by Soetomo-Kreatif
Pendidikan Kewarganegaraan
I.2. Tujuan
II. Analisis
II.1 Bentuk Pameran
Bentuk Pameran yang akan kami tampilkan berupa lukisan. Secara teknis,
masing-masing dari kami akan membuat satu karya seni berupa lukisan dengan
tema yang sama secara digital. Hasil dari karya-karya digital tersebut akan kami
print dalam kertas ukuran A3 yang kemudian dimasukkan ke dalam bingkai. Lalu,
semua lukisan itu akan dipajang di lokasi yang telah kami tentukan. Jadi, akan ada
8 lukisan bertema diskriminasi yang akan dipamerkan pada Universitas Katolik
Parahyangan. Selain dipajang, kami juga akan menggunakan hasil lukisan-lukisan
tersebut menjadi desain baju dan tote bag yang akan kami kenakan ketika
pameran tersebut dilaksanakan.
Waktu Kegiatan
Tanggal Bulan
28 - 30 Pembuatan TOR
8-9 Pameran
21 - 27 Mempersiapkan Presentasi
III. Kesimpulan
Pameran lukisan dengan tema diskriminasi yang akan ditampilkan di
Universitas Katolik Parahyangan merupakan cara kami dalam menyampaikan
pemahaman mengenai diskriminasi. Diskriminasi merupakan salah satu
permasalahan yang selalu ada pada tiap zaman dan setiap orang mempunyai
pemikiran yang berbeda-beda mengenai makna diskriminasi, walau kami semua
mempunyai pemikiran atau teori yang berbeda-beda soal topik yang diselaraskan
bersama, tetapi tetap bisa dijadikan satu karya yang diberikan arti mendalam akan
hal atau opini yang ingin disampaikan. Dari berbagai opini yang berbeda pada
akhirnya dapat disatukan menjadi suatu opini yang satu dalam pameran ini dan
dapat kami sampaikan ke berbagai kalangan masyarakat di Universitas Katolik
Parahyangan. Kami berharap agar opini kami dapat dilihat oleh seluruh
masyarakat Universitas Katolik Parahyangan dan menjadi suatu hal positif yang
dapat selalu dikembangkan dalam kehidupan berkuliah.
Lampiran Essai yang Digunakan Sebagai
Rujukan Untuk Kegiatan Pameran
BAB I
PENDAHULUAN
Keragaman suku serta ras yang terjadi tentu tidak dapat kita hindari. Dengan hal ini,
muncul berbagai pandangan yang timbul dari suatu kelompok terhadap kelompok lain yang
dianggap berbeda. Paham yang meyakini bahwa identitas mereka lebih unggul dan
membenarkan ketidaksetaraan. Secara umum, kita kenal sebagai tindakan rasisme. Menurut
Oliver C. Cox, Rasisme adalah situasi yang menilai berbagai tindakan dan nilai dalam suatu
kelompok berdasar perspektif kulturalnya yang memandang semua nilai sosial masyarakat lain
diluar diri mereka itu salah dan tidak dapat diterima.
Penyebab timbulnya rasisme terjadi karena beberapa faktor, yakni adanya pemberian
doktrin suatu ras minoritas lebih inferior dari ras yang dominan, terdapat ajaran turun-temurun
dari suatu kelompok masyarakat, dan munculnya suatu aturan yang hanya menguntungkan
kelompok tertentu saja. Rasisme meyakini akan anggota ras minoritas tidak layak mendapat
tempat eksklusif dibanding ras mayoritas baik dalam kekuasaan politik, ekonomi, pekerjaan serta
seluruh aspek dalam berkewarganegaraan. Maka, Rasisme dipandang sebagai sebuah tindakan
yang melanggar norma serta hak asasi manusia karena menyangkut dengan kebebasan seseorang.
Bentuk tindakan rasisme ini dapat berupa prasangka atau bahkan bisa sampai berupa
ancaman. Prasangka buruk muncul sebagai cara untuk meningkatkan citra diri seorang individu
atau kelompok. Individu atau kelompok yang memandang rendah kelompok lain, akan
menghasilkan prasangka yaitu pandangan bahwa mereka berhak memimpin atau mendominasi
orang lain karena superioritas mereka. Namun, kenyataannya superioritas ras malah
mendiskriminasi dan melanggar hak orang lain. Prasangka mewujudkan suatu rasionalisasi untuk
diskriminasi, selanjutnya diskriminasi sering kali membawa ancaman. Ancaman yang dilakukan
dapat berupa psikologis maupun fisik yang memang sengaja ditujukkan kepada kelompok ras
sasaran. Perbuatan yang dilakukan misalnya menghina, menghisap, menindas dan sampai
membunuh.
Rasisme masih menjadi permasalahan yang marak terjadi di seluruh dunia, termasuk
Indonesia sebagai negara multikultural. kasusnya banyak terjadi bahkan dapat dilakukan oleh
kalangan masyarakat biasa maupun petinggi. Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada bulan
Januari tahun 2021 seorang politikus bernama Ambroncius Nababan terjerat kasus dugaan
rasisme kepada aktivis Papua yakni Natalius Pigai melalui media sosial facebook. Ambroncius
telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Rutan Bareskrim Polri.
BAB II
Awal mula terjadinya peristiwa ini diawali ketika Ambroncius mengunggah sebuah
postingan foto Natalius Pigai yang disandingkan dengan gorilla. Kalimat "Edodoeee pace.
Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies. Sa setuju pace,” menyertai
gambar postingan tersebut. Foto yang diunggah melalui sosial media tersebut langsung viral dan
menuai kontroversi. Sebelumnya, Natalius Pigai memang menyuarakan bahwa ia tidak setuju
dengan pemerintah yang memaksa warga menggunakan vaksin Sinovac.
Namun tanggapan yang diberi oleh Ambroncius seolah-olah menyamakan Natalius Pigai
dengan binatang gorilla. Tentunya hal ini tidak dapat dibenarkan karena lagi-lagi ras kulit hitam
mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya. Ambroncius yang berasal dari suku batak
mendapat kecaman dari masyarakat batak di Provinsi Papua. Dimana mereka mengutuk keras
pernyataan Ambroncius Nababan. Mereka juga menegaskan bahwa hal tersebut murni ungkapan
pribadi dari beliau sehingga tidak mewakili masyarakat Batak yang tinggal di Papua.
Hingga saat ini pun ternyata masih ada kasus rasisme di dalam negara kita sendiri.
Khususnya stigma yang melekat bagi masyarakat dengan ras berkulit hitam. Bahkan
olok-olokannya dijadikan candaan untuk konsumsi publik. Tindakan Ambroncius
memperlihatkan bahwa ia masih kental mempercayai stereotipe akan perbedaan ras. Walaupun
kejadian ini dilakukan sebagai bentuk protesnya karena Natalius menyerang program vaksinasi
Covid-19, tetapi tetap dari segi manapun tidak bisa dibenarkan.
BAB III
KESIMPULAN
Dengan demikian, kita harus berhati-hati dalam bertindak baik di kehidupan nyata
maupun dalam media sosial. Hindari pernyataan yang menyinggung mengenai SARA karena
dampaknya akan merugikan seseorang atau kelompok yang bersangkutan. Paham negatif
tersebut bisa mengganggu kondisi psikologis serta fisik yang mungkin tak kita sangka-sangka.
Peristiwa serupa yang terjadi juga bisa dialami dan dilakukan oleh siapa saja. kita harus bisa
lebih peka serta menerima bahwa memang kita hidup dalam keberagaman ras, suku, agama, dan
adat.
Karena doktrin tentang masyarakat atau ras tertentu sudah tertanam secara turun temurun,
maka generasi sekarang harus diberikan wawasan lebih tentang perbedaan ras yang ada di
masyarakat serta sikap yang harus ditujukkan pada orang-orang atau sekelompok yang berbeda
darinya. Bersikap tegas jika melihat orang di sekitar kita menjadi korban rasisme atau bahkan hal
tersebut terjadi pada diri kita sendiri. Cobalah untuk dapat berbaur dengan memandang setiap
suku, ras, dan golongan memiliki hak yang sama.
Dengan hidup berdampingan maka kita semua bisa menjalani aktivitas masing-masing
dengan baik. Tidak ada saling ganggu atau bahkan merugi satu sama lain. Pendidikan dari orang
tua juga sekolah menjadi pondasi pertama atas nilai-nilai toleransi yang kita punya. Jangan
sampai keadaan ini bisa dijadikan peluang bagi orang-orang yang berniat buruk untuk memecah
belah bangsa kita yaitu bangsa Indonesia.
Peraturan Undang-Undang juga telah mengatur hukuman bagi pelanggar yang melakukan
tindak rasisme. Selain itu, Di tingkat internasional, ada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM). Pasal 2 DUHAM menegaskan bahwa setiap orang berhak atas hak-hak ini “tanpa
perbedaan dalam bentuk apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat
politik atau lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, properti, kelahiran, atau status lainnya.“
Memang tidak mudah untuk mengubah pandangan seseorang terhadap ras tertentu.
Apalagi kenyataannya bahwa kita hidup dalam negara yang multikultural. Namun dengan
langkah-langkah kecil misalnya saja seperti hidup berdampingan baik dengan seluruh
masyarakat yang berbeda dapat mencegah generasi mendatang memiliki pola pikir yang sama.
Kita semua memiliki peran dalam mencegah terjadinya kasus-kasus seperti contoh di atas serta
kasus lainnya yang serupa.
Lampiran Design dan Penjelasan Design
yang akan Digunakan Dalam Kegiatan
Pameran
No Design Penjelasan Design
1
Design ini memiliki arti