Anda di halaman 1dari 5

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian “Induksi umbi mikro kentang (Solanum tuberosum L.) varietas


granula kembang dengan penambahan manitol dan asam salisilat secara in vitro”
yang telah dilaksanakan pada fase vegetatif dan fase generatif yang hasil rekapitulasi
sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Uji F (ANOVA) Perlakuan Asam Salisilat dan Manitol
Parameter F-Hitung   
  M A MxA
Jumlah Ruas 1 Minggu ns ns ns
Jumlah Ruas 2 Minggu ns ns ns
Jumlah Ruas 3 Minggu ns ns ns
Jumlah Ruas 4 Minggu ns ns ns
Jumlah Akar 1 Minggu ns ns ns
Jumlah Akar 2 Minggu ns ns ns
Jumlah Akar 3 Minggu ns ns ns
Jumlah Akar 4 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 5 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 6 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 7 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 8 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 9 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 10 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 11 Minggu ns ns ns
Jumlah Umbi 12 Minggu ns ns ns

4.1 Jumlah Ruas

Pada percobaan perlakuan mannitol dan asam salisilat menunjukkan pengaruh


pertumbuhan jumlah ruas yang tidak nyata, Jumlah ruas dihitung dari tumbuhnya
ruas sejak 1 MST sampai 4 MST,terbentuknya akar ditandai dengan tumbuhnya atau
memanjangnya akar yang tumbuh pada nodus eksplan dan dihitung pada interval
waktu 1 minggu sekali.

19
Pada tabel grafik di atas dapat dilihat bahwa interaksi yang dihasilkan oleh
asam salisilat dan mannitol tidak berbeda nyata pada pertumbuhan ruas , hal ini bisa
terjadi karena manitol merupakan zat osmotikum yang akan meningkatkan secara
perlahan tekanan osmotik sehingga ketersedian air akan berkurang, tentu saja
semakin tinggi manitol akan terhambat pasokan air serta nutrisi sehingga viabilitas
eksplan yang sedang masa pertumbuhan akan menurun. Dewi et al., (2014)
menyatakan bahwa pada dasarnya akumulasi osmoregulator yang berlebihan akan
menurunkan aktivitas enzim. Manitol merupakan senyawa stabilisator osmotik yang
dapat meningkatkan osmolaritas media, sehingga penyerapan nutrisi ke dalam
jaringan terhambat (Tambunan, 2003).
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak maksimalnya pertumbuhan ruas,disebabkan
oleh cekaman yang terlalu tinggi didalam media yang dihasilkan oleh mannitol.
Pada tabel grafik diatas juga dapat dilihat jika kombinasi perlakuan M3A1
dapat menumbuhkan rata rata ruas perminggu paling tinggi ,hal ini bisa terjadi karena
adanya asam salisilat yang berperan sebagai enzim yang dapat memicu pertumbuhan
ruas.
Aspirin atau analog dari asam salisilat dapat memacu proses pembentukan
bunga, ruas ,dan akar pada beberapa tanaman, asam salisilat juga dapat mendorong
ketahanan tanaman, asam salisilat adalah turunan fenolik, di mana fenolik tidak
menghambat biosintesis giberelin tetapi berantagonis dengan giberelin (Wattimena,
1995). Sehingga dengan adanya asam salisilat yang berfungsi sebagai ZPT,dapat
menahan planlet tetap tumbuh meski dalam kondisi cekaman yang tinggi,lalu dengan
masih tersedianya giberelin di planlet dengan adanya asam salisilat, dapat memicu
pertumbuhan ruas planlet kentang di dalam lingkungan cekaman air yang tinggi.

4.2 Jumlah Akar


Jumlah akar dihitung dari tumbuhnya akar sejak 1 MST sampai 4
MST,terbentuknya akar ditandai dengan tumbuhnya atau memanjangnya akar yang

20
tumbuh pada nodus eksplan dan dihitung pada interval waktu 1 minggu sekali sejak
minggu pertama hingga minggu ke 4.

Gambar 4.2 Grafik Parameter Jumlah Akar Per Minggu


Setelah dilakukan uji F ,interaksi antara mannitol dan asam salisilat tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar yang dihasilkan , hal ini dapat disebabkan
oleh terhambatnya produksi sitokinin yang dihasilkan,sehingga menyebabkan
menurunya pembelahan sel sel baru pada planlet. Semakin tinggi konsentrasi manitol
menyebabkan pula terjadi penghambatan pertumbuhan, konsentrasi manitol 5%
menyebabkan penghambatan produksi hormon dan menyebabkan kematian pada
embrio somatik lebih banyak dibanding dengan konsentrasi 1 dan 3%(Sumarjan dan
A. Farid Hemon et al 2009).
Pada tabel garfik di atas tampak pada perlakuan M1A1 sejak pengamatan
pada 1 minggu setelah tanam menunjukkan rata rata jumlah akar yang tumbuh paling
tinggi dari semua kombinasi perlakuan yang di aplikasikan, lalu pada akhir
pengamatan yaitu pada minggu ke 4,rata rata jumlah akar yang tumbuh adalah 3,22
dari ketiga ulangan yang telah di lakukan, jumlah ini sama dengan rata rata jumlah
akar pada perlakuan M2A2 pada minggu ke empat, namun jika dilihat dengan lebih
seksama pada tabel grafik di atas terlihat bahwa perlakuan M2A2 tidak mengalami
pertumbuhan yang stabil sejak minggu pertama kedua dan ketiga jika dibandingkan
dengan perlakuan M1A1 pertumbuhan akar yang terhambat ini bisa disebabkan oleh
tingginya konsentrasi mannitol yang digunakan yaitu 5g/100ml sehingga cekaman
osmotik yang dihasilkan pun sangat tinggi , Dewi et al., (2014) menyatakan bahwa
pada dasarnya akumulasi osmoregulator yang berlebihan akan menurunkan aktivitas
enzim, maka dengan cekaman osmotik yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan
akar menjadi terhambat.
Mannitol sebagai regulator osmotik (osmoregulator) adalah suatu senyawa
organik yang dapat mempengaruhi tekanan osmotik dalam media kultur sehingga

21
mengurangi serapan hara mineral dan air oleh sel atau jaringan yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan kultur (Dodds dan Robert, 1985).

22
23

4.3 Jumlah Umbi


Jumlah umbi di amati selama 8 minggu dan dimulai sejak minggu ke 5
setelah penanaman, hal ini dilakukan karena umbi mikro biasanya akan tumbuh 3
bulan atau 6 minggu setelah tanam,namun pada penelitian kali ini umbi dapat tumbuh
lebih cepat sejak 5 minggu setelah tanam,untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
pengamatan jumlah rata rata umbi yang tumbuh per minggu dibawah ini.

Gambar 4.3 Grafik Parameter Jumlah Umbi Per Minggu


Hasil uji F menunjukkan interaksi antara mannitol dan asam salisilat tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi yang dihasilkan ,hal ini bisa disebabkan
karena jumlah mannitol yang dipakai terlalu banyak,sehingga menyebabkan planlet
mengalami cekaman osmotikum yang tinggi .
Menurut Dewi et al. (2010), respon tanaman akibat penambahan manitol
dalam media terlihat pada ukuran daun yang semakin mengecil pada konsentrasi
manitol yang tinggi. Peningkatan potensial osmotik pada media tersebut
menyebabkan kekurangan air yang tersedia bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Tanaman yang merespon kekurangan air akan mengurangi laju
transpirasi untuk penghematan air, kekurangan air juga akan merangsang peningkatan
sintesis dan pembebasan asam absisat dari sel-sel mesofil daun Asam absisat
merupakan hormon yang diproduksi dalam bagian daun, batang, akar dan buah yang
berfungsi sebagai menghambat pertumbuhan.
Namun pada tabel grafik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan M3A3 mampu
menghasilkan umbi lebih cepat serta lebih produktif dibandingkan kombinasi
perlakuan lainya pada 5 minggu setelah tanam,dalam 8 minggu pengamatan jumlah
rata rata umbi yang dihasilkan oleh perlakuan M3A3 secara berturut turut 0,3; 0,56;
0,67; 0,78; 1,11; 1,22; 1,33; 1,56 , pada penelitian kali ini umbi mikro yang biasanya
muncul 3 bulan setelah penanaman,mampu tumbuh lebih cepat yaitu dalam waktu 5
minggu setelah tanam

Anda mungkin juga menyukai