Anda di halaman 1dari 31

44

`BAB IV

IMPLEMENTASI PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

LINGKUNGAN COPALA’ KELURAHAN BANGGAE KABUPATEN


MAJENE

A. GAMBARAN UMUM KELURAHAN BANGGAE

a. Sejarah Singkat, Geografis dan Iklim  

Kelurahan Banggae merupakan salah satu dari enam kelurahan dalam

wilayah administratif Kecamatan Banggae, kedudukan Kelurahan Banggae

sebagai suatu kelurahan diperkuat oleh Payung Hukum yakni berupa

Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Majene No. 7 tahun 2010 dan No. 8

tahun 2010 tangal 6 Desember 2010 tentang Pemekaran Desa dan

Kelurahan.Pada PERDA tersebut Kelurahan Banggae dimekarkan menjadi

dua wilayah yakni Kelurahan Banggae (induk) dan Kelurahan Galung  

(pemekaran).

Sejak dimekarkan, Kelurahan Banggae memiliki luas 227 Ha yang

wilyah administratifnya meliputi empat lingkungan yaitu : Lingkungan

Saleppa, Pakkola, Battayang dan Copala yang dipimpin oleh Kepala Lingkungan

pada masing-masing lingkungan tersebut.

Kelurahan Banggae di apit oleh beberapa Kelurahan lainnya dengan batas-

batasnya adalah sebagai berikut :

•      Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Galung


45

•      Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Labuang Utara

•      Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Mandar

•      Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pangali-ali

          Letak gografis wilayah Kelurahan Banggae adalah antara 2 38 45 –

30 38 15 lintang selatan dan antara 118 45 00 – 119 4 45 bujur timur, dan

topografi wilyahnya berada pada ketinggian 0,5 meter diatas permukaan laut

(dpl) (BPS kecamatan dalam angka, 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa,

wilayah kelurahan wilayah kelurahan bangae tersebut adalah dataran rendah.

          Terkait dengan iklim, secara umum iklim yang berlaku ada 2, yaitu

musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan juni sampai dengan

september, arus angin bertiup dari australia dan tidak banyak mengandung

uap air mengakibatkan musim kemarau.   Sebaliknya pada bulan desember

sampai dengan maret, arus angin yang banyak mengandung uap air

berhembus dari asia dan samudera pasifik sehingga terjadi musim hujan.
46

b. Visi dan Misi

Visi :

” Terwujudnya Pelayanan Yang Optimal Kepada Masyarakat Dengan

Pembangunan Aparatur Pemerintah Kelurahan Banggae Yang Berkualitas,

Mandiri Yang Berlandaskan Agama disertai Pembangunan Di Wilayah

Kelurahan Banggae Pada Berbagai Sektor Yang Mengutamakan Keamanan

Dan Berwawasan Lingkungan”.

Misi :

Dalam mewujudkan visi tersebut, pemerintah Kelurahan Banggae

menetapkan Misi sebagai berikut:

•      Optimalisasi kinerja perangkat kelurahan dalam peningkatan pelayanan

kepada masyarakat.

•      Membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

masyarakat kelurahan banggae.

•      Mengadakan, mengusulkan dan melaksanakan program dan kegiatan

pada wilayah kelurahan banggae pada berbagai sektor untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat kelurahan banggae yang berwawasan lingkungan.

•      Melakukan kerja sama lintas sektor untuk peningkatan dan

pembangunan, baik fisik maupun non fisik pada wilayah kelurahan banggae.
47

B. Kondisi Umum Kelurahan Banggae

a. Luas Wilayah

Kelurahan Banggae memiliki luas wilayah administratif  227 Ha yang

terbagi atas 4 (empat) lingkungan yaitu lingkungan Battayang, Copala,

Pakkola dan Saleppa   yang selama tahun 2013 setiap lingkungan mengalami

pertumbuhan dan perkembangan penduduk. Seperti tingkat pertumbuhan

penduduk pada tahun 2012 di Kelurahan Banggae sebanyak 5053 jiwa yang

bertambah hingga tahun 2013 sebanyak 5253 jiwa.

b. Orbitasi Wilayah

Orbitasi Kelurahan Banggae terletak di Bantaran Sungai serta

merupakan daerah bebas banjir. Untuk waktu tempuh, dari Kelurahan

Banggae ke Ibukota Kecamatan 10 menit. Jarak tempuh dari kelurahan

Banggae ke Pemerintahan Kabupaten 5 menit, dan untuk jarak tempuh

menuju Ibukota Provinsi 3 jam.

c. Jarak Geografis

Jarak Geografis Kelurahan Banggae menuju ke lokasi Geografis alam

yang terdapat di sekitar Kelurahan Banggae dan beberapa wilayah utama

yang ada di Kabupaten Majene maupun Provinsi Sulbar diuraikan pada

tabel berikut:
48

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene

d. Letak Geografis

Kelurahan Banggae memiliki beragam kawasan strategis yang sangat

mendukung dalam peningkatan perekonomian masyarakat dan berperan

penting dalam kelancaran sistem pemerintahan Kelurahan.

Beragam kawasan yang ada di Kelurahan banggae terdiri dari :

e. Jarak ke Pusat Pemerintahan

Jarak dari Kelurahan Banggae ke beberapa Pusat Pemerintahan

menunjukkan jarak yang diperlukan untuk akses mobilitas warga Kelurahan

Banggae untuk mencapai Pusat Pemerintahan yang dituju.

Untuk Jarak tempuh ke pusat-pisat pemerintahan dapat dilihat pada tabel

berikut :
49

f. Kependudukan

a) Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

       Hingga akhir tahun 2017 jumlah penduduk Kelurahan

Banggae secara keseluruhan dari semua tingkatan umur mencapai 5.472

orang. Hal tersebut menunjukkan terjadi peningkatan 200 orang

penduduk dari tahun 2013 yang hanya mencapai 5253 orang. Klasifikasi

jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

NO INDIKATOR JUMLAH

TAHUN 2012 TAHUN 2013

1 2 3 4

1 0 - 12 Tahun 1735 Orang 1775 Orang

2 <1 - <5 Tahun 867 Orang 907 Orang

3 <5 - >7 Tahun 523 Orang 563 Orang

4 <7 - > 15 Tahun 420 Orang 445 Orang

5 <15 – 56 Tahun 998 Orang 1038 Orang

6 > 56 Tahun 510 Orang 526 Orang

JUMLAH 5053 Orang 5253 Orang

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene

b) Jumlah Penduduk Berdasarkan Gender

  Dalam dua tahun terakhir yakni tahun 2012 dan tahun

2013, berdasarkan jenis kelamin (gender) terdapat 2028 orang laki-laki

dan 3025 orang perempuan, total jumlah penduduk 5053 di tahun 2012.
50

Sedangkan ditahun 2013 penduduk laki-laki 2563 dan Perempuan 2690

dengan jumlah total penduduk 5253. Kelurahan Banggae mencapai 5468

penduduk Tahun 2017 jumlah laki-laki sebanyak 2.719 dan jumlah

perempuan mencapai 2748 orang.

Untuk jumlah penduduk secara umum di Kelurahan Banggae

berdasarkan gender dapat dilihat pada tabel berikut ini.

NO INDIKATOR JUMLAH

TAHUN 2012 TAHUN 2013

1 2 3 4

1 Jumlah Penduduk 5053 Orang 5253 Orang

2 Jumlah Laki-laki 2467 Orang 2563 Orang

3 Jumlah Perempuan 2586 Orang 2690 Orang

4 Jumlah Kepala Keluarga 1865 KK 1993 KK

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene


51

Sesuai penelitian yang akan dilaksanakan Diwilayah Lingkungan Copala

berikut angka penduduk berdasarkan Gender tahun 2017 sebagai berikut :

NO INDIKATOR JUMLAH

TAHUN 2017

1 2 3

1 Jumlah Penduduk 929 Orang

2 Jumlah Laki-laki 472 Orang

3 Jumlah Perempuan 457 Orang

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene

Data penduduk Lingkungan Copala menunjukkan bahwa Laki-laki

sebanyak 472 dan penduduk perempuan sebanyak 457 sehingga jumlah

keseluruhan 929 penduduk.

        Mata pencaharian Masyarakat Kelurahan Banggae mempunyai

profesi beragam, kendati sebagian besar penduduk berprofesi sebagai PNS,

Guru dan Pedagang.

        Masyarakat di Kelurahan Banggae memeluk agama Islam dan

Kristen. Dari total jumlah penduduk di tahun 2013, terdapat 80 orang

pemeluk agama Kristen dan selebihnya beragama Islam. Selanjutnya, Suku

atau Etnis yang ada di Kelurahan Banggae terdapat 10 etnis yakni


52

Mandar, Bugis, Makassar, Jawa, Tionghoa, Mamasa, Timor, Toraja,

Jeneponto dan Mamuju.

c) Fasilitas Umum Masyarakat

a. Rumah Ibadah

   Jumlah Masjid di Kelurahan Banggae ada 3 Masjid dan 5 Mushola

yang tersebar di setiap Lingkungan. Untuk Lingkungan Copala ada 1

Masjid dan 1 Mushola. Di Lingkungan Pakkola ada 1 Masjid dan 1

Mushola. Di Lingkungan Saleppa terdapat 1 Masjid dan 1 Mushola. Di

Lingkungan Battayang terdapat 1 Mushola.

b. Lapangan Olahraga

Jumlah lapangan Olah Raga di Kelurahan Banggae ada 4 dengan

perincian di Lingkungan Copala memiliki 3 Lapangan Bulutangkis dan

1 Lapangan Volley.   Sementara lingkungan lainnya yakni Saleppa,

Pakkola dan Batta yang belum memiliki lapangan olahraga.

c. Fasilitas Pendidikan

Jumlah sekolah di Kelurahan Banggae ada 7 sekolah SD, 2 TK

dan 6 Pos PAUD, yang meliputi Lingkungan Copala terdapat 2 SD dan

1 Pos PAUD. Lingkungan Pakolla memiliki 2 SD dan 2 Pos PAUD.

Lingkungan Saleppa memiliki 3 SD dan 2 Pos PAUD. Lingkungan Batta

yang memiliki 2 TK dan 1 PAUD

d. Fasilitas Kesehatan
53

Jumlah fasilitas Kesehatan di Kelurahan Banggae terdiri dari 1

Puskesmas dan 4 Posyandu   yang tersebar di empat lingkungan yakni

Pakkola, Saleppa, Copala dan Battayang. Selain itu terdapat pula 5

tempat Dokter Praktek.

Data Fasilitas Umum Masyarakat di Lingkungan Copala menurut data

kelurahan Banggae.

No Fasilitas Jumlah

1. Masjid 1 Buah

2. Musholla 3 Buah

3. Lapangan Bulu Tangkis 3 Buah

4. Lapangan Volley Ball 1 Buah

5. SDN 2 Buah

6. PAUD 1 Buah

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene

e. Fasilitas Kepemilikan Warga

Warga Kelurahan Banggae telah memiliki beberapa fasilitas dasar

untuk menunjang aktivitas keseharian, yakni memiliki sambungan listrik

PLN, PDAM, Telpon Seluler, TV, Kompor Gas, Mesin Cuci, Kompor

Kayu, Motor, Mobil dan barang elektronik lainnya.

g. Tingkat Perkembangan Penduduk

a. Tingkat Perkembangan Pendidikan

    Dalam 2 tahun terakhir kondisi perkembangan pendidikan

masyarakat Kelurahan Banggae cukup menunjukkan peningkatan seperti


54

pada jumlah penduduk yang tamat SD ditahun 2012 sebanyak 257

meningkat menjadi 370 orang di tahun 2013. Demikian pula pada

jumlah penduduk yang berhasil menamatkan pendidikan hingga jenjang

SLTP/Sederajat naik menjadi 345 Orang di tahun 2013 dari jumlah 268

di tahun 2012.

   Pada tingkat pendidikan SLTA / Sederajat juga terjadi

peningkatan jumlah kelulusan di t ahun 2013 sebanyak 890 orang dari

jumlah kelulusan di tahun 2012 sebesar 680 orang. Selain itu, jumlah

penduduk usia 7-15 tahun yang bersekolah juga mengalami kenaikan

menjadi 699 orang di tahun 2013 dari jumlah penduduk yang masih

bersekolah di tahun 2012 sebanyak 597 orang.

b. Perkembangan Kesehatan Masyarakat

   Tingkat perkembangan kesehatan masyarakat Kelurahan

Banggae menunjukkan trend peningkatan dalam kurun waktu 2012

hingga 2013. Hal ini nampak dari indikator rendahnya kasus kematian

Ibu dan Bayi serta makin tingginya cakupan imunisasi Polio, DPT dan

BCG pada Bayi.

   Semakin membaiknya kondisi kesehatan masyarakat juga

terlihat dari pemenuhan kebutuhan air bersih yang telah menjangkau

seluruh Rumah Tangga yang bermukim di empat Lingkungan yang ada

di Kelurahan Banggae.
55

   Demikian pula dalam hal kepemilikan jamban, masyarakat

Kelurahan Banggae telah mulai menerapkan Pola Hidup Bersih dan

Sehat dengan semakin berkurangnya jumlah Rumah Tangga yang tidak

memiliki Jamban/WC. Bahkan dalam 2 tahun terakhir, terjadi

peningkatan pada jumlah Rumah Tangga yang memiliki Jamban/WC

serta bertambahnya jumlah Rumah Tangga yang menggunakan MCK.

c. Tingkat Perkembangan Ekonomi Masyarakat

        Perkembangan ekonomi masyarakat Kelurahan Banggae

banyak ditopang oleh sektor perdagangan dan jasa, serta sektor UKM

dan Industri Rumah Tangga.

        Dalam hal kelembagaan ekonomi, Kelurahan Banggae

memiliki 3 Pasar yakni Pasar Sentral Majene, Pasar TPI dan Pasar

Malam yang beroperasi dua kali seminggu.

d. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat Kelurahan Banggae dalam berbagai

kegiatan sangat besar. Hal tersebut nampak dari antusiasme masyarakat

Kelurahan Banggae untuk ikut serta dalam Pemilihan Legislatif,

Eksekutif periode 2009-2014 serta pemilihan Kepala Daerah Gubernur

maupun pemilihan Bupati. Demikian pula dalam kegiatan Musrenbang,

dalam 2 tahun terakhir telah berpartisipasi 40 orang warga Kelurahan

Banggae untuk mengikuti Musrenbang.


56

Sedangkan pada kegiatan Gotong Royong membangun rumah,

kegiatan bulan bakti gotong royong dan kegiatan Gotong Royong

lainnya nampak dengan jelas kebersamaan dan rasa persatuan di

kalangan warga Kelurahan Banggae untuk melaksanakan kegiatan Gotong

Royong tersebut.

C.. Hasil Penelitian

a. Tahap Persiapan dan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

(Resource)

Ketentuan pembagian wilayah sebagai fokus pelaksanaan Kota tanpa

Kumuh (KOTAKU) di Lingkungan Copala merupakan hasil keputusan dari

SK Bupati berdasarkan observasi dan pemetaan wilayah yang telah lama

didalami oleh pemerintah. Atas keputusan itu, Fasilitator Kelurahan Kota

Tanpa Kumuh (FasKel KOTAKU) yang telah ditunjuk melakukan sosialisasi

kepada masyarakat yang bertujuan untuk bisa diterima di wilayah tersebut.

Fasilitator Kelurahan mengundang masyarakat di Aula Kelurahan dengan

melakukan komunikasi lewat musyawarah antara pihak Fasilitaor KOTAKU

dan masyarakat.setempat.

Sosialisasi yang diselenggarakan oleh Fasilitator Kelurahan berisikan

tentang program Rumah layak huni, Drainase, jembatan dan lain-lain. Semua

materi program kemudian mendapat respon atau umpan balik (feedback ) dari

masyarakat untuk memastikan partisipasi masyarakat mendukung kegiatan

program KOTAKU.
57

Tahap sosialisasi sebagai tahap dasar persiapan untuk mengetahui titik

kegiatan yang sesuai dengan program KOTAKU dan disesuaikan dengan

kehendak masyarakat sampai kepada pembentukan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) demi memahami antara kebutuhan masyarakat Copala

dan kebijakan yang akan di implementasikan dilapangan.

Fasiltator Kelurahan Kota Tanpa Kumuh Pak Mas’ud (Fas Kel KOTAKU)
Wawancara 2 April 2018.

Pelaksanaan sosialisasi di kalangan masyarakat disambut baik dengan

repon positif baik dari kalangan tokoh masyarakat, pemerintah setempat dan

kalangan ibu-bu dan tokoh pemuda di wilayah lingkungan Copala. Mereka

menghadiri musyawarah pengenalan awal program Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU) untuk menggambarkan keberadaan dan program KOTAKU di

wilayah yang telah ditunjuk.

“Komunikasi dalam bentuk musyawarah dengan masyarakat untuk

berembuk, sehingga kita mengetahui kesiapan warga. dan masyarakat

dengan mendesain kegiatan apa yang disepakati diwilayahnya sesuai

program KOTAKU, setelah itu ada pelatihan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) untuk lebih memahami program yang bisa di danai

termasuk pelatihan pendampingan Keuangan”. Fasilitator Kelurahan Kota Tanpa


Kumuh Pak Mas’ud (FasKel KOTAKU) Wawancara 2 April 2018.

Pelatihan yang dilaksanakan setelah terbentuknya Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) adalah persiapan dasar untuk meningkatkan kapasitas

Sumber daya Manusia (Resource) yang lebih baik dikalangan masyarakat


58

terkhusus kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang akan

menjalankan program KOTAKU sehingga penguatan Sumber Daya Manusia

(SDM) digenjot dengan jalan pelatihan teori dan teknis, diantaranya,

pelatihan kesadaran pembangunan masyarakat, pelatihan keorganisasian dan

manajemen pengelolaan anggaran serta pelatihan teknis administrasi.

Pelatihan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) terinci dalam

pembahasan pembagian kerja struktur dan fungsi baik dalam konsep maupun

persoalan teknis, bahkan pelatihan yang dikhususkan kepada fasilitator

KOTAKU bertujuan untuk mempermudah komunikasi antara warga

masyarakat dalam bentuk Lembaga KSM dan Fasilitator Kelurahan

KOTAKU. Dengan demikian lahirlah program yang menghasilkan kebijakan

yang sesuai antara kebutuhan warga dan keberadaan KOTAKU sebagai

jembatan untuk mendanai kegiatan masyarakat.

b. .Tahap Perencanaan dan sikap (Disposisi).

Sebelum kegiatan perencanaan berlangsung, dibentuk Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) di Lingkungan Copala sebagai perpanjangan

tangan dari sebagian besar masyarakat yang akan banyak terlibat dalam

rangka pembangunan sesuai program KOTAKU.

Kita punya Kelompok Swadaya Masyarakat KSM, mulai dari struktur dan

fungsi KSM dengan musyawarah untuk memilih ketua, sekretaris, bendahara dan

anggota, dan di wilayah kami ada beberapa KSM yakni Mesa Hati, Beru-Beru’, dan

Bura’ Jati. (Kepala Lingkungan Copala A.Ibrahim, wawancara 3 April 2018)


59

Setelah terbentukya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) diatas

beberapa kelompok masyarakat berdasarkan kesepatan keanggotaan untuk

memilih ketua dan struktur bawahannya, maka kesiapan untuk melakukan

rembuk semakin dimaksimalkan dalam bentuk musyawarah kedua di

Kelurahan. Hal ini bertujuan untuk menelorkan rencana program yang akan di

danai oleh Lembaga Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

“Sikap masyarakat dalam rembuk warga mendukung dan partisipatif

terhadap KOTAKU, alhamdulillah ada beberapa program yang disepakati

masyarakat Lingkungan Copala diantaranya Jalan Rapat Beton, Jalan Papan Blok,

Drainase, Sumur Gali, dan Jambang Keluarga MCK. Itu yang dilaksanakan pada

tahun 2017.” Fasilitator Kelurahan Kota Tanpa Kumuh Pak Mas’ud (FasKel

KOTAKU) Wawancara 2 April 2018.

Perencanaan Tahun 2017 inilah yang akan diselenggarakan selama satu

tahun yakni Jalan Rapat Beton, Jalan Papan Blok, Drainase, Sumur Gali, dan

MCK. Kemudian sikap masyarakat sangat responsif demi kemasalahatan

lingkungan dan kesejahteraan warga Lingkungan Copala.

Program perencanaan yang telah disepakati Kelompok Swadaya

Masyarakat merupakan bagian dari kebutuhan yang paling penting dalam

menata program yang akan terlaksana. Bahkan perencanaan yang

dilaksanakan bisa lebih maksimal karena musyawarah dan pertimbangan

beberapa hari atau sebelum pelaksanaan dimulai

“Dalam perencanaan program, masyarakat berfungsi sebagai pelaksana

lapangan dan Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai Pendamping dalam hal
60

perencanaan keuangan dan pelaksanaan. Namun keluhan kami sebagai Kepala

Lingkungan adalah partisipasi masyarakat yang biasa diundang dalam musyawarah

justru mereka kurang hadir padahal program KOTAKU sangat baik, alhamdulillah,

kesadaran masyarakat sudah mulai membaik” (Kepala Lingkungan Copala, A.

Ibrahim wawancara 3 April 2018).

Secara garis besar sikap Fasilitator Kelurahan dan bagian dari

KOTAKU mendapat dukungan dari tokoh masyarakat terutama Kepala

Lingkungan namun bagi Warga masyarakat masih perlu adanya sosialisasi

akan pentingnya program yang dibawa oleh KOTAKU, begitupun Sikap

masyarakat dalam rangka perencanaan masih belum maksimal karena

kurangnya pengalaman dan pendidikan masyarakat.

Oleh karena itu, sosialisasi KOTAKU ditingkat masyarakat sepatutnya

dimaksimalkan agar kesadaran untuk menerima program KOTAKU lebih

baik.

c. Tahap Pelaksanaan dan Komunikasi Fasilitator KOTAKU, Struktur

Birokrasi, dan KSM.

Pada proses pelaksanaan atau implementasi, masyarakat menyepakati

program yang diharapkan dan sesuai kebutuhan warga masyarakat.

Perpanjangan tangan dari kebutuhan masyarakat yakni Program yang

disetujui oleh KOTAKU dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) melalui

komunikasi dan musyawarah kemudian ditindak lanjuti dengan

penggelontoran dana dari Lembaga KOTAKU dari pusat hingga ke daerah

untuk mempercepat implementasi pembangunan. Pelaksanaan ini terlebih


61

dahulu diktehui pemerintah setempat agar permasalahan dilapangan bisa

diterima oleh warga masyarakat secara baik dan mendapatkan restu dari

Pemerintah.

Pemerintah Kelurahan bertindak sebagai yang mengetahui kegiatan

Program KOTAKU, pemerintah sepatutnya mendukung program tersebut

karena dapat membantu program keindahan lingkungan, kesejahteraan dan

pembangunan infrastruktur kelurahan Banggae.

“Kami sebagai pemerintah Kelurahan Banggae hanya sebagai struktur

birokrasi yang mengetahui kegiatan yang masuk di wilayah kami, dan kami selaku

pemerintah merasa bersyukur karena keberadaan KOTAKU, mereka sangat terbuka

dalam hal musyawarah, kami diundang selaku pemerintah yang mewakili daerah”.

(Lurah Banggae Bapak Muhammad Saupa S. Pd Wawancara 4 April 2018)

Lembaga Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dalam hal ini Fasilitator

Kelurahan KOTAKU berperan aktif mendampingi Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) yang telah terbentuk, mulai dari pembentukan,

musyawarah, dan mengarahkan program KOTAKU sebagai gambaran umum

kepada masyarakat untuk berembuk program yang dibutuhkan dan sesuai

program KOTAKU. Setelah itu, KOTAKU yang akan mendampingi proposal

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk mengelolah dana program

yang akan dilaksanakan. Pendampingan KOTAKU hanya membimbing dan

mengarahkan KSM untuk mengelolah dengan baik dana/anggaran. Namun

yang mengimplementasikan di lapangan diserahkan sepenuhnya kepada

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).


62

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) disamping sebagai berperan utama

dalam perencanan, tapi KSM juga membuka rekening untuk mengelolah dana yang

akan dikeluarkan, Setelah dana terealisasi sesuai kehendak masyarakat dalam hal

ini Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan telah mendapatkan restu pihak

KOTAKU. Selanjutnya Fasilitator Kelurahan KOTAKU mendampingi implementasi

pendanaan pembangunan namun masalah Tukang, pekerja, dan bagian desain

gambar diserahkan sepenuhnya kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),

alhamdulillah banyak masyarakat yang diuntungkan dengan program itu, karena

mereka dapat bekerja di kampungnya sendiri dan memperoleh pendapatan untuk

kesejahteraan mereka. (Fasilitator Kelurahan KOTAKU, Wawancara 3 April

2018.)

Pelaksanaan kegiatan Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) tidak lepas dari

perencanaan masyarakat dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM), bahkan masyarakat harus membersihkan rencana-rencana kegiatan di

wilayahnya seperti permasalahan status tanah yang akan dibanguni, dan

apakah kegiatan tersebut produktif bagi masyarakat atau sebaliknya.

Termasuk realisasi pendanaan atas program diatur oleh Lembaga KOTAKU

sebagai pengarah kegiatan masyarakat. Barulah Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) merealisasikan rencana program yang dikehendaki

masyarakat.

“Sebelum dana direalisasikan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) harus

membersihkan segala persoalan terutama tanah yang akan dibanguni, kemudian

memikirkan persoalan bangunan, apakah kegiatan program produktif atau


63

sebaliknya”(Fasilitator Kelurahan KOTAKU Pak Mas’ud , Wawancara 2 April

2018)

Beberapa hal perlu diperhatikan hubungannya dengan realisasi

pendanaan sehingga dana tersebut bisa dilaksanakan. Namun dilapangan

terkadang mendapatkan rintangan apalagi dikalangan masyarakat yang tidak

memahami kepentingan publik. Perencanan dilapangan terkendala dengan

masyarakat yang menentang tanahnya dilalui pembangunan program.

Permasalahan tersebut bisa diselesaikan lewat komunikasi persuasif meskipun

membutuhkan waktu yang lama.

Setiap undangan musyawarah di kelurahan terkadang tidak dihadiri

oleh orang yang merasa dirugikan contohnya masalah tanah yang dilalui

program. Namun permasalahan ini bisa terselesaikan dengan beberapa

pendekatan dan komunikasi yang intensif dan efektif. (Tokoh masyarakat,

Ahmad 5 April 2018)

Setelah disepakati oleh masyarakat sesuai perencanaan beberapa

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) barulah dana bisa terealisasi, dalam

pengelolaan pendanaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan

masyarakat terlibat dalam berpartisipasi menyukseskan program yang akan

dilaksanakan.

Program KOTAKU yang akan direalisasikan dilingkungan akan

dikelolah oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam pengelolaan

dana sambil dibantu dan dibimbing oleh Fasilitator Kelurahan KOTAKU.


64

Begitupun pada pelaksanaan dilapangan, keterlibatan masyarakat berperan

penting dalam bekerja dan menjadi tukang.

Pengelolaan dana diserahkan kepada masyarakat dalam hal ini

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sambil dibimbing oleh Fasilitator

Kelurahan KOTAKU, sementara diwilayah kerja Lapangan, partisipasi

masyarakat berperan sebagai buruh dan tukang. (Fasilitator Kelurahan

KOTAKUPak Mas’ud , wawancara 4 April 2018)

Program KOTAKU khusus di wilayah lingkungan Copala telah banyak

terlaksana dan masyarakat di lingkungan tersebut merasa terbantu dengan

adanya program tersebut. Adapun kegiatan yang telah di implementasikan di

Lingkungan Copala adalah Rapat Beton, Drainase, Jalan Papan Blok, dan

sebagainya.

Di Lingkungan Copala telah melaksanakan program KOTAKU yakni

Rehat Beton, Drainase, MCK dan Jalan Papan Blok (Kepala Lingkungan

Copala, A. Ibrahim Wawancara 3 April 2018)

Implementasi program KOTAKU di Lingkungan Copala mendapatkan

respon baik dari Tokoh Masyarakat bahkan seluruh elemen masyarakat.

Sementara yang dirugikan sudah mulai menyadari pentingnya program

KOTAKU untuk kepentingan masyarakat dan pembangunan yang lebih baik.

Kami sangat menyambut program KOTAKU dalam perbaikan

kampung, bahkan kami merasa program ini perlu lebih ditingkatkan dan

dikembangkan lebih maju kedepan. Bahkan masyarakat bisa merasakan


65

dampak positifnya baik kesejahteraan masyarakat karena membuka lapangan

pekerjaan dan memperindah Kampung. (Ketua KSM Mesa Ate’ Pak A.

Ibrahim Wawancara 6 April 2018).

Begitupun dengan Pemerintah yang merasa terbantu dengan adanya

program KOTAKU. Tentu permasalahan ini tidak lepas dari keterbatasan

pemerintah dalam menjangkau semua program untuk menyelesaikan

permasalahan di lingkungan wilayahnya.

Pemerintah kelurahan yang kurang pendanaan sangat bersyukur

dengan adanya program KOTAKU karena membantu kami dalam

pembangunan infrastruktur wilayah lingkungan khususnya Lingkungan

Copala bahkan pemerintah kelurahan sangat menyambut positif dengan

program ini. (Lurah Banggae, Muhammad Saupa’ S.Pd Wawancara 3

April 2018)

Pada tahap pasca pembangunan infrastruktur yang telah direncanakan

dan di implementasikan, maka tahap evaluasi dilakukan untuk

mengintropeksi kegiatan program yang masih perlu diperbaiki dan perlu

penambahan demi kepentingan daerah dan masyarakat pada umumnya.

Evaluasi dilaksanakan dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

bersama Fasilitator KOTAKU untuk mengintropeksi semua kelemahan dalam

pengelolaan dana sampai kepada pelaksanaan pembangunan. (Fasilitator

Kelurahan Banggae, Pak Mas’ud 4 April 2018).


66

Tahap evaluasi inilah yang menjadi komunikasi efektif dalam rangka

memperbaiki pembangunan di lingkungan wilayah Kelurahan Banggae.

Dalam beberapa tahap mulai Tahap persiapan, Tahap perencanaan, tahap

Pelaksanaan, implementasi dan evaluasi. Komunikasi selalu dijalankan

dengan baik sehingga pembangunan berbasis masyarakat bisa terlaksana

dengan dukungan penuh masyarakat, pemerintah dan Kota Tanpa Kumuh

(KOTAKU).

D. Hasil Pembahasan

a. Implementasi Program KOTAKU di Kelurahaan Banggae Lingkungan

Copala Kabupaten Majene

Implementasi Program KOTAKU di Kelurahan Bangae Lingkungan

Copala melalui beberapa tahap yakni persiapan dan upaya peningkatan

Sumber Daya Manusia (Human Resource) yang berkaitan dengan sosialisasi

kesadaran masyarakat dan pengkaderan dalam rangka pengelolaan KOTAKU

yang produktif dan profesional, kemudian Tahap kedua yakni tahap

Perencanaan dan Sikap yang berkaitan dengan pemikiran dan sikap

masyarakat serta Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang merespon

perencanaan dengan sikap yang bijak dan menerima KOTAKU masuk ke

wilayahnya untuk mendorong kemajuan pembangunan, kemudian tahap

pelaksanaan dan komunikasi antara pemerintah setempat, Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) dengan Fasilitator KOTAKU. Hal itu berkaitan

dengan tahap pelaksaanaan dalam rangka membangun komunikasi antara


67

KOTAKU dan Pemerintah setempat, KSM dan tokoh masyarakat serta

masyarakat secara umum. Semua tahap tersebut sebagai bentuk upaya

melancarkan kegiatan KOTAKU dalam bidang infrastruktur maupun

suprastruktur dalam beberapa tahun terakhir.

Dalam pembahasan sebelumnya telah menguraikan tentang implementasi

Program KOTAKU yang berbasis masyarakat yang difasilitasi oleh Swadaya

Masyarakat yakni KOTAKU. Pada uraian diatas dihubungkan dengan teori

George Edwards yang sangat relevan dengan obyek penelitian tentang

Implementasi Program KOTAKU di Lingkungan Copala. Dalam kerangka

Teori Implementasi menurut George Edwards dijelaskan tentang tahap

Human Resource (Sumber Daya Manusia) untuk menguatkan kesadaran dan

mengkader semua anggota fasilitator termasuk Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM). Pada tahap ini dikaitkan pula dengan sikap dan respon

masyarakat terutama Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Respon ini

berkaitan dengan proses perencanaan yang akan bersentuhan langsung

dengan masyarakat. Pada tahap selanjutnya berkaitan dengan komunikasi

antara pemerintah sebagai stake holder, masyarakat khususnya pada

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai yang pokok dan bersentuhan

langsung dengan pemerintah dan Fasilitator KOTAKU di Kelurahan.

Kelancaran komunikasi antara pemerintah, Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM), dan Fasilitator KOTAKU.

b. Tahap Persiapan dan Resource


68

Persiapan pada pelaksanaan program KOTAKU diawali dengan

sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat daerah tersebut, yaitu tentang

pengertian kumuhdan Program yang akan diimplementasikan, Pelatihan

merupakan proses pembelajaran yang melibatkan prolehan keahlian konsep

peraturan atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja. Sosialisasi

yang sudah dilaksanakan merupakan usaha untuk memperbaikiperformasi

kerja yang menjadi tanggung jawab masyarakat dan anggota LKM yang

sudah dibentuk dan dipilih oleh masyarakat sekitar, sosialisasi ini

diharapkan lebih terata pada peningkatan kemampuan dari keahlian SDM

(Sumber Daya Manusia) organisasi yang berkaitan dengan fungsi yang

harus dipertanggung jawabkan.

Tujuan dilaksanakannya sosialisasi telah dirancang dengan baik oeh

LKM,tentang apa yng ingin dicapai setelah pelatihan ini dilakukan dengan

memberikan materi-materi yang berkaitan dengan Program KOTAKU dan

Pembangunan Infrstruktur berbasis Masyarakat serta melakukan identifikasi

kelembagaan Masyarakat, dan keaktifan Masyarakat yang ikut

berpartisipasi.

c. Tahap Perencanaan dan Sikap

Pemahaman tentang pentingnya patisipasi masyarakat dalam

perencanaan sangat diperlukan dalam pembangunan infrastruktur berbasis

masyarakat. pembagunan berbasis masyarakat adalah suatu gerakan untuk

menciptakan tingkat kehidupan yang lebih baik bagi seluruh warga

masyarakat dengan melibatkan peran serta nyata dari mereka. Dengan


69

adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat dan

kegiatan tersebut mempunyai tujuan yaitu, menciptakan tingkat kehidupan

yang lebih baik jika di banding dengan keadaan sebelumnya, kegiatan

tersebut sangat diperlukan peran nyata dari seluruh anggota

masyarakat.Dengan menentukan apa saja pembangunan infrastruktur yang

boleh di usulkan masyarakat yang sudah menjadi ketentuan pemerintah.

Ibu-ibu ikut serta mengusulkan jadwal pelaksanaan, karena agar tidak

menghambat pekerjaan sehari-hari ibu-ibu yang tempat tinggalnya berada

pada wilayah yang akan dibangun infrastrukturnya. Perencanaan yang

melibatkan masyarakat di dalamnya untuk membicarakan program-program

pembangunan yang akan dilaksanakan nantinya merupakan suatu hal yang

sangat baik dibutuhkan dalam implementasi program KOTAKU sebagai

model pembangunan infrastruktur berbasis masyarkat, karena jika

masyarakat memahami apa yang sudah menjadi hak dan kewajiban mereka

dalam Program KOTAKU yang akan dilaksanakan nantinya pasti realisasi

dalam pembangunan infrastrukturnya akan berjalan secara maksimal.

Hal ini merupakan sesuatu yang sangat menguntungkan bagi

perwujudan implementasi program KOTAKU karena, implementasi atau

pelaksanaan perencanaan pembangunan dapat bergerak salah satunya ialah

dengan adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka.

dan menyadari dengan baik akan pentingnya keterlibatan mereka dalam

suatu program pembangunan, partisipasi masyarakat sudah terwujud dengan

baik dilihat dari masyarakat yang secara aktif memberikan usulanusulan,


70

membantu menyiapkan dan merencanakan penyiapan jadwal Rencana Kerja

Masyarakat (RKM).

d. Tahap Pelaksanaan dan Komunikasi

.Implementasi Program KOTAKU di Lingkungan Copala Kelurahan

Banggae tak Luput dari Peran atau Partisipasi masyarakat yang merupakan

kontribusi masyarakat secara nyata dan positif terhadap penyusunan

perencanaan dan implementasi pembangunan didaerahnya.Masyarakat

memberikan kontribusi dalam mengidentifikasi program pembangunan

sesuai dengan kebutuhan daerah, potensi dan keinginan

masyarakat.Pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan diawali

oleh adanya sosialisasi yang optimal dari pihak-pihak yang bertanggung

jawab (anggota LKM) tentang pentingnya partisipasi dalam pelaksanaan

pembangunan.

Implementasi program KOTAKU di Lingkungan Copala Kelurahan


Banggae sudah cukup baik, dimana masyarakat setempat dilibatkan dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan masyarakatnya,
pelaksanaan pembangunan terealisasi maksimal karena dikerjakan oleh
masyarakat sendiri. Kegiatan fisik yang di kerjakan oleh masyarakat
setempat didampingi oleh para ahli agar hasil sesuai dengan yang
diharapkan.Walaupun para tukang tersebut adalah warga asli Lingkungan
Copala tetapi mereka tetap diberi bayaran. Alasannya karena mereka adalah
masyarakat yang kurang mampu sehari-hari bekerja buruh harian lepas dan
memiliki keluarga yang harus dinafkahi, selain itu, agar dana BLM benar-
benar diserap oleh masyarakat miskin itu sendiri.Masyarakat itu yang
71

membangun sendiri dan untuk dirasakan manfaatnya oleh mereka


sendiri.Pengawasan pekerjaan dilakukan semua masyarakat Lingkungan
Copala tidak hanya anggota LKMnya saja, dengan peibatan seperti itu,
semangat akan pembangunan dapat memaknai proses pembangunan itu
sendiri sebagai konsekuensi adanya kebersamaan dalam membagun
infrastruktur.

Dengan demikian Implementasi atau pelaksanaan Program KOTAKU

di Lingkungan Copala Kelurahan Banggae sudah terwujud dengan baik

dilihat dari apa yang diinginkan masyarakat dalam pembangunan di

daerahnya sudah terealisasi dengan penarapan pembangunan pada prinsip-

prinsip dasar pembangunan berbasis masyarakat yaitu, oleh dan utuk

masyarakatnya itu sendiri.Perlunya pelibatan masyarakat dalam setiap

pengambilan keputusan, mendengar aspirasi atau usulan-usulan masyarakat,

kepekaan pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat dan memperhatikan

nilai-nilai keadilan sosial dalam masyarakat.

BAB V

PENUTUP
72

A. Kesimpulan

1. Implementasi program KOTAKU melalui 4 Tahap yakni Tahap persiapan,

Perencanaan, Pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap ini dilalui dalam rangka

untuk mengelolah program yang lebih baik. Pada tahap persiapan diadakan

observasi lapangan dan pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM) barulah disosialisasikan lewat musyawarah di kelurahan dan

musyawarah kedua dalam rangka pembentukan KSM di Masyarakat. Pada

tahap persiapan ini maka Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) diberikan

pelatihan untuk pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat

untuk tahap perencanaan dan pelaksanaan program agar terarah dan

terkendali.

2. Tahap Perencanaan didasari dengan mengintensifkan musyawarah baik di

tingkat Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), kemudian musyawarah

yang dilaksanakan di kelurahan yang mengundang masyarakat, Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) di Lingkungan Copala, Fasilitator Kelurahan

(Faskel KOTAKU), dan pihak pemerintah dalam hal ini Pemerintah

Kelurahan Banggae. Dalam musyawarah membahas tentang perencanaan

pembangunan, terkadang yang menjadi tantangan adalah kesadaran

masyarakat yang tanahnya dilalui pembangunan seperti drainase, jalan

setapak, dan jembatan dan lain-lain. Tentu dengan komunikasi yang

persuasif, sedikit demi sedikit kesadaran bisa dikendalikan bahkan

maysarakat mendukung penuh kegiatan pembangunan KOTAKU. Bahkan

sikap masyarakat, dan pemerintah mendukung program tersebut.


73

3. Tahap pelaksanaan atau implementasi diselenggarakan berdasarkan

kesepakatan-kesepakatan, kemudian sebelum dana digelontorkan oleh

KOTAKU didahului oleh pembersihan persoalan tanah masyarakat dan

administrasi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk persiapan

pelaksanaan, dan implementasi program KOTAKU sesuai tujuannya

seperti pembuatan jembatan, papan Blok, Drainase, MCK dan sebagainya.

B. Saran

Sebagai akhir dari uraian kiranya penulis mengajukan beberapa saran

sebagai sumber pemikiran sebagai berikut :

1. Pelibatan masyarakat dan tokoh masyarakat dalam Implementasi atau

Pelaksanaan harus lebih ditingkatkan dalam setiap proses pembangunan,

baik mulaidari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Masyarakat adalah orang paling

mengetahui apa yang menjadi masalah di Lingkungan Copala Kelurahan

Banggae Kabupaten Majene dan apa yang mereka butuhkan, jadi pelibatan

masyarakat serta merespon opini yang ada dari seluruh elemen harus lebih

diutamakan.

2. Musyawarah Kelurahan merupakan suatu forum bagi masyarakat dalam

merencanakan apa yang menjadi kebutuhannya dalam pembangunan

nfrastruktur, jadi pemerintah harus selalu memperhatikan setiap hasil

musyawarah karena di dalamnya terdapat seluruh aspirasi masyarakat

dalam merealisasikan dalam bentuk program-program pembangunan.

Pemerintah harus lebih peka dan tanggap terhadap keluhan-keluhan


74

masyarakat. Setiap pengambilan keputusan dalam program pembangunan

haruslah senantiasa memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan

masyarakat karena hal inilah yang meningkatkan kembali keterlibatan

masyarakat dalam proses pembangunan. Pendekatan pembangunan top-

down harus segera ditinggalkan dan beralih kependekatan bottom-up lebih

aspiratif dan memihak kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai