1. KANKER
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal
yang tidak terkendali di dalam tubuh . Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel normal
di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain. Kanker merupakan penyebab kematian kedua
terbanyak di seluruh dunia. Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya
penyakit ini tidak menimbulkan gejala pada awal perkembangannya, sehingga baru
terdeteksi dan diobati setelah mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu, lakukanlah
pemeriksaan skrining atau cek kesehatan secara berkala, agar kanker dapat terdeteksi
secara dini. Untuk mencegah kanker, jalani pola hidup yang sehat, yaitu dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rajin berolahraga, tidak merokok, dan tidak
minum alkohol.
Penyebab Kanker
Penyebab utama kanker adalah perubahan (mutasi) genetik pada sel. Mutasi genetik
akan membuat sel menjadi abnormal. Sebenarnya, tubuh memiliki mekanisme sendiri
untuk menghancurkan sel abnormal ini. Bila mekanisme tersebut gagal, sel abnormal akan
tumbuh secara tidak terkendali. Faktor yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker
berbeda-beda, tergantung pada jenis kankernya. Meskipun demikian, tidak ada jenis
kanker yang spesifik hanya dipicu oleh satu faktor.
Faktor yang diduga berisiko menyebabkan mutasi genetik pada sel normal dan
kegagalan tubuh untuk memperbaikinya antara lain:
Memiliki riwayat penyakit kanker dalam
Berusia di atas 65 tahun. Namun, sebagian jenis kanker lebih banyak terjadi
pada anak-anak
Merokok
Terpapar radiasi, zat kimia (misalnya asbes atau benzene), atau sinar matahari
Terinfeksi virus, seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HPV
Terpapar hormon dalam kadar tinggi atau jangka Panjang
Mengalami obesitas
Kurang banyak bergerak dan tidak rutin berolahraga
Menderita penyakit yang menyebabkan inflamasi kronis (peradangan jangka
panjang), misalnya kolitis ulseratif
Menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya akibat menderita HIV/AIDS
Gejala Kanker
Gejala yang timbul akibat kanker juga bervariasi, tergantung pada jenis kanker dan
organ tubuh yang terkena kanker. Beberapa gejala yang sering dialami penderita kanker
adalah:
Muncul benjolan
Nyeri di salah satu bagian tubuh
Pucat, lemas, dan cepat lelah
Penurunan berat badan secara drastis
Gangguan buang air besar atau buang air
Batuk kronis
Demam yang terus berulang
Memar dan mengalami perdarahan secara spontan
2. DIABETES
Pengertian
Diabetes atau penyakit gula adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka
panjang. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di
atas nilai normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil
gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini pada
akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh. Penyakit
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius,
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh. Contohnya organ seperti
jantung, ginjal, mata, dan saraf. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan
tipe 2. Jika dijabarkan, berikut adalah penjelasan mengenai keduanya, yaitu:
Diabetes tipe 1: jenis ini adalah penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan
menyerang dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin
sama sekali.
Diabetes tipe 2: Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel-
sel tubuh pengidap diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal.
Penyebab Diabetes
Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga
gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya
penumpukan gula dalam darah. Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh bisa menghasilkan
insulin secara normal, tetapi insulin tidak digunakan secara normal. Kondisi ini dikenal
juga sebagai resistensi insulin.
Gejala diabetes akan muncul secara bervariasi pada setiap pengidapnya, tergantung
akan tingkat keparahan dan jenis yang diidap. Namun, secara umum ada beberapa gejala
yang akan dialami oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun tipe 2, yaitu:
Peningkatan rasa haus.
Peningkatan frekuensi buang air kecil.
Mudah lelah atau rasa kelelahan terus-menerus.
Adanya gangguan penglihatan, seperti pandangan yang kabur.
Terjadinya infeksi pada tubuh terus-menerus, yang umum terjadi pada bagian
gusi, kulit, maupun area vagina (pada wanita).
Penurunan berat badan yang tidak jelas apa penyebabnya.
Kehadiran keton dalam urine (keton adalah produk sampingan dari pemecahan
otot dan lemak yang terjadi ketika tidak ada cukup insulin yang tersedia).
Maka dari itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu atau
sejumlah tersebut. Hal ini bertujuan agar perawatan dapat segera dilakukan, sehingga
risiko akan komplikasi dari diabetes dapat terhindarkan.
Diagnosis
Pengobatan
Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis diabetes yang kamu alami. Terapi insulin
menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap diabetes tipe 1 maupun
tipe 2. Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, transplantasi pankreas bisa
dilakukan guna mengatasi kerusakan pada pankreas. Sedangkan pada pengidap diabetes
tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan. Namun, umumnya ada beberapa
perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes, seperti:
Menerapkan Pola Makan Sehat
Jika kamu mengalami penyakit diabetes, sebaiknya atur kembali pola makan
yang sehat. Fokuskan pada asupan buah, sayur, protein tanpa lemak, dan juga
biji-bijian. Tidak hanya itu, kamu juga perlu mengonsumsi serat dan
mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan yang mengandung
lemak jenuh, karbohidrat olahan, hingga pemanis buatan.
Rutin Melakukan Aktivitas Fisik
Setiap orang tentunya membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan
tetap optimal. Termasuk pengidap diabetes. Olahraga menjadi satu kegiatan
yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya
menjadi energi. Kamu bisa memilih untuk melakukan olahraga ringan, seperti
berjalan kaki, berenang, atau bersepeda. Jadikan kegiatan tersebut sebagai
rutinitas harian untuk membantu kamu menghindari kondisi diabetes menjadi
lebih buruk.
Pencegahan
Meskipun faktor risiko diabetes seperti riwayat keluarga dan ras tidak dapat diubah,
tapi ada faktor risiko lain yang dapat dicegah sedari dini melalui penerapan hidup sehat.
Berikut adalah beberapa langkah gaya hidup sehat yang dapat kamu lakukan mencegah
penyakit diabetes, antara lain:
Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah
lemak.
Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
Menghindari atau berhenti merokok.
Komplikasi
Komplikasi dari diabetes akan berkembang secara bertahap. Semakin lama seseorang
mengidap diabetes dan semakin tidak terkontrolnya penyakitnya, maka akan semakin
tinggi pula risiko komplikasi. Akhirnya, komplikasi diabetes dapat melumpuhkan atau
bahkan mengancam jiwa. Berikut adalah beberapa kemungkinan komplikasi diabetes
secara umum, yaitu:
Penyakit kardiovaskular. Diabetes dapat meningkatkan risiko berbagai
masalah pada sistem kardiovaskular. Hal ini termasuk penyakit arteri koroner
dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke dan penyempitan arteri
(aterosklerosis).
Kerusakan mata (retinopati). Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat
menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata,
Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding
pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf terutama pada
kaki. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri
yang biasanya dimulai pada ujung jari kaki atau jari tangan dan secara
bertahap menyebar ke atas.
Di samping itu, diabetes juga berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal, disfungsi
seksual, hingga keguguran sebagai komplikasinya.
3. BIPOLAR
Pengertian Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan yang drastis
pada suasana hati. Penderita gangguan ini bisa merasa sangat bahagia kemudian berubah
menjadi sangat sedih. Berdasarkan data World Health Organization di tahun 2017, ada
sekitar 45 juta orang di seluruh dunia yang menderita gangguan bipolar. Gangguan ini
merupakan salah satu penyebab utama cacat dan kematian akibat bunuh diri di seluruh
dunia. Gangguan bipolar dapat diderita seumur hidup sehingga memengaruhi aktivitas
penderitanya. Namun, pemberian obat-obatan dan psikoterapi dapat membantu penderita
menjalani kegiatan sehari-hari.
Gangguan bipolar atau mania depresif adalah gangguan mental yang menyebabkan
perubahan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, serta kemampuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Pengidap bipolar yang sebelumnya merasa sangat
gembira bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat sedih dan putus asa.
Perubahan suasana hati secara tiba-tiba ini dapat memengaruhi tidur, energi, aktivitas,
perilaku, dan kemampuan berpikir pengidapnya. Gangguan bipolar adalah kondisi seumur
hidup. Artinya, gangguan mental ini tidak benar-benar bisa disembuhkan. Meski begitu,
gejalanya bisa dikelola dengan baik melalui terapi dan pengobatan.
Selain itu, ada juga pengidap yang mengalami mania dan depresi secara bersamaan.
Contohnya, ketika pengidap merasa sangat berenerjik, tetapi di saat bersamaan juga
merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala ini dinamakan dengan periode campuran (mixed
state).
Diagnosis lebih lanjut mengenai kondisi ini sangat dibutuhkan, sebab gejala gangguan
bipolar mirip dengan kondisi lain, seperti penyakit tiroid, serta dampak dari kecanduan
alkohol atau penyalahgunaan NAPZA. Pemeriksaan yang dilakukan bisa dengan metode
wawancara ke keluarga atau kerabat pengidap gangguan bipolar. Wawancara ini terkait
gejala, seperti sejak kapan dan seberapa sering gejala muncul. Kemudian, pengidapnya
akan dirujuk ke psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa. Psikiater akan melakukan
beberapa pengamatan terkait pola bicara, berpikir, dan bersikap.
Jika tidak diobati, gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang
lebih lama dan lebih parah. Misalnya, episode depresi terkait bipolar dapat bertahan
hingga 6 bulan, sedangkan episode mania dapat bertahan hingga 4 bulan tanpa perawatan
berkelanjutan. Pengidap bipolar juga lebih berisiko untuk mengalami hal-hal berikut:
Penyalahgunaan zat (misalnya, alkohol atau obat-obatan).
Kecemasan.
Kondisi jantung dan kardiovaskular.
Diabetes.
Berat badan yang tidak sehat (seperti obesitas).
Pikiran untuk bunuh diri.
Pengobatan Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah penyakit seumur hidup dan gejalanya bisa datang sewaktu-
waktu. Perawatan jangka panjang dan berkelanjutan dapat membantu pengidapnya
mengelola gejala-gejala ini. Nah, berikut sejumlah perawatan yang bisa direkomendasikan
dokter untuk pengidap bipolar:
Obat-obatan
Jenis obat yang umumnya digunakan untuk mengobati gangguan bipolar
termasuk penstabil suasana hati, antipsikotik, dan antidepresan. Pengidap
bipolar juga kerap kesulitan tidur sehingga dokter seringkali juga meresepkan
obat tidur atau anti kecemasan. Hindari menghentikan pengobatan tanpa
membicarakannya dengan dokter terlebih dahulu. Pasalnya, hal ini dapat
menyebabkan “rebound” atau memburuknya gejala gangguan bipolar.
Psikoterapi
Terapi bicara atau psikoterapi sering menjadi bagian dari rencana perawatan
pengidap bipolar. Psikoterapi adalah istilah untuk berbagai teknik pengobatan
yang bertujuan untuk membantu seseorang mengidentifikasi dan mengubah
emosi, pikiran, dan perilaku yang mengganggu. Terapi ini dapat memberikan
dukungan, pendidikan, dan bimbingan kepada orang-orang dengan gangguan
bipolar dan keluarga mereka.
Electroconvulsive Therapy (ECT)
ECT adalah prosedur stimulasi otak yang dapat membantu pengidap bipolar
yang mengalami gejala cukup parah. ECT umumnya diberikan bersama obat
anestesi dan ini aman dilakukan. Pengobatan ECT biasanya diperlukan untuk
mengobati episode depresif dan mania yang parah dan ketika pengobatan
lainnya tidak membantu.
Transcranial magnetic stimulation (TMS)
TMS sebenarnya pengobatan baru untuk stimulasi otak dengan menggunakan
gelombang magnetik. Penelitian menunjukkan bahwa TMS bermanfaat bagi
banyak orang dengan berbagai subtipe depresi, tetapi perannya dalam
pengobatan gangguan bipolar masih perlu diteliti lebih lanjut.
Pencegahan Gangguan Bipolar
4. STROKE
Pengertian Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian
tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Stroke adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel otak dapat
mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat dapat
meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya
komplikasi.
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko stroke. Selain stroke, faktor risiko
ini juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Faktor kesehatan, yang meliputi:
Hipertensi.
Diabetes.
Kolesterol tinggi.
Obesitas.
Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi
jantung, atau aritmia.
Sleep apnea.
Pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya.
Faktor gaya hidup, yang meliputi:
Merokok.
Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
Konsumsi obat-obatan terlarang.
Kecanduan alkohol.
Faktor lainnya:
Faktor keturunan. Orang yang memiliki anggota keluarga yang pernah
mengalami stroke, berisiko tinggi mengalami penyakit yang sama juga.
Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki risiko stroke lebih tinggi
dibandingkan orang yang lebih muda.
Penyebab Stroke
Tiap bagian otak mengendalikan bagian tubuh yang berbeda-beda, sehingga gejala
stroke tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah
mengapa gejala atau tanda stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, umumnya
stroke muncul secara tiba-tiba. Ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali,
yaitu:
Salah satu sisi wajah akan terlihat menurun dan tidak mampu tersenyum karena
mulut atau mata terkulai.
Tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa lemas atau mati
rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut juga
mengalami kelemahan.
Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali
meskipun penderita terlihat sadar.
Beberapa gejala dan tanda stroke lainnya, yaitu:
Mual dan muntah.
Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing berputar (vertigo)
Penurunan kesadaran.
Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.
Diagnosis Stroke
Bila mengalami gejala seperti di atas, segera ke rumah sakit untuk mendapat
penanganan. Agar bisa menentukan jenis penanganan yang paling tepat bagi pengidap
stroke, dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis stroke dan area otak yang
mengalami stroke. Sebagai langkah awal diagnosis, dokter bertanya kepada pasien atau
anggota keluarga pasien tentang beberapa hal, yang meliputi:
Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pasien lakukan
ketika gejala tersebut muncul.
Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Apakah pasien pernah mengalami cedera di bagian kepala.
Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga pengidap terkait penyakit
jantung, stroke ringan (TIA), dan stroke.
Kemudian, dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien secara keseluruhan, yang
biasanya diawali dengan memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising
abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop. Dokter juga bisa
merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti tes darah, CT scan, MRI,
elektrokardiografi, USG doppler karotis, dan ekokardiografi.
Komplikasi Stroke
Pengobatan Stroke
Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap stroke tergantung pada jenis
stroke yang dialaminya, stroke iskemik atau stroke hemoragik.
Pengobatan stroke iskemik. Penanganan awal akan berfokus untuk menjaga
jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
Pengobatan stroke hemoragik. Pada kasus stroke hemoragik, pengobatan awal
bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada
beberapa bentuk pengobatan terhadap stroke hemoragik, antara lain dengan
mengonsumsi obat-obatan dan operasi.
Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack). Pengobatan TIA bertujuan untuk
menurunkan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga
penyakit jantung tersebut dapat dicegah. Obat-obatan akan diberikan oleh dokter
untuk mengatasinya. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi
karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
Pencegahan Stroke
Cara mencegah stroke yang utama adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.
Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Berbagai
tindakan pencegahan stroke, antara lain:
Menjaga pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak
dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan
hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke. Hindari konsumsi garam yang
berlebihan. Konsumsi garam yang ideal adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok
teh per hari. Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak
tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh
dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam
tanpa kulit.
Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan
sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan
kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang
sehat.
Berhenti merokok. Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke,
karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah
menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai masalah
kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung kalori
tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang rentan terhadap berbagai
penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi minuman
beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur.
Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA dapat menyebabkan
penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.