Anda di halaman 1dari 40

Modul 1

Nama : Samsudiwati
LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Konsep Dasar Ilmu Pendidikan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar dan Ilmu
Rasional Pendidikan
2. Karakteristik Peserta Didik
3. Teori Belajar dan Implikasinya
Dalam Pembelajaran
4. Kurikulum Pendidikan di
Indonesia
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Konsep Dasar dan Ilmu Rasional
dipelajari Pendidikan.
Perbedaan ini dapat kita lihat dari
berbagai aspek diantaranya berkaitan
dengan postur tubuhnya, kemampuan
berpikirnya, motivasinya, minat dan
bakatnya, dunianya, cita-citanya,
pretasinya, hingga peran sosialnya, dan
lain sebagainya. Perbedaan itulah yang
menjadikan manusia memiliki
karakteristik yang khas yang
mencerminkan sifat kemanusiaanya..
Guru yang kompeten adalah guru yang
menguasai softskill atau pandai berteori
saja, melainkan juga kecakapan
hardskill. Adanya keseimbangan
kompetensi tersebut menjadikan guru
sebagai agen perubahan mampu
menyelesaikan masalah pendidikan atau
pembelajaran yang dihadapi sebagai
dampak kemajuan zaman. Pendidik yang
mampu menghadapi tantangan tersebut
adalah pendidik yang profesional yang
memiliki kualifikasi akademik dan
memiliki kompetensi-kompetensi antara
lain kompetensi profesional, kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial yang berkualitas dan
seimbang antara softskill dan hardskill

2. Landasan Ilmu Pendidikan


Landasan mengandung arti sebagai
dasar atau tumpuan. Istilah landasan
dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu
pada arti kata tersebut maka dapat
dipahami bahwa landasan merupakan
suatu dasar pijakan atau fondasi tempat
berdirinya sesuatu. Landasan material
lebih bersifat fisik atau berwujud seperti
sarana prasarana, peserta didik, dan
lingkungan, sedangkan landasan
konseptual lebih bersifat asumsi atau
teori-teori, contohnya adalah UUD 1945
dan teori pendidikan.Landasan
Konseptual sendiri memiliki 4 sub bagian
karakteristik yaitu Landasan
Filosofis,Yuridis,Empiris,Religi.

3. Penerapan Landasan Ilmu Pendidikan


dalam Praktik Pendidikan.
Penerapan Landasan Ilmu Pendidikan
bisa diterapkan melalui sifat dari
Landasan Konseptual yang memiliki 4
Karakteristik yaitu :
4. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pendidikan telah
melahirkan berbagai aliran pendidikan
yang muncul sebagai implikasi dari
aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat.
Berbagai macam aliran filsafat tersebut
adalah idealisme, realisme, pragmatisme.
Landasan filsafat pendidikan
memberikan prespektif filosofis yang
seyogyanya merupakan acuan yang
dikenakan dalam menyikapi serta
melaksanakan kegiatan pendidikan. Oleh
karena itu landasan filsafat pendidikan
dibentuk bukan hanya mempelajari
tentang filsafat, sejarah dan teori
pendidikan, psikologi, sosiologi,
antropologi, atau displin ilmu lainnya,
akan tetapi dengan memadukan konsep-
konsep, prinsip-prinsip serta
pendekatan-pendekatanny akepada
kerangka konseptual kependidikan.
5. Landasan Yuridis
Landasan yuridis telah banyak
memberikan kontribusi landasan dalam
pelaksanaan praktik pendidikan di
Indonesia. Pada pasal 33 UU tersebut
mengatur mengenai bahasa pegantar
pendidikan nasional Indonesia yaitu
menggunakan Bahasa Indonesia,
sedangkan bahasa asing digunakan
untuk menunjang kemampuan bahasa
asing peserta didik dan bahasa daerah
digunakan dapat digunakan sebagai
pengantar untuk mempermudah
penyampaian pengetahuan. Pada pasal
39, 40, 41, 42, 43, dan 44 mengatur
tentang pendidik dan tenaga
kependidikan, misalnya pada pasal 42
menjelaskan bahwa pendidik harus
mempunyai kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
6. Landasan Empiris
- Landasan Psikologis : Penerapan
landasan psikologis dalam praktik
pembelajaran, salah satunya dapat
dilihat dari layanan pendidikan terhadap
anak 37 dibuat bertingkat berdasarkan
perkembangan individu yang bertahap
baik perkembangan biologis, kognitif,
afektif maupun psikomotor, yang pada
setiap perkemangannya setiap individu
memiliki tugas-tugas yang harus
diselesaikannya. Contoh riil dari hal
tersebut adalah penyelanggaraan
pendidikan di Indonesia yang berjenjang.
- Landasan Sosiologis : Implikasi
landasan sosiologis dalam praktik
pendidikan dapat tercermin melalui
adanya struktur sosial di berbagai
lingkungan pendidikan atau tri pusat
pendidikan. Implikasi landasan sosiologis
di lingkungan keluarga tercermin dengan
adanya praktik pola asuh yang turun
temurun dalam keluarga.
- Landasan Historis : Salah satu
implikasi landasan historis dalam
pendidikan adalah lahirnya pancasila,
sebelum dirumuskan dan disahkan
menjadi dasar negara Indonesia secara
obyektif historis telah dimiliki oleh
bangsa indonesia, Sehingga asal nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila
tidak lain adalah jati diri bangsa
indonesia yang berjuang menemukan jati
dirinya sebagai bangsa yang merdeka
dan memiliki suatu prinsip yang
tersimpul dalam pandangan hidup serta
filsafat hidup.
-Landasan Religius : Landasan religius
dalam bimbingan dan konseling
mengimplikasikan bahwa konselor
sebagai “helper” pemberi bantuan untuk
memiliki pemahaman akan nilai-nilai
agama, dan komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya dalam
memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada klien atau peserta
didik. Kegiatan mendidik bagi guru
merupakan bagian dari ibadah, karena
mendidik merupakan kegiatan
pengabdian yang secara tidak langsung
tertuju kepada Tuhan YME. Tuhan
menciptakan manusia tidak lain untuk
beribadah. Hal ini yang menjadi dasar
setiap pendidik dalam kehidupan sehari-
hari, demikian juga dalam mendidik
anak di sekolah. Anak adalah amanah
yang harus dijaga dan dididik dengan
nilai-nilai agama. Pendidik juga memiliki
peran penting dalam membantu
membentuk kepribadian anak pada masa
yang akan datang.
Contoh penerapan landasan religius di
sekolah adalah:
1) pemberian mata pelajaran wajib
untuk pendidikan agama,
2) guru memberikan pengetahuan
agama kepada peserta didiknya
sesuai dengan agama/ kepercayaan
yang dianutnya,
3) guru mengajarkan hal-hal baik
seperti berdoa sebelum dan sesudah
pembelajaran,
4) mengarahkan peserta didik untuk
taat kepada Tuhan Yang Maha Esa
seperti melaksanakan ibadah
bersama atau berjamaah di sekolah,
5) Melaksanakan nilai-nilai religius di
sekolah dalam pendidikan karakter
dan kegiatan keagamaan seperti
kegiatan ekstrakulikuler.
7. Karakteristik Peserta Didik
Pengertian Karakteristik Peserta Didik
secara Etimologi berasal dari kata
Karakter yang berarti Ciri, Watak, Tabiat,
dan Kebiasaan yang dimiliki seseorang
biasanya dalam hal ini bersifat tetap.
Karakteristik peserta didik dapat
diartikan keseluruhan pola kelakukan
atau kemampuan yang dimiliki peserta
didik sebagai hasil dari pembawaan dan
lingkungan, sehingga menentukan
aktivitasnya dalam mencapai cita-cita
atau tujuannya.
8. ETNIK
Sesuai dengan keadaan Geografis dari
Indonesia sendiri, Maka tidak jarang kita
menemukan peserta didik yang memiliki
Etnik yang beragam, maka dari situlah
kita Sebagai Pengajar harus bisa
memahami Peserta didik tanpa harus
membedakannya. Implikasi dari etnik ini,
pendidik dalam melakukan proses
pembelajaran perlu memperhatikan jenis
etnik apa saja yang terdapat dalam
kelasnya. Data tentang keberagaman
etnis di kelasnya menjadi informasi yang
sangat berharga bagi pendidik dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.
9. KULTURAL
Meskipun kita telah memiliki jargon
Sumpah Pemuda yang mengakui
bertumpah darah yang satu tanah air
Indonesia, berbangsa yang satu bangsa
Indonesia dan menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia. Namun
peserta didik kita sebagai anggota suatu
masyarakat memiliki budaya tertentu
dan sudah barang tentu menjadi
pendukung budaya tersebut. Budaya
yang ada di masyarakat kita sangatlah
beragam, seperti kesenian, 56
kepercayaan, norma, kebiasaan, dan
adat istiadat. Peserta didik yang kita
hadapi mungkin berasal dari berbagai
daerah yang tentunya memiliki budaya
yang berbeda-beda sehingga kelas yang
kita hadapi kelas yang multikultural.
Memiliki ciri-ciri:
1) Tujuannya membentuk “manusia
budaya” dan menciptakan manusia
berbudaya (berperadaban).
2) Materinya mangajarkan nilai-nilai
luhur kemanusiaan, nilai-nilai
bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis
(kultural).
3) metodenya demokratis, yang
menghargai aspek-aspek perbedaan
dan keberagaman budaya bangsa dan
kelompok etnis (multikulturalisme).
4) Evaluasinya ditentukan pada
penilaian terhadap tingkah laku anak
didik yang meliputi aspek persepsi,
apresiasi, dan tindakan terhadap
budaya lainnya. Atas dasar definisi
dan ciri-ciri pendidikan multikultural
tersebut di atas, maka pendidik
dalam melakukan proses
pembelajaran harus mampu
mensikapi keberagaman budaya yang
ada di sekolahnya/kelasnya. Misalnya
Pak Irwan seorang pendidik disalah
satu SMA ketika menjelaskan materi
pelajaran dan dalam memberikan
contoh-contoh perlu
mempertimbangkan keberagaman
budaya tersebut, sehingga apa yang
disampaikan dapat diterima oleh
semua peserta didik, atau tidak hanya
berlaku untuk budaya tertentu saja.
10. STATUS SOSIAL
Peserta didik pada suatu kelas biasanya
berasal dari status sosial-ekonomi yang
berbeda-beda. Dilihat dari latar belakang
pekerjaan orang tua, di kelas kita
terdapat peserta didik yang orang tuanya
wira usahawan, pegawai negeri,
pedagang, petani, dan juga mungkin 57
menjadi buruh. Dilihat dari sisi jabatan
orang tua, ada peserta didik yang orang
tuanya menjadi pejabat seperti presiden,
menteri, gubernur, bupati, camat, kepala
desa, kepala kantor atau kepala
perusahaan, dan Ketua RT. Disamping
itu ada peserta didik yang berasal dari
keluarga ekonomi mampu, ada yang
berasal dari keluarga yang cukup
mampu, dan ada juga peserta didik yang
berasal dari keluarga yang kurang
mampu. Peserta didik dengan bervariasi
status ekonomi dan sosialnya menyatu
untuk saling berinteraksi dan saling
melakukan proses pembelajaran.
Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi
penghambat dalam melakukan proses
pembelajaran. Namun tidak dapat
dipungkiri kadang dijumpai status sosial
ekonomi ini menjadi penghambat peserta
didik dalam belajar secara kelompok.
Implikasi dengan adanya variasi status-
sosial ekonomi ini pendidik dituntut
untuk mampu bertindak adil dan tidak
diskriminatif.
11. MINAT
Minat dapat diartikan suatu rasa lebih
suka, rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas. Hurlock (1990: 114)
menyatakan bahwa minat merupakan
suatu sumber motivasi yang mendorong
seseorang untuk melakukan kegiatan
yang dipilihnya. Apabila seseorang
melihat sesuatu yang memberikan
manfaat, maka dirinya akan memperoleh
kepuasan dan akan berminat pada hal
tersebut. Oleh karena itu apa yang
dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan 58 minatnya sejauh apa
yang dilihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingan orang tersebut..
Suasana kelas tampak antusias, aktif,
dan menyenangkan. Setelah materi
dipahami dan waktunya cukup maka Pak
Ardi mengakhiri pelajaran dengan
kegiatan penutup. 60 Berdasarkan
ilustrasi tentang apa yang dilakukan Pak
Ardi tersebut, peserta didik tumbuh
minatnya untuk belajar. Dengan
dimilikinya minat belajar yang tinggi oleh
peserta didik maka hasil belajar tentunya
akan menjadi lebih baik.
12. PANDANGAN SECARA KOGNITIF
Tingkat perkembangan kognitif yang
dimiliki peserta didik akan
mempengaruhi guru dalam memilih dan
menggunakan pendekatan pembelajaran,
metode, media, dan jenis evaluasi.
Taman Kanak-kanak yang peserta
didiknya sekitar berumur 5-6 tahun,
sudah tentu berbeda pendekatan,
metode, dan media yang digunakan
ketika menghadapi peserta didik.
Sekolah Dasar yang peserta didiknya
berusia 7-11 tahun, dan peserta didik
Sekolah Menengah Pertama yang usianya
berkisar 12-14 tahun dan juga peserta
didik Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan, yang
umumnya berusia 15-17 tahun, karena
dilihat dari perkembangan intelektualnya
jelas berbeda.
13. KEMAMPUAN/PENGETAHUAN
AWAL
Kemampuan awal atau entry behavior
merupakan keadaan pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki terlebih
dahulu oleh peserta didik sebelum
mempelajari pengetahuan atau
keterampilan baru. Pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki terlebih
dahulu maksudnya adalah pengetahuan
atau keterampilan yang lebih rendah dari
apa yang akan dipelajari. Cara untuk
mengetahui kemampuan awal peserta
didik dapat dilakukan melalui teknik tes
yaitu pre tes atau tes awal dan teknik
non tes seperti wawancara. Melalui
wawancara dan tes awal maka
kemampuan awal peserta didik dapat
diketahui. Kemampuan menjawab tes
awal dapat dijadikan dasar untuk
menetapkan materi pembelajaran. Di
samping hal tersebut di atas untuk
mengetahui kemampuan awal peserta
didik dapat dilakukan melalui analisis
instruksional/pembelajaran.

14. CARA BELAJAR


Gaya belajar menurut Masganti (2012:
49) didefinisikan sebagai cara yang
cenderung dipilih seseorang untuk
menerima informasi dari lingkungan dan
memproses informasi tersebut. DePorter
dan Hemacki dalam Masganti (2012; 49)
gaya belajar adalah kombinasi dari cara
menyerap, mengatur dan mengolah
informasi. Dari dua pendapat tersebut
dapat ditegaskan bahwa gaya belajar
adalah cara yang cenderung
dipilih/digunakan oleh peserta didik
dalam menerima, mengatur, dan
memproses informasi atau pesan dari
komunikator/pemberi informasi. Gaya
belajar peserta didik merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan dalam
melakukan proses pembelajaran karena
dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya. Gaya belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu visual,
auditif, dan kinestetik. Hal ini juga
diungkapkan oleh Connell (dalam Yaumi:
2013: 125) yaitu visual learners, auditory
learners, dan kinesthetic learners.
Pertama, peserta didik visual yaitu
peserta didik yang belajarnya akan
mudah dan baik jika melalui
visual/penglihatan. Atau dengan
perkataan lain modalitas penglihatan
menjadi modal utama bagi peserta didik
yang memiliki gaya belajar ini. Peserta
didik kelompok ini memiliki kesulitan
jika pembelajaran dilakukan melalui
presentasi verbal tanpa disertai gambar-
gambar atau simbol visual. Peserta didik
bergaya belajar visual memiliki kekuatan
visual, sehingga seorang pendidik ketika
melakukan proses pembelajaran perlu
menggunakan strategi pembelajaran dan
media yang dapat mempermudah proses
belajar mereka. Misalnya guru ketika
melakukan proses pembelajaran dapat
menggunakan media visual seperti:
gambar, poster, diagram, handout,
powerpoint, peta konsep, bagan, peta,
film, video, multimedia, dan televisi. Di
samping itu peserta didik dapat diajak
untuk melakukan
observasi/mengunjungi ke tempat-
tempat seperti: museum dan tempat-
tempat peninggalan sejarah. Kegiatan
lainnya dapat juga mengajak peserta
didik untuk membaca buku-buku yang
berilustrasi visual, menggunakan warna
untuk menandai hal-hal penting dari isi
bacaan. 64 Kedua, Peserta didik auditori,
yaitu mereka yang mempelajari sesuatu
akan mudah dan sukses melalui
pendengaran. Alat dria pendengaran
merupakan modal utama bagi peserta
didik bergaya belajar ini. Peserta didik
yang bergaya belajar auditori akan
menyukai penyajian materi
pembelajarannya melalui ceramah dan
diskusi. Mereka juga memiliki kekuatan
mendengar sangat baik, senang
mendengar dan kemampuan lisan sangat
hebat, senang berceritera, mampu
mengingat dengan baik materi yang
didiskusikan, mengenal banyak lagu dan
bahkan dapat menirukannya secara
cepat dan lengkap. Namun demikian
peserta didik yang bertipe belajar auditori
mudah kehilangan konsentrasi ketika
ada suara-suara ribut di sekitarnya,
tidak suka pada tugas membaca, dan
mereka tidak suka pada jumlah
kelompok yang anggotanya terlalu besar.

15. MOTIVASI
Seorang pendidik pada abad 21 ini perlu
memahami motivasi belajar peserta
didiknya dan bahkan harus selalu dapat
menjadi motivator peserta didiknya,
karena pada abad 21 ini banyak godaan
di sekeliling peserta didik seperti game
pada computer personal, dan game
online, dan film-film pada pesawat
televisi ataupun lewat media massa atau
sosial lainnya. Upaya yang dapat
dilakukan pendidik untuk memotivasi
peserta didik diantaranya:
menginformasikan pentingnya/manfaat
mempelajari suatu topik tertentu, 67
menginformasikan tujuan/kompetensi
yang akan dicapai dari proses
pembelajaran yang dilakukannya,
memberikan humor, menggunakan
media pembelajaran, dan juga memberi
reward/hadiah/pujian. Misal Pak Fikri
selaku pendidik Sekolah Dasar, meminta
kepada peserta didiknya untuk belajar
secara berkelompok mendiskusikan
suatu topik. Setelah berdiskusi masing-
masing kelompok untuk melaporkan
hasil diskusinya, misal kelompok 1
diminta melaporkan/mempresentasikan
hasil diskusinya lebih dahulu. Setelah
presentasi selesai guru kemudian
memberi pujian dengan mengatakan
bagus sekali presentasi kalian. Kemudian
giliran kelompok berikutnya, setelah
presentasi selesai Pak Fikri kembali
memuji peserta didiknya dengan
mengatakan hebat, kelompok kalian
hebat. Dari tindakan guru seperti itu
tentunya peserta didiknya akan menjadi
lebih semangat atau termotivasi dalam
belajarnya.
16. PERKEMBANGAN EMOSI
Emosi telah banyak didefinisikan oleh
para ahli, diantaranya Kartono dalam
Sugihartono (2013: 20) mendefinisikan
emosi sebagai tergugahnya perasaan
yang disertai dengan perubahan-
perubahan dalam tubuh, misalnya otot
menegang, dan jantung berdebar.
Dengan emosi peserta didik dapat
merasakan senang/gembira, aman,
semangat, bahkan sebaliknya peserta
didik merasakan sedih, takut, dan
sejenisnya. Emosi sangat berperan dalam
membantu mempercepat atau justru
memperlambat proses pembelajaran.
Emosi juga berperan dalam membantu
proses pembelajaran tersebut
menyenangkan atau bermakna.
Goleman, (dalam Sugihartono, 2013: 21)
menyatakan bahwa tanpa keterlibatan
emosi, kegiatan saraf otak kurang
mampu “merekatkan” pelajaran dalam
ingatan. Suasana emosi yang positif atau
menyenangkan atau tidak
menyenangkan membawa pengaruh pada
cara kerja struktur otak manusia dan
akan berpengaruh pula pada proses dan
hasil belajar. Atas dasar hal ini pendidik
dalam melakukan proses pembelajaran
perlu membawa suasana emosi yang
senang/gembira dan tidak memberi rasa
takut pada peserta didik. Untuk itu 68
bisa dilakukan dengan model
pembelajaran yang menyenangkan (enjoy
learning), belajar melalui permainan
(misalnya belajar melalui bermain
monopoli pembelajaran, ular tangga
pembelajaran, kartu kwartet
pembelajaran) dan media sejenisnya.
17. PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial adalah kemampuan
anak untuk berinteraksi dengan
lingkungannya, bagaimana anak tersebut
memahami keadaan lingkungan dan
mempengaruhinya dalam berperilaku
baik kepada dirinya sendiri maupun
kepada orang lain. Dari pernyataan ini
dapat ditegaskan bahwa perkembangan
sosial peserta didik merupakan
kemampuan peserta didik untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-
norma dan tradisi yang berlaku pada
kelompok atau masyarakat, kemampuan
untuk saling berkomunikasi dan kerja
sama. Perkembangan sosial peserta didik
dapat diketahui/dilihat dari tingkatan
kemampuannya dalam berinteraksi
dengan orang lain dan menjadi
masyarakat di lingkungannya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial yaitu keluarga,
kematangan, teman sebaya, sekolah, dan
status sosial ekonomii.

18. PERKEMBANGAN MORAL DAN


SPIRITUAL
Dalam kehidupan bermasyarakat
termasuk masyarakat di lingkungan
sekolah pasti mengenal moralitas,
bahkan moralitas ini dijadikan
sumber/acuan untuk menilai suatu
tindakan atau perilaku karena moralitas
memiliki kriteria nilai (value) yang
berimplikasi pada takaran kualitatif,
seperti: baik-buruk, benar-salah, pantas-
tidak pantas, wajar-tidak wajar, layak-
tidak layak, dan sejenisnya. Moralitas
dalam diri peserta didik dapat tingkat
yang paling rendah menuju ke tingkatan
yang lebih tinggi seiring dengan
kedewasaannya.

19. PERKEMBANGAN MOTORIK


Perkembangan Motorik dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu Motorik Kasar
dan Motorik Halus.
a) Motorik Kasar :
Gerakan tubuh yang menggunakan otot-
otot besar atau sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri.
b) Motorik Halus :
Gerakan yang menggunakan otot halus,
atau sebagian anggota tubuh tertentu
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Perkembangan
motorik halus anak usia 3 tahun missal
bermain puzzle sederhana, tapi kadang
tidak disangka dapat membangun
menara tinggi dengan menggunakan
balok. Pada usia 4 tahun koordinasi
motorik halus sudah memperlihatkan
kemajuan yang bersifat substansial dan
menjadi lebih cermat. Pada usia 5 tahun,
koordinasi motorik halus anak telah
memperlihatkan kemajuan yang lebih
jauh lagi. Tangan, lengan, dan tubuh,
semuanya bergerak di bawah komando
mata. Pada usia 6 tahun, anak dapat
menempel, mengikat tali sepatu,
mengancingkan pakaian. Pada usia 7
tahun, tangan anak sudah lebih matap.
Di usia 7 tahun anak lebih suka
menggunakan pensil dibanding
menggunakan krayon untuk menulis.
Pada usia 8 sampai 10 tahun, tangan
anak-anak sudah dapat digunakan
secara mandiri dengan lebih tenang dan
tepat, anak-anak sudah dapat menulis
daripada sekedar mencetak kata-kata.
Pada usia 10 sampai 12 tahun anakanak
dapat melakukan gerakan-gerakan
kompleks, rumit, dan cepat.
3. Teori Belajar dan Implikasinya
Dalam Pembelajaran
Teori Belajar memiliki pokok-pokok
materi dalam menerapkannya serta
mengimplikasikannya’ berikut
penjabarannya :
A. Teori belajar Behavioristik dan
implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar behavioristik dikenal
juga dengan teori belajar perilaku,
karena analisis yang dilakukan pada
perilaku yang tampak, dapat diukur,
dilukiskan dan diramalkan. Belajar
merupakan perubahan perilaku
manusia yang disebabkan karena
pengaruh lingkungannya.
B. Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya
Dalam Pembelajaran
Proses belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang
diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah
dimiliki dan terbentuk di dalam
pikiran seseorang berdasarkan
pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Dalam
praktek pembelajaran, teori 98
kognitif antara lain tampak dalam
rumusan-rumusan seperti: “Tahap-
tahap perkembangan” yang
dikemukakan oleh J. Piaget, Advance
organizer oleh Ausubel, Pemahaman
konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar
oleh Gagne, Webteaching oleh
Norman, dan sebagainya. Berikut
akan diuraikan lebih rinci beberapa
pandangan dari tokoh-tokoh tersebut:

2 Daftar materi yang sulit 1. ETNIK


dipahami di modul ini 2. PERKEMBANGAN MOTORIK
3. PANDANGAN SECARA KOGNITIF
3 Daftar materi yang sering 1. Konsep Dasar dan Ilmu Rasional
mengalami miskonsepsi Pendidikan.
Modul 2

Nama : Samsudiwati
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Peran Guru Dalam Pembelajaran Abad


21
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Karakteristik Pembelajaran Abad
21
2. Profil dan Kompetensi Guru Abad
21
3. Tugas Pokok dan Fungsi Guru
Abad 21
4. Strategi Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Karakteristik Pembelajaran Abad 21
dipelajari a. (Fenomena dan Karakteristik Abad 21)
Fenomena lain abad 21 adalah adanya
pergeseran kebutuhan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang menggeser SDM
berketerampilan tingkat rendah (pekerjaan
tangan) dengan pekerjaan SDM berdaya
kreatifitas tinggi. Kreatifitas adalah
satusatunya kemungkinan bagi negara
berkembang untuk tumbuh sehingga
Saudara selaku guru pembelajaran abad
21 perlu mengorientasikan pembelajaran
untuk menghasilkan peserta didik yang
berdaya kreatifitas tinggi. Hal ini lebih
cepat tercapai manakala proses peserta
didik menjadi subyek aktif mengkontruksi
pengalaman belajar, berlatih berpikir
tingkat tinggi (HOTS), dan mengembangkan
kebiasaaan mencipta (habit creation).
b. (Karakteristik Peserta Didik Abad 21)
Di Indonesia generasi z bisa dikatagorikan
mereka yang lahir sekitar tahun 1995
setelah layanan internet pertama oleh
Indonet di Indonesia tersedia pada tahun
1994. Kesenjangan digital tidak lagi
sekedar ditentukan faktor ekonomi seperti
kepemilikan handphone, namun lebih
disebabkan perbedaan tingkat literasi
lintas antara generasi guru dan generasi
peserta didik.
Berikut adalah ciri-ciri Generasi Z :
1) Generasi z menyukai kebebasan dalam
belajar (self directed learning) mulai dari
mendiagnosa kebutuhan belajar,
menentukan tujuan belajar, 15
mengidentifikasi sumber belajar,
memilih strategi belajar, dan
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
2) Generasi z suka mempelajari hal-hal
baru yang praktis sehingga mudah
beralih fokus belajarnya meskipun
memiliki kecukupan waktu untuk
mempelajarinya.
3) Merasa nyaman dengan lingkungan
yang terhubung dengan jaringan
internet karena memenuhi hasrat
berselancar, berkreasi, berkolaborasi,
dan membantu berbagi informasi
sebagai bentuk partisipasi.
4) Generasi z lebih suka berkomunikasi
dengan gambar images, ikon, dan
simbolsimbol daripada teks. Generasi z
tidak betah berlama-lama untuk
mendengarkan ceramah guru, sehingga
lebih tertarik bereksplorasi daripada
mendengarkan penjelasan guru.
5) Memiliki rentang perhatian pendek
(short attention span) atau dengan kata
lain sulit untuk berkonsentrasi dalam
jangka waktu lama. Generasi z terbiasa
bersentuhan dengan teknologi tinggi
dengan aksesibilitas cepat misalnya
smartphone. Rentang perhatian
manusia semakin pendek ada di
kisaran 8 detik (Glum, 2015).
6) Berinteraksi secara kompleks dengan
media seperti smartphone, televisi,
laptop, desktop, dan iPod. Silahkan
Saudara amati adakah fenomena
seorang peserta didik mengetik dengan
laptop sambil melacak informasi lewat
smartphone sekaligus menonton
televisi? 7. Generasi z lebih suka
membangun eksistensi di media sosial
daripada di lingkungan nyata dan
cenderung memilih menggunakan
aplikasi seperti Snapchat, Secret dan
Whisper daripada whatsapp.
c. (Peran Guru Dalam Pembelajaran Abad
21)
Kehadiran guru dalam pembelajaran abad
21 sangat diperlukan untuk menjamin
terjadinya proses pembelajaran yang
bermakna, berkarakter, dan memiliki
orientasi pengembangan keterampilan-
keterampilan penting abad 21. Saudara
disarankan tidak sekedar berfokus
menyajikan materi, fakta, data, hasil riset,
teori, cerita, dan rumus-rumus semata
karena cara-cara demikian akan segera
akan menjadi usang. Peserta didik dapat
melacak informasi dan beragam
pengetahuan memanfaatkan sumber-
sumber digital kapanpun dan dimanapun
melalui mesin pencari. Di satu sisi generasi
z tetap memerlukan bantuan dalam hal :
1) Kurangi kebiasaan berdiri di depan
kelas dan di tengah kelas sebagai
satusatunya sumber dan pusat
perhatian. Ingatlah teknologi digital
adalah infrastruktur belajar yang
digemari bagi generasi z.
2) Guru lebih berperan dan bertindak
sebagai mentor pendamping,
pembimbing, dan pelatih dengan
kebijaksanaan, pengetahuan, dan
pengalaman. Lakukan monitoring
kemajuan dan pemahaman konsep-
konsep kunci hasil eksplorasi oleh
peserta didik di dunia digital. Penuhi
hasrat peserta didik berselancar di
dunia maya atau beraktivitas nyata
untuk dapat menimbulkan antusiasme.
Kurangi kebiasaan meminta peserta
didik sekedar mendengarkan penjelasan
guru.
3) Memotivasi peserta didik untuk
mencapai tujuan yang telah dipilih
melalui inspirasi-inspirasi baru.
Contohnya guru menyediakan forum
berdiskusi secara online melalui
instagram, facebook atau whatsapp
group di sore hari sehingga menjadi
perbincangan menyenangkan dipagi
harinya atau pertemuan berikutnya.
4) Peran guru adalah memberikan saran
atas proses dan hasil belajar peserta
didik sehingga perlu memfokuskan diri
kepada monitoring proses belajar
peserta didik. Misalnya guru
menyediakan wadah untuk
mengunggah karya peserta didik
kemudian guru memberikan komentar
konstruktif secara berkala.
d. (Model-model Pembelajaran Abad 21)
Model-model pembelajaran dimaksud
antara lain ;
1) Discovery learning; belajar melalui
penelusuran, penelitian, pembuktian,
dan penemuan.
2) Pembelajaran berbasis proyek; proyek
memiliki target tertentu dalam bentuk
produk dan peserta didik
merencanakan cara untuk mencapai
target dengan dipandu oleh pertanyaan
menantang.
3) Pembelajaran berbasis masalah dan
penyelidikan; belajar berdasarkan
masalah dengan solusi “open ended”,
melalui penelusuran dan penyelidikan
sehingga dapat ditemukan banyak
solusi masalah.
4) Belajar berdasarkan pengalaman
sendiri (Self Directed Learning/SDL);
SDL merupakan proses di mana insiatif
belajar dengan/atau tanpa bantuan
pihak lain dilakukan oleh peserta didik
sendiri mulai dari mendiagnosis
kebutuhan belajar sendiri,
merumuskan tujuan, mengidentifikasi
sumber, memilih dan menjalankan
strategi belajar, dan mengevaluasi
belajarnya sendiri.
5) Pembelajaran kontekstual (melakukan);
guru mengaitkan materi yang dipelajari
dengan situasi dunia nyata peserta
didik sehingga memungkinkan peserta
didik menangkap makna dari yang
pelajari, mengkaitkan pengetahuan
baru dengan pegetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki.
6) Bermain peran dan simulasi; peserta
didik bisa diajak untuk bermain peran
dan menirukan adegan,
gerak/model/pola/prosedur tertentu.
Misalnya seorang guru menggunakan
tayangan video dari youtube, peserta
didik diminta mencermati alur cerita
dan peran dari tokoh-tokoh yang ada
kemudian berlatih sesuai tokoh yang
diperankan. Pada tataran lebih
kompleks membuat cerita sendiri
kemudian memperagakannya dengan
bermain peran.
7) Pembelajaran kooperatif; merupakan
bentuk pembelajaran berdasarkan
faham kontruktivistik. Peserta didik
berkelompok kecil dengan tugas yang
sama saling bekerjasama dan
membantu untuk mencapai tujuan
bersama.
8) Pembelajaran kolaboratif; merupakan
belajar dalam tim dengan tugas yang
berbeda untuk mencapai tujuan
bersama. Pembelajaran kolaboratif lebih
cocok untuk peserta didik yang sudah
menjelang dewasa.
9) Diskusi kelompok kecil; diskusi
kelompok kecil diorientasikan untuk
berbagai pengetahuan dan pengalaman
serta untuk melatih komunikasi lompok
kecil tujuannya agar peserta didik
memiliki ketrampilan memecahkan
masalah terkait materi pokok dan
persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e. (TPACK Kerangka Integrasi Teknoogi
Dalam Pembelajaran Abad 21)
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah memberikan pengaruh
besar terhadap proses pembelajaran
sehingga abad 21 mendorong Saudara
untuk memiliki pengetahuan terkait
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Istilah PCK berkembang menjadi TPCK
dimana “T” adalah teknologi. Guna
memudahkan penyebutannya TPCK
dirubah menjadi TPACK dan berkembang
melibatkan banyak domain pengetahuan di
dalamnya.
Konsep TPACK melibatkan 7 domain
pengetahuan dikarenakan ada irisan atau
sintesa baru, yaitu;
 Pengetahuan materi (content
knowledge/CK) yaitu penguasaan
bidang studi atau materi pembelajaran.
 Pengetahuan pedagogis (pedagogical
knowledge/PK) yaitu pengetahuan
tentang proses dan strategi
pembelajaran.
 Pengetahuan teknologi (technological
knowledge/TK) yaitu pengetahuan
bagaiamana menggunakan teknologi
digital.
 Pengetahuan pedagogi dan materi
(pedagogical content knowledge/PCK)
yaitu gabungan pengetahuan tentang
bidang studi atau materi pembelajaran
dengan proses dan strategi
pembelajaran.
 Pengetahuan teknologi dan materi
(technological content knowledge/TCK)
yaitu pengetahuan tentang teknologi
digital dan pengetahuan bidang studi
atau materi pembelajaran.
 Pengetahuan tentang teknologi dan
pedagogi (technological paedagogical
knowledge/TPK) yaitu pengetahuan
tentang teknologi digital dan
pengetahuan mengenai proses dan
strategi pembelajaran.
 Pengetahuan tentang teknologi,
pedagogi, dan materi (technological,
pedagogical, content knowledge/TPCK)
yaitu pengetahuan tentang teknologi
digital, pengetahuan tentang proses dan
strategi pembelajaran, pengetahuan
tentang bidang studi atau materi
pembelajaran.

2. Profil dan Kompetensi Guru Abad 21


a. (Profil guru efektif abad 21)
Cara guru bertindak dan bekerja sangat
ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman,
dan sistem kepercayaan terhadap
pembelajaran itu sendiri. Ketiga hal
tersebut membentuk pola pikir atau
paradigma yang melandasi setiap tindakan
guru, apakah dia akan menjadi guru yang
efektif atau menjadi guru yang tidak efektif.
Guru efektif selalu berangkat dari
pemahaman bahwa peserta didik bukanlah
gelas kosong yang harus diisi
terusmenerus, namun guru efektif di abad
21 memahami betul bahwa peserta didik
merupakan generasi z yang senantiasa
berinteraksi dengan data dan informasi.
Guru efektif tidak berfokus kepada
penyajian pengetahuan sebatas sebagai
fakta dan atau INTI 42 konten saja, namun
memiliki orientasi kepengembangan
keterampilan penting abad 21:
 Guru perlu menjaga komitmen diri
dengan merefleksikan kompetensi
dirinya, memonitor, dan meningkatkan
profesionalisme diri. Ada beberapa
kompetensi esensial bagi para guru
khususnya guru efektif di Indonesia
terkait abad 21.
 Aktif memahami konteks berpikir
peserta didik dan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan spesifik sebagai
kunci dalam pengembangan
kemampuan belajar terkait penggunaan
TIK sekaligus mendorong kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
 Guru efektif mengajarkan materi
pelajaran secara mendalam dengan
banyak contoh dan memberikan fondasi
yang kuat akan pengetahuan faktual.
Abad 21 menuntut peran guru yang
semakin tinggi dan optimal dalam
mengemban tugas dan menjalankan
profesinya. Guru abad 21 memiliki
karakteristik spesifik dibanding dengan
guru pada era sebelumnya. Karakteristik
yang dimaksud diantaranya:
1. Memiliki semangat dan etos kerja yang
tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai
tuntutan lingkungan sosial dan budaya
di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam
mengemban tugas dan menjalankan
profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas
dan tidak picik dalam memandang
berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa
estetika yang tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing
dan bersanding.
b. Kompetensi guru berdasarkan undang-
undang dan penyesuaiannya
Rumusan kompetensi guru yang
dikembangkan di Indonesia sudah tertuang
dalam Undang-undang No.14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Artinya
diselengarakannya Pendidikan Profesi
Guru (PPG) dimaksudkan agar guru
memiliki kompetensi sebagaimana yang
dimaksud dalam Undangundang tersebut.
Guru yang memiliki kompetensi memadai
sangat menentukan keberhasilan
tercapainya tujuan pendidikan.
Adapun Cara Penyesuaiannya dapat
dikategorikan dalam 4 bagian yaitu :
 Kompetensi Pedagogik : Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan
guru yang berkenaan dengan
pemahaman terhadap peserta didik dan
pengelolaan pembelajaran mulai dari
merencanakan, melaksanakan sampai
dengan mengevaluasi.
 Kompetensi Kepribadian : merupakan
personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhak
mulia.
 Kompetensi Sosial : berkenaan dengan
kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidian, orang tua peserta Di
sekolah guru menjadi pengajar,
pembimbing serta teladan bagi para
peserta didik, di masyarakat guru
merupakan figur teladan bagi
masyarakat di sekitarnya yang
memberikan kontribusi positif dalam
norma-norma sosial di masyarakat 54
didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial penting dimiliki bagi
seorang pendidik yang profesinya
senantiasa berinteraksi dengan human
(manusia) lain.
 Kompetensi Profesional : Kompetensi
profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi
materi pembelajaran, dan substansi
keilmuan yang menaungi materi dalam
kurikulum, serta menambah wawasan
keilmuan.
c. Profil guru abad 21 yang memesona
Abad 21 yang ditandai dengan kehadiran
era media (digital age) sangat berpengaruh
pada pengelolaan pembelajaran dan
perubahan karakteristik peserta didik.
Pembelajaran abad 21 menjadi keharusan
untuk mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi, serta
pengelolaan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik. Pola pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centred)
menjadi pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (student centred) karena
sumber belajar digital dan lingkungan yang
bisa dieksplorasi melimpah. Dalam
mengelola pembelajaran guru mengawali
dengan perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran yang disusun
dengan terlebih dahulu guru memahami
karateristik peserta didik, memahami
berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran, mengintegrasikan aneka
sumber belajar berbasis digital dan non-
digital, mengintegrasikan pembelajaran
dengan teknologi, memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dengan potensi
dan karakter peserta didik serta pilihan
metode yang berpusat pada peserta didik
(student centered). Pada tahap
perencanaan ini guru mengenbangkan
rencana pembelajaran (RPP) atau lesson
plan yang memenuhi prinsip-prinsip
perencanaan yang mendidik.
Selain penjelasan mudah dipahami,
penguasaan keilmuan benar, canggih
menguasai teknologi, mau mendengar
peserta didik, berempati atas kondisi
peserta didik, dan pandai 60 mengelola
kelas sebagai pengendalian situasi di kelas
secara rinci guru yang memesona tampil
dalam sebagai berikut ;
 Guru harus bisa menjadi teman belajar
(co learner) yang menyenangkan,
pandai membuat analogi materi yang
sulit dengan padanan sehingga mudah
dipahami.
 Pandai membuat metafora atau
perumpamaan sebagai strategi sehingga
peserta didik mudah menangkap esensi
dari suatu materi. Misalnya guru bisa
menggunakan cerita untuk
menumbuhkan kesadaran penggunaan
teknologi yang bijaksana. Metaphor
dapat diperguanakan di awal, ditengah
maupun akhir pembelajaran.
 Canggih. Guru memesona harus
terlihat canggih sehingga generasi z
merasa ada sesuatu yang perlu
dipelajari dari gurunya dan terkagum-
kagum.
 Humoris namun tegas dan disiplin.
Guru yang humoris membawa suasana
lebih akrab dan dekat, menyebabkan
suasana riang namun tetap tegas dan
disiplin kapan waktunya belajar dan
kapan bersikap humor.
 Guru pandai berempati dan
menyayangi peserta didik. Tidak semua
peserta didik berasal dari keluarga yang
beruntung secara ekonomi atau banyak
yang mengalami kondisi keluarga yang
kurang harmonis. Guru harus
mengenal satu persatu latar belakang
dan bahkan menjadi tempat bernaung
dan berlindung dan tidak serta merta
atas nama agen kurikulum. Tugas guru
adalah embuat peserta didik belajar
nyaman, merasa terlindungi dan
bahkan bisa membantu menyelesaikan
persoalan peserta didik di sekolah
maupun di rumah.
 Memiliki rasa kesepenuhhatian dan
menyadari apa yang dilakukan adalah
panggilan jiwa. Guru perlu bermurah
hati sehingga kelas-kelas kita menjadi
tempat yang menyejukkan bagi peserta
didik dan termotivasi untuk menjadi
genrasi tangguh dan baik. Beban hidup
guru tidak boleh terekspresikan
negative di depan peserta didik, justeru
memperlihatkan sosok tangguh yang
patut diteladani.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Guru Abad 21


a. (Profesi dan kedudukan guru dalam
pandangan yuridis)
Terbitnya Undang -Undang Guru dan
Dosen Nomor 14 Tahun 2005 adalah
momentum bersejarah bagi guru yang
didahului pencanangan guru sebagai suatu
profesi pada tanggal 2 Desember 2004.
Profesi guru merupakan salah satu dari
profesi tenaga kependidikan yang diatur
dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor
20 tahun 2003. Tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.
b. Tugas pokok dan fungsi guru
berdasarkan undang-undang
Guru adalah pendidik professional dengan
tugas utama guru mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Kedudukan guru
sebagai tenaga professional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Intinya guru bertugas
melaksanakan sistem pendidikan nasional
demi terwujudnya tujuan pendidikan
nasional yaitu “berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab”. Atas dasar
tanggungjawabnya yang besar pemerintah
telah menerbitkan Permendikbud Nomor
15 tahun 2018 tentang pemenuhan beban
kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas
sekolah yang menyebutkan kegiatan-
kegiatan yang harus dijalankan oleh guru
yang sebenarnya merupakan tugas dan
fungsi guru. Permendikbud Nomor 15
tahun 2018.
c. Penyesuaian Tugas Pokok dan fungsi
guru sesuai tantangan abad 21
merinci kegiatan-kegiatan pokok yang
perlu dilakukan guru dalam melaksanakan
beban kerja selama 37, 5 (tiga puluh tujuh
koma lima) sebagai jam kerja efektif yaitu;
(a) merencanakan pembelajaran atau
pembimbingan
(b) melaksanakan pembelajaran atau
pembimbingan;
(c) menilai hasil pembelajaran atau
pembimbingan;
(d) membimbing dan melatih peserta didik;
dan
(e) melaksanakan tugas tambahan yang
melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja guru.

4. Strategi Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan
Adapun pokok-pokok materi yang akan
dibahas dari modul 1 Kegiatan belajar 4 ini
meliputi:
a. Konsep dan paradigm pengembangan
profesi berkelanjutan
Profesionalisme akan selalu gagal karena
praktek secara inheren tidak tentu dan
tidak bisa diprediksi. Harapan terbesar
dari inovasi adalah kemauan guru untuk
secara sadar mau meningkatkan
profesionalisme diri secara berkelanjutan
sehingga semakin mempertinggi mutu
pengalaman belajar peserta didik. Guru
memiliki peran utama bukan sekedar
melaksanakan reformasi pendidikan,
namun harus terlibat dalam merumuskan
konsep dan desain reformasi pendidikan
yang diperlukan. Guru abad 21 perlu
bertindak akademis dan mampu
mengambil keputusan-keputusan
pedagogis saat melaksanakan tugas utama.
Kemampuan guru ini harus terus
dipelihara dan berkembang secara
akumulatif memanfaatkan pengalaman
sebelumnya.
b. Guru sebagai professional yang
refleksitf
Refleksi adalah proses berpikir mendalam
tentang suatu aktifitas dan berupaka
menemukan strategi penyelesaian
masalahnya (Zulfikar & AcehIndonesia,
2019). Berdasarkan empat kriteria yang
dikemukakan Dewey (1977) maka refleksi
dapat didefinisikan sebagai usaha
menciptakan makna melalui proses
berpikir sistematis dan ketat dengan
menghubungkan antar pengalaman
sehingga diperoleh pemahaman mendalam
sehingga memunculkan peluang belajar
lebih lanjut (menuju perbaikan). Guru
adalah pemikir yang reflektif (reflective
thinker) khususnya berkaitan tugas pokok
guru yang sudah dijalankan. Kegiatan
refleksi umumnya melibatkan 3 elemen
yaitu; melihat pengalaman sebelumnya,
memahami atau merasakan situasi yang
direfleksikan, dan mengevaluasi
pengalaman tersebut. Guru yang bertindak
reflektif bercirikan aktif, tekun, penuh
pertimbangan, menggunakan pengetahuan
(learn), optimis, dan mampu
menyimpulkan. Optimis mengandung
pengertian guru perlu menghargai potensi
diri (pengalamanpengalaman sendiri) dan
meyakini pada dasarnya setiap manusia
memiliki potensi mengembangkan
profesionalisme dirinya.
c. Konsep belajar mandiri dalam
pengembangan profesi berkelanjutan
Pengembangan keprofesian berkelanjutan
adalah pengembangan kompetensi guru
yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, bertahap dan berkelanjutan
untuk meningkatkan profesionalitasnya.
pengembangan keprofesian berkelanjutan
(PKB) terdiri dari 3 komponen, yaitu
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan
karya inovatif.
 Pengembangan diri : Pengembangan diri
merupakan upaya-upaya guru dalam
rangka meningkatkan
profesionalismenya apabila memiliki
penguasaan 4 kompetensi secara utuh,
mampu melaksanakan tugastugas
pokok dan tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, serta mampu
melaksanakan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
 Publikasi Ilmiah : Publikasi ilmiah
dikatagorikan menjadi 3 kelompok
kegiatan yaitu presentasi pada forum
ilmiah, Publikasi hasil penelitian atau
gagasan inovatif 148 pada bidang
pendidikan formal, dan Publikasi buku
teks pelajaran, buku pengayaan,
pedoman guru dan buku bidang
pendidikan.
 Karya Inovatif : Karya inovatif bisa
merupakan penemuan baru, hasil
pengembangan, atau hasil modifikasi
sebagai bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan kualitas
pendidikan.

2 Daftar materi yang sulit 1. Profil dan Kompetensi Guru Abad 21


dipahami di modul ini
3 Daftar materi yang sering 1. Karakteristik Pembelajaran Abad 21
mengalami miskonsepsi
Modul 3

Nama : Samsudiwati
LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Pembelajaran Inovatif


Judul Kegiatan Belajar (KB) 5. Pembelajaran STEAM
(science,technology,engineering,art,
and mathematics)
6. Pembelajaran Berbasis Neurosains
7. Pembelajaran Digital
8. Model Pembelajaran “Blended
Learning”
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Pembelajaran STEAM
dipelajari a. (Pengertian STEAM)
STEAM merupakan singkatan dari
pembelajaran Science, Technology,
Engineering, Art and Mathematics.
STEAM dikenal di Indonesia dengan
Sciences ebagai Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Technology sebagai ilmu teknologi,
Engineering sebagai ilmu teknik, Art
sebagai ilmu seni, seperti seni musik,
seni lukis, dan seni kriya, serta
Mathematics sebagai ilmu matematika.
b. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran
STEAM
Tujuan pembelajaran STEAM dapat
mengasah tingkat literasi STEAM pada
peserta didik. Literasi STEAM menjadi
tujuan yang dapat dicapai oleh peserta
didik maupun pendidik. Bagi peserta
didik, literasi STEAM akan berguna
dalam perkembangan kehidupannya dan
bagi pendidik literasi STEAM bermanfaat
menunjang kinerja mendidik generasi
yang kompetitif dan kolaboratif.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran STEAM
Tujuan pembelajaran STEAM dapat
mengasah tingkat literasi STEAM pada
peserta didik. Literasi STEAM menjadi
tujuan yang dapat dicapai oleh peserta
didik maupun pendidik. Bagi peserta
didik, literasi STEAM akan berguna
dalam perkembangan kehidupannya dan
bagi pendidik literasi STEAM bermanfaat
menunjang kinerja mendidik generasi
yang kompetitif dan kolaboratif. perlu
mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran
yang berlaku dalam pembelajaran
STEAM. Prinsip-prinsip pembelajaran
STEAM antara lain :
 Prinsip perhatian dan motivasi berpikir
peserta didik.
 Prinsip keaktifan
 Prinsip keterlibatan langsung
 Prinsip tantangan
 Prinsip balikan dan
d. Prinsip perbedaan individual
Pembelajaran STEAM menggunakan
Model Problem Based Learning.
Pembelajaran berbasis masalah meliputi
pengajuan pertanyaan atau masalah,
memusatkan pada keterkaitan antar
disiplin, penyelidikan asli/autentik,
kerjasama dan menghasilkan karya serta
peragaan. Agar pembelajaran STEAM
dapat dilaksanakan melalui pembelajaran
berbasis masalah, perlu Saudara pelajari
langkah-langkah operasional berikut
 Fase 1, Orientasi peserta didik kepada
masalah
 Fase 2, Mengorganisasikan peserta
didik
 Fase 3, Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok
 Fase 4, Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
 Fase 5, Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
e. Pembelajaran STEAM Berpusat Pada
Proyek
Pembelajaran STEAM yang berpusat pada
proyek didasarkan pada masalah dunia
nyata. Proyek-proyek ini mengharuskan
peserta didik untuk meneliti,
mengusulkan dan memilih solusi, dan
membuat desain. Setelah prototipe atau
model dibuat, peserta didik menguji dan
mempresentasikan temuan mereka, dan
jika waktu memungkinkan, mereka
mendesain ulang proyek dan melakukan
perbaikan. Proyek-proyek ini harus
selaras dengan masalah atau kebutuhan
lokal, regional, atau global (Sesuatu yang
dapat dihubungkan dengan peserta
didik).

Secara garis besar, pembelajaran STEAM


berpusat proyek dapat dilakukan
menggunakan tahapan sebagai berikut:
 Memilih salah satu topik yang
memungkinkan Anda
menggabungkan seluruh 5 aspek
STEAM
 Memilih salah satu topik yang
memungkinkan Anda
menggabungkan seluruh 5 aspek
STEAM
 Mendefinisikan tantangan (apa tujuan
pembelajaran akan dicapai peserta
didik)
 Memiliki solusi atas penelitian dan
curah pendapat peserta didik
 Menjelaskan tantangan kepada
peserta didik (gunakan video untuk
melibatkan peserta didik)
 Menggunakan rencana desain teknik
penyelesaian masalah
 Membimbing peserta didik ketika
mereka memilih gagasan dan
membuat prototype
 Menguji prototype yang dihasilkan
 Meminta peserta didik
mengkomunikasikan temuan mereka
 Mendesain ulang prototype yang
dihasilkan sehingga memperoleh
prototype sesuai yang diharapkan.
f. Tantangan tantangan Dalam
Pembelajaran STEAM
Berikut adalah tantangan-tantangan
yang dapat ditemukan dalam
pembelajaran STEAM :
 Perbedaan pendekatan/cara dalam
menerapkan pembelajaran STEAM
 Kurangnya standar yang jelas
 Dianggap terlambat saat STEAM
hanya diterapkan pada pendidikan
tingkat menengah

2. Pembelajaran Berbasis Neurosains


a. Pengertian Neurosains, kapasitas dan
Fungsi Bagian Otak Pada Manusia
Secara etimologi (asal kata) neurosains
merupakan ilmu neural yang
mempelajari sistem syaraf, terutama
neuron (sel syaraf otak) dengan
pendekatan multidisiplin sedangkan
secara terminologi (istilah), neurosains
adalah bidang ilmu yang INTI 47
menggeluti pada kajian saintifik terhadap
sistem syaraf, terutama syaraf otak.
Neurosains merupakan penelitian
tentang sistem saraf otak dan bagaimana
otak berfikir. Berangkat dari kedua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
neurosains merupakan ilmu yang
mempelajari sistem syaraf otak dengan
seluruh fungsinya, seperti bagaimana
proses berfikir terjadi dalam otak
manusia.
b. Cara Otak Kita Belajar
Saat seseorang belajar, pengetahuan atau
informasi yang dipelajari akan diterima
dan dikelola oleh otak seseorang melalui
sistem pengolahan informasi pada otak.
Sistem pengolahan informasi
(pengetahuan) dalam otak terdiri dari 55
register sensorik, memori jangka pendek
atau memori kerja (Working Memory),
dan memori jangka panjang (Long Term
Memory). Register sensorik menerima
input pengetahuan melalui panca indera
dan menyimpannya selama per sekian
detik. Input pengetahuan yang tidak
mendapatkan perhatian akan dibuang
dan input pengetahuan yang
mendapatkan perhatian akan disalurkan
ke memori jangka pendek dalam bentuk
persepsi. Selanjutnya, informasi-
informasi di memori jangka pendek yang
mendapatkan penguatan melalui
pengulangan-pengulangan dapat
ditrasnfer ke Long Term Memori (LTM).
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis
Neurosains
Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Secara umum, memori jangka pendek
otak kita berada pada kondisi terbaik
untuk menyimpan informasi pada
pagi hari dan paling tidak efektif pada
sore hari, sebaliknya memori jangka
panjang kita berada pada kondisi
terbaik untuk menyimpan informasi
pada sore hari.
 Otak kita memiliki siklus bio-kognitif
terkait perhatian yang naik turun
setiap 90 menit. Dalam 24 jam otak
kita memiliki siklus naik turun
perhatiannya sebanyak 16 kali
 Pembelajaran akan lebih optimal,
apabila mampu mengembangkan
kedua belahan otak kanan dan kiri
secara seimbang. Otak kanan lebih
bersifat intuitif, acak, divergen
(banyak alternatif pemikiran), dan
tidak teratur. Sedang otak kiri
cenderung bersifat linier, teratur, dan
divergen (satu 57 alternatif
pemikiran). Otak kiri menyerap
informasi berupa kata-kata dan
bahasa, sedangkan otak kanan
menyerap informasi dengan gambar,
warna, dan musik.
 Belahan otak kanan dan kiri kita
mengalami siklus efisiensi secara
bergantian setiap sembilan puluh
sampai seratus menit, dari spasial
tinggiverbal rendah-verbal tinggi-
spasial rendah.
 Pembelajaran mencapai hasil terbaik
apabila difokuskan pada pembahasan
materi, dipecah kegiatan lain seperti
kerja kelompok, kemudian difokuskan
kembali pada pembahasan materi.
Pembelajaran terfokus secara terus
menerus akan menjadi semakin tidak
efisien.
 Pembelajaran akan menarik perhatian
otak, jika memperhatikan perubahan
gerakan, cahaya, kekontrasan, dan
warna.
 Proses pembelajaran agar optimal
perlu memperhatikan beberapa faktor
lingkungan, diantaranya yaitu: suhu
ruangan, pilihan warna kelas, desain
warna tampilan media, pengaturan
ruang kelas termasuk setting tempat
duduk, pencahayaan, tanaman,
musik, aroma, perbandingan luas
ruangan dengan jumlah peserta didik,
ketersediaan air minum, dan media
pembelajaran.
 Proses pembelajaran akan lebih
optimal jika peserta didik memperoleh
asupan gizi dan nutrisi yang cukup,
sehingga anak memiliki hemoglobin
dalam darah (HB) yang tinggi.
Semakin tinggi HB anak, akan
semakin baik anak untuk
berkonsentrasi. Menurut kesehatan,
HB standar yang disarankan dimiliki
anak adalah berkisar 11 - 12. Untuk
menjamin peserta didik tercukupi gizi
dan nutrisinya, sekolah bisa membuat
program makan di sekolah dengan
makanan alami yang memiliki protein
dan serat yang baik, sayuran dan
buah-buahan segar, serta program
pemeriksaan Hemoglobin (HB) anak
secara rutin setiap bulan bekerjasama
dengan intansi kesehatan terdekat.
 Emosi memicu perubahan zat kimiawi
dalam tubuh yang dapat mengubah
suasana hati dan perilaku peserta
didik. Kondisi emosi yang positif
peserta didik sama pentingnya dengan
konten kognitif dari materi pelajaran
yang disampaikan. Hal ini karena
emosi positif akan memberikan
kesempatan pada otak untuk
menciptakan peta perseptual yang
lebih baik.
d. Tahap tahap Pembelajaran Berbasis
Neurosains
Menurut Jensen (2008) pembelajaran
berbasis neurosains dapat dilaksanakan
menggunakan lima tahap pembelajaran
yaitu :
 Persiapan : Tahap ini merupakan
tahap pemberian kerangka kerja bagi
pembelajaran baru dan
mempersiapkan otak peserta didik
dengan koneksi-koneksi yang
memungkinkan.
 Akuisisi : Akuisisi dapat dilakukan
melalui pembelajaran langsung &
tidak langsung. Secara neurologis,
akuisisi adalah proses
memformulasikan koneksi sinaptik
baru antar neuron melalui axon dan
dendrit yang terdapat pada setiap
neuron.
 Elaborasi (koreksi kesalahan &
pendalaman) : Tahap elaborasi
merupakan tahap untuk memastikan
bahwa apa yang dikuasai peserta
didik adalah ilmu yang benar dan
akurat.
 Formasi memori (pembelajaran
menggabungkan sandi) : Tahap ini
dapat disebut sebagai tahap
pembelajaran yang merekatkan ikatan
koneksi neuron lebih kuat. Kegiatan
pembelajaran berupaya memastikan
apa yang dipelajari hari senin masih
tetap ada pada hari selasa. Untuk
dapat merekatkan ikatan koneksi
yang lebih kuat, maka perlu
disediakan waktu khusus untuk
perenungan peserta didik tanpa
bimbingan terkait materi yang
dipelajari. Sediakan peserta didik area
untuk mendengarkan musik.
 Integrasi fungsional (penggunaan yang
diperluas) : Integrasi fungsional
adalah upaya untuk memperkuat dan
memperluas materi pembelajaran.
Upaya dapat dilakukan dengan
menerapkan metode pembelajaran
secara bervariasi.

3. Pembelajaran Digital
a. Konsep dan prinsip pembelajaran
digital
Pembelajaran digital pada hakekatnya
adalah pembelajaran yang melibatkan
penggunaan alat dan teknologi digital
secara inovatif selama proses belajar
mengajar, dan sering juga disebut
sebagai Technology Enhanced Learning
(TEL) atau e-Learning. Keuntungan
pembelajaran digital adalah media yang
menyenangkan, sehingga menimbulkan
ketertarikan pembelajar pada program-
program digital. Pembelajar yang belajar
dengan baik akan cepat memahami
komputer atau dapat mengembangkan
dengan cepat keterampilan komputer
yang diperlukan, dengan mengakses
Web. Oleh karena itu, peserta didik dapat
belajar di mana pun pada setiap waktu.
Selain itu, pembelajaran digital
menggunakan teknologi untuk
memperkuat pengalaman belajar peserta
didik dengan menggunakan kombinasi
tools dan praktek, termasuk, antara lain,
penilaian online dan formatif;
peningkatan fokus dan kualitas sumber
daya dan waktu mengajar; konten online;
dan aplikasi teknologi.
Prinsip prinsip Pembelajaran Digital :
 Personalisasi
 Partisipasi Aktif Peserta Didik
 Aksesibilitas
 Penilaian
b. Ragam pembelajaran digital
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia pendidikan
telah memicu kecenderungan pergeseran
dari pembelajaran konvensional secara
tatap muka ke arah pembelajaran digital
yang dapat diakses dengan menggunakan
media, seperti komputer, tanpa dibatasi
jarak, 90 tempat, dan waktu oleh siapa
pun yang memerlukannya. Apalagi
dengan masuknya pengaruh globalisasi,
pendidikan akan lebih bersifat terbuka
dan dua arah, beragam, multidisipliner,
serta terkait pada produktivitas kerja
yang kompetitif.
c. Pembelajaran digital dalam praktek
pembelajaran di kelas.
 Mobile Learning (M-Learning) :
didefinisikan sebagai pembelajaran
yang disampaikan (atau didukung)
oleh teknologi mobile.
 Media Sosial (Socmed) : Media sosial
adalah sebuah media online yang para
penggunanya berpatisipasi dan
bersosialisasi menggunakan internet.
Pengguna sosial bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi seperti blog, jejaring
sosial, wiki, forum dan dunia virtual
yang merupakan bentuk media sosial
yang paling umum digunakan oleh
masyarakat.
 Pembelajaran Berbasis Permainan
(Games Based Learning) : berfokus
dengan menggunakan permainan
bukan untuk menghibur tapi untuk
tujuan pembelajaran. Bagi seseorang
yang bekerja di lapangan dengan
berfokus pada GBL dalam
mengidentifikasi konteks dan kondisi
yang mendukung integrasi dari
permainan digital dengan lingkungan
belajar formal dan informal. Ahli
pendidikan telah menunjuk beberapa
fitur dari permainan yang
mengizinkan mereka untuk
digunakan sebagai alat belajar.
 Pembelajaran Berbasis Awan atau
“Cloud” : komputasi awan atau yang
disebut dengan Cloud Computing
merupakan konsep yang sedang ramai
digunakan pada saat ini, dimana
komputasi merupakan sebuah model
yang memungkinkan terjadinya
penggunaan sumber daya (jaringan,
server, media penyimpanan, aplikasi,
dan service) secara bersama-sama.
4. Model Pembelajaran “Blended Learning”
a. Menjelaskan konsep pembelajaran
blended learning
b. Menjelaskan karakteristik model
pembelajaran blended learning
c. Menjelaskan model-model pembelajaran
blended learning dalam pembelajaran.
d. Menentukan rancangan model
pembelajaran blended learning yang tepat
di kelasnya

2 Daftar materi yang sulit 1. Pembelajaran Berbasis Neurosains


dipahami di modul ini

3 Daftar materi yang sering 1. Model Pembelajaran “Blended Learning


mengalami miskonsepsi
Modul 4

Nama : Samsudiwati
LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul PERANCANGAN PEMBELAJARAN


INOVATIF
Judul Kegiatan Belajar (KB) 9. Merancang Pembelajaran
Inovatif
10.Merancang Pembelajaran
Steam
11.Merancang Pembelajaran
Blended Learning
12.…
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 5. Merancang Pembelajaran Inovatif
dipelajari a. Pengertian Rancangan Pembelajaran
Inovatif sesuai Abad 21.
Rancangan pembelajaran adalah
penyiapan kondisi eksternal peserta
didik secara sistematis yang
menggunakan pendekatan sistem
guna meningkatkan mutu kinerjanya.
Adapun rancangan pembelajaran
inovatif dalam hal ini dimaknai
sebagai aktivitas persiapan
pelaksanaan pembelajaran yang
menerapkan unsur-unsur
pembelajaran terbaru di abad 21 dan
terintegrasi dalam komponen maupun
tahapan pembelajaran yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Karakteristik Rancangan
Pembelajaran Inovatif Abad 21.
Berikut ini karakteristik rancangan
pembelajaran inovatif abad 21 beserta
penerapannya dalam RPP, yaitu:
1. Kolaborasi peserta didik dan guru
2. Berorientasi HOTS
3. Mengintegrasikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (ICT)
4. Berorientasi pada keterampilan
belajar dan mengembangkan
Keterampilan Abad 21 (4C)
5. Mengembangkan kemampuan
literasi
6. Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK)
c. Menyusun Rancangan Pembelajaran
Inovatif Abad 21.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun RPP sesuai Abad
21, yaitu:
a. Unsur-unsur pembelajaran
inovatif seperti TPACK,
Neuroscience, STEAM, PPK,
termasuk keterampilan abad 21-
4C, literasi, dan HOTS, bisa
diintegrasikan atau diterapkan
dalam RPP pada komponen IPK,
Rumusan Tujuan, Aktivitas
Pendahuluan, Inti, Penutup
Pembelajaran, dan atau komponen
Penilaian Pembelajaran.
b. Saudara harus memahami isi dan
susunan RPP yang Anda tulis
sendiri dengan memuat komponen
dan menerapkan prinsip-prinsip
RPP sesuai Permendikbud No.22
Tahun 2016.
c. Saudara boleh menyusun RPP
dalam kolom atau pun tidak
karena tidak ada format baku
dalam menyusun RPP. RPP juga
bisa disusun menggunakan tabel
atau tidak pada komponen
langkah-langkah kegiatan
pembelajaran atau di komponen
lainnya.
2. Merancang Pembelajaran Steam
a. Pengertian rancangan pembelajaran
inovatif dengan pendekatan STEAM.
Segala persiapan pelaksanaan
pembelajaran yang menerapkan
unsur-unsur pendekatan STEAM baik
secara tertanam (embedded) maupun
terintegrasi (integrated) dalam
komponen maupun tahapan rencana
pembelajaran yang akan
dilaksanakan guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
b. Langkah-langkah penyusunan RPP
dengan pendekatan STEAM
Berikut ini langkah-langkah
perancangan pembelajaran inovatif
dengan pendekatan STEAM sebagai
pedoman saudara untuk menyusun
RPP:
1. Merumuskan Tujuan
Pembelajaran
2. Menganalisis Materi Pembelajaran
3. Menentukan Model, dan Metode
Pembelajaran
4. Menentukan Media, Alat, dan
Sumber Belajar
5. Menyusun langkah-langkah
Pembelajaran
6. Penilaian Pembelajaran
7. Menyusun Kegiatan Tindak Lanjut

3. Merancang Pembelajaran Blended


Learning
a. Perencanaan Pembelajaran “blended
learning”
Blended learning merupakan
kombinasi strategi penyampaian
materi yang tepat dalam format yang
tepat untuk orang yang tepat pada
saat yang tepat. “Blended learning”
mengkombinasikan beragam media
penyampaian yang dirancang untuk
saling melengkapi satu sama lain dan
mendorong terjadinya proses belajar
yang optimal. Berikut merupakan
langkah-langkah perencanaan
pembelajaran “blended learning”:
1. Menentukan model pembelajaran
“blended learning”
2. Menyusun RPP “blended learning”
3. Menyiapkan Bahan, Alat/Media,
dan Sumber Belajar Tatap Muka
dan Daring
b. Pemanfaatan teknologi e-learning
untuk pembelajaran online.
1. Kelebihan dan Kekurangan Google
Classroom
2. Teknologi e-learning dengan
aplikasi Zoom Cloud Meeting
3. Teknologi e-learning dengan
aplikasi Edmodo
4. Teknologi e-learning dengan
aplikasi Moodle

2 Daftar materi yang sulit 1. Merancang Pembelajaran Inovatif


dipahami di modul ini 2. Merancang Pembelajaran Blended
Learning

3 Daftar materi yang sering 1. Merancang Pembelajaran Steam


mengalami miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai