Anda di halaman 1dari 4

PROLOG

Kehidupan, Keutamaan, dan Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib

gerbang menuju kota ilmu. Dialah suami seorang pemimpin Dialah wanita ahli
surga, ayah dua cucu terkasih bola mata Nabi. Kemuliaannya bukan karena
menaklukan wilayah-wilayah baru negeri Islam, melainkan karena ia telah
menyelematkan umat dari kebinasaan pintu. Keberhasilannya bukan karena ia
mengislamkan banyak kafir dan mendapatkan banyak ganimah, melainkan karena
telah menjaga tunas Islam agar bisa terus tumbuh dan berkembang.

yang mau menjadi pemimpin ditengah situasi yang penuh konflik dan
perpecahan? Siapakah yang berani tampil dibarisan paling depan ketika orang-
orang saling berteriak sambil mengacungkan senjata? Siapakah yang mau
mengorbankan nama baik dan kemuliaan demi mencegah kebinasaan umat?
Siapakah orang yang tetap menjalankan Siapakah kehidupan dan kemuliaan,
sedangkan ia telah divonis akan mati?

Dibutuhkan kebijaksanaan, kelembutan, sekaligus ketegasan sikap Diujung


hayatnya, Ali harus mengorbankan jiwa, kehormatan, dan seluruh energy untuk
mengemban amanat umat, ketika semua pemimpin menepi dan enggan. Ia
jalankan kekhalifahan dan kepemimpinan umat dengan penuh percaya diri,
kemuliaan, dan kehormatan untuk menghadapi gejolak sosial yang sangat dahsyat.
Meskipun ia meyakini kata-kata Nabi bahwa ia akan mati terbunuh.

Saat orang-orang datang menekannya agar siap dibaiat, Ali berkata,


“Tinggalkanlah aku, carilah orang selainku, karena kita menghadapi perkara yang
begitu rumit dan banyak warna. Tidak ada hati yang mampu mencernanya.”
Namun demi keutuhan dan kelangsungan Islam, Ali mau mengambil segala
resikomenjadi pwmimpin ditengahsituasi yang sangat tidak stabil itu, ketika umat
dilanda perpecahan, saat mereka ditimpa kelemahan dan keengganan berjuang di
jalan Allah.
BAB I

Sifat-sifat dan keutamaan Ali Bin Abi Thalib

“Singa” – Asad. Itulah nama pertama yang diberikan ibunya. Nama itu diambil
dari nama kakeknya, ayahanda ibunya, Fatimah Binti Asad. Nama itu tak lama
dipakai karena ibunya memberinya nama lain yang lebih lembut, Haidarah
macan. Sepertinya ibunya ingin putranya tumbuh menjadi laki-laki pemberani.
Bagi bangsa Arab saat itu, kemuliaan milik pemberani. Kelak, harapan ibunya
menjadi kenyataan, karena anak itu tumbuh menjadi laki-laki yang sangat
pemberani, salah satu singa padang pasir yang terkenal disemenanjung Arab.
Namun, nama pemberian ayahnyalah yang dikenal hingga akhir hayatnyam, Ali –
yang luhur.

Dikenal sebagai Ali putra Abu Thalib Bin Abdul Muthalib Bin Hasyim. Ia berasal
dari pohon keturunan yang mulia dan terhormat. Ayahnya Abu Thalib paman
Nabi Saw. Sedangkan ibunya adalah Fatimah Binti Asad Bin Hasyim. Kakek
Rasulullah Saw. Abdul Muthalib, adalah juga kakeknya.

Kemuliaan dan kesucian selalu menyertai kehidupannya. Sejak kecil ia terjaga


dari kekejian dan kebodohan bangsa Arab jahiliah. Sejak lahir hingga akhir
hayatnyanya ia tidak pernahmenyembah berhala. Seluruh sujud dalam hidupnya
hanya untuk Allah SWT yang Maha Agung lagi Maha Kuasa. Karena itulah ia
dikenal sebagai pemilik wajah yang dimuliakan Allah – Karramallau wajah.

Laki-laki mulia ini dikenal dengan beberapa nama julukan lain. Semuanya sesuai
dengan karakter dan sifat-sifatnya yang mulia. Slah satu julukannya yang terkenal
dan paling disukainya adalah Abu Turab – laki-laki berdebu. Ia sangat menyukai
julukan ini. Ia senang jika seseorang memanggilnya “Abu Turab”. Ia menyukai
julukan itu karena yang memanggilnya dengan nama itu pertama kali adalah
baginda Rasululllah SAW. Suatu hari, layaknya rumah tangga yang lain, Ali kesal
kapada istrinya, Fatimah Al-Zahra putri Muhammad. Tetapi, tidak seperti para
suami lainnya, saat marah ia menghindar, keluar rumah, dan pergi ke masjid. Ia
duduk bersandar pada salah satu dinding amsjid Nabi SAW. Tanpa disadarinya,
Nabi datang menghampiri. Nabi melihat punggung Ali dari debu dan berkata,
‘Hai laki-laki yang berdebu – Abu Turab.”

Dalam versi riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW
mengusap debu dari pakaiannya lalu berkata, “Bangunlah, hai Abu Turab!
Bangunlah, hai, Abu Turab!.”
Julukannya yang lain adalah Abu al-Hasan, ayah al-Hasan, putranya yang tertua
dari Fatimah al-Zahra r.a kadang-kadang ia juga disebut Abu Rihanatain – Ayah
dua orang yang mewangi, yaaitu al-Hasan dan al-Husain.

Ada julukan lain, namun tidak diakui oleh semua kalangan, yaitu al-Imam –sang
Imam.Julukan itu banyak dipergunakan oleh kalangan syiah sebagai perwujudan
dari konsep Imamah dalam keyakinan Syiah. Bagi mereka, Ali adalah Imam
pertama. Terlepas dari kontroversi itu, ia memang pantas disebut al-Imam –Sang
Pemimpin,karena ia memiliki keutamaan, kemuliaan, dan keistimewaan
disbanding kaum muslimin lainnya. Ia adalah pemimpin para ahli ilmu syariat. Ia
adalah orang Arab yang paling mahir dan paling fasih berbicara Arab. Semua
nama dan julukan itu tak cukup menggambarkan keutamaan Ali Bin Abu Thalib.
Sejarah mengenalnya sebagai laki-laki yang suci lagi mulia. Dialah remaja
pertama yang mengakui risalah Muhammad dan menyatakan dirinya muslim.
Bahkan, dengan keberanian yang luar biasa, ia tidur diranjang Rasulullah di
malam hijrahnya ke Madinah bersama sahabat Abu Bakar, padahal ia tahu bahwa
pada malam itu kaum Quraisy telah mengumpulkan beberapa pemuda dari setaip
kabilah untuk mengepung rumah Nabi Saw. Dam membunuhnya.Ia dikenal
sebagai pejuang pemberani, yang berperang dengan gagah tanpa rasa takut dalam
perang Badar. Hanya segelintir orang yang memiliki keberanian dan daya juang
sebesar Ali putra Abu Thalib.

Ia juga dikenal sebagai orang paling memahami ketentuan syariat. Ketika malam
membentangkan sayapnya, pejuang tanpa tanding ini tunduk merendah
dihadapanTuhan. Ia berdiri ringkih dihadapan yang Maha suci. Disiang hari ia
berpuasa, dengan hati senantiasa dekat kepada kepada yang Maha Kuasa. Dialah
Khalifah Rasyidin yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan Nabi
SAW. Sejak kecil ia diasuh dan dibesarkan di Madrasah Nabawi. Kela, ia menjadi
pengasuh umat Islam, rabbanimya kaum muslim. Dialah pemilik lisan yang fasih
dan akal yang cerdas, memahami ayat-ayat yang diturunkan oleh Jibril dan
tentang siapa ayat-ayat itu turun.

Di saat kecil, malaikat mendekat dan membentangkan sayap melindunginya.

Dua tangan yang suci nan mulia membelai, mengasuh, dan memuliakannya

Sepanjang usianya, cobaan dan ujian datang silih berganti menghampirinya

Semua keadaan dan setiap perubahan zaman makin meninggikan derajatnya

Bulir-bulir hikmah berhamburan dari lisannya yang suci

Pijar-pijar kebijakan memancar dari jiwanya yang mulia


Keseluruhan dirinya menggambarkan kesungguhan ibada dan ketaatann

Saat-saat kebahagiaan bagi jiwanya adalah saat berjuang di jalan Tuhan

Masa mudanya sarat keagungan, dipenuhi kesucian yang tak pernah mati

Di medang perang, tak sekilah pun ia tampakkan keraguan apalagi ketakutan

Ali Bin Abu Thalib, begitu orang-orang mengenalnya, adalah gambaran manusia
sempurna. Pena para sejarawan mencatatnya sebagai ahli ilmu. Dialah pintu
gerbang menuju kota ilmu, yang luasnya tak terbatas. Dengan seluruh kemuliaan,
keberanian, dan kepintarannya ia bisa dapatkan apapun dari dunia ini. Namun,
dialah sang zahid.

Anda mungkin juga menyukai