Anda di halaman 1dari 23

2.

Pengetahuan yang diperlukan :

a. Kebijakan Umum Operasional Perbankan

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,


bank adalah badan usaha yang fungsinya untuk menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali
dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
kesejahteraan masyarakat.

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara


prinsip konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang juga
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan Operasional
dan Usaha Bank Umum adalah :

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan


berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2) Memberikan kredit kepada masyarakat.
3) Menerbitkan surat pengakuan utang.
4) Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank
yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan
dalam perdagangan surat-surat dimaksud.
b) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud.
c) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.
d) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
e) Obligasi.
f) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun.
g) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan satu (1) tahun
1
5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah.
6) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan
surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek
atau sarana lainnya.
7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan antar pihak ketiga.
8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga.
9) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.

10) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah


lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek.
11) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat.
12) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
13) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu Bank Umum dapat pula melakukan :

1) Kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang


ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2) Kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian
dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan

2
oleh Bank Indonesia.
3) Kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
4) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
dana pensiun yang berlaku.

b. Pengorganisasian Kerja Operation

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan


atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menyatakan

bahwa bank adalah badan usaha yang fungsinya untuk


menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan fungsi tersebut, Perbankan harus menerapkan prinsip


kehati-hatian dan four eyes principle sehingga layanan kepada
nasabah dilakukan melalui dua bagian, yaitu frontliner dan operation
(back office). Frontliner memberikan layanan langsung kepada
nasabah sesuai produk yang ditawarkan oleh perbakan, sedangkan
operation menyelesaikan transaksi yang dilakukan oleh frontliner.

Operation pada bank dikelompokkan berdasarkan fungsi atau jenis


produk dan layanan yang diberikan kepada nasabah, sehingga
pengorganisasian akan dinamis disesuaikan dengan perkembangan
produk dan layanan yang diberikan oleh bank. Secara umum
pengorganisasian operation pada bank harus mampu menangani
penyelesaian transaksi pendanaan, kredit, trade finance, treasury.
3
Pengorganisasian kerja bank operation secara umum dibagi menjadi:

1) Dana dan Jasa Operation.


2) Credit Operation and Administration
3) Trade Finance Operation and Administration
4) Treasury Operation
5) Operation Policy and Procedure

c. Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah

Ciri-ciri keaslian uang Rupiah adalah sebagai berikut:

1. Keaslian uang dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik


pada bahan yang digunakan untuk membuat uang (kertas,
plastik atau logam), disain dan warna masing-masing pecahan,
maupun pada teknik pencetakan uang tersebut. Ada suatu
prinsip yaitu semakin besar nilai nominal uang maka semakin

banyak unsur pengaman (Security Features) uang agar lebih


aman dari usaha pemalsuan.

2. Security features selain berfungsi sebagai alat pengamanan,


baik dalam bentuk kasat maupun tidak kasat mata juga
memiliki beberapa fungsi lain, yaitu: (a) Fungsi estetika, agar
uang tampak menarik. (b) Untuk membedakan antara satu
pecahan dengan pecahan lainnya, atau antara satu mata uang
dengan mata uang lainnya.

3. Unsur Pengaman pada Uang Kertas Rupiah (a) Unsur pengaman


pada uang kertas meliputi bahan uang dan teknik cetak.
Pemilihan unsur pengaman adalah aspek penting agar uang
sulit dipalsukan. Namun sulitnya uang dipalsukan tidak hanya
tergantung unsur pengaman, tetapi juga oleh gambar disain,
warna maupun teknik cetak. (b) Pertimbangan pemilihan unsur
pengaman uang kertas, ada 2 (dua) hal utama yaitu: i) Semakin
besar nominal pecahan maka unsur pengaman harus lebih

4
baik, kompleks, dan canggih. ii) Unsur pengaman berdasarkan
hasil penelitian dan mempertimbangkan perkembangan
teknologi.

4. Karakteristik Uang Logam Rupiah. Beberapa karakteristik


tertentu yang perlu diperhatikan dalam uang logam Rupiah
antara lain: (a) Setiap pecahan uang logam mudah dikenali baik
secara kasat mata dan kasat raba. (b) Uang logam
menggunakan bahan yang tahan lama dan tidak mengandung
zat yang membahayakan. (c) Uang logam yang dikeluarkan
dalam ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar atau tidak terlalu
berat. (d) Uang logam Rupiah berbentuk bulat, dengan bagian
samping bergerigi atau tidak bergerigi

5. Rupiah Tiruan adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna,


gambar, dan/atau desainnya menyerupai Rupiah yang dibuat,
dibentuk, dicetak, digandakan, atau diedarkan, tidak

digunakan sebagai alat pembayaran, namun keberadaannya


merendahkan kehormatan uang Rupiah sebagai simbol negara.

6. Rupiah Palsu adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna,


gambar, atau disainnya menyerupai Rupiah yang dibuat,
dibentuk, dicetak, digandakan, diedarkan, atau digunakan
untuk alat pembayaran secara melawan hukum.

7. Kewenangan untuk menentukan keaslian Rupiah ada di Bank


Indonesia.

8. Bank Indonesia memberikan informasi dan pengetahuan


mengenai ciri-ciri keaslian Rupiah kepada masyarakat.

9. Masyarakat dapat meminta klarifikasi dari Bank Indonesia


tentang Rupiah yang diragukan keasliannya.

5
d. Kriteria Uang Rupiah yang Dapat Ditukarkan

Persyaratan Penggantian Uang Rupiah yang ditukarkan


1. Uang Rupiah yang masih layak edar mendapatkan penggantian
sebesar nilai nominal Uang Rupiah yang ditukarkan dengan
pecahan yang sama atau berbeda.
2. Uang Rupiah Tidak Layak Edar, Uang Rupiah Lusuh, dan Uang
Rupiah Cacat, mendapatkan penggantian sebesar nilai nominal
Uang rupiah yang ditukarkan dengan pecahan yang sama atau
berbeda sepanjang ciri uang Rupiah dapat dikenali keasliaanya.
3. Uang Rupiah Rusak mendapatkan penggantian sebesar nilai
nominal Uang rupiah yang ditukarkan dengan pecahan yang
sama atau berbeda sepanjang hasil pemeriksaaan Bank
Indonesia memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Uang Rupiah Kertas. Dalam hal fisik uang rupiah kertas
lebih besar dari 2/3 (dua pertiga) ukuran aslinya dan ciri
uang rupiah dapat dikenali keasliannya, diberikan

penggantian sebesar nilai uang rupiah yang ditukarkan


dengan persyaratan:
1) Uang rupiah kertas yang masih merupakan satu
kesatuan dengan atau tanpa nomor seri yang lengkap
2) Uang rupiah kertas tidak merupakan satu kesatuan dan
kedua nomor seri pada uang rupiah rusak tersebut
lengkap dan sama; dan
3) dalam hal fisik uang rupiah kertas sama dengan atau
kurang dari 2/3 (dua pertiga) ukuran aslinya, tidak
diberikan penggantian.
b) Uang Rupiah Logam. Dalam hal fisik Uang Rupiah Logam
lebih besar dari 1/2 (satu perdua) ukuran aslinya dan ciri
Uang Rupiah dapat dikenali keasliannya, diberikan
penggantian sebesar nilai Uang Rupiah yang ditukarkan.
c) Sedangkan untuk fisik Uang Rupiah Logam sama dengan

6
atau kurang dari 1/2 (satu perdua) ukuran aslinya, tidak
diberikan penggantian.
d) Uang Rupiah Kertas yang terbuat dari bahan plastik
(polimer), dengan ketentuan:
1) diberikan penggantian sebesar nilai nominal uang rupiah
yang ditukarkan sepanjang memenuhi persyaratan
2) dalam hal fisik uang rupiah kertas mengerut dan masih
utuh serta ciri uang rupiah dapat dikenali keasliannya,
diberikan penggantian sebesar nilai nominal uang rupiah
yang ditukarkan
3) dalam hal fisik uang rupiah kertas mengerut dan tidak
utuh, diberikan penggantian sebesar nilai nominal uang
rupiah yang ditukarkan sepanjang ciri uang rupiah dapat
dikenali keasliannya dan fisik uang rupiah kertas lebih
besar dari 2/3 (dua pertiga) ukuran aslinya
4) dalam kondisi mengerut; dan dalam hal fisik uang rupiah
kertas sama dengan atau kurang dari 2/3 (dua pertiga)
ukuran aslinya, tidak diberikan penggantian.

e) Uang Rupiah Rusak sebagian terbakar. Bank Indonesia


memberikan penggantian kepada masyarakat yang
menukarkan Uang Rupiah Rusak sebagian karena terbakar,
sebesar nilai nominal Uang Rupiah yang ditukarkan
sepanjang menurut penelitian Bank Indonesia, ciri uang
rupiah dapat dikenali keasliannya dan memenuhi
persyaratan penggantian yang ditetapkan Bank Indonesia.
Bank Indonesia dapat meminta masyarakat yang
menukarkan uang rupiah rusak sebagian karena terbakar
untuk menyertakan surat keterangan dari kelurahan atau
kantor Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat
dengan pertimbangan tertentu.
f) Uang Rupiah yang dicabut dan ditarik dari peredaran.
1) Bank Indonesia memberikan penggantian kepada

7
masyarakat yang menukarkan Uang Rupiah yang
dicabut dan ditarik dari peredaran, sebesar nilai nominal
(Uang Rupiah yang ditukarkan sepanjang ciri uang
Rupiah dapat dikenali keasliannya dan masih dalam
jangka waktu penukaran sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
pencabutan dan penarikan uang rupiah.
2) Penggantian atas Uang Rupiah yang dicabut dan ditarik
dari peredaran tidak berlaku setelah 10 (sepuluh) tahun
sejak tanggal pencabutan.
3) Penggantian atas Uang Rupiah yang dicabut dan ditarik
dari peredaran dapat dilakukan di Bank Indonesia,
Bank, dan pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
4) Jangka waktu penggantian atas Uang Rupiah yang
dicabut dan ditarik dari peredaran dikecualikan untuk
Uang Rupiah yang dicabut dan ditarik dari peredaran
sebelum tanggal 17 Mei 1999 sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai pencabutan
dan penarikan uang rupiah.

g) Penukaran Uang Rupiah Khusus. Penukaran Uang Rupiah


Khusus Bank Indonesia memberikan penggantian kepada
masyarakat yang menukarkan Uang Rupiah Khusus dalam
kondisi layak edar, lusuh, atau cacat dan rusak sebesar nilai
nominal Uang Rupiah yang ditukarkan sepanjang ciri uang
Rupiah dapat dikenali keasliannya.
h) Uang Rupiah Rusak Yang Kerusakannya Diduga Dilakukan
Secara Sengaja Atau Dilakukan Secara Sengaja, apabila
berdasarkan tanda kerusakan fisik uang Rupiah yang
meyakinkan Bank Indonesia ada unsur kesengajaan dan
kerusakan uang rupiah dilakukan secara sengaja apabila
berdasarkan pembuktian melalui laboratorium dan/atau
putusan pengadilan disimpulkan atau diputuskan bahwa

8
uang rupiah dirusak secara sengaja, maka uang itu tidak
mendapatkan penggantian dari Bank Indonesia.
i) Uang Rupiah yang tidak mendapatkan penggantian akan
dikembalikan kepada penukar dan diberikan tanda “TIDAK
DIGANTI” atau tanda lainnya pada Uang Rupiah dan dapat
diserahkan kepada Bank Indonesia untuk dimusnahkan dan
dituangkan dalam berita acara dengan menyertakan formulir
penyerahan Uang Rupiah yang telah diisi dan ditandatangani
oleh penukar.
j) Penelitian Terhadap Uang Rupiah.
1) Jika diperlukan pemeriksaan untuk penggantian Uang
Rupiah Kertas Rusak yang ukurannya lebih besar dari
2/3 (dua pertiga) ukuran aslinya dan ciri uang Rupiah
dapat dikenali keasliannya masih merupakan satu
kesatuan dengan atau tanpa nomor seri yang lengkap
atau masih merupakan satu kesatuan dengan atau
tanpa nomor seri yang lengkap dapat ditindaklanjuti
dengan penelitian sepanjang disetujui oleh Penukar.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud diatas dituangkan
dalam formulir penelitian yang memuat: (a) identitas dan

alamat lengkap penukar, (b) persetujuan bahwa Uang


Rupiah Rusak diserahkan kepada Bank Indonesia untuk
dilakukan penelitian, (c) persetujuan bahwa Uang
Rupiah Rusak setelah penelitian tidak dikembalikan oleh
Bank Indonesia apabila kondisi fisik Uang Rupiah Rusak
tersebut tidak memungkinkan untuk dikembalikan dan
selanjutnya dimusnahkan oleh Bank Indonesia, (d)
nomor telepon penukar yang dapat dihubungi, (e) alamat
surat elektronik penukar apabila ada, (f) nama dan
nomor rekening Bank yang ditunjuk oleh penukar
apabila penggantian dilakukan secara transfer, (g)
keterangan lainnya apabila diperlukan.

9
3) Bank Indonesia melakukan penelitian Bank Indonesia
melakukan penelitian dan menyampaikan
pemberitahuan hasil penelitian kepada penukar paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal formulir
penelitian sebagaimana diterima. Penyampaian hasil
penelitian dilakukan melalui surat dan/atau surat
elektronik. Bank Indonesia dapat memperpanjang
jangka waktu penelitan dengan memberitahukan kepada
penukar melalui surat dan/atau surat elektronik.
4) Dalam hal hasil penelitian menyatakan Uang Rupiah
Rusak mendapat penggantian maka Bank Indonesia
memberikan penggantian kepada penukar secara tunai
atau transfer ke rekening Bank yang ditunjuk oleh
penukar.
5) Bank Indonesia mengembalikan Uang Rupiah Rusak
yang tidak mendapatkan penggantian berdasarkan hasil
penelitian kepada penukar sesuai ketentuan, sepanjang
kondisi fisik Uang Rupiah Rusak tersebut
memungkinkan untuk dikembalikan.
6) Dalam memberikan penggantian Bank Indonesia
melakukan konfirmasi kepada penukar mengenai : (a)

kebenaran identitas penukar, (b) jumlah Uang Rupiah


Rusak yang memperoleh penggantian, (c) lokasi dan
waktu pengambilan penggantian secara tunai di kantor
Bank Indonesia, (d) rekening Bank yang ditunjuk oleh
penukar, apabila penukar memilih penggantian dengan
cara transfer ke rekening atau (e) pengambilan langsung
ke kantor Bank Indonesia.
7) Dalam hal penukar tidak dapat dihubungi oleh Bank
Indonesia selama jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
tanggal konfirmasi pertama atau penukar tidak diketahui
keberadaannya maka penyelesaian terhadap

10
penggantian Uang Rupiah dialihkan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8) Dalam hal penukar tidak bersedia mengambil atau tidak
dapat dihubungi oleh Bank Indonesia selama Uangka
waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal konfirmasi pertama
atau penukar tidak diketahui keberadaannya maka Bank
Indonesia memusnahkan Uang Rupiah Rusak dan
dituangkan dalam berita acara.
k) Penukaran Uang Rupiah oleh Bank.
1) Bank yang beroperasi di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia memberikan layanan Penukaran
Uang Rupiah kepada masyarakat.
2) Pelaksanaan Penukaran Uang Rupiah kepada
masyarakat dilakukan di setiap kantor operasional Bank.
3) Penggantian Uang Rupiah oleh Bank kepada penukar
dilakukan secara tunai atau mengkredit rekening
simpanan yang ditunjuk oleh penukar di Bank yang
bersangkutan.
4) Dalam hal penggantian dilakukan secara tunai maka
Bank memberikan Uang Rupiah yang masih layak edar

dengan jenis pecahan sesuai yang dibutuhkan oleh


penukar.
5) Jenis pecahan sesuai yang dibutuhkan oleh penukar
diberikan sepanjang Bank memiliki persediaan jenis
pecahan tersebut.
6) Dalam hal penggantian dilakukan dengan cara
mengkredit ke rekening simpanan yang ditunjuk oleh
penukar maka Bank harus terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari penukar.
7) Bank tidak boleh menolak permintaan Penukaran Uang
Rupiah dari masyarakat sepanjang Bank memiliki

11
persediaan Uang Rupiah yang masih layak edar.
8) Masyarakat yang akan menukarkan Uang Rupiah kepada
Bank harus terlebih dahulu memilah dan mengemas
Uang Rupiah yang akan ditukarkan menurut jenis
pecahan, disusun searah, tahun emisi, dan dipisahkan
antara Uang Rupiah yang masih layak edar, Uang Rupiah
yang Tidak Layak Edar, dan Uang Rupiah yang dicabut
dan ditarik dari peredaran serta dikemas.
9) Bank dalam melakukan penggantian terhadap Uang
Rupiah yang masih layak edar, Uang Rupiah Lusuh
dan/atau Uang Rupiah Cacat, Uang Rupiah Rusak, Uang
Rupiah yang dicabut dan ditarik dari peredaran
berpedoman pada persyaratan.
10) Dalam hal Bank mengalami kesulitan dalam melakukan
penggantian terhadap Uang Rupiah Cacat, Uang Rupiah
yang dicabut dan ditarik dari peredaran, atau Uang
Rupiah Rusak yang ditukarkan oleh penukar karena
memerlukan penelitian, Bank menindaklanjuti dengan
menerima dan menyampaikan Uang Rupiah tersebut
kepada Bank Indonesia.
11) Tindak lanjut dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
(a) mencatat identitas lengkap penukar, (b) meminta
penukar mengisi dan menandatangani formulir
penukaran, (c) menginformasikan kepada penukar bahwa
Uang Rupiah dimaksud akan disampaikan kepada kantor
Bank Indonesia terdekat untuk memperoleh hasil
penelitian akan diganti atau tidak diganti, (d)
menginformasikan kepada penukar apabila uang Rupiah
tersebut tidak mendapatkan penggantian dari Bank
Indonesia maka fisik uang Rupiah akan dimusnahkan
oleh Bank Indonesia dan (e) menjaga kondisi fisik uang
Rupiah sampai dengan uang Rupiah tersebut
disampaikan ke kantor Bank Indonesia terdekat.
12
12) Formulir penukaran paling tidak memuat data tentang:
(a) identitas dan alamat lengkap penukar (b) persetujuan
bahwa Uang Rupiah Rusak diserahkan kepada Bank
Indonesia untuk dilakukan penelitian (c) persetujuan
bahwa uang Rupiah Rusak setelah penelitian tidak
dikembalikan oleh Bank Indonesia (d) nomor telepon
penukar yang dapat dihubungi (e) nama dan nomor
rekening Bank yang ditunjuk oleh penukar apabila
penggantian dilakukan secara transfer dan (f) keterangan
lain bila diperlukan.
13) Bank meneruskan Uang Rupiah yang diserahkan oleh
penukar kepada kantor Bank Indonesia terdekat secara
langsung sesuai tata cara. Bank Indonesia memberikan
bukti Penukaran Uang Rupiah kepada Bank untuk
disampaikan kepada penukar.
14) Dalam hal Bank menerima Penukaran Uang Rupiah yang
dicabut dan ditarik dari peredaran, bank mengikuti tata
cara penggantian sesuai ketentuan Bank Indonesia.
15) Dalam hal Bank menerima uang yang diragukan
keasliannya, Bank harus menahan Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya yang diterima dari masyarakat
dalam kegiatan Penukaran Uang rupiah. Bank harus

menindaklanjuti Uang Rupiah yang diragukan


keasliannya tersebut sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia mengenai klarifikasi atas uang rupiah yang
diragukan keasliannya.
l) Penyelesaian Terhadap Uang Rupiah Tidak Asli
1) Bank Indonesia tidak memberikan penggantian terhadap
uang Rupiah tidak asli yang diterima dari masyarakat
dalam kegiatan Penukaran Uang Rupiah.
2) Bank Indonesia menahan Uang Rupiah tidak asli yang
diperoleh dari masyarakat dalam Penukaran Uang

13
Rupiah untuk diselesaikan sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai klarifikasi atas
uang rupiah yang diragukan keasliannya.
3) Masyarakat dapat meminta klarifikasi atas Uang Rupiah
yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia
dalam kegiatan Penukaran Uang Rupiah di luar kantor
Bank Indonesia.
4) Tata cara permintaan klarifikasi atas Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai klarifikasi atas uang
rupiah yang diragukan keasliannya.

e. Pemahaman Dasar Risiko Perbankan.

Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa


tertentu. Bank wajib menerapkan Manajemen Risiko secara efektif,
baik untuk Bank secara individu maupun untuk Bank secara
konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
Penerapan Manajemen Risiko paling sedikit mencakup:
1) Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
2) Kecukupan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta
penetapan limit Risiko
3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian Risiko, serta sistem informasi Manajemen Risiko;
dan
4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Adapun Risiko sebagaimana tersebut di atas yang terkait dengan


proses Pengelolaan Uang Tunai mencakup:
1) Risiko Kredit, adalah risiko akibat kegagalan pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank, termasuk risiko Kredit
akibat kegagalan debitur, risiko konsentrasi kredit,
counterparty credit risk, dan settlement risk.

14
2) Risiko Operasional, adalah risiko operasional adalah risiko
akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau
adanya kejadian- kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional bank.
3) Risiko Hukum. adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis di bank.
4) Risiko Reputasi, adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan pemangku kepentingan (stakeholder) yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
5) Risiko Stratejik. adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik
serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis.
6) Risiko Kepatuhan, adalah risiko akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang- undangan
dan ketentuan.
7) Risiko Likuiditas, adalah risiko yang timbul akibat bank tidak
mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.

8) Risiko Pasar, adalah risiko yang timbul karena adanya


pergerakan variable pasar, yaitu suku bunga dan nilai tukar.
Pergerakan variable tersebut dapat mempengaruhi portofolio
yang dimiliki oleh bank.

f. Pencegahan dan Pemberantasan Tindak pidana Pencucian


Uang dan Pendanaan Terorisme.

Lembaga keuangan baik bank atau nonbank, sangat rentan


terhadap kemungkinan digunakan sebagai media pencucian uang
dan pendanaan terorisme, karena tersedia banyak pilihan
transaksi bagi pelaku pencucian uang dan pendanaan terorisme
dalam upaya melancarkan tindak kejahatannya.

15
Melalui berbagai pilihan transaksi tersebut, seperti transaksi
pengiriman uang, lembaga keuangan menjadi pintu masuk harta
kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana atau pendanaan
kegiatan terorisme ke dalam sistem keuangan yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pelaku kejahatan.
Misalnya untuk pelaku pencucian uang, harta kekayaan tersebut
dapat ditarik kembali sebagai harta kekayaan yang seolah-olah sah
dan tidak lagi dapat dilacak asal usulnya. Sedangkan untuk pelaku
pendanaan terorisme, harta kekayaan tersebut dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan terorisme.

Seiring dengan perkembangan produk, model bisnis dan teknologi


informasi yang semakin kompleks, seluruh Penyedia Jasa
Keuangan di bawah pengawasan Bank Indonesia wajib
menerapkan Program APU (Anti Pencucian Uang) dan PPT
(Pencegahan Pendanaan Terorisme) secara optimal dan efektif.
Penerapan program APU dan PPT tidak saja penting untuk
pemberantasan pencucian uang dan pencegahan pendanaan
terorisme, melainkan juga untuk mendukung penerapan prinsip

kehati-hatian yang dapat melindungi Penyelenggara


maupun pengguna jasa dari berbagai risiko yang
mungkin timbul.

Beberapa pengertian dan ketentuan umum tentang APU PPT


sebagai berikut:

1. Pencucian Uang adalah pencucian uang sebagaimana


dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
Tindak Pidana Pencucian Uang.
2. Pendanaan Terorisme adalah penggunaan harta kekayaan
secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang.
3. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
16
yang selanjutnya disebut sebagai APU dan PPT adalah upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
dan pendanaan terorisme.
4. Transaksi Keuangan Mencurigakan (Suspicious Transaction)
adalah transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
Tindak Pidana Pencucian Uang.
5. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank dan
memiliki rekening pada bank tersebut.
6. Walk in Customer yang selanjutnya disebut sebagai WIC adalah
pengguna jasa bank yang tidak memiliki rekening pada bank
tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah
atau penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas
kepentingan Nasabah tersebut.
7. Beneficial Owner adalah setiap orang yang memiliki dana, yang
mengendalikan transaksi nasabah atau WIC, yang memberikan
kuasa atas terjadinya suatu transaksi dan/atau yang
melakukan pengendalian transaksi.
8. Politically Exposed Person yang selanjutnya disebut sebagai PEP
adalah orang yang mendapatkan kepercayaan untuk memiliki
kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau orang yang tercatat sebagai anggota partai
politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan
operasional partai politik.
9. Customer Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai CDD
adalah kegiatan berupa identifikasi, verifikasi dan pemantauan
yang dilakukan bank untuk memastikan bahwa transaksi
dilakukan sesuai dengan profil pengguna jasa bank.
10. Enhanced Due Dilligence yang selanjutnya disebut sebagai EDD
adalah CDD dan kegiatan lain yang dilakukan oleh bank untuk
mendalami profil calon Nasabah, Nasabah atau Beneficial
Owner yang tergolong berisiko tinggi termasuk PEP terhadap
17
kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
11. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang
selanjutnya disebut sebagai PPATK adalah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur Pencegahan
Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
12. Dalam menerapkan program APU dan PPT, bank wajib memiliki
kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup
hal-hal sebagai berikut:

a) pelaksanaan CDD, yang terdiri dari:

1) permintaan informasi dan dokumen


2) verifikasi dokumen
3) pengkinian dan pemantauan data

b) penatausahaan dokumen,
c) pemindahan dana,
d) penutupan hubungan dan penolakan transaksi,
e) ketentuan mengenai Beneficial Owner
f) ketentuan mengenai area berisiko tinggi dan PEP
g) pelaksanaan CDD yang lebih sederhana
h) pelaksanaan CDD oleh pihak ketiga

13. Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada angka


12 wajib :
a) dituangkan ke dalam Pedoman Pelaksanaan Program APU
dan PPT,
b) mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris,
c) diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan.
d) mempertimbangkan faktor teknologi informasi yang
berpotensi disalahgunakan oleh pelaku pencucian uang
atau pendanaan terorisme

g. Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan dan atau


18
Sistem Pembayaran.

1. Prinsip Perlindungan Konsumen di bidang jasa keuangan dan


sistem pembayaran meliputi aspek-aspek berikut:
a) Kesetaraan dan perlakuan yang adil.
1) Penyelenggara wajib memberikan kesetaraan akses
kepada setiap konsumen dan memiliki mekanisme serta
prosedur mengenai kesetaraan akses tersebut.
2) Selain itu penyelenggara juga wajib menyediakan layanan
khusus kepada konsumen yang kebutuhan khusus dan
memiliki mekanisme serta prosedur mengenai layanan
khusus.
3) Penyelenggara wajib menyusun pedoman penetapan biaya
produk dan/atau jasa yang dikenakan kepada Konsumen
4) Penyelenggara harus memperhatikan asas keseimbangan,
keadilan, dan kewajaran dalam pembuatan perjanjian
dengan konsumen
5) Penyelenggara berhak memastikan iktikad baik konsumen
dan mendapatkan informasi dan/atau dokumen mengenai
konsumen yang akurat, terkini, jujur, jelas, dan tidak

menyesatkan
b) Keterbukaan dan transparansi.
1) Penyelenggara wajib memberikan informasi kepada
konsumen mengenai fitur produk dan/atau jasa paling
sedikit berupa biaya, manfaat, risiko, syarat dan
ketentuan, dan konsekuensi serta ketentuan mengenai
penolakan, penundaan, atau persetujuan atas
permohonan produk dan/atau jasa.
2) Informasi kepada konsumen tersebut di atas wajib
diberikan secara akurat, terkini, jujur, jelas, tidak
menyesatkan, dan etis. Informasi kepada konsumen wajib
menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti
dan tulisan yang mudah dibaca untuk informasi yang
19
diberikan secara tertulis.
3) Penyelenggara menyediakan ringkasan informasi produk
dan jasa.
c) Edukasi dan literasi.
1) Penyelenggara wajib melakukan edukasi untuk
meningkatkan literasi konsumen dan masyarakat.
Penyelenggara wajib memiliki fungsi edukasi.
2) Pelaksanaan edukasi kepada konsumen dan masyarakat
wajib dilakukan secara terencana, terukur, dan
berkelanjutan. Serta dapat dilakukan dengan
berkolaborasi dengan Penyelenggara dan/atau pemangku
kepentingan lainnya
d) Perilaku bisnis yang bertanggung jawab
Penyelenggara wajib menerapkan perilaku bisnis yang
bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan dengan
konsumen. Perilaku bisnis yang bertanggung jawab harus
sesuai dengan prinsip internasional, kesepakatan asosiasi,
dan norma umum lainnya.
e) Perlindungan aset Konsumen terhadap penyalahgunaan
Penyelenggara wajib menjaga keamanan aset Konsumen

yang berada dalam tanggung jawab penyelenggara. Sehingga


penyelenggara wajib bertanggung jawab atas kerugian
konsumen yang timbul akibat kesalahan pengurus dan/atau
pegawai penyelenggara.
f) Perlindungan data dan/atau informasi Konsumen.
1) Penyelenggara wajib menjaga kerahasiaan dan keamanan
data dan informasi konsumen sesuai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Guna menjaga kerahasiaan dan keamanan data dan/atau
informasi ponsumen Penyelenggara wajib memiliki :
i. fungsi yang bertanggung jawab terhadap
perlindungan data dan/atau informasi Konsumen

20
ii. sistem informasi yang andal untuk mendukung
pelaksanaan perlindungan data dan/atau informasi
Konsumen dan
iii. mekanisme dan prosedur mengenai perlindungan
data dan/atau informasi Konsumen.
3) Dalam hal Penyelenggara bekerja sama dengan pihak lain
untuk mengelola data dan/atau informasi Konsumen,
maka Penyelenggara wajib memastikan pihak lain
tersebut menjaga kerahasiaan dan keamanan data
dan/atau informasi Konsumen
4) Penyelenggara wajib mengelola dan menatausahakan
data dan informasi Konsumen secara akurat, terkini, dan
jelas.
5) Penyelenggara memberikan hak kepada Konsumen untuk
mengakses data dan/atau informasi Konsumen yang
dikelola oleh Penyelenggara.
g) Penanganan dan penyelesaian pengaduan yang efektif.
1) Penyelenggara wajib menangani dan menyelesaikan
pengaduan yang disampaikan oleh Konsumen.
2) Penyelenggara wajib memiliki fungsi yang menangani dan
menyelesaikan pengaduan yang disampaikan oleh

Konsumen.
3) Penyelenggara wajib memiliki dan melaksanakan
mekanisme penanganan dan penyelesaian pengaduan
yang disampaikan oleh Konsumen.
4) Penyelenggara dilarang mengenakan biaya kepada
Konsumen atas pengajuan pengaduan yang dilakukan.

2. Prinsip Perlindungan Konsumen dilaksanakan dengan


memperhatikan bentuk produk dan jasa Penyelenggara
keuangan atau sistem pembayaran

21
h. Know Your Customer (KYC)

Know Your Customer (KYC) Principles adalah prinsip mengenal


pelanggan/nasabah yang diterapkan institusi jasa keuangan yang
dilakukan dengan cara mengetahui identitas dan memahami profil
nasabah, memantau kegiatan transaksi keuangan nasabah dan
membuat pelaporan jika terdapat transaksi keuangan tunai dalam
nominal tertentu dan transaksi yang mencurigakan sesuai kriteria
yang ditetapkan regulator.

Know Your Customer (KYC) diperlukan untuk memastikan bahwa


identitas nasabah benar dan sah. Sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, institusi jasa keuangan wajib
melakukan proses KYC terhadap para calon nasabahnya. Data dan
informasi yang terkumpul dari nasabah harus dijaga
kerahasiaannya.

Prinsip mengenal nasabah bukan hanya sekedar mengenal


nasabah secara umum tetapi lebih mendalam prinsip mengenal
nasabah membutuhkan informasi menyeluruh tentang identitas
nasabah, pekerjaan dan profil risikonya, sumber atau asal usul
dana yang digunakan untuk membuka rekening, tujuan
membukarekening, jenis rekening yang dibuka dan karakter
transaksi keuangan nasabah di rekening bank.

Karena KYC membutuhkan data dan informasi yang masuk ke


ranah pribadi nasabah, maka penggalian informasi dan pertanyaan
dari bank harus memperhatikan etika dan diatur dengan kebijakan
serta prosedur khusus agar nasabah tetap nyaman dan tidak
tersinggung saat menyampaikan informasinya.

Tujuan KYC :
1. Agar bank lebih mengenal dan memahami profil nasabah dan
karakter transaksinya.
22
2. Sebagai upaya pemberantasan tindak pidana pencucian uang
dan pencegahan pendanaan terorisme.
3. Sebagai langkah awal pembentukan Customer Information File
(CIF).
4. Sebagai sarana pengamanan rekening transaksi, agar hanya
nasabah sendiri yang bisa mencairkan dana rekeningnya.

23

Anda mungkin juga menyukai