Referat Fix Tri Widy
Referat Fix Tri Widy
PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Paralisis Periodik” referat ini dibuat sebagai persyaratan untuk
mengikuti KKS pada ilmu penyakit saraf di RSUD Bangkinang.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.
Elvina Zuhir, Sp.S dan segenap staff bagian ilmu penyakit saraf RSUD
Bangkinang atas bimbingan dan pertolongannya selama menjalani
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit saraf. Penulis memohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan pada penulisan maupun penyusunan
referat. Kritik dan saran pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan
kesempurnaan referat sangat kami hargai.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah- mudahan referat ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang
menempuh pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1 Definisi...........................................................................................................2
2.3 Patogenesis.....................................................................................................3
2.6 Tatalaksana.....................................................................................................7
2.8 Prognosis........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I
PENDAULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Paralisis Periodik (PP) merupakan kelemahan otot lurik yang
diturunkan secara autosomal dominan, yang dikaitkan dengan kadar
kalium dalam plasma darah terdapat 3 tipe : hipokalemi, hiperkalemi, dan
normokalemi, bersifat periodik dan reversibel (Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, 2016).
Paralisis periodik hipokalemia (hypoPP) adalah suatu kondisi di
mana individu yang terkena dapat mengalami episode paralitik dengan
hipokalemia bersamaan (kalium serum <3,5 mmol/L). Serangan paralitik
ditandai dengan penurunan tonus otot (flaccidity) yang lebih menonjol di
proksimal daripada distal dengan refleks tendon dalam yang normal hingga
menurun. Episode berkembang dari menit ke jam dan berlangsung beberapa
menit sampai beberapa hari dengan pemulihan spontan (Frank Weber, MD,
PhD and Frank Lehmann-Horn, MD, PhD, 2018).
Paralisis periodik hipokalemik (HypoKPP) adalah gangguan langka
yang ditandai dengan terjadinya kelemahan otot yang parah secara episodik,
biasanya dipicu oleh olahraga berat atau diet tinggi karbohidrat. Episode
hipoKPP berhubungan dengan kadar kalium serum yang rendah. Sebagian
besar kasus HypoKPP bersifat turun temurun atau kekeluargaan. Bentuk
familial dari HypoKPP adalah saluranopati langka yang disebabkan oleh
mutasi pada salah satu saluran ion kalsium atau natrium, terutama yang
mempengaruhi sel-sel otot rangka. Kasus HipoKPP yang didapat juga
diidentifikasi dan dikaitkan dengan hipertiroidisme. Paralisis periodik
hipokalemia pertama kali dijelaskan pada tahun 1727 oleh Musgrave, pada
tahun 1853 oleh Cavare dan pada tahun 1857 oleh Romberg. Mutasi
penyebab penyakit pada HypoKPP, gen CACNA1S, diidentifikasi oleh
Jurkat-Rott et al. pada tahun 1994 (Prabin Phuyal; Shivaraj Nagalli, 2021).
Semua paralisis periodik adalah serangan kelumpuhan otot, yang
dapat berlangsung beberapa menit hingga berjam-jam atau hari dan
menyebabkan morbiditas dan gangguan kualitas hidup. Serangan sering
dipicu oleh perilaku atau diet, dan sering dikaitkan dengan perubahan
kadar kalium serum. Pada semua bentuk paralisis periodik, paresis iktal
disebabkan oleh depolarisasi sarkolema otot, yang selanjutnya
menyebabkan inaktivasi saluran natrium dan penurunan eksitabilitas serat
(Naganand Sripathi, 2018).
2.2 Etiologi
Kelemahan otot tergantung pada perubahan kadar kalium serum
(<3,5 mmol/dL) yang dapat disebabkan oleh penyebab primer atau
sekunder. Penyebab primer umumnya autosomal dominan, sedangkan
penyebab sekunder termasuk penggunaan diuretik, kehilangan dari saluran
pencernaan, asidosis tubulus ginjal (RTA), hiperaldosteronisme primer,
sindrom Barter, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme. Asidosis tubulus
ginjal mengacu pada defek transpor yang ditandai dengan ketidakmampuan
ginjal untuk mengekskresikan asam (H+) dan mereabsorbsi bikarbonat
(HCO3-) dengan sindrom klinis asidosis metabolik dengan anion gap
normal, hiperkloremia, dan gangguan pengasaman urin. Asidosis tubulus
ginjal dapat disebabkan oleh penyebab primer karena mutasi genetik atau
penyebab sekunder (Permatasari et al., 2022).
Kelemahan episode Ya Ya
- Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan (Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia, 2016):
- Pemeriksaan Penunjang
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis menurut (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia, 2016)
1. Awitan akut dengan gejala kelumpuhan anggota gerak. Otot respirasi
dan otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin menurun.
Tidak ada gangguan sensoris.
2. Faktor presipitasi : banyak makan karbohidrat, terlalu lelah, cuaca
dingin.
3. Kadar kalium darah bisa hiperkalemia, normokalemia, atau
hipokalemia. Yang terbanyak hypokalemia
d. Myotonia,
2.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan periodik paralisis hipokalemia berfokus pada
pemulihan gejala akut dan pencegahan serangan berikutnya. Menghindari
makanan tinggi karbohidrat dan aktivitas yang berat, mengkonsumsi
acetazolamide (Diamox) atau carbonic anhydrase inhibitor dapat
mencegah serangan kelemahan. Pengobatan awal pasien dengan periodik
paralisis hipokalemia familial adalah dengan suplemen kalium oral, dapat
diulang dengan interval 15-30 menit, tergantung dari respon pasien. Dosis
kalium harian dapat mencapai 100-150 meq. Penggantian kalium melalui
jalur intravena harus diberikan jika pasien tidak bisa mengkonsumsi
suplemen kalium oral. Dosis kalium intravena yang diberikan adalah 0,05-
0,1 meq/KgBB dalam manitol 5%, dibolus dahulu sebelum diberikan
secara infus. Kalium infus hanya boleh diberikan sebanyak 10 meq selama
20-60 menit, kecuali pada kondisi aritmia jantung atau gangguan respirasi.
Profilaksis untuk mencegah berulangnya serangan periodik paralisis adalah
dengan pemberian spironolakton 100-200 mg/hari dan acetazolamide 250-
750 mg/hari. Salah satu obat lain yang efektif mencegah episode
kelemahan pada periodik paralisis adalah Dichlorphenamide (Gunawan
Septa Dinata, 2018).
Terapi paralisis hipokalemi biasanya simtomatik, bertujuan
menghilangkan gejala kelemahan otot yang disebabkan hipokalemi.
Terapinya mencakup pemberian kalium oral, modifikasi diet dan gaya
hidup untuk menghindari pencetus, serta farmakoterapi (Ismy, 2020)
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan berkurang
Fase Akut : pemberian K secara per oral atau parenteral (pada
kasus hipokalemia)
Profilaksis: Diet tinggi Kalium, rendah Na, rendah karbohidrat dan
spironolacton 100 mg / hari p.o
Tiamin HCl 50 mg / hari
Fisioterapi pada kelemahan berkepanjangan
Edukasi : Menghindari faktor pencetus seperti makan banyak
karbohidrat, terlalu lelah, dan cuaca dingin (Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, 2016)
2.7 Diagnosis Banding
2.8 Prognosis
Prognosis HypoKPP bervariasi antar individu. Serangan kelemahan
otot merespon dengan baik terhadap pemberian kalium oral. Serangan
berulang dari kelemahan otot dapat menyebabkan morbiditas yang
signifikan, meningkatkan penerimaan rumah sakit, dan dengan demikian
dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan profesional pasien. Kematian
yang terkait dengan serangan otot jarang terjadi, tetapi beberapa kematian
akibat pneumonia aspirasi telah dilaporkan (Prabin Phuyal; Shivaraj
Nagalli, 2021).
BAB III
KESIMPULAN