Sebaliknya sumber hukum keempat merupakan Qiyas ataupun analogi,
yang secara terminologis dalam definisi Syafi’ i berarti menganalogikan
suatu( permasalahan hukum baru) dengan suatu( permasalahan hukum lama) sebab
terdapatnya persamaan karena hukum( arab, illat) antara yang awal serta kedua.
Sumber hukum yang keempat ini hendak diberlakukan apabila terjalin suatu

8
Sebagaimana disebut, kompilasi enam kitab Hadits oleh Imam Bukhari dan lain-lain terjadi setelah wafatnya empat pendiri
madzhab. Sedangkan metode kompilasi Hadits yang dilakukan keempat Imam madzhab lihat ibid, hlm.31-35

5
permasalahan hukum yang solusinya tidak ada pada al- Qur’ an, Hadits serta Ijma’.
Bersumber pada keempat sumber hukum inilah para ahli hukum Islam ataupun pakar
fiqih membuat keputusan- keputusan hukum yang senantiasa mencuat serta tumbuh
selaras dengan pertumbuhan era. Dari mari bermunculan ratusan apalagi ribuan buku-
buku tentang hukum Islam ataupun fiqih selaku prediksi dan reaksi pakar fiqih
terhadap persoalan- persoalan hukum pada tiap- tiap zamannya

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Fiqih islam adalah aturan – aturan atau penjelas dari perintah yang
telah tertulis dalam Al-Qur’an maupun hadist yang telah termaktub
dalam beberapa kitab salah satunya adalah hadist Al-Bukhari yang sangat
mashur sampai di zaman yang kita rasakan saat ini, sebagai seorang
ummatal muslim modern kita harus senantiasa menghormati pendahulu
kita serta mengamalkan apa yang telah diajarkan mereka, di dalam fiqih
sendiri terdapat empat imam yaitu imam Hambali,Imam Hanafi,Imam
Hambali,dan Imam Syafi’i. yang mana sebagian besar penduduk
Indonesia yang menganut aliran dari imam Syafi’I karena semua yang
diajarkannya mudah difahami dan tidak keluar dari ajaran Rasullullah
S.A.W.

6
Daftar Pustaka

Drs. H. Moh. Rifa'. Fiqih Islam Lengkap 2017

Abbas, Hasyim. Kritik Matan Hadis. Yogyakarta: Teras, 2004. Abdali, Hasan Muhammad

Abdurrahman, M. Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: Teras, 2009.

Anda mungkin juga menyukai