Anda di halaman 1dari 2

Audry Septiliani

2106015086
Teknik Menulis dan Mencari Berita

Kode Etik Jurnalistik merupakan hal yang harus dipatuhi oleh pers, dan sudah
seharusnya sebagai pers apalagi yang sudah terverifikasi melaksanakan hak, kewajiban, dan
peranannya, selain itu pers juga harus menghormati hak asasi setiap orang. Atas dasar
itulah wartawan Indonesia harus menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

Seorang wartawan juga harus memiliki sikap objektif yang merujuk pada objektivitas informasi,
signifikansi, juga kerelevansian informasi yang akan disampaikan pada masyarakat, dimana
wartawan seharusnya dapat bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-
peristiwa yang diluar pengetahuan masyarakat secara netral dan tanpa prasangka.

Karna pada saat ini banyak wartawan yang membuat sebuah berita, terutama di media online
yang tidak bertanggung jawab, seperti penambahan fakta yang bahkan terkadang tidak
sesuai ataupun keliru dari peristiwa yang sebenarny, sehingga membuat kepercayaan masyarakat
terhadap media yang menghasilkan berita itu menjadi menurun.

Rata-rata pelanggaran yang dilakukan dari sebuh pers atau media adalah soal akurasi atau yang
biasa dikenal (rating), sebagai pemberi informasi, sebuah media harus menghasilkan berita
dengan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, oleh karna itu sebuah pers harus mematuhi
pasal-pasal yang tertera di dalam Kode Etik Jurnalistik dalam peliputannya, yaitu :

Pasal 1 : “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,


berimbang, dan tidak beritikad buruk”.

Pasal 2 : “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan


tugas jurnalistik”.

Pasal 3 : “Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang,


tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga
tak bersalah”.

Pasal 4 : “Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul”.

Pasal 5 : “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan
susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan”.

Pasal 6 : “Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap”.

Pasal 7 : “Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang
tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan”.
Pasal 8 : “Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit,
agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin,
cacat jiwa atau cacat jasmani”.

Pasal 9 : “Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan


pribadinya, kecuali untuk kepentingan public”.

Pasal 10 : “Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang
keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan
atau pemirsa”.

Pasal 11 : “Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proposional”.

Contoh Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Oleh Jurnalis Media Online Pada Awal
Pemberitaan Covid-19

Pada Analisa terhadap berita yang membahas COVID-19 dari media online CNN
Indonesia dengan headline “Pasien Positif Corona di Indonesia Bertambah Jadi 19 Orang”.
Dalam berita ini tertulis jelas data diri pasien dan kondisi pasien, hal ini sudah sangat jelas
merupakan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pada Pasal 5 mengenai “Wartawan Indonesia
tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan
identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan”. begitulah bunyi dari Pasal 5 Kode Etik
Jurnalistik.yang dimana identitas merupakan semua data dan informasi yang menyangkut
diri seseorang untuk memudahkan orang lain untuk mengetahui dan mengenal seseorang
lainnya.

Pada salah satu berita di media online ini bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang
dilakukan oleh jurnalis media online berdampak pada korban atau pasien yang terjangkit virus
corona, identitas tersebut dapat berupa alamat rumah, umur, ciri-ciri fisik ataupun atribut
yang sering digunakan, dan hal tersebut hal yang tidak boleh disebarkan apabila berita
yang memberitahukan data diri dan kondisi korban, karna akan adanya perasaan “diteror”
karena merasa privasinya telah tersebar luas dan dibaca oleh khalayak ramai juga karna
penyebaran identitasnya tersebut psikologis korban juga akan terganggu, pasalnya ia akan terus
dipojokkan dan dijauhi atau diasingkan dari lingkungannya.

Contoh kasus lain, yaitu pada kasus seorang mahasiswi yang bunuh diri karna kasus
pemerkosaan yang dilakukan oknum polisi berinisial R yang tidak mau tanggung jawab, pada
kasus ini ada pers yang memuat foto sang korban dan pelaku di laman media, hal itu juga
menjadi salah satu pelanggaran kode etik Pasal 5, karna pers telah menyebarkan poto identitas
dan pelaku yang seharusnya dilindungi karna takut akan menimbulkan kejahatan lain.

Anda mungkin juga menyukai