Anda di halaman 1dari 10

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN DARURAT

”PENYAKIT DISPEPSIA”

ENI JAWAR
1913201010
Latar Belakang
Penyakit tidak menular hadir sebagai pembunuh utama
sejak beberapa abad yang lalu. Penyakit degeneratif yang
disebabkan oleh gaya hidup, kualitas lingkungan yang tidak sehat,
dan kondisi psikologis, stres, atau depresi berkepanjangan, telah
menjadi penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia.
Populasi orang dewasa di Negara-negara barat yang
dipengaruhi oleh dispepsia berkisar antara 14-38%. Namun, sekitar
13-18% memiliki resolusi spontan selama satu tahun, dengan
prevalensi yang stabil dari waktu ke waktu. Survei pada komunitas
memperkirakan bahwa hanya sekitar 35% dari penderita dispepsia
yang berkonsultasi ke dokter, walaupun proporsinya akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.
Lanjutan
. Pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah
mengalami dispepsia dalam beberapa hari. Negara-negara di Barat (Eropa)
memiliki angka prevalensi sekitar 7-41%, tetapi hanya 10-20% yang akan
mencari pertolongan medis. Angka insiden dispepsia diperkirakan sekitar 1-
8%. Sedangkan di Indonesia belum didapatkan data epidemiologi yang pasti.
dispepsia sudah menempati peringkat ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak
pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan jumlah pasien 34.029
atau sekitar 1,59%. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) kasus
dyspepsia didunia mencapai 13-40% dari total populasi setiap tahun.
Dispepsia berada pada peringkat ke-10 dengan proporsi 1,5% untuk kategori
10 jenis penyakit terbesar pada pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di
Indonesia.
Dispepsia

Dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala atau sindrom


yang meliputi nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati,
kembung, mual, muntah, sendawa, terasa cepat kenyang,
perut terasa penuh.
Klasifikasi Dispepsia

 Dispepsia Fungsional
Dispepsia yang terjadi akibat gangguan fungsi saluran
cerna atas, tanpa adanya gangguan anatomi atau struktur
organ saluran cerna yang telah di pastikan melalui
pemeriksaan penunjang seperti Endoskopi dan lain-lain.
 Dispepsia Organik
Dispepsia yang ditangani dengan ketidaknormalan pada
saluran cerna baik seperti tukak lambung, tukak usus
duabelas jari, GERD (gastroesophageal reflux disease)
atau kangker.
Patofisiologi
Patofisiologi ulkus peptikum yang disebabkan oleh Hp dan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) telah banyak diketahui. Berbagai hipotesis mekanisme
telah diajukan untuk menerangkan patogenesis terjadinya dispepsia, antara
lain:
 Sekresi asam lambung
 Dismotilitas gastrointestinal
 Hipersensitivitas viseral.
 Gangguan akomodasi lambung
 Helicobacter pylori.
 Diet dan faktor lingkungan
 Psikologis
Penyebab Dispepsia
Dispepsia bisa terjadi karena berbagai kondisi. Sering kali, masalah kesehatan ini
dihubungkan dengan pola hidup yang tidak sehat. Namun, konsumsi makanan,
minuman, dan efek samping dari obat juga turut berpengaruh pada kondisi ini.

o Mengonsumsi makanan dalam porsi berlebihan.


o Makan dengan tergesa.
o Mengonsumsi makanan berlemak, berminyak, dan pedas.
o Mengonsumsi terlalu banyak minuman beralkohol, minuman bersoda, kafein,
dan coklat.
o Kebiasaan buruk merokok.
Lanjutan
Dispepsia juga dapat menjadi tanda dari masalah kesehatan
pada sistem pencernaan lainnya, seperti:
o Gastritis.
o Ulkus peptikum.
o Penyakit celiac.
o Batu empedu.
o Pankreatitis.
o Keganasan lambung.
Pencegahan Dispepsia
 Merubah gaya hidup merupakan pencegahan yang dapat dilakukan. Perubahan tersebut
dapat berupa:
 Makan dengan porsi kecil, dan tidak terburu-buru
 Berhenti atau tidak merokok
 Menjaga berat badan agar tetap ideal
 Olahraga yang teratur, bisa juga melakukan yoga
 Mengurangi stress
 Mengganti obat-obatan yang bisa mengiritasi lambung. Dan tidak meminum obat dalam
keadaan perut kosong.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai