Anda di halaman 1dari 21

Mendorong Gerakan Anti-Diskriminasi dalam Kalangan Universitas

by Soetomo-Kreatif

Pendidikan Kewarganegaraan

Bpk. Albertus Sophan Ajie Setiarmo

Callysta Kayleen - 6092201213


Aloysius Alvin - 6132201068
Gregorius Yogawiratama - 6102101010
Nicholas Valerian - 6102101051
Hans Samuel Yogaputra - 6102101073
Lukas Melvin Valerian - 6102101105
Melvin Putera - 6102101118
Lintang Johar - 6102101062
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Pameran itu adalah sebuah kegiatan memberikan suatu gagasan kepada
publik oleh sang seniman melalui karyanya. Pameran dapat dibagi menjadi
beberapa jenis. Jenis - jenis pameran tersebut dapat dikelompokan berdasarkan,
bentuk karya seninya, jumlah peserta, dan lokasi pamerannya. Terdapat dua
jenis pameran, jika dibedakan berdasarkan jenis karya seninya, yaitu, pameran
homogen dan pameran heterogen. Pada pameran homogen, berdasarkan
namanya, jenis pameran ini hanya menyajikan satu bentuk karya seni,
contohnya adalah pameran lukis, pameran patung.
Jika pameran berjenis heterogen, karya seni yang disajikan adalah
beberapa bentuk karya seni yang berbeda - beda, contohnya, pameran seni lukis
dan patung yang dilakukan bersamaan dan pada lokasi yang sama. Jenis
pameran yang selanjutnya, dibedakan berdasarkan jumlah pesertanya. Jumlah
peserta yang dimaksud adalah pembuat karya seninya. Berdasarkan jumlah
pesertanya, jenis pameran dibagi menjadi dua. Pameran tunggal, dan pameran
kelompok. Pameran tunggal, dilakukan sendiri, artinya, karya seni dibuat oleh
satu orang. Sedangkan, pameran kelompok, karya seni yang disajikan, dibuat
lebih dari satu orang. Jika dilihat dari lokasi pelaksanaannya, pameran dibagi
menjadi dua, yaitu, pameran indoor, dan pameran outdoor. Pameran indoor,
artinya pameran tersebut dilaksanakan di dalam ruangan. Biasanya dilakukan di
museum. Pada pameran outdoor, pameran dilaksanakan di luar ruangan.

I.2. Tujuan

II. Analisis
II.1 Bentuk Pameran
Bentuk Pameran yang akan kami tampilkan berupa lukisan. Secara teknis,
masing-masing dari kami akan membuat satu karya seni berupa lukisan dengan
tema yang sama secara digital. Hasil dari karya-karya digital tersebut akan kami
print dalam kertas ukuran A3 yang kemudian dimasukkan ke dalam bingkai. Lalu,
semua lukisan itu akan dipajang di lokasi yang telah kami tentukan. Jadi, akan ada
8 lukisan bertema diskriminasi yang akan dipamerkan pada Universitas Katolik
Parahyangan. Selain dipajang, kami juga akan menggunakan hasil lukisan-lukisan
tersebut menjadi desain baju dan tote bag yang akan kami kenakan ketika
pameran tersebut dilaksanakan.

II.2 Tema Pameran


Pameran yang akan kami selenggarakan mengangkat tema tentang
diskriminasi. Seperti yang sudah kita ketahui, diskriminasi merupakan suatu
tindakan yang terjadi karena adanya perlakuan tidak adil terhadap suatu golongan
tertentu. Diskriminasi memiliki banyak jenis, yakni diskriminasi ras, suku,
agama, jenis kelamin dan masih banyak lagi. Namun, dalam pameran kali ini,
kami lebih fokus terhadap diskriminasi ras atau lebih dikenal sebagai rasisme.
Mengapa kami tertarik untuk mengangkat tema ini? Karena permasalahan rasisme
sendiri, masih menjadi konflik berkelanjutan yang tidak akan ada habisnya.
Bahkan bukan hanya di negara Indonesia tetapi seluruh negara di dunia masih
banyak dijumpai kasus-kasus rasisme.
Adanya stigma tertentu terhadap suatu golongan yang diturunkan ke
generasi selanjutnya menjadi sebab mengapa rasisme terus terjadi walau seiring
majunya perkembangan zaman. Solusi yang dapat dilakukan adalah memberikan
wawasan serta kesadaran bahwa perbedaan yang terjadi di tengah kita tidak bisa
dihindari. Dengan demikian, generasi masa kini perlu menumbuhkan perilaku
simpati dan toleransi agar tidak menimbulkan perpecahan akibat tindakan
diskriminasi ras. Salah satunya kita dapat melakukan sebuah kegiatan yang
mendukung tindakan anti diskriminasi terhadap ras. Harapan dengan kami
membuat pameran ini, sehingga mampu mengubah pandangan masyarakat
mengenai adanya ketidaksetaraan antar kelompok mayoritas dan minoritas.

II.3 Target Publik dalam Pameran


Target publik dalam pameran ini adalah seluruh masyarakat Universitas
Katolik Parahyangan. Kami akan lebih berfokus kepada para mahasiswa atau
mahasiswi yang berkuliah karena kami ingin memberikan pandangan positif
mengenai diskriminasi tersebut kepada para mahasiswa ataupun mahasiswi
sebagai penerus bangsa

II.4 Lokasi Pameran


Pameran yang bertemakan diskriminasi ras ini akan kami laksanakan di
Universitas Katolik Parahyangan. Kami memiliki target publik seluruh
masyarakat UNPAR terutama para mahasiswa dan mahasiswi yang saat ini
menempuh pendidikan di Universitas Katolik Parahyangan.
Universitas Katolik Parahyangan memiliki beragam sekali mahasiswa dari
berbagai daerah di Indonesia. Dengan keberagaman ras yang dimiliki oleh para
mahasiswa yang akan menghadiri pameran tersebut, kami dapat melihat berbagai
reaksi dan pendapat dari para mahasiswa atau orang-orang yang akan menghadiri
pameran tersebut.
Pameran ini dilaksanakan di Universitas Katolik Parahyangan juga karena
kami ingin mengajak para mahasiswa agar bisa saling menghargai dan
menghormati perbedaan, dikarenakan selama kita berkuliah di Universitas Katolik
Parahyangan ini kita membutuhkan banyak bantuan dari berbagai orang. Oleh
sebab itu sikap saling menghormati perbedaan ini harus bisa diterima oleh setiap
mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas tersebut.

II.5 Apakah Membuat Pameran Tersebut Menarik


Pameran ini menarik karena yang kami tampilkan adalah tentang karya
seni yang bertemakan diskriminasi. Diskriminasi merupakan salah satu isu
permasalahan yang pasti ada di tengah-tengah keberagaman. Oleh karena itu
dengan pameran ini kita dapat memproyeksikan perasaan kumulatif
mahasiswa-mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan yang mempunyai
pemahaman berbeda dalam ajuan pengertian diskriminasi.
Tema yang kami ambil ini merupakan tema yang sedikit sensitif dan harus
bisa diterima dengan pikiran yang terbuka. Seorang mahasiswa harus bisa
mengolah gagasan tersebut dan menerapkan hal positif dari gagasan tersebut ke
dalam kehidupannya. Jadi, pameran ini dilakukan untuk memberikan opini kami
terhadap tema tersebut dan orang-orang yang setidaknya melewati pameran kami
diharapkan dapat memikirkan tentang tema dari pameran tersebut.

II.6 Penjelasan Kegiatan


Kegiatan yang akan kami lakukan merupakan sebuah pameran. Pameran
tersebut akan dilaksanakan secara offline. Kami akan menampilkan karya yang
sudah kami persiapkan sebelumnya dengan tema diskriminasi yang mengarah
kepada diskriminasi ras. Pameran tersebut akan dilaksanakan pada lingkungan
Universitas Katolik Parahyangan dengan intensi membuat para mahasiswa
berpikir kritis mengenai tema tersebut.
Setiap orang yang menghadiri pameran kami akan diminta sedikit
pendapat mereka sehingga kami sebagai penyelenggara dapat mengetahui
pandangan beberapa mahasiswa mengenai tema yang kami bawakan. Tidak hanya
untuk menambahkan wawasan kami sebagai penyelenggara melainkan untuk
menyatukan pemikiran kami sebagai mahasiswa manakah yang dapat
membawakan perkembangan bagi kami semua untuk meningkatkan kualitas
kehidupan kami sebagai seorang mahasiswa.
Kegiatan kami akan berjalan mengikuti dengan timeline yang sudah kami
susun. Berikut merupakan timeline tersebut

Waktu Kegiatan

Tanggal Bulan

18 - 27 November Pembuatan Karya

28 - 30 Pembuatan TOR

1-4 Desember Mempersiapkan Keperluan


Pameran
5-7 Mempersiapkan Tempat

8-9 Pameran

10 - 17 Membuat Laporan Mengenai


Hasil Pameran

18 - 20 Final Checking Laporan

21 - 27 Mempersiapkan Presentasi

II.7 Output dari Pameran


Pameran ini kami buat untuk menyampaikan pemikiran kami bahwa
tindakan diskriminasi hendaknya dihindari. Karena kami melakukan pameran ini
pada lingkungan Universitas Katolik Parahyangan, kami berharap agar tindakan
diskriminasi atau pengelompokan pada lingkungan Universitas Katolik
Parahyangan dapat berkurang dengan harapan hal tersebut dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dan aktivitas perkuliahan.
Keberhasilan pameran kami ini dapat diukur melalui seberapa banyaknya
orang yang menghadiri pameran kami dan menyetujui tema pameran kami. Target
kami yaitu 70 orang menghadiri pameran kami dan 80% dapat setuju dengan
pendapat kami. Kami akan aktif dalam bertanya pada pameran kami juga. Untuk
menghitung jumlah orang tersebut kami akan meminta tanda tangan dan nama
orang-orang yang menyetujui pendapat kami tersebut sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap target pameran kami ini.

II.8 Pembagian Pekerjaan


No Pekerjaan Pekerja

1 Ketua Callysta Kayleen

2 Membuat Karya Setiap anggota

3 Print Hans Samuel

4 Menyiapkan Kebutuhan Pameran Gregorius Y, Aloysius Alvin,


Melvin P, Lukas Melvin

5 Merekam Kegiatan Nicholas Valerian

6 Laporan Lintang Johar

III. Kesimpulan
Pameran lukisan dengan tema diskriminasi yang akan ditampilkan di
Universitas Katolik Parahyangan merupakan cara kami dalam menyampaikan
pemahaman mengenai diskriminasi. Diskriminasi merupakan salah satu
permasalahan yang selalu ada pada tiap zaman dan setiap orang mempunyai
pemikiran yang berbeda-beda mengenai makna diskriminasi, walau kami semua
mempunyai pemikiran atau teori yang berbeda-beda soal topik yang diselaraskan
bersama, tetapi tetap bisa dijadikan satu karya yang diberikan arti mendalam akan
hal atau opini yang ingin disampaikan. Dari berbagai opini yang berbeda pada
akhirnya dapat disatukan menjadi suatu opini yang satu dalam pameran ini dan
dapat kami sampaikan ke berbagai kalangan masyarakat di Universitas Katolik
Parahyangan. Kami berharap agar opini kami dapat dilihat oleh seluruh
masyarakat Universitas Katolik Parahyangan dan menjadi suatu hal positif yang
dapat selalu dikembangkan dalam kehidupan berkuliah.
Lampiran Essai yang Digunakan Sebagai
Rujukan Untuk Kegiatan Pameran

BAB I

PENDAHULUAN

Keragaman suku serta ras yang terjadi tentu tidak dapat kita hindari. Dengan hal ini,
muncul berbagai pandangan yang timbul dari suatu kelompok terhadap kelompok lain yang
dianggap berbeda. Paham yang meyakini bahwa identitas mereka lebih unggul dan
membenarkan ketidaksetaraan. Secara umum, kita kenal sebagai tindakan rasisme. Menurut
Oliver C. Cox, Rasisme adalah situasi yang menilai berbagai tindakan dan nilai dalam suatu
kelompok berdasar perspektif kulturalnya yang memandang semua nilai sosial masyarakat lain
diluar diri mereka itu salah dan tidak dapat diterima.

Penyebab timbulnya rasisme terjadi karena beberapa faktor, yakni adanya pemberian
doktrin suatu ras minoritas lebih inferior dari ras yang dominan, terdapat ajaran turun-temurun
dari suatu kelompok masyarakat, dan munculnya suatu aturan yang hanya menguntungkan
kelompok tertentu saja. Rasisme meyakini akan anggota ras minoritas tidak layak mendapat
tempat eksklusif dibanding ras mayoritas baik dalam kekuasaan politik, ekonomi, pekerjaan serta
seluruh aspek dalam berkewarganegaraan. Maka, Rasisme dipandang sebagai sebuah tindakan
yang melanggar norma serta hak asasi manusia karena menyangkut dengan kebebasan seseorang.

Bentuk tindakan rasisme ini dapat berupa prasangka atau bahkan bisa sampai berupa
ancaman. Prasangka buruk muncul sebagai cara untuk meningkatkan citra diri seorang individu
atau kelompok. Individu atau kelompok yang memandang rendah kelompok lain, akan
menghasilkan prasangka yaitu pandangan bahwa mereka berhak memimpin atau mendominasi
orang lain karena superioritas mereka. Namun, kenyataannya superioritas ras malah
mendiskriminasi dan melanggar hak orang lain. Prasangka mewujudkan suatu rasionalisasi untuk
diskriminasi, selanjutnya diskriminasi sering kali membawa ancaman. Ancaman yang dilakukan
dapat berupa psikologis maupun fisik yang memang sengaja ditujukkan kepada kelompok ras
sasaran. Perbuatan yang dilakukan misalnya menghina, menghisap, menindas dan sampai
membunuh.

Rasisme masih menjadi permasalahan yang marak terjadi di seluruh dunia, termasuk
Indonesia sebagai negara multikultural. kasusnya banyak terjadi bahkan dapat dilakukan oleh
kalangan masyarakat biasa maupun petinggi. Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada bulan
Januari tahun 2021 seorang politikus bernama Ambroncius Nababan terjerat kasus dugaan
rasisme kepada aktivis Papua yakni Natalius Pigai melalui media sosial facebook. Ambroncius
telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Rutan Bareskrim Polri.
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Awal mula terjadinya peristiwa ini diawali ketika Ambroncius mengunggah sebuah
postingan foto Natalius Pigai yang disandingkan dengan gorilla. Kalimat "Edodoeee pace.
Vaksin ko bukan sinovac pace tapi ko pu sodara bilang vaksin rabies. Sa setuju pace,” menyertai
gambar postingan tersebut. Foto yang diunggah melalui sosial media tersebut langsung viral dan
menuai kontroversi. Sebelumnya, Natalius Pigai memang menyuarakan bahwa ia tidak setuju
dengan pemerintah yang memaksa warga menggunakan vaksin Sinovac.
Namun tanggapan yang diberi oleh Ambroncius seolah-olah menyamakan Natalius Pigai
dengan binatang gorilla. Tentunya hal ini tidak dapat dibenarkan karena lagi-lagi ras kulit hitam
mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya. Ambroncius yang berasal dari suku batak
mendapat kecaman dari masyarakat batak di Provinsi Papua. Dimana mereka mengutuk keras
pernyataan Ambroncius Nababan. Mereka juga menegaskan bahwa hal tersebut murni ungkapan
pribadi dari beliau sehingga tidak mewakili masyarakat Batak yang tinggal di Papua.

Penyebaran informasi yang sengaja ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian


terhadap seseorang serta membawa unsur SARA dapat dikenakan pasal. Dengan demikian,
Ambroncius dijatuhkan hukuman 5 tahun penjara karena melanggar beberapa aturan tentang
diskriminasi ras serta informasi transaksi elektronik. Disebutkan pasal yang dimaksud adalah
Pasal 45A ayat (2) juncto Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan/atau Pasal 16 juncto Pasal 4 huruf b ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2008 tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis dan/atau Pasal 156 KUHP.

Hingga saat ini pun ternyata masih ada kasus rasisme di dalam negara kita sendiri.
Khususnya stigma yang melekat bagi masyarakat dengan ras berkulit hitam. Bahkan
olok-olokannya dijadikan candaan untuk konsumsi publik. Tindakan Ambroncius
memperlihatkan bahwa ia masih kental mempercayai stereotipe akan perbedaan ras. Walaupun
kejadian ini dilakukan sebagai bentuk protesnya karena Natalius menyerang program vaksinasi
Covid-19, tetapi tetap dari segi manapun tidak bisa dibenarkan.

BAB III

KESIMPULAN

Dengan demikian, kita harus berhati-hati dalam bertindak baik di kehidupan nyata
maupun dalam media sosial. Hindari pernyataan yang menyinggung mengenai SARA karena
dampaknya akan merugikan seseorang atau kelompok yang bersangkutan. Paham negatif
tersebut bisa mengganggu kondisi psikologis serta fisik yang mungkin tak kita sangka-sangka.
Peristiwa serupa yang terjadi juga bisa dialami dan dilakukan oleh siapa saja. kita harus bisa
lebih peka serta menerima bahwa memang kita hidup dalam keberagaman ras, suku, agama, dan
adat.

Karena doktrin tentang masyarakat atau ras tertentu sudah tertanam secara turun temurun,
maka generasi sekarang harus diberikan wawasan lebih tentang perbedaan ras yang ada di
masyarakat serta sikap yang harus ditujukkan pada orang-orang atau sekelompok yang berbeda
darinya. Bersikap tegas jika melihat orang di sekitar kita menjadi korban rasisme atau bahkan hal
tersebut terjadi pada diri kita sendiri. Cobalah untuk dapat berbaur dengan memandang setiap
suku, ras, dan golongan memiliki hak yang sama.

Dengan hidup berdampingan maka kita semua bisa menjalani aktivitas masing-masing
dengan baik. Tidak ada saling ganggu atau bahkan merugi satu sama lain. Pendidikan dari orang
tua juga sekolah menjadi pondasi pertama atas nilai-nilai toleransi yang kita punya. Jangan
sampai keadaan ini bisa dijadikan peluang bagi orang-orang yang berniat buruk untuk memecah
belah bangsa kita yaitu bangsa Indonesia.

Peraturan Undang-Undang juga telah mengatur hukuman bagi pelanggar yang melakukan
tindak rasisme. Selain itu, Di tingkat internasional, ada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM). Pasal 2 DUHAM menegaskan bahwa setiap orang berhak atas hak-hak ini “tanpa
perbedaan dalam bentuk apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat
politik atau lainnya, asal-usul kebangsaan atau sosial, properti, kelahiran, atau status lainnya.“

Memang tidak mudah untuk mengubah pandangan seseorang terhadap ras tertentu.
Apalagi kenyataannya bahwa kita hidup dalam negara yang multikultural. Namun dengan
langkah-langkah kecil misalnya saja seperti hidup berdampingan baik dengan seluruh
masyarakat yang berbeda dapat mencegah generasi mendatang memiliki pola pikir yang sama.
Kita semua memiliki peran dalam mencegah terjadinya kasus-kasus seperti contoh di atas serta
kasus lainnya yang serupa.
Lampiran Design dan Penjelasan Design
yang akan Digunakan Dalam Kegiatan
Pameran
No Design Penjelasan Design
1
Design ini memiliki arti

“Perbedaan yang berada di dunia ini


dapat disatukan seperti pulau-pulau
Negara Indonesia yang disatukan oleh
perairan yang luas menjadi suatu
kesatuan”

Dari Karya ini saya ingin


menyampaikan bahwa perbedaan yang
kita miliki dapat disatukan jika setiap
orang memiliki pemikiran kritis yang
dapat beradaptasi kepada kehidupan
yang berada pada dunia ini. Seperti
layaknya sifat air yang dapat
mengikuti bentuk dari wadahnya.
2 Design ini memiliki arti
Bahwa ras yang ada di Indonesia
bukan hanya ada satu tetapi sangat
beragam.

Dari karya seni ini, saya ingin


menyampaikan bahwa perbedaan ras
itu bukan menjadi halangan untuk
bersatu, melainkan perbedaan yang
kita memiliki menjadikan kita sebagai
identitas Indonesia dan mengajak
untuk berhenti bersikap rasisme
terhadap setiap ras yang ada di
Indonesia.
3 Design ini memiliki arti

“Tidak ada celah untuk saling


membenci karena hanya adanya
perbedaan”

Dari karya seni ini, saya ingin


menyampaikan bahwa perbedaan yang
terjadi di antara kita bukan menjadi
alasan untuk saling menjatuhkan
dalam bentuk apapun. Bahkan
seharusnya kita dapat hidup
berdampingan dengan damai dan
saling tolong-menolong.
4 Design ini memiliki arti

"Perbedaan bukan menjadi ajang untuk


mendiskriminasi seseorang, justru
dengan adanya perbedaan membuat
kita merasa bahwa setiap insan
manusia itu unik dan sama
berharganya."

Dari karya seni ini, saya ingin


menyampaikan bahwa Indonesia
memiliki keberagaman akan suku, ras,
dan agama. pada gambar tangan dan
gambar pada background, hal ini
mencerminkan bahwa suku, ras,
agama, dan budaya di Indonesia sangat
beragam. Keberagaman yang dimiliki
Indonesia ini akan menimbulkan
dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positifnya akan melahirkan
budaya yang memiliki karakter yang
khas, namun dampak negatifnya akan
muncul diskriminasi dari keberagaman
yang ada di Indonesia. Oleh karena itu,
untuk menyikapi hal tersebut, saya
mengkampanyekan "Fight
discrimination", slogan ini berguna
untuk menolak dengan keras adanya
diskriminasi yang nantinya akan
memunculkan konflik sosial. Lalu,
pada kalimat di bawah lebih
menjelaskan dari keseluruhan isi
poster yaitu dengan menghindari
tindakan diskriminasi akan
memunculkan kehidupan yang damai
sehingga semua manusia memperoleh
kesempatan yang sama rata, tanpa
dibeda-bedakan.
5 Design ini memiliki arti

Meskipun latar belakang semua warga


Indonesia berbeda - beda, kita tetap
bersatu dalam satu negara.

Dengan karya seni ini, saya ingin


menyampaikan bahwa memang di
Indonesia terdapat banyak suku dan
budaya. Namun, perbedaan tersebut
bukan menjadi alasan untuk
membiarkan rasisme dan diskriminasi
terjadi di antara kita semua. Meskipun
berbeda, kita tetap merupakan bangsa
Indonesia.

6 Arti dibalik lukisan ini

Walau kami semua terbentuk dari


banyak
7 Design ini memiliki arti

Mau apapun warna kulit atau ras


kita, kita semua tetaplah satu yaitu
warga negara Indonesia. Wajah
wanita dengan berbagai warna kulit
menunjukan bahwa kita semua
mempunyai perbedaan salah satunya
adalah warna kulit kita, namun
memiliki kesamaan yaitu sama-sama
warga negara Indonesia yang
digambarkan dengan tengkorak
berwarna merah putih, tengkorak
menunjukan kesamaan dan merah
putih sebagai identitas warga negara
Indonesia.

Tulisan Bhinneka Tunggal Ika


menggunakan warna yang banyak
menunjukan ras yang ada di
Indonesia beragam, namun tetap
satu. Padi dan kapas di bawah kiri
dan kanan gambar menunjukan sila
ke-5 yaitu keadilan sosial
menunjukan bahwa kita harus
memperlakukan sesama kita dengan
adil tanpa memandang ras.

Dengan karya ini saya ingin


menyampaikan bahwa kita sebagai
warga negara Indonesia harus
menghormati sesama kita baik
berbeda ras atau tidak. Setiap
perbedaan yang ada jangan sampai
menimbulkan tindakan diskriminasi,
kita harus adil kepada setiap orang.
Karena walaupun kita berbeda-beda
tetapi kita tetap satu

Anda mungkin juga menyukai