Anda di halaman 1dari 47

UNIVERSITAS NASIONAL

POLA KOMUNIKASI PASANGAN USIA DINI DALAM


MEMBANGUN DAN MENJAGA HARMONISASI KELUARGA
DI KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu untuk memperoleh


gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Mayang Prispiranti
183112351640083

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkawinan atau pernikahan dikatakan sebagai salah satu perilaku manusia

yang baik atau terpuji yang telah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Pernikahan yang baik akan membuat pasangan suami istri menjadi lebih

harmonis. Dalam kehidupan sosial masyarakat masih ada beberapa kategori

pernikahan diluar bentuk pernikahan ideal yaitu pernikahan usia dini.

Pernikahan usia dini adalah pernikahan remaja dibawah usia 19 tahun,

dimana menurut undang-undang perkawinan yang diatur bahwa pada pasal 6 ayat

(2) usia tersebut dianggap oleh masyarakat belum siap untuk melaksanakan

pernikahan.1 Namun, walaupun usia tersebut dikatakan belum siap untuk

melaksanakan pernikahan, kasus pernikahan usia dini sampai saat ini masih saja

terus terjadi. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga periode tahun

2019-2024, ia mengatakan bahwa masih tingginya angka perkawinan dini di

Indonesia saat ini. 2

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 10 provinsi di

Indonesia dengan perkawinan usia dini tertinggi pada 2020.3


1
Undang-undang (UU) Tentang Perkawinan No.1 Tahun 1974. Pasal 6 ayat (2) hlm 3
2
Marianus Susanto Edison. 2022. Menteri PPPA Akui Angka Perkawinan Usia Dini di Indonesia
Masih Tinggi. https://labuanbajoterkini.pikiran-rakyat.com/humaniora/pr-1643956036/menteri-
pppa-akui-angka-perkawinan-dini-di-indonesia-masih-tinggi?page=2. (Diakses, 22 Mei 2022)
3
Viva Budy Kusnandar. 2021. 10 Provinsi dengan Pernikahan Perempuan Usia Dini Tertinggi
pada 2020. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/16/10-provinsi-dengan-

2
Berikut 10 Provinsi dengan pernikahan perempuan usia dini tertinggi pada

2020:

Gambar 1.1 10 Provinsi dengan Pernikahan Perempuan Usia Dini Tertinggi pada 2020.
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Dari gambar di atas yang dikutip berdasarkan Survei Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) Kor 2020, terdapat 8,19% wanita Indonesia yang menikah

pertama kalinya di usia antara 7-15 tahun. Perempuan yang menikah pertama kali

di usia dini tersebut terbanyak terjadi di Kalimantan Selatan, yakni mencapai

12,52%. Provinsi dengan wanita yang menikah pertama kalinya di usia 7-15 tahun

pernikahan-perempuan-usia-dini-tertinggi-pada-2020. (Diakses, 22 Mei 2022)

3
terbesar berikutnya adalah Jawa Barat, yakni sebesar 11,48%. Diikuti Jawa Timur

sebesar 10,85%, Sulawesi Barat sebesar 10,05%, serta Kalimantan Tengah sebesar

9,855. Berikutnya, pernikahan usia di bawah umur perempuan di Banten sebesar

9,11%. Setelahnya ada Bengkulu sebesar 8,81%, kemudian Jawa Tengah sebesar

8,71%, serta Jambi dan Sulawesi Selatan masing-masing sebesar 8,56% dan

8,48%.

Dari data tersebut provinsi jawa barat menempati posisi kedua yang

tertinggi dari 10 provinsi di indonesia yaitu 11,48%. Harus ada kalimat yang

menghantarkan ke table di bawah. Lalu data dalam table diurut

Tabel 1.1 Jumlah Perkawinan Usia 16-19 Tahun Berdasarkan Jenis Kelamin di Jawa
Barat

Urutan Jumlah Perkawinan dini berdasarkan jenis Jumlah Perkawinan dini


kelamin perempuan berdasarkan jenis kelamin laki-laki
Kota/Kabupaten Jumlah Kota/Kabupaten Jumlah
1 Kabupaten 1.035

Sumber: Data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Keluarga


Berencana Jawa Barat (ada footnote)

Setelah dipetakan dalam table, tuliskan alasan obyektif yang membuat kamu memilih
Kabupaten Bogor??? Ada fakta menarik apa. Lalu cari data jumlah perkawinan diri di Kabupaten
Bogor per kecamatan.

Kabupaten/Kota Jenis Jumlah Satuan


Kelamin Perkawinan
KABUPATEN BOGOR PRIA 101 ORANG
KABUPATEN BOGOR WANITA 432 ORANG
KABUPATEN SUKABUMI PRIA 342 ORANG
KABUPATEN SUKABUMI WANITA 812 ORANG
KABUPATEN CIANJUR PRIA 465 ORANG
KABUPATEN CIANJUR WANITA 756 ORANG
KABUPATEN BANDUNG PRIA 342 ORANG

4
KABUPATEN BANDUNG WANITA 691 ORANG
KABUPATEN GARUT PRIA 211 ORANG
KABUPATEN GARUT WANITA 876 ORANG
KABUPATEN TASIKMALAYA PRIA 347 ORANG
KABUPATEN TASIKMALAYA WANITA 868 ORANG
KABUPATEN CIAMIS PRIA 217 ORANG
KABUPATEN CIAMIS WANITA 542 ORANG
KABUPATEN KUNINGAN PRIA 205 ORANG
KABUPATEN KUNINGAN WANITA 512 ORANG
KABUPATEN CIREBON PRIA 286 ORANG
KABUPATEN CIREBON WANITA 513 ORANG
KABUPATEN MAJALENGKA PRIA 233 ORANG
KABUPATEN MAJALENGKA WANITA 582 ORANG
KABUPATEN SUMEDANG PRIA 221 ORANG
KABUPATEN SUMEDANG WANITA 552 ORANG
KABUPATEN INDRAMAYU PRIA 414 ORANG
KABUPATEN INDRAMAYU WANITA 1035 ORANG
KABUPATEN SUBANG PRIA 315 ORANG
KABUPATEN SUBANG WANITA 788 ORANG
KABUPATEN PURWAKARTA PRIA 168 ORANG
KABUPATEN PURWAKARTA WANITA 421 ORANG
KABUPATEN KARAWANG PRIA 382 ORANG
KABUPATEN KARAWANG WANITA 954 ORANG
KABUPATEN BEKASI PRIA 380 ORANG
KABUPATEN BEKASI WANITA 949 ORANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT PRIA 178 ORANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT WANITA 442 ORANG
KABUPATEN PANGANDARAN PRIA 81 ORANG
KABUPATEN PANGANDARAN WANITA 204 ORANG
KOTA BOGOR PRIA 46 ORANG
KOTA BOGOR WANITA 366 ORANG
KOTA SUKABUMI PRIA 57 ORANG
KOTA SUKABUMI WANITA 141 ORANG
KOTA BANDUNG PRIA 406 ORANG
KOTA BANDUNG WANITA 922 ORANG
KOTA CIREBON PRIA 67 ORANG
KOTA CIREBON WANITA 168 ORANG
KOTA BEKASI PRIA 55 ORANG
KOTA BEKASI WANITA 132 ORANG
KOTA DEPOK PRIA 34 ORANG
KOTA DEPOK WANITA 94 ORANG
KOTA CIMAHI PRIA 74 ORANG
KOTA CIMAHI WANITA 184 ORANG
KOTA TASIKMALAYA PRIA 56 ORANG
KOTA TASIKMALAYA WANITA 273 ORANG
KOTA BANJAR PRIA 37 ORANG
KOTA BANJAR WANITA 93 ORANG

5
Dari data tersebut yang di dapatkan dari Data Dinas Pemberdayaan

Perempuan, Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana Jawa Barat, Jumlah

Perkawinan Usia 16-19 Tahun, angka pernikahan dini tertinggi ada di daerah

kabupaten Indramayu, yakni 1449 baik laki-laki maupun perempuan.

Walaupun di daerah Kabupaten Bogor termasuk rendah untuk angka

pernikahan dini, namun peneliti menemukan fakta dari Bapak H. Syaiful Ikhwan,

seorang penghulu di KUA Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor, mengapa

di daerah tersebut khusunya di Kabupaten Bogor angka pernikahan dininya

rendah yaitu karena adanya penyuluhan ataupun sosialisasi tentang pernikahan

dini, bahwasannya pernikahan tersebut seperti yang diatur dalam UU perkawinan,

pernikahan tersebut tidak boleh dilakukan. Fakta tersebut merupakan suatu hal

yang baik, karena masyarakat akan menyadari dan cenderung akan menghindari

yang namanya menikah di usia yang belum seharusnya.

Dari hal tersebut, walaupun penyuluhan atau sosialisai tetap dilakukan.

Namun masih adanya masyarakat yang tetap melakukan pernikahan. Maka dari itu

peneliti ingin mengetahui faktor apa yang mempengaruhinya sehingga mereka

tetap ingin melakukan pernikahan di usia dini tersebut.

Berikut data dispensasi nikah tahun 2019 yang tercatat di KUA Kecamatan

Gunung Putri:

Tabel 1.2 Data Dispensasi Nikah Tahun 2019 di KUA Kecamatan Gunung Putri
Sumber: Data KUA Kecamatan Gunung Putri
NO TANGGAL NAMA UMUR KELURAHAN
NIKAH
1. 20/06/2019 SA dan NA 17 dan 15 BOJONGKULUR

2. 25/10/2019 FT dan SA 18 dan 16 BOJONGKULUR

6
Dari tabel diatas data dispensasi nikah tahun 2019 yang tercatat di KUA

Kecamatan Gunung Putri hanya berjumlah 2 pasangan yang terjadi di Kelurahan

Bojongkulur. Berikutnya pada tahun 2020 dispensasi nikah meningkat, data

tersebut seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.3 Data Dispensasi Nikah Tahun 2020 di KUA Kecamatan Gunung Putri
Sumber: Data KUA Kecamatan Gunung Putri
NO TANGGAL NAMA UMUR KELURAHAN
NIKAH
1. 08/02/2020 AM dan MR 19 dan 19 BOJONGKULUR
2. 08/02/2020 AA dan MY 18 dan 16 BOJONGKULUR
3. 14/03/2020 AI dan L 17 dan 19 CICADAS
4. 15/03/2020 MS dan DS 19 dan 18 CIKEAS UDIK
5. 18/04/2020 R dan AA 18 dan 19 TLAJUNG UDIK
6. 18/04/2020 F dan A 17 dan 18 CIANGSANA
7. 20/06/2020 A dan IK 17 dan 19 BOJONGKULUR
8. 28/06/2020 IH dan HW 18 dan 17 WANAHERANG
9. 5/09/2020 ER dan RP 17 dan 19 BOJONGKULUR
10. 26/12/2020 SM dan R 18 dan 18 BOJONGKULUR
Dari tabel diatas, data dispensasi nikah tahun 2020 di KUA Kecamatan

Gunung Putri cukup meningkat yaitu berjumlah 10 pasangan yang rata-rata berada

di kelurahan Bojongkulur. Dan selanjutnya pada tahun 2021, dispensai cukup

meningkat signifikan. Berikut data yang tertera di bawah ini:

Tabel 1.4 Data Dispensasi Nikah Tahun 2021 di KUA Kecamatan Gunung Putri
Sumber: Data KUA Kecamatan Gunung Putri
NO TANGGAL NAMA UMUR KELURAHAN
NIKAH
1. 13/02/2021 AN dan DR 18 BOJONGKULUR

2. 22/02/2021 DF dan KM 17 BOJONGKULUR

3. 02/03/2021 NN dan SM 18 CICADAS

4. 08/03/2021 RA & DK 17 KARANGGAN

5. 21/03/2021 MA & NA 19 BOJONGKULUR

7
6. 21/04/2021 DY & BH 18 CIANGSANA

7. 27/07/2021 LR & EA 18 NAGRAK

8. 01/08/2021 RZ & MS 18 CIANGSANA

9. 26/08/2021 AT & R 17 CICADAS

10. 30/08/2021 SI & FJ 16 BOJONGKULUR

11. 01/10/2021 DA & OG 17 BOJONGKULUR

12. 08/10/2021 DV & EL 18 NAGRAK

13. 11/10/2021 JF & A 17 TLAJUNG UDIK

14. 18/10/2021 NO & MH 18 NAGRAK

15. 26/10/2021 SN & S 18 BOJONGKULUR

16. 26/10/2021 F & AR 18 CIANGSANA

17. 27/10/2021 I & AS 17 NAGRAK

18. 12/11/2021 SM & MA 17 KARANGGAN

19. 12/11/2021 TA & RW 16 KARANGGAN

20. 16/11/2021 N & DP 16 WANAHERANG

21. 16/11/2021 TS & R 18 WANAHERANG

22. 17/11/2021 NV & CL 16 NAGRAK

23. 17/11/2021 NA & SO 17 TLAJUNG UDIK

24. 17/11/2021 N & SW 18 NAGRAK

25. 17/11/2021 DA & I 18 NAGRAK

26. 22/11/2021 EN & RA 18 NAGRAK

27. 30/11/2021 AP & NS 19 CIANGSANA

28. 30/11/2021 DA & FR 17 TLAJUNG UDIK

29. 20/12/2021 FA & YP 18 BOJONGKULUR

Data tabel di atas menunjukkan bahwa angka permohonan dispensasi

nikah dan pernikahan di bawah umur yang terjadi di Kecamatan Gunung Putri

mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2019 sampai

tahun 2021. Jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2019

8
hanya terdapat 2 pasangan, tahun 2020 berjumlah 10 pasangan dan meningkat

pada tahun 2021 hingga mencapai 29 pasangan.

Dalam pernikahan usia dini, berarti mereka yang melakukan pernikahan di

usia yang masih tergolong dalam kategori belum dewasa sehingga dapat

mempengaruhi pola pikir mereka dalam membina atau menjalin suatu hubungan

rumah tangga yang harmonis. Berdasarkan fakta, seperti yang diungkapkan oleh

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yambise

periode tahun 2014-2019 bahwa pernikahan dini hanya akan berdampak negatif.

Pernikahan dini rentan terjadap kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dari

situlah, permasalahan mulai bermunculan. 4

Permasalahan-permasalahan yang muncul misalnya seperti pertengkaran,

percekcokan, salah paham, perbedaan pendapat akibat pola komunikasi yang

kurang baik. Sering sekali penyebab permasalahan-permasalahan tersebut,

diakibatkan oleh ketidaksiapan baik fisik maupun mental, yang jika dibiarkan

dapat mengakibatkan perceraian.

Perceraian merupakan kulminasi dari penyelesaian perkawinan yang

buruk, dan terjadi apabila antara suami-istri sudah tidak mampu lagi mencari cara

penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Banyak

perkawinan yang tidak membuahkan kebahagian, tetapi tidak diakhiri dengan

4
Alfa Tirza Aprilia. 2016. Fenomena Pernikahan Dini dan Solusinya.
https://www.cnnindonesia.com/inspirasi/20160318142526-322-118315/fenomena-pernikahan-
dini-dan-solusinya. (Diakses 23 Mei 2022)

9
perceraian karena perkawinan tersebut didasari oleh pertimbangan agama, moral,

kondisi ekonomi dan alasan lainnya.5

Secara umum tidak ada seorang pun yang menginginkan perkawinannya

kandas di tengah jalan dan berakhir pada sebuah perceraian. Namun dalam

realitasnya kasus-kasus perceraian tetap marak terjadi dan seakan tidak pernah

sepi di sidangkan di Pengadilan Agama dengan berbagai sebab dan alasan. Salah

satu penyebabnya adalah terjadinya kesalahpahaman yang biasanya disebabkan

karena kecemburuan dan masalah ekonomi yang memicu pertengkaran secara

terus menerus, dan pada akhirnya berujung pada perceraian. Hal seperti ini

seringkali dialami oleh pasangan usia muda yang secara mental/psikis belum siap

untuk berumah tangga.

Guna menghindari persoalan perkawinan usia muda, maka komunikasi

yang baik menjadi hal yang sangat penting yang harus dilakukan dalam sebuah

hubungan, untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman antara kedua belah

pihak. Sedikit terjadinya kesalahpahaman yang dilalui, akan mengurangi rasa

ketidaknyamanan dalam suatu hubungan tersebut dan bisa menyebabkan dan

menjadikan keluarga tidak harmonis.

Menurut Wilis bahwasannya ada dua faktor yang menyebabkan sebuah

keluarga dikatakan tidak harmonis yaitu faktor internal seperti kesulitan dalam hal

keuangan, serta sikap egois dan kurang demokratis. Faktor selanjutnya yaitu

5
Alin, Ariyatna. 2010. Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan Sebelum Terjadi Perceraian.
https://eprints.umm.ac.id/1181/1/PENYESUAIAN_PERKAWINAN_PADA_PASANGAN_SEBE
LUM_TERJADI_PERCERAIAN.pdf

10
berasal dari faktor eksternal seperti campur tangan pihak ketiga seperti halnya

adanya ikut campur orang tua dalam rumah tangga anaknya.6

Dalam membangun dan menjaga harmonisasi keluarga khususnya pada

pasangan yang menikah pada usia dini adalah dengan mempunyai landasan yang

kuat dalam menjalankan rumah tangga. Landasan yang paling kuat dalam

membina hubungan ini adalah kasih yang ada pada diri kedua pasangan, dengan

adanya kasih sayang ini memungkinkan keduanya akan saling mengasihi dan

menyayangi, saling pengertian dan tenggang rasa, sehingga hubungan suami istri

dapat terjaga dan terhindar dari segala macam godaan, rintangan dan

meminimalisir masalah. Rasa toleransi, keterbukaan dan komunikasi merupakan

kunci utama yang harus diterapkan dalam keluarga agar mampu mewujudkan

keharmonisan dalam keluarga.

Adapun faktor pendukung dalam membangun dan menjaga harmonisasi

keluarga seperti peran orangtua. Peran orangtua terhadap anak yang menikah di

usia dini sangat penting karena anak yang menikah di usia dini tersebut belum

mampu menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam rumah tangganya

dikarenakan segi umur yang belum matang. Maka dari itu, untuk mempertahankan

dan menjaga harmonisasi dalam keluarga, pasangan harus bisa lebih dewasa agar

nantinya bisa saling terbuka untuk mengkomunikasikan masalah supaya tidak

adanya kesalahpahaman diantara keduanya. Cara tersebut merupakan langkah

awal untuk membangun pola komunikasi yang baik dalam keluarga.

6
Willis, S. S.2015. Family counseling. Alphabeta Publisher: Bandung

11
Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses

komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi

dengan komponen lainnya. Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola

hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara

yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Terdapat empat pola komunikasi antar suami dan istri menurut Joseph A.

Devito (2007:277-278) yaitu, pertama, pola keseimbangan (komunikasi yang

terjalin antara suami istri sangat terbuka, jujur, langsung, dan bebas), kedua, pola

keseimbangan terbalik (pola keseimbangan terbalik berarti, masing-masing

anggota keluarga (suami-istri) mempunyai orientasi diatas daerah atau wewenang

yang berbeda), ketiga, pola pemisah tidak seimbang (satu orang dalam keluarga si

suami atau istri mendominasi), keempat, pola monopoli (pola monopoli ini

berarti, si suami atau si istri sama-sama menganggap dirinya sebagai penguasa).7

Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang

menikah di Kecamatan Gunung Putri, Bogor ialah dapat dilihat dari segi umur

pasangan, mereka yang melakukan pernikahan di usia dini yang masih tergolong

dalam kategori belum dewasa sehingga dapat mempengaruhi pola pikir mereka

dalam membina atau menjalin suatu hubungan rumah tangga yang harmonis.

Menikah dalam usia muda tentu memiliki pola komunikasi yang berbeda

dengan yang menikah dalam usia lebih matang. Ketahanan dalam menghadapi

masalah serta caranya pun juga berbeda, dimana hal-hal tersebut merupakan

7
Devito, 2007. The Interpersonal Communication Book. Boston: Pearson. page 277-278

12
bagian dari terciptanya keharmonisan keluarga. Berdasarkan penjabaran yang

telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang

fenomena tersebut dengan mengangkat judul ‘’Pola Komunikasi Pasangan Usia

Dini Dalam Membangun dan Menjaga Harmonisasi Keluarga di Kecamatan Gunung

Putri Kabupaten Bogor’’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan Pasangan Usia Dini

dalam membangun dan menjaga harmonisasi keluarga di

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

2. Faktor-faktor pendukung apa saja yang dilakukan oleh Pasangan

Usia dini di Kecamatan Gunung Putri dalam membangun dan

menjaga harmonisasi keluarga.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pola komunikasi yang dilakukan Pasangan Usia di

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dalam membangun dan

menjaga harmonisasi keluarga pada Pasangan Usia Dini di

Kecamatan Gunung Putri Bogor.

13
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu

pengetahuan dan menambah referensi kepustakaan bagi kajian Ilmu Komunikasi,

khususnya di bidang Public Relations.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan bahan masukan

bagi aparatur yang berwenang dalam urusan pernikahan dan juga rumah

tangga, agar tetap berani dalam memberikan pengarahan-pengarahan

kepada masyarakat tentang pernikahan dini.

2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang baru dalam masalah

pernikahan dini, di samping sebagai perbandingan antar teori yang di

dapatkan dari bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di lapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan upaya peneliti untuk mencari

perbandingan dan juga menemukan inspirasi baru dari paparan penelitian-

penelitian yang telah dilakukan, di samping itu kajian terdahulu membantu

penelitian dapat memposisikan penelitian serta menujukkan orsinalitas

dari penelitian.

14
Pada bagaian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian

terdahulu terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian

membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau

belum terpublikasikan.

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan

dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan

penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan

hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

15
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Judul Tujuan Penelitian Teori Metodologi Hasil Kesimpulan
Subyek & Obyek Narasumber & Teknik Teknik
Riset, Metode Riset Teknik Keabsaha Analisi
Pengambilan n Data s Data
Data

1. Pola Komunikasi  Untuk mengetahui -  Subyek: Narasumber: - Reduks Proses komunikasi Proses
Pasangan pasangan pernikahan Pasangan Tokoh i Data, yang terjadi dalam komunikasi yang
Pernikahan Usia usia dini usia dini di masyarakat dan Organis pasangan pernikahan terjadi dalam
Dini Di Desa mempraktekkan pola Desa Tokoh Adat, 3 asi usia dini memiliki Pasangan
Gegarang komunikasi dalam Gegarang Pasangan Data, beberapa pola yaitu: Pernikahan Usia
Kecamatan keluarga. Kecamatan Keluarga Interpre (1) Istri memiliki peran Dini secara
Blangjerango  Untuk mengetahui Blangjerang Pasangan Usia tasi. dan kontrol terhadap konseptual pola
Kabupaten Gayo pernikahan usia dini o Kabupaten Dini. segala keputusan komunikasi yang
Lues.8 mengakibatkan pola Gayo Lues. rumah tangga pola ini diterapkan atau
komunikasi yang tidak  Obyek: Pola Teknik dan komunikasi di dipraktekkan
ideal. Komunikasi Pengambilan sebut authotarian. tidak ideal atau
 Untuk mengetahui Pasangan Data: (2) Karena pasangan tidak efektif.
masalah-masalah yang Pernikahan Wawancara berpandangan bahwa
terjadi dalam pola Usia Dini di mendalam mereka memiliki
komunikasi pasangan Desa (indepth kebebasan dalam
pernikahan usia dini. Gegarang interview). menentukan dan
Kecamatan mengungkapkan
Blangjerang pendapatnya serta
o Kabupaten merasa pendapat
Gayo Lues. masing-masing yang
Metode Riset: paling benar.
8
Kartini. 2017. Pola Komunikasi Pasangan Pernikahan Usia Dini Di Desa Gegarang Kecamatan Blangjerango Kabupaten Gayo Lues. Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara: Medan. (http://repository.umsu.ac.id/bitstream/handle/123456789/12789/SKRIPSI
%20KARTINI.pdf?sequence=1&isAllowed=y)
Pendekatan Kualitatif, Dalam pola
Penelitian Deskriptif. komunikasi hal ini
dikategorikan sebagai
pola komunikasi
Permissive.
(3) Pengertian dan
kepedulian terhadap
pasangan satu sama
lain
2. Komunikasi  Untuk mengetahui Teori Subyek: Pasangan Narasumber: - Reduks Terjadinya pernikahan Bentuk-Bentuk
Interpersonal gambaran komunikasi Akomodasi Usia Dini Di Desa Imam Desa, i Data, dini di Desa Salenrang Komunikasi
Pada Pasangan interpersonal pada Komunikasi Salenrang Kabupaten orang tua dan Penyaji sangat ditentukan oleh Interpersonal pada
Pernikahan Anak pernikahana anak Usia (Communicatio Maros. remaja di Desa an dorongan atau paksaan Pernikahan Anak
Usia Dini Di Desa dini di Desa Salenrang n Accomodation Obyek: Komunikasi Salenrang Data, orang tua, di mana di Usia Dini di
Salenrang Kabupaten Maros. Theory). Interpersonal Pada Kabupaten Penarik kebanyakan orang tua Desa Salenrang
Kabupaten  Untuk mengetahui Pasangan Pernikahan Maros. an menginginkan anaknya Kabupaten Maros
Maros. 9 Faktor-faktor yang Anak Usia Dini Di Teknik Kesimp agar cepat-cepat yaitu Assertive
mempengaruhi Desa Salenrang Pengambilan ulan. melangsungkan Communication
terjadinya pernikahan Kabupaten Maros. Data: pernikahan tanpa (Komunikasi
anak usia dini di Desa Metode Riset: Observasi, memikirkan Asertif),
Salenrang Kabupaten Penelitian Kualitatif wawancara, kematangan umur Nonassertive
Maros. Pendekatan dokumentasi. anaknya karena Communication
Komunikasi. didasari dengan alasan (Komunikasi
bahwa kebutuhan Nonasertif),
keluarga makin hari Aggressive
makin tinggi sehingga Communication
untuk mengurangi (Komunikasi
bebannya. Agresif).

9
Wandi. 2018. Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan Pernikahan Anak Usia Dini Di Desa Salenrang Kabupaten Maros. Skripsi. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Universitas Islam Negeri Alauddin: Makassar. (http://repositori.uin-alauddin.ac.id/17113/1/SKRIPSI%20WANDY.pdf)

17
3. Pola Komunikasi  Untuk mengetahui cara Teori Penetrasi Subyek: Pasangan Narasumber: Triangulasi Reduks Hasil Penelitian ini Penelitian ini
Dalam berkomunikasi yang Sosial Usia Dini di Desa 22 responden Data, i Data, menunjukkan cara mencoba
Mempertahankan dilakukan sehari-hari Cikedunglor dengan Triangulasi Penyaji pasangan muda untuk menyajikan
Hubungan oleh pasangan yang Kecamatan Cikedung komposisi 10 Sumber, an mempertahankan tentang
Perkawinan menikah muda dalam Kabupaten pasangan Triangulasi Data, perkawinannya yaitu bagaimana pola
(Studi Deskriptif mempertahankan Indramayu. suami istri yang Metode. Penarik dengan menggunakan komunikasi
Kualitatif Tentang hubungan perkawinan Obyek: menikah muda, 1 an Bentuk Pola yang dilakukan
Pola Komunikasi di Desa Cikedunglor Pola Komunikasi orang ketua KUA Kesimp Komunikasi Persaman sehari-hari oleh
Dalam Kecamatan Cikedung Dalam Cikedung, dan 1 ulan. (Seimbang) yaitu pasangan suami
Mempertahankan Kabupaten Indramayu. Mempertahankan orang mengenai kewenangan istri yang
Hubungan  Untuk mengetahui Hubungan pejabat KesRa di dalam keputusan menikah muda di
Perkawinan Pada polakomunikasi yang Perkawinan (Studi Balai Desa dimana masing-masing Desa
Pasangan Yang dilakukan oleh Deskriptif Kualitatif Cikedunglor. mengerti dan Cikedunglor
Menikah Muda pasangan suami-istri Tentang Pola mengetahui perannya Kecamatan
Di Desa yang menikah muda Komunikasi Dalam Teknik dalam keluarga saat Cikedung
Cikedunglor dalam Mempertahankan Pengambilan mengatasi suatu Kabupaten
Kecamatan mempertahankan Hubungan Data: konflik sesuai dengan Indramayu dalam
Cikedung hubungan Perkawinan Pada Interview, bidangnya masing- mempertahankan
Kabupaten perkawinannya di Desa Pasangan Yang dokumentasi, masing sehingga peran hubungan
Indramayu).10 Cikedunglor Menikah Muda Di observasi. dalam pengambilan perkawinannya.
Kecamatan Cikedung Desa Cikedunglor keputusan di dalam Pola komunikasi
Kabupaten Indramayu. Kecamatan Cikedung rumah tangga menjadi kali ini
Kabupaten adil dan seimbang menjelaskan
 Untuk mengetahui
Indramayu). antara suami dan istri. tentang
faktor pendukung dan
Metode Riset: hubungan
penghambat dalam
Kualitatif Deskriptif komunikasi antar
menjalankan pola
suami, istri, dan
komunikasi yang
anak dalam
dilakukan oleh
10
Dewi Anisa Wijayati. 2014. Pola Komunikasi Dalam Mempertahankan Hubungan Perkawinan (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Dalam
Mempertahankan Hubungan Perkawinan Pada Pasangan Yang Menikah Muda Di Desa Cikedunglor Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu). Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. (https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/42568/Pola-Komunikasi-Dalam-
Mempertahankan-Hubungan-Perkawinan-Studi-Deskriptif-Kualitatif-Tentang-Pola-Komunikasi-Dalam-Mempertahankan-Hubungan-Perkawinan-Pada-
Pasangan-Yang-Menikah-Muda-Di-Desa-Cikedunglor-Kecamatan-Cikedung-Kabupaten-Indramayu)

18
pasangan suami-istri lingkungan
yang menikah muda keluarga
dalam yang melakukan
mempertahankan perkawinan usia
hubungan muda, dilakukan
perkawinannya di Desa secara terus
Cikedunglor menerus sehingga
Kecamatan Cikedung terbentuk pola
Kabupaten Indramayu. atau kebiasaan
yang dilakukan
setiap saat atau
setiap waktu.
4. Pola Komunikasi Untuk mengetahui komunikasi - Subyek: 5 pasangan Narasumber: - - Hasil penelitian ini Komunikasi yang
Pasangan interpersonal yang terjadi pada yang menikah pada Pasangan suami menunjukkan bahwa baik, yang bersifat
Menikah Di Usia pasangan pernikahan dini. usia dini. istri berusia pernikahan yang empatik, terbuka,
Dini (Komunikasi Obyek: Pola dibawah 21 dilakukan di usia muda saling memberi
Interpersonal Komunikasi Pasangan tahun. akan tetap berjalan dukungan,
Pada Pasangan Menikah Usia Dini dengan baik jika dalam membangun
Menikah Di Usia (Komunikasi Teknik pernikahan tersebut kedekatan,
Dini di Bengkulu Interpersonal Pada Pengambilan idertai dengan kesiapan berpikir positif
Tengah). 11 Pasangan Menikah Di Data: dari masing-masing dan saling
Usia Dini di Wawancara, pasangan untuk menghargai akan
Bengkulu Tengah). dokumentasi. membina sebuag membuat
Metode Riset: keluarga. hubungan antar
Kualitatif suami dan istri
dalam sebuah
keluarga tidak
disertai degan
kesiapan yang
cukup maka

11
Evadianti Yuli&Suhaimi. 2021. Pola Komunikasi Pasangan Menikah Di Usia Dini (Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan Menikah Di Usia Dini di
Bengkulu Tengah). Vol 1 No.2 hal 31-37. (https://jurnal.utb.ac.id/index.php/jmp/article/view/525/403)

19
hubungan tersebut
akan memiliki
banyak
permasalahan.

5. Keharmonisan  Untuk mengetahui - Subyek: Pelaku Narasumber: Uji Dedukt Studi kasus di Desa Beberapa
Pasangan kriteria keharmonisan Pernikahan Usia Dini Kepala KUA Desa Kredibilita if Belik Kecamatan Belik pasangan di Desa
Pernikahan Usia pasangan pernikahan Obyek: Belik, Pelaku s (Uji Kabupaten Pemalang Belik Kecamatan
Dini Perspektif usia dini menurut Keharmonisan Pernikahan Usia Validitas tidak mengalami Belik Kabupaten
Maqasidu aturan yang berlaku Pasangan Pernikaha Dini, Tokoh Internal). keharmonisan dalam Pemalang dengan
Syari’ah (Studi agar sakinah, Usia Dini Perspektif Agama Desa Belik berumah tangga. menggunakan
Kasus di Desa mawaddah, warrahmah Maqasidu Syarii’ah 4. Aparatur Desa perspektif
Belik Kabupaten (Studi di Desa Belik (Studi Kasus di Desa Belik maqāṣidu syari’ah
Pemalang)12 Kabupaten Pemalang) Belik Kabupaten yaitu terdapat 5
Teknik
 Untuk mengetahui Pemalang) kriteria
Pengambilan
analisis hukum Islam keharmonisan
Data: Observasi, pasangan
terhadap keharmonisan
wawancara, pernikahan usia
pasangan pernikahan
usia dini perspektif dokumentasi. dini, yaitu aspek
(Studi di Desa Belik ekonomi, aspek
Kabupaten Pemalang). agama, aspek
pendidikan, aspek
social, aspek
kesehatan.

12
Ema Siti Nur Halimah. 2020. Keharmonisan Pasangan Usia Dini Perspektif Maqasidu Syari’ah (Studi Kasus di Desa Belik Kabupaten Pemalang). Skripsi.
Fakultas Ilmu Agama Islam Indonesia. Univeristas Islam Indonesia: Yogyakarta.
(https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/30094/13421020%20Ema%20Siti%20Nur%20Halimah.pdf?sequence=1&isAllowed=y)

20
2.1.1 Research Gap

1. Skripsi Pola Komunikasi Pasangan Pernikahan Usia Dini Di Desa

Gegarang Kecamatan Blangjerango Kabupaten Gayo Lues.

Skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Pasangan Pernikahan Usia Dini Di

Desa Gegarang Kecamatan Blangjerango Kabupaten Gayo Lues karya

Kartini.

 Persamaan Penelitian: Topik atau judul yang dibahas mengenai

pola komunikasi pasangan pernikahan usia dini dan menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif.

 Perbedaan Penelitian: Penelitian tersebut mengambil sumber

informan penelitian dalam lingkup yang lebih kecil yaitu di

desa/kelurahan, sedangkan penelitian yang dibuat oleh penyusun

sedikit meluas yaitu dalam lingkup kecamatan.

 Kekurangan Penelitian: Dalam penelitian tersebut tidak terdapat

teori dan juga tidak adanya uji keabsahan data, keabsahan data

diperlukan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan

dengan seberapa jauh kebenaran dari hasil penelitian. 

2. Skripsi Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan Pernikahan Anak

Usia Dini Di Desa Salenrang Kabupaten Maros.

Skripsi yang berjudul Komunikasi Interpersonal Pada Pasangan

Pernikahan Anak Usia Dini Di Desa Salenrang Kabupaten Maros karya

Wandi.
 Persamaan Penelitian: Subjek yang digunakan dalam penelitian

sama-sama pasangan yang menikah usia dini.

 Perbedaan Penelitian: Penelitian tersebut berfokus pada bentuk

komunikasi interpersonal pada pernikahan anak usia dini, sedangkan

penelitian yang dibuat oleh penyusun berfokus pada pola komunikasi

yang terjadi pada pasangan usia dini.

 Kekurangan Penelitian: Tidak terdapat uji keabsahan data,

diperlukan adanya uji keabsahan data agar hasil penelitian yang

dilakukan terbukti keilmiahannya.

3. Skripsi Pola Komunikasi Dalam Mempertahankan Hubungan

Perkawinan (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi

Dalam Mempertahankan Hubungan Perkawinan Pada Pasangan

Yang Menikah Muda Di Desa Cikedunglor Kecamatan Cikedung

Kabupaten Indramayu.

Skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Dalam Mempertahankan

Hubungan

Perkawinan (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Dalam

Mempertahankan Hubungan Perkawinan Pada Pasangan Yang Menikah

Muda Di Desa Cikedunglor Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu

karya Dewi Anisa Wijayanti.

 Persamaan Penelitian: Fenomena dan topik penelitian sama-sama

membahas tentang pola komunikasi dalam masalah

mempertahankan atau menjaga harmonisasi keluarga pada

22
pasangan usia dini.

 Perbedaan Penelitian: Narasumber dalam penelitian tersebut

cukup banyak yaitu 10 pasangan usia dini, sedangkan penelitian

yang dilakukan peneliti hanya menggunakan 3 narasumber yaitu 3

pasangan yang menikah pada usia dini.

 Kekurangan Penelitian: Terdapat penjelasan konsep yang ditulis

berulang kali.

4. Skripsi Pola Komunikasi Pemerintah Dalam Menangani Pernikahan

Dini di Desa Gura Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.

Skripsi Pola Komunikasi Pemerintah Dalam Menangani Pernikahan Dini

di

Desa Gura Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang karya Nur Sakina.

 Persamaan Penelitian: Topik yang dibahas sama-sama meneliti

mengenai pola komunikasi.

 Perbedaan Penelitian: Tujuan Penelitian tersebut yaitu ingin

mengetahui bagaimana pola komunikasi pemerintahan dalam

menangani pernikahan dini, sedangkan penelitian yang dibuat penyusun

tujuannya untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan oleh

pasangan usia dini tersebut.

 Kekurangan Penelitian: Tidak terdapat teori yang digunakan dalam

penelitian.

5. Skripsi Keharmonisan Pasangan Pernikaha Usia Dini Perspektif

Maqasidu Syarii’ah (Studi Kasus di Desa Belik Kabupaten Pemalang)

23
Skripsi Keharmonisan Pasangan Pernikaha Usia Dini Perspektif Maqasidu

Syari’ah (Studi Kasus di Desa Belik Kabupaten Pemalang) karya Ema Siti Nur

Halimah.

 Persamaan Penelitian: Subjek yang digunakan sama-sama

pasangan yang menikah pada usia dini.

 Perbedaan Penelitian: Fokus penelitian tersebut mengarah kepada

perspektif keagamaan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

penyusun berfokus kepada perspektif komunikasi.

 Kekurangan Penelitian: Tidak terdapat teori dalam penelitian

tersebut dan perlu menambahkan masyarakat sebagai narasumber

untuk memperkuat hasil penelitian, sehingga dapat menambah

perspektif lebih tentang keharmonisan pasangan pada usia dini.

2.1.2 State of The Art

Penelitian Terdahulu dalam sebuah penelitian dapat memberikan

kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam penelian,

sehingga tersusun sebuah kebaruan dari penelitian tersebut (State of The

Art). Oleh karena itu, dalam penelitian ini diperlukan beberapa penelitian

terdahulu untuk mengumpulkan literasi yang dapat memperkaya referensi

dalam melakukan penelitian ini.

Berdasarkan penjelasan tabel diatas, dapat dilihat perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengambil

objek penelitian yang berbeda dengan kelima penelitian terdahulu. Objek

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Gunung

24
Putri Kabupaten Bogor. Dimana peneliti hendak mengetahui Pola

Komunikasi Pasangan Usia Dini Dalam Membangun dan Menjaga

Harmonisasi Keluarga di Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Teori Penetrasi Sosial

Penetrasi sosial (social penetration) merupakan sebuah proses yang

merujuk pada hubungan dimana individu-individu bergerak dari

komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Teori ini

dicetuskan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor pada tahun 1973. 13

Menurut Taylor, Teori penetrasi sosial secara umum membahas

tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan

bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai

proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara

keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor Penetrasi Sosial. 14

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah.

Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau

lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita

akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian

manusia.15
13
Kadarsih, Ristiana. Teori Penetrasi Sosial dan Hubungan Interpersonal. 2009. Jurnal Dakwah,
Vol 10 No.1 Hal 53-66. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri (UIN).
14
Ibid.
15
Alvin Gus Abdurrahman, dkk. Implementasi Teori Penetrasi Sosial pada Pengguna Aplikasi
Tinder. 2021. Jurnal Lensa Mutiara Komunikasi Vol 5 No.2 Hal 24-38. Jakarta: Universitas

25
Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang

terbuka bagi publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain

secara umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan

yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan yang tidak terbuka

bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih bersifat semiprivate.

Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja, orang

terdekat misalnya.

Dan lapisan yang paling dalam adalah wilayah private, di mana di

dalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum

terselesaikan, emosi yang terpendam, dan semacamnya. Lapisan ini tidak

terlihat oleh dunia luar, oleh siapapun, bahkan dari kekasih, orang tua, atau

orang terdekat manapun. Akan tetapi lapisan ini adalah yang paling

berdampak atau paling berperan dalam kehidupan seseorang.

Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman dan Taylor,

dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan

kepribadian tadi. Dengan membiarkan orang lain melakukan penetrasi

terhadap lapisan kepribadian yang kita miliki artinya kita membiarkan

orang tersebut untuk semakin dekat dengan kita. Dalam perspektif teori

penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran

sebagai berikut:16

Indonesia.
16
Yearry Panji Setianto. 2008. Teori Penetrasi Sosial.
(https://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/29/teori-penetrasi-sosial/) Diakses, 3 Oktober 2022.

26
1. Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan

terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang

hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada

membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal.

Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan

kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit

untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih

pribadi, maka akan semakin sulit pula.

2. Keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik),

terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada

awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias

untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi

semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi,

biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada

tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal

balik.

3. Penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika

semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah

“langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses

yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang

mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan

ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut

27
mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk

melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih

bermakna, dan lebih bertahan lama.

4. Depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar.

Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka

keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak

bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat

bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Teori penetrasi sosial

menjelaskan tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal sendiri menjelaskan bagaimana dalam proses

berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana

terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya.

Menurut Enung Asmaya di dalam bukunya, ada beberapa perilaku

komunikasi terbuka apabila dilaksanakan dalam keluarga: adanya

kebersamaan, kedua, terwujudnya keseimbangan17. Kehidupan bersama

juga semestinya menjadikan suami istri saling terbuka dalam segala hal

dalam suka dan duka mereka. Mereka tidak wajar menyembunyikan

sesuatu pada pasangannya, termasuk penghasilan yang diperolehnya, boleh

jadi yang wajar disembunyikan hanyalah masa lalu yang telah terkubur.

17
Enung Asmaya. 2007. Komunikasi Terbuka Melanggengkan Keutuhan Dan Keharmonisan
Keluarga. Komunika, Vol 1 No.2 Hal 325

28
Dalam penelitian ini membahas tentang pola komunikasi yang

dilakukan oleh pasangan usia dini yang dimana menjadi subjek penelitian.

Peneliti menggunakan Teori Penetrasi Sosial, yang dimana dalam teori

tersebut membahas tentang bagimana proses komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal disini yaitu suami istri pada pasangan usia dini.

Dalam teorinya, menjabarkan tentang bagaimana keterbukaan pada

awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias

untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi

semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi,

biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada

tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal

balik.

Komunikasi interpersonal dengan keterbukaan ini dapat

menghantarkan keluarga menjadi harmonis. Beberapa alasan, pertama dari

pola yang dikembangkan dari komunikasi terbuka adalah terdapat

hubungan yang sehat, akrab, dekat, hangat, meluas, mendalam, dan tidak

terpisahkan. Pola ini akan mempengaruhi perilaku antar angggota

keluarga, termasuk di dalamnya hubungan suami isteri yang harmonis dan

serasi. Keserasian dalam kebersamaan dan keseraian dalam keseimbangan

menjadi pilar dalam membangun keluarga harmonis. 18


18
Sulkhan Chakim Dkk, Komunikasi Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, (Purwokerto: Stain
Purwokerto, 2007), Hlm 322-325

29
2.3 Kerangka Konsep

2.3.1 Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah cara seseorang individu atau kelompok itu

berkomunikasi.19 Pola komunikasi dalam penelitian ini adalah cara kerja

suatu hubungan individu dalam berkomunikasi yang didasarkan pada teori-

teori komunikasi dalam menyampaikan pesan atau mempengaruhi

komunikan. Dengan kata lain pola komunikasi berhubungan dengan

berbagai hal yang mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Pola

berhubungan erat dengan suatu proses, dimana proses komunikasi akan

membentuk pola tertentu di suatu lingkungan tertentu pula.

Pola komunikasi menurut Syaiful Bahri Djamarah, ia mengatakan

bahwa pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua

orang atau lebih sehingga pesan yang dikirimkan dan diterima dapat

dipahami.20 Dari pengertian yang telah dijabarkan menurut Djamarah, bisa

disimpulkan sebagai proses komunikasi sederhana yang efektif. Efektif

disini, karena media yang digunakan memang tepat sesuai dengan

lingkungan yang ada pada saat hubungan interaksi berlangsung.

2.3.2 Pola Komunikasi Keluarga

19
Andrik Purwasito. Komunikasi Multikultural (Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2002), 96.
20
Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga Dalam Sebuah
Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.

30
Menurut Evelyn Suleman (1990:34), komunikasi keluarga

merupakan penyampaian pesan-pesan komunikasi dalam keluarga sebagai

suatu proses komunikasi yang dilancarkan antara bapak, ibu serta anak-

anaknya, antara lain: Masa depan anak, pekerjaan anak, pendidikan anak,

dan pengeluaran rumah tangga.21

Keluarga sebagai unit masyarakat yang terkecil memiliki peran yang

sangat strategis dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Fungsi

ini menjadikan keluarga bukan saja sebagai unit yang patut diperhatikan

bagi pasangan pernikahan tetapi juga wajib di persiapkan bagi calon

pasangan pernikahan.

Keharmonisan rumah tangga tentu menjadi tujuan utama dalam

biduk rumah tangga atau istilahnya dalam Islam adalah “keluarga

sakinah”. Hal ini terungkap jelas dalam Al-Quran tentang tujuan berumah

tangga, yaitu dalam QS Ar-Ruum 21 yang artinya:22

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia

menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar

kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di

antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

21
Suleman Evelyn. 1990. Para Ibu Yang Berperan Tunggal dan Ganda. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
22
QS. Ar Rum [30]: 21

31
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang

hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan

biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan

lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang

kepala keluarga dan makan dalam satu periuk.23

Banyaknya teori mengenai komunikasi keluarga yang menyatakan

bahwa anggota keluarga menjalankan pola interaksi yang sama secara

terus menerus. Pola ini bisa negatif dan bisa juga positif, tergantung

bagaimana sudut pandang dan akibat yang diterima anggota keluarga.

Keluarga membuat persetujuan mengenai apa yang boleh dan yang

tidak boleh dikomunikasikan dan bagaimana isi dari komunikasi itu

diinterpretasikan. Keluarga juga menciptakan peraturan kapan bisa

berkomunikasi. Semua peraturan dan nilai- nilai yang terkandung di

dalamnya dikomunikasikan melalui cara yang sama secara terus menerus

sehingga membentuk suatu pola komunikasi keluarga.

DeVito dalam The Interpersonal Communication edisi 9 (2001:359)

mengungkapkan ada empat pola komunikasi keluarga pada umumnya,

yaitu:24

23
Muchlisin Riadi. 2012. Definisi, Fungsi dan Bentuk Keluarga. Kajianpustaka.com.
(https://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html) Diakses, 23
Oktober 2022

24
Devito, 2001. The Interpersonal Communication Book. Boston: Pearson. Hal 35

32
a. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi

secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam

keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara

kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan.

Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan

bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona

lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi

pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama.

Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui

intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta

tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang

jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan

keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun

yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak,

membeli rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap

sebagai ancaman.

Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat

sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak

terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang

merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi

33
dari pola ini digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual

akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal

balik dan seimbang.

b. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam

pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya

masingmasing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang

berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk

bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan

memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki

pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak

tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak dianggap

sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri.

Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang

menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik terjadi dalam hal bisnis,

suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam hal urusan anak,

istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh konflik

tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri.

c. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split

Pattern)

34
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap

sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu

orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa

kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan

lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau

berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau

berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan

pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil

keputusan sendiri.

Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas,

memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan

bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta

pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya

sendiri atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan argumennya.

Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang

pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

d. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat

memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada

mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah

meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi

35
perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.

Dengan jarang terjadi perdebatan itulah maka bila ada konflik masing-

masing tidak tahu bagaimana mencari solusi bersama secara baik-baik.

Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat atau mengugkapkan

ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan menyakiti pihak yang

dimonopoli.

Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan pendapat dari pemegang

kuasa untuk mengambil keputusan, seperti halnya hubungan orang tua ke

anak. Pemegang kekuasaan mendapat kepuasan dengan perannya tersebut

dengan cara menyuruh, membimbing, dan menjaga pihak lain, sedangkan

pihak lain itu mendapatkan kepuasan lewat pemenuhan kebutuhannya dan

dengan tidak membuat keputusan sendiri sehingga ia tidak akan

menanggung konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.

2.3.3 Pola Komunikasi Pasangan Usia Dini dalam Membangun dan

Menjaga Harmonisasi Keluarga

Joseph A Devito (2001:285) mengatakan beberapa alasan yang

dilakukan untuk pemeliharaan hubungan, di antaranya adalah:25

a. Emotional attachment

Semakin sering masing-masing pasangan memelihara hubungan

25
Ibid. Hal 28

36
karena keduanya saling mencintai satu sama lain dan ingin

mempertahankan hubungannya.

b. Convenience atau kenyamanan

Kesulitan-kesulitan yang ada termasuk menemukan orang lain

untuk hidup bersama, atau partner bisnis yang lain, atau pengawal

sosial yang lain mungkin membuat lebih yakin untuk tetap bersama

daripada harus berpisah.

c. Children atau anak

Pasangan akan tetap bersama karena mereka merasa benar atau

salah, bahwa alasan yang paling menarik adalah anak, atau anak

akan merasa di terima untuk menutupi alasan sebenarnya yaitu

keyakinan, keuntungan, takut hidup sendiri, dan sebagainya.

d. Fear atau ketakutan

Orang-orang biasanya takut dengan apa yang ada di luar dunia,

sendirian, menghadapi orang lain sebagai “single”, atau bahkan

membuat hubungan hanya satu kali dan mungkin memilih untuk

memelihara hubungan mereka sebagai alternative yang lebih baik.

e. Inertia atau kelemahan

37
Beberapa hubungan dipelihara karena kelemahan, kecenderungan

untuk tubuh diistirahatkan dan tetap beristirahat dan gerakan tubuh

untuk tetap bergerak; jadi perubahan kelihatannya terlalu banyak

masalah.

f. Commitment atau komitmen

Banyak orang mempunyai komitmen yang kuat terhadap yang

lain atau terhadap hubungan.

Berdasarkan penjelasan teori yang diungkapkan oleh Devito,

peneliti mengemukakan bahwa keadilan merupakan teori yang dapat

membuat seseorang memelihara hubungan ketika seseorang

menerima keadilan dari pasangannya.

Jika seseorang merasa bahwa dia mendapakan penghargaan dari

proporsional hubungan kepada apa yang sudah ia berikan, maka ia

akan memelihara hubungannya. Jika seseorang yang memiliki

kesamaan dengan anda namun orang tersebut mudah sekali untuk

berubah dan menerima keadilan yang dirasanya kurang, maka

hubungan yang ada akan sulit untuk dilakukan.

Adapun penelitian yang membahas tentang memelihara

komunikasi dalam membina hubungan rumah tangga, berikut

38
strateginya menurut Frank Ayres (1983:87): 26

a. Menghindar

Yang termasuk menghindari pembicaraan atau aktifitas yang

dapat mengubah hubungan.

b. Keseimbangan

Yang melibatkan membalas rasa sayang yang ada dengan

saling membantu dan saling melengkapi karena mendukung level

emosional.

c. Secara langsung

Yang melibatkan ketegasan untuk memberitahu seseorang

tentang keinginan untuk tidak mengubah hubungan yang ada.

2.3.4 Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Dini menurut Undang-Undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974 yang telah diubah dengan UU Pasal 7 ayat (1)

Nomor 16 Tahun 2019 mengatur usia minimal menikah adalah 19 tahun

26
Ayres, J. (1983). Strategies to Maintain Relationships: Their Identification and Perceived Usage.
Communication Quarterly. Page 26

39
baik untuk pria maupun wanita. Pernikahan yang terjadi di usia kurang

dari 19 tahun diperbolehkan dengan izin/dispensasi dari pengadilan agama,

lazimnya dinamakan pernikahan dini.27

Pada prinsipnnya Negara membuat batasan umur minimal untuk

bagi warga Negara Indonesia dengan maksud agar orang yang akan

menikah diharapkan sudah memiliki kematangan berfikir, kematangan

jiwa dan kekuatan fisik yang cukup memadai, dan yang terpenting dapat

mencapai aspek kebahagiaan. 28

Menurut Nurhakhasanah, Pernikahan usia dini adalah pernikahan

yang dilakukan secara sah oleh seseorang laki-laki atau perempuan yang

belum mempunyai persiapan dan kematangan sehingga dikawatirkan akan

mengalami sejumlah resiko yang besar. Resiko besar ini bahkan akan

menjadi pengaruh dalam segi kesehatan saat melahirkan.29

2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (DP3A)

Kota Semarang dalam acara webinar yang dilaksanakan tentang Fenomena

Pernikahan Usia Dini, menerangkan beberapa faktor yang mempengaruhi

27
Rosy Dewi Arianti. 2021. Batas Usia Nikah dan Syaratnya Berdasarkan Undang Undang.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/26/110500965/batas-usia-menikah-dan-syaratnya-
berdasarkan-undang-undang?page=all. (Diakses, 3 November 2022)
28
Dewi Cynthia Maharani. 2022. Cegah Pernikahan Usia Dini dan Perusakan Fasilitas Publik
Menurut UU yang Berlaku. https://kkn.undip.ac.id/?p=321369. (Diakses, 3 November 2022)
29
Ani Ramdhani. 2022. 4 Pengertian Pernikahan Dini Menurut Para Ahli, Faktor, dan
Dampaknya. https://www.pinhome.id/blog/pengertian-pernikahan-dini-faktor-dan-dampaknya-
menurut-ahli/. (Diakses, 3 November 2022)

40
Pernikahan Usia Dini, yaitu:30

a. Faktor Ekonomi

Hal ini biasa terjadi karena kondisi keluarga yang kesulitan

ekonomi sehingga salah satu jalan keluarnya adalah menikahkan

anaknya di usia dini untuk meringankan beban keluarga dan

mengharapkan anaknya mendapat kehidupan yang layak.

b. Faktor Pendidikan yang Rendah

Faktor Pendidikan yang rendah terjadi pada orangtua dan anak.

Orang tua yang berpendidikan rendah pasti akan cenderung berfikir

pasrah dan tidak melakukan kalkulasi dampak yang disebabkan

kepada anak. Begitu juga Pendidikan yang rendah bagi anak

mengakibatkan mereka hanya bisa menerima apa yang

diperintahkan orangtuanya.

c. Faktor budaya atau tradisi

Faktor ini biasnaya bersifat kaku dan tidak bisa diubah. Bagi

beberapa masyarakat menganggap bahwa menolak lamaran adalah

sesuatu yang menghina padahal umurnya missal belum mencukupi

30
DP3A Semarang. 2020. Fenomena Pernikahan Usia Dini.
https://dp3a.semarangkota.go.id/blog/post/fenomena-pernikahan-usia-dini. (Diakses, 3 November
2022)

41
16 tahun.

d. Faktor Media Massa

Faktor ini terjadi karena mudahnya mengakses informasi dari

segala bentuk dan macam sumber di era saat ini. Anak-anak mudah

sekali melihat situs-situs pornografi yang kemudian tidak dibekali

bekal emosinal dan pengetahuan yang cukup sehingga

menimbulkan banyaknya hamil diluar nikah menjadi pemicu

pernikahan usia dini.

2.3.6 Faktor Pendukung Dalam Membangun dan Menjaga

Harmonisasi Keluarga

Beberapa faktor pembentuk keharmonisan keluarga yaitu terdapat

faktor religiusitas, kesehatan, dan ekonomi. Berikut penjelasannya: 31

a. Religiusitas

Jika masing-masing suami istri melaksanakan dan mempunyai iman

dan kepercayaan kepada Tuhan, mereka pasti mempunyai hati untuk rela

menyesuaikan diri demi tujuan didalam pernikahan. Sikap seperti ini

merupakan pintu untuk mampu mengatasi masalah apapun yang terjadi

didalam pernikahan. Dimensi dari religiusitas yakni dimensi ideologis,

ritualistik, eskpriensial, intelektual, dan konsekuensial. Kelima dimensi

tersebut saling bekaitan satu dengan yang lainnya untuk mengetahui


31
Gunarsa. 2012. Psikologi Keluarga. (Jakarta: Gunung Mulia). Hal 16

42
tingkat religiusitas seseorang terhadap agamanya.

b. Kesehatan

Faktor kesehatan (kesejahteraan fisik) sangatlah penting dalam

membangun keharmonisan dalam keluarga karena seringnya anggota

keluarga yang sakit, banyak pengeluaran untuk kedokter, untuk obat

obatan, dan rumah sakit tentu akan mengurangi dan menghambat

tercapainya kesejahteraan keluarga. Menjelaskan menjaga kebersihan dan

kesehatan diri penting dilakukan.Pada suami atau istri, kebersihan dan

kesehatan yang terjaga tak hanya berdampak positif bagi penampilannya,

tapi juga pada keharmonisan rumah tangganya.

c. Ekonomi

Faktor ekonomi (perimbangan antara pengeluaran dan pendapatan)

keluarga.Kemampuan keluarga dalam merencanakan hidupnya dapat

menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga.Tingkat

sosial ekonomi yang rendah seringkali menjadi penyebab terjadinya

permasalahan dalam sebuah keluarga. Akibat banyaknya masalah yang

ditemui karena kondisi keuangan yang memprihatinkan.Menurut beberapa

penelitian, tingkat ekonomi keluarga juga merupakan salah satu faktor

yang menentukan keharmonisan keluarga. Suasana rumah yang harus

diciptakan sedemikian rupa sehingga menjamin timbulnya suasana dan

perasaan aman. Hal ini bukan berarti bahwa di dalam keluarga tersebut

tidak ada masalah yang harus diatasi atau perselisihan paham yang tercetus

dalam pertengkaran.

43
2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka berpikir adalah suatu dasar pemikiran yang mencakup

penggabungan antara teori, fakta, observasi, serta kajian pustaka, yang nantinya

dijadikan landasan dalam melakukan menulis karya tulis ilmiah. Karena menjadi

dasar, kerangka berpikir ini dibuat ketika akan memaparkan konsep-konsep dari

penelitian. 

Penelitian ini berawal dari fenomena yang masih marak terjadi di

Indonesia, yaitu pernikahan dini. Karena dari banyak kasus yang sudah terjadi,

pernikahan yang dilakukan untuk usia yang belum dianjurkan akan berdampak

pada hal-hal yang negatif terutama bagi kesiapan mental maupun kesehatan.

Namun tidak banyak juga pasangan yang memang berhasil dan mempunya pola

dalam komunikasi yang baik, sehingga hubungan dalam pernikahannya menjadi

harmonis dan langgeng. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

jauh bagaimana pola komunikasi yang dilakukan pada pasangan usia dini dalam

menjaga dan mempertahankan harmonisasi keluarga.

Dalam penelitian ini membahas tentang pola komunikasi yang dilakukan

oleh pasangan usia dini yang dimana menjadi subjek penelitian. Peneliti

menggunakan Teori Penetrasi Sosial. Dalam teorinya, menjabarkan tentang

bagaimana keterbukaan pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya

akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal

balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang

pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat

44
pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.

Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian

Pernikahan Usia Dini

Pola Komunikasi Dalam Membangun Faktor Pendukung Dalam Membangun


dan Menjaga Harmonisasi Keluarga dan Menjaga Harmonisasi Keluarga

Pola Komunikasi Persamaan


Religiusitas
(Equality Pattern)
45
Pola Komunikasi Seimbang
Terpisah (Balance Split Pattern) Kesehatan

Pola Komunikasi Tak Seimbang


Terpisah (Unbalance Split Pattern) Ekonomi

Pola Komunikasi Monopoly


(Monopoly Pattern)

Teori Penetrasi Sosial


(Altman dan Dalmas Taylor 1973)

Pola Komunikasi Pasangan Usia Dini Dalam Membangun


dan Menjaga Harmonisasi Keluarga di Kecamatan Gunung
Putri Kabupaten Bogor

46
47

Anda mungkin juga menyukai