a. Pengertian Antisosial
Antisosial (antisocial personality disorder) adalah sebuah gangguan sikap dan perilaku
yang cenderung tidak mempertimbangkan keberadaan orang lain dan tidak mematuhi norma-
norma sosial yang berlaku secara umum di masyarakat. Seseorang yang antisosial ditandai
dengan perilaku tidak bertanggung-jawab, mengkritik tatanan sosial, tidak ada sikap
menolong ke arah perbaikan sosial, hingga melanggar tatanan sosial yang berlaku di
masyarakat.
Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun karena
penyimpangan ini dikategorikan sebagai penyimpangan ringan dari tatanan sosial yang umum
diterima bersama, secara umum perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia
sekolah. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial secara persisten melakukan
pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan
norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal dan
pekerjaan.
Menurut Durand (2006), antisosial adalah perilaku yang ditandai riwayat tidak mau
mematuhi norma-norma sosial. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang bagi
kebanyakan orang tidak diterima dan cenderung tidak bertanggung jawab serta
pembohong.
Menurut Mappiare (2006), antisosial adalah suatu kondisi pribadi dimana individu
mementingkan kekuasaan diri sendiri dan cenderung merugikan lingkungan
masyarakatnya, hal tersebut terlihat dari perilaku secara agresif merusak, mengkritik
tatanan sosial, diam tidak menolong sama sekali ke arah perbaikan sosial masyarakat.
Menurut Nevid dkk (2005), antisosial adalah sebuah gangguan perilaku yang ditandai
dengan perilaku tidak bertanggungjawab serta kurangnya penyesalan untuk kesalahan
mereka.
Menurut Berger (2003), antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara
umum di sekitarnya.
Bentuk-bentuk Antisosial
Menurut Soekanto (2006), secara umum perilaku antisosial dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
Sedangkan menurut Millon dan Davis (2000), gangguan kepribadian antisosial dapat
diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
b.Ciri-ciri Antisosial
Menurut Setiadi dan Kolip (2011), ciri-ciri diagnostik dari gangguan kepribadian antisosial
ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum, ditunjukkan dengan
perilaku melanggar hukum yang dapat maupun yang tidak dapat mengakibatkan
penahan, seperti merusak bangunan, terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan
dengan hukum mencuri atau menganiaya orang lain.
2. Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan orang lain,
ditunjukkan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara
berulang, mungkin penganiayaan terhadap teman atau anak-anak.
3. Asosial juga disebut individualis atau penyendiri, sering merasa mereka tidak
punya kaitan dengan masyarakat dan budaya umum, atau justru mereka atau justru
mereka bahwa masyarakat atau budaya yang umum yang menghindari mereka.
Terkadang, seseorang yang asosial dengan sengaja menolak hubungan sosial karena
mereka merasa mereka lebih baik atau hebat dari orang lain.
4. Introvert atau ketertutupan, seseorang yang introvert lebih suka kegiatan yang
menyendiri seperti membaca, kesenian dan menulis. Mereka tidak menemukan
kebahagiaan dalam interaksi kelompok. Orang introvert biasanya pendiam, sensitif,
gampang terprovokasi, dan memiliki sedikit teman dari pada kerumunan orang.
Introvert adalah pribadi yang bersifat menyendiri dan biasanya lebih pendiam dan
tertutup, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam suatu
kelompok atau lebih suka menyendiri di rumah dari pada harus berkumpul dengan
orang lain, atau berjam-jam duduk di depan komputer, tapi tidak semua introver
bersikap seperti itu tidak semua introver yang suka berkelompok dan membicarakan
sesuatu dengan temannya walaupun kebanyakan hanya suka membicarakan atau
melakukan hal-hal yang dianggap bermanfaat atas berbagai alasan.
Sedangkan menurut Bresseert (2017), ciri-ciri perilaku antisosial dapat dilihat atau ditandai
dengan tindakan sebagai berikut:
1. Gagal menyesuaikan diri dengan norma sosial, sehubungan dengan perilaku yang sah
seperti yang ditunjukkan oleh tindakan yang dilakukan berulang kali yang merupakan
dasar penangkapan.
2. Ketidaktaatan, seperti yang ditunjukkan oleh pembohong berulang, penggunaan alias,
atau menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan.
3. Impulsif atau kegagalan untuk merencanakan ke depan.
4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik berulang-
ulang atau serangan.
5. Dengan sembarangan mengabaikan keamanan diri sendiri atau orang lain.
6. Ketidaktanggung jawab secara konsisten, seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan
berulang untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau menghormati
kewajiban finansial.
7. Kurangnya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh bersikap acuh tak acuh terhadap
atau merasionalisasi karena telah menyakiti, menganiaya, atau mencuri dari yang lain.
Menurut Setiadi dan Kolip (2011), terdapat beberapa penyebab yang dianggap berpengaruh
terhadap timbulnya perilaku antisosial pada individu, yaitu:
1. Adanya norma atau nilai sosial yang tidak sesuai atau sejalan dengan keinginan
masyarakat, sehingga terjadi kesenjangan budaya termasuk pola pikir masyarakat.
2. Kurang siapnya pola pemikiran masyarakat untuk menerima perubahan dalam tatanan
masyarakat, hal ini terjadi karena adanya perubahan sosial yang menuntut semua
komponen untuk berubah mengikuti tatanan yang baru. Dalam perubahan ada
komponen yang siap, namun sebaliknya komponen yang tidak siap ini justru akan
bersikap antisosial karena tidak sepakat dengan perubahan yang terjadi. Misalnya
perusakan terhadap telepon umum.
3. Ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau menerima bentuk perbedaan sosial
dalam masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kecemburuan sosial,. Perbedaan-
perbedaan dimaknai sebagai suatu permasalahan yang dapat mengancam stabilitas
masyarakat yang sudah tertata.
4. Adanya ideologi yang dipaksa untuk masuk ke dalam lingkungan masyarakat, hal ini
akan menimbulkan keguncangan budaya bagi masyarakat yang belum siap untuk
menerima ideologi baru tersebut.
Menurut Kartono (1998), sikap antisosial pada diri seseorang juga dipengaruhi oleh kondisi
di luar diri seseorang, seperti:
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: Raja Gravindo
Persada.
Setiadi, E.M., dan Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana.