Anda di halaman 1dari 29

ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

PERTEMUAN 14
MANAJEMEN JASA PERBANKAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini diharapkan dapat :
1.1 Mendefinisikan pengertian bank secara lengkap
1.2 Menguraikan bagaimana bank memperoleh keuntungan
1.3 Menjelaskan secara lengkap asal mula, sejarah dan kegiatan kegiatan perbankan
1.4 Menjelaskan tata cara izin pendirian bank serta badan hukum yang harus dimilki bank
1.5 Menjelaskan bagaimana menilai kesehatan suatu bank
1.6 Menjelaskan penggabungan usaha bank berikut alasan penggabungan bank
1.7 Menguraikan pembinaan dan pengawasan serta rahasia dan sanksi administratif.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank

1.2. Pengertian Bank


Menurut UU RI No.10 th 1998 tanggal 10 November 1998, Bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

1.3. Aktivitas Perbankan :


➢ Funding adalah aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Jenis simpanan yang dapat
oleh masyarakat seperti Giro, Tabungan dan deposito
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

➢ Lending adalah setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat,
maka oleh perbankan dana tersebut diputar kembali atau dijualkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk pinjamanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan
menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini kegiatan utama
perbankan.
➢ Spread based merupakan keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan
prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada
penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.
➢ Negative spread yaitu apabila suatu bank mengalami suatu kerugian dari selisih bunga,
dimana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit.

Bagi bank berdasarkan prinsip syariah sesuai UU Perbankan No.10 tahun 1998
berdasarkan Prinsip Syariah asal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BI, tidak dikenal
istilah bunga dalam memberikan jasa kepada penyimpan maupun peminjam. Jasa bank
yang diberikan disesuaikan dengan prinsip syariah sesuai dengan hukum islam. Prinsip
syariah yang diterapkan oleh bank syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murababah) atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina). Contoh bank yang menggunakan system ini adalah Bank Muamalat
Indonesia dan BPR Syariah lainnya.
Perbankan melakukan kegiatan jasa-jasa yang diberikan untuk mendukung
kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung
dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung. Jasa perbankan yang
ditawarkan tergantung dari kemampuan bank masing-masing, semakin mampu bank
tersebut maka semakin banyak produk yang ditawarkan. Adapun kegiatan-kegiatan
perbankan yang ada di, antara lain meliputi :Indonesia dewasa ini sbb :
1. Kegiatan – kegiatan Bank Umum
a. Menghimpun Dana dari Masyarakat (Funding)
1. Simpanan Giro (demand deposit)
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

2. Simpanan Tabungan (saving deposit)


3. Simpanan Deposito (time deposit)
b. Menyalurkan Dana ke masyarakat (Lending)
1. Kredit Investasi
2. Kredit Konsumsi
3. Kredit Modal Kerja
4. Kredit Perdagangan
c. Memberikan Jasa-jasa bank lainnya (services)
1. Transfer
2. Inkaso
3. Klring
4. Safe Deposit Box
5. Bank Card
6. Bank Notes
7. Bank Garansi
8. Referensi Bank
9. Bank Draft
10. Letter of Credit (L/C)
11. Cek Wisata (Travellers Cheque)
12. Jual beli surat-surat berharga
13. Menerima setoran seperti :
- Pembayaran pajak
- Pembayaran telepon
- Pembayaran air
- Pembayaran listrik
- Pembayaran uang kuliah
14. Melayani pembayaran-pembayaran seperti :
- Gaji/Pensiun/Honorarium
- Pembayaran deviden
- Pembayaran kupon
- Pembayaran bonus/hadiah
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

15. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi :


- Penjamin emisi (underwriter)
- Penjamin (guarantor)
- Wali amanat (trustee)
- Perantara perdagangan efek (pialang/broker)
- Pedagang efek (dealer)
- Perusahaan pengelola dana (investment company)
2. Kegiatan – kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
a. Menghimpun dana dalam bentuk :
1. Simpanan Tabungan
2. Simpanan Deposito
b. Menyalurkan dana dalam bentuk
1. Kredit Investasi
2. Kredit Konsumsi
3. Kredit Modal Kerja
4. Kredit Perdagangan
c. Larangan-larangan bagi BPR :
- Menerima simpanan giro
- Mengikuti kliring
- Melakukan kegiatan Valas
- Melakukan kegiatan perasuransian
3. Kegiatan-kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing
Pada umumnya bank-bank asing dan campuran yang bergerak di Indonesia
adalah bank umum dan tugasnya sama dengan bank umum lainnya, namun
mereka lebih dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu dan ada larangan
tertentu pula.
Kegiatan bank umum campuran dan bank asing di Indonesia dewasa ini sbb :
a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran dilarang menerima
simpanan dalam bentuk simpanan tabungan
b. Kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu seperti :
- Perdagangan Internasional
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

- Bidang Industri dan Produksi


- Penanaman Modal Asing/Campuran
- Kredit yang tidak bisa dipenuhi oleh bank swasta nasional
c. Untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum
campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di
Indonesia.

Pengertian Jasa-Jasa Bank Lainnya :


a. Jasa pemindahan uang (Transfer)
Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana tertentu
sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang
yang ditunjuk sebagai penerima transfer. Baik transfer uang keluar atau masuk akan
mengakibatkan adanya hubungan antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila
satu cabang mendebet cabang lain mengkredit.
b. Jasa penagihan (Inkaso)
Inkaso adalah kegiatan jasa Bank untuk melakukan amanat dari pihak ke tiga berupa
penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau badan tertentu di kota lain yang telah
ditunjuk oleh si pemberi amanat. Sebagai imbalan jasa atas jasa tersebut biasanya bank
menerapkan sejumlah tarif atau fee tertentu kapada nasabah atau calon nasabahnya.
Tarif tersebut dalam dunia perbankan disebut dengan biaya inkaso. Sebagai imbalan
bank meminta imbalan atau pembayaran atas penagihan tersebut disebut dengan biaya
inkaso.
c. Jasa Kliring (Clearing)
Kliring adalah suatu cara penyelesaian utang – piutang antara bank – bank peserta
kliring dalam bentuk warkat atau surat – surat berharga disuatu tempat tertentu.
Warkat kliring antara lain: cek, bilyet, CD, Nota Debet, dan Nota Kredit. Warkat harus
dinyatakan dalam mata uang rupiah, bernilai nominal penuh, dan telah jatuh tempo.
Kliring terjadi antara dua bank berbeda yang lokasinya sama kota.
d. Jasa penjualan mata uang asing (Valas)
Valuta asing atau yang biasa disebut dengan valas, atau yang dalam bahasa asing
dikenal dengan foreign exchange (Forex) merupakan mata uang yang di keluarkan
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain. Valuta asing akan mempunyai suatu
nilai apabila valuta tersebut dapat ditukarkan dengan valuta lainnya tanpa pembatasan.
e. Jasa safe deposit box
Safe Deposit Box (SDB) adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta atau surat-
surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam
ruang khasanah yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan barang yang
disimpan dan memberikan rasa aman bagi penggunanya.
f. Travelers cheque
Travellers cheque yaitu sejenis kertas berharga yang dikenal dan dipergunakan oleh
masyarakat internasional sebagai alat tukar/alat pembayaran sah atau cek wisata atau
cek perjalanan yang digunakan untuk bepergian.
g. Bank card
Bank card merupakan kartu plastik yang dikeluarkan bank dan diberikan kepada
nasabahnya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran di …berbagai tempat.
h. Bank draft
Bank Draft adalah surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari bank penerbit
draft tersebut kepada pihak lainnya (tertarik) untuk membayar sejumlah uang kepada
seseorang tertentu atau orang yang ditunjuknya pada waktu yang telah ditentukan.
i. Letter of credit (L/C)
Letter of Credit atau (Surat Kredit Berdokumen) merupakan salah satu jasa yang
ditawarkan bank dalam rangka pembelian barang, berupa penangguhan pembayaran
pembelian oleh pembeli sejak LC dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai
perjanjian. Berdasarkan pengertian tersebut, tipe perjanjian yang dapat difasilitasi LC
terbatas hanya pada perjanjian jual – beli, sedangkan fasilitas yang diberikan adalah
berupa penangguhan pembayaran.
j. Bank garansi dan refrensi bank
Guarantee (garansi) artinya jaminan pelaksanaan adalah jaminan bank dalam
penyelesaian suatu proyek jika pelaksana (kontraktor) ingkar/cedera janji.

1.4. Sejarah Perbankan


1. Asal Mula Perbankan
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman
kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke
Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika
dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di
Asia, Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan
dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal
sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu
mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang
lain. Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing
(Money Changer).
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan
simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.
Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada
masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.

2. Sejarah Perbankan di Indonesia


Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia
Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di
Hindia Belanda.
Bank-bank yang ada itu antara lain:
a. De Javasce NV.
b. De Post Poar Bank.
c. Hulp en Spaar Bank.
d. De Algemenevolks Crediet Bank.
e. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
f. Nationale Handles Bank (NHB).
g. De Escompto Bank NV.
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing
seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

a. Bank Nasional Indonesia.


b. Bank Abuan Saudagar.
c. NV Bank Boemi.
d. The Chartered Bank of India.
e. The Yokohama Species Bank.
f. The Matsui Bank.
g. The Bank of China.
h. Batavia Bank.
3. Jenis – jenis Bank
Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang
diatur dalam UU Perbankan yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yaitu Bank
Umum, Bank Perkreditan Rakyat (Bank Umum Syari’ah, dan juga BPR Syari’ah).
4. Sejarah Bank Pemerintah
Bangsa Indonesia pernah dijajah oleh Belanda, maka sejarah perbankan tidak terlepas
dari pengaruh Negara yang menjajahnya baik bank pemerintah atau swasta nasional,
contohnya bank milik pemerintah :
a. Bank Sentral
b. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor
c. Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)
d. Bank Dagang Negara (BDN)
e. Bank Bumi Daya (BBD)
f. Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO)
g. Bank Pembangunan Daerah (BPD)
h. Bank Tabungan Negara (BTN)
i. Bank Mandiri

1.4. Fungsi Bank


Tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi :
a. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan
b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana kemasyarakat dalam bentuk kredit
c. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Fungsi Bank
1. Penghimpun Dana, untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka
bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan
seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabungan.
c. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana
yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-waktu dapat
ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi persyaratan.
2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta
tetap.
3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas pembayaran
uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain transfer, kliring, inkaso, cek
wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
4. Penyalur/pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana
yang diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam
bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan baik itu untuk konsumsi, investasi
maupun modal kerja. Tentunya dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan
mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga
kredit. Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh sebab itu pemberiannya harus
benar-benar teliti

Adapun secara spesifik bank-bank dapat berfungsi sebagai Agent of Trust, Agent of
Develovment dan Agen of Services.
a. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankkan
adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana.
Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi
kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak
penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam keadaan ini
semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan dana,
penampung dana maupun penerima penyaluran dana tersebut.
b. Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan
bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan
masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan
konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi , distribusi dan
konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran
kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan
pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
c. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping
melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan
penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan
bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

1.6. Jenis-jenis Lembaga Perbankan


Jenis-jenis Perbankan di Indonesia diatur dalam Pasal 5 UU No. 7 Tahun 1992.
Dalam Pasal 5 ayat (1), berbunyi:
1. Bank Umum, adalah bank yang dapat memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk
deposito berjangka dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Jenis-jenis bank yang ada di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perbankan.


yaitu UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. Berbeda dengan ketentuan sebelumnya,
yaitu UU No. 14 tahun 1967. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga
keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda.
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari fungsi bank, dan kepemilikan bank.
Dari segi fungsi, perbedaan terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat
ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan
dapat dilihat dari segi pemilikan saham yang ada dan akte pendiriannya. Perbedaan
lainnya adalah dilihat dari segi siapakah nasabah yang mereka layani, apakah masyarakat
luas atau masyarakat di lokasi tertentu (kecamatan). Jenis perbankan juga diklasifikasikan
berdasarkan caranya menentukan harga jual dan harga beli.

Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:
a. Dilihat dari segi fungsinya
Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan UU No.
10 tahun 1998 tentang Perbankan adalah sebagai berikut:
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang
diberikan adalah umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada. Wilayah operasi bank umum mencakup seluruh wilayah. Bank umum sering
disebut bank komersil (commercial bank)
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh
lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.

Dewasa ini di Indonesia terdapat tiga macam bank yaitu bank Sentral, Bank Umum, dan
Bank Perkreditan Rakyat. Tugas pokok Bank Sentral adalah: a). mengatur, menjaga, dan
memelihara kestabilan nilai rupiah; b). mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

b. Dilihat dari segi kepemilikannya


Ditinjau dari segi kepemilikan adalah siapa pun yang turut andil dalam pendirian
suatu bank. Kepemilikan bank dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan
saham yang dimilikinya. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya terdiri atas:
1). Bank milik pemerintah
Pada jenis bank ini, akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungannya juga dimiliki oleh pemerintah. Contoh bank
milik pemerintah antara lain:
- Bank Negara Indonesia 46 (BNI)
- Bank Rakyat Indonesia (BRI)
- Bank Tabungan Negara (BTN)
- Bank Mandiri
Sedangkan bank milik pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah tingkat I
dan tingkat II. Contoh bank pemerintah daerah adalah BPD DKI Jakarta, BPD
Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD
Sumatra Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya:
2). Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta
nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu pula
pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank milik swasta
nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra,
Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa Internasional, Bank Niaga, Bank
Universal, Bank Internasional Indonesia:
3). Bank milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum koperasi,
contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia;
4). Bank milik asing
Bank asing ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik
swasta asing atau pemerintah asing. Contoh bank asing antara lain: ABN AMRO
Bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of Amerika, Bank of
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Europen Asian Bank, Hongkong Bank,
Standard Chartered Bank, Chase Manhattan Bank
5). Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara
Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : Sumitono Niaga Bank, Bank
Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank,
Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank,
dan Bank PDFCI.

c. Dilihat dari segi status


Status bank yang dimaksud adalah:
) Bank Devisa
Adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnya transfer
keluar negeri, inkaso keluar negeri, traveller cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi
bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
) Bank Non-Devisa
Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai
bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan kegiatan seperti halnya bank
devisa. Jadi bank non-devisa hanya dapat melakukan transaksi dalam batas-batas
negara.

d. Dilihat dari segi cara menentukan harga


Dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun
harga beli, bank terbagi dalam 2 jenis berikut:
1). Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga bagi para


nasabahnya, bank konvensional menggunakan metode:
a Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula, harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga
tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman,
dikenal dengan istilah negative spread. Kondisi ini telah terjadi pada
akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.
b. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan dapat menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau prosentase
tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

2). Bank yang berdasarkan prinsip syariah


Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, penentuan harga produk sangat
berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan
prinsip syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
dengan pihak lain yang ingin menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau
kegiatan perbankan lainnya.
Penentuan harga atau keuntungan pada bank yang berdasarkan prinsip syariah
dilakukan dengan cara:
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
e. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga dilakukan
sesuai Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan
bank syariah dasar hukumnya adalah Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Jenis bank
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

ini mengharamkan penetapan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi


bank yang berdasarkan prinsip syariah, bunga adalah riba.

1.7. Ijin Pendirian dan Bentuk Hukum Bank


Bank sebagai suatu badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha menghimpun
dana dari masyarakat dalam berbagai bentuknya, sudah tentu membutuhkan banyak
persyaratan dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Ini sangat penting untuk melindungi
kepentingan masyarakat, terutama terhadap nasabah penyimpan dan simpanannya.
Menururt Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan persyaratan untuk
memperoleh ijin usaha bank wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang :
a. Susunan Organisasi Dan Kepengurusan ;
b. Permodalan ;
c. Kepemilikan ;
d. Keahlian di bidang Perbankan ;
e. Kelayakan rencana kerja”.

Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara lain adalah:
a. Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di bidang
perbankan dan konduite yang lain
b. Larangan adanya hubungan keluarga diantara pengurus bank.
c. Modal disetor minimum untuk pendirian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
d. Batas maksimum kepemilikan dan kepengurusan.
e. Kelayakan rencana kerja.
f. Batas waktu pemberian izin pendirian bank.

1.8. Persyaratan Pendirian Bank


Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 dan SK Direktur BI Nomor 32/33/KEP/DIR
Tanggal 12 Mei 1999, menetapkan ketentuan bagi pendirian bank umum dan BPR bahwa
untuk pendirian Bank Umum dan BPR meliputi persetujuan prinsip dan izin usaha
a. Izin Prinsip
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Izin prinsip adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian
bank. Untuk memperoleh persetujuan prinsip, calon pemilik mengajukan kepada BI yang
memuat:
1) Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk AD/ART
2) Daftar kepemilikan
3) Rencana organisasi
4) Rencana kerja tahun pertama
a. Analisis terhadap peluang pasar dan potensi ekonomi
b. Rencana kegiatan usaha, penghimpunan dan penyaluran dana bank, serta
langkah-langkahnya
c. Rencana kebutuhan pengawai.
d. Proyeksi arus kas selama 12 bulan, neraca dan perhitungan laba rugi
5) Bukti setoran modal minimal 30% dari modal disetor dalam bentuk bilyet giro BI
6) Surat pernyataan dari calon pemilik, bahwa modal tsb;
a. Tidak berasal dan pinjamanan atau fasilitas pembiayaan.
b. Tidan berasal dan untuk pencucian uang
7) Persetujuaan selambat-lambatnya akan diberikan selama 60 hari setelah dokumen
permohonan diterima. BI wajib melakukan
a. Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen
b. Wawancara terhadap calon pemilik, komisasris dan direksi
c. Ananlisis yang meliputi;
d. Tingkat persaingan yangsehat antar bank
e. Tingkat kejenuhan bank
f. Kondisi ekonomi/pemerataan
g. Pernyataan pemilik
8) Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama 360 hari

b. Izin Usaha
Izin usaha adalah izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha bank, setelah
persiapan pendirian bank selesai dilakukan.
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

1.9. Bentuk Badan Hukum Bank


Bentuk badan hukum Bank Umum dapat berupa salah satu dari alternative di bawah ini:
1. Perseroan Terbatas
2. Koperasi
3. Perseroan daerah (PD)
Sedangkan bentuk badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa:
1. Perusahaan Daerah (PD)
2. Koperasi
3. Perseroan Terbatas (PT)
4. Atau bentuk lainnya yang ditetapkan pemerintah

1.10. Jenis-jenis Kantor Bank


Jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan
dalam suatu cabang bank. Kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank
tersebut. Di samping itu, besar kecilnya kegiatan cabang bank tergantung pula wilayah
operasinya, jenis-jenis kantor bank adalah sebgai berikut
1. Kantor pusat
Kantor ini dimana semua kegiatan perencanaan sampai dengan pengawasan terdapat di
kantor ini. Setiap bank memiliki suatu kantor pusatdan kantor pusat tidak dapat
melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi
mengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya.
2. Kantor cabang penuh
Salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank paling lengkap. Dengan kata lain,
semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh
membawahi kantor cabang pembantu
3. Kantor cabang pembantu
Kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh di mana kegiatan jasa bank
yang dilayani hanya sebagian saja. Prubahan status dari kantor cabang pembantu ke
kantor cabang pusat apabila cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang
penuh dari kantor pusat.
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

4. Kantor kas
Kantor bank yang paling kecil di mana kegiatannya hanya meliputi teller/kasir saja.
Dengan kata lain, kantor kas hanya melakukan segian kecil dari kegiatan perbankan dan
berada di bawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini banyak sekali
kantor kas yang dilayani dengan mobil dan biasanya disebut kas keliling.

1.11. Penilaian Kesehatan Bank


Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan merupakan hal yang paling
penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja
dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya
agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi
intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan
oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal
yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan
berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat
memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi
berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai
ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Untuk
menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk
menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan
tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat
memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan
dihentikan kegiatan operasinya.
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

ataupun secara berkala mengenai seleuruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu.
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau penurunan.
Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang
diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank terus-
menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat pengarahan atau sangsi dari Bank Indonesia
sebagai pengawas dan pembina bank-bank.
Bank Indonesia dapat saja menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen,
merger, konsolidasi, atau malah dilikuidasi keberadaannya jika memang sudah parah
kondisi bank tersebut.

Tabel Bobot CAMEL


Bobot
No. Faktor CAMEL
Bank Umum BPR
1. Permodalan 25% 30%
2. Kualitas Aktiva Produktif 30% 30%
3. Kualitas Manajemen 25% 20%
4. Rentabilitas 10% 10%
5. Likuiditas 10% 10%

Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan analisis CAMELS.
1. Penilaian Capital
Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan
modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequaci
Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio
modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dan sesuai ketentuan
pemerintah CAR tahun 1999 minimal harus 8%.
2. Penilaian Aset
Yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai
dengan peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva
produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat
dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.
Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta asing
dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga, penempatan, penyertaan modal,
penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening
administratif.
3. Penilaian Manajemen (Management)
Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kualitas manajemennya.
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas
manajemen juga dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam
menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah
manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen
rentabilitas, dan manajemen likuiditas, kualitas aset, dan rentabilitas, tetapi kini
penilaiannya hanya didasarkan pada seratus aspek saja.
4. Penilaian Earning
Merupakan ukuran kemampuan bank dalam mengingkatkan labanya apakah setiap
periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas
yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan:
a. Rasio laba terhadap Total Aset (ROA)
b. Dan perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO)
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank adalah kemampuan
bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu
mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja lama kelamaan
kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam kondisi demikian tentu
saja tidak dapat dikatakan sehat.
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas atau earning suatu bank yaitu melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba.
5. Penilaian Likuiditas
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar
semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Secara umum
rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan utang lancar.
Yang dianalisis dalam rasio ini adalah:
a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti KLBI, giro,
tabungan, deposito dan lain-lain.
Semua aspek penilaian di atas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL (Capital,
Asset, Management, Earning, dan Liquidity). Di samping dengan penilaian analisis
CAMEL yang juga memengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan bank adalah
penilaian terhadap:
1. Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil & Pelaksanaan Kredit Ekspor
2. Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) / Legal Lending
Limit.
3. Pelanggaran Posisi Devisa Netto
6. Penilaian Sensitivitas
Aspek ini dimulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan Mei 2004. Dalam
melepaskan kreditnya, per-bankan harus memerhatikan dua unsur, yaitu tingkat
perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan risiko
yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas perbankan. Sensitivitas
terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat tercapai dan pada
akhirnya kesehatan bank juga terjamin. Risiko yang dihadapi terdiri dari risiko
lingkungan, risiko manajemen, risiko penyerahan, dan risiko keuangan.
Selanjutnya masing-masing aspek diatas diberikan nilai, kemudian dijumlahkan secara
keseluruhan dari komponen dari komponen yang dinilai, hasil dari penilaian ini
ditetapkan ke dalam empat golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut:
Nilai Kredit Predikat
81 – 100 Sehat
66 - < 81 Cukup Sehat
51 - < 66 Kurang Sehat
0 - < 50 Tidak Sehat
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

1.12. Penggabungan Usaha Bank

Hasil penilaian yang diumumkan pemerintah sangat menentukan masa depan


perbankan yang bersangkutan, mengingat dunia perbankan yang mengelola bisnis
kepercayaan. Masalah kepercayaan adalah masalah sensitif, oleh karena itu harus tetap
dijaga dari hal-hal yang bersifat negatif. Artinya kalau masyarakat sudah tidak percaya lagi
kepada salah satu bank, karena penilaian yang jelek terhadap kondisinya, maka dampaknya
akan merugikan bank tersebut. Kepercayaan ini disebabkan karena kegiatannya
menyangkut uang masyarakat.

Bagi bank yang dinyatakan sehat justru sangat menguntungkan karena dapat
menaikkan pamornya dimata para nasabahnya atau calon nasabahnya. Namun bagi bank
yang tidak sehat untuk beberapa periode maka disarankan untuk melaksanakan
penggabungan usaha dengan bank lainnya. Dalam praktiknya penggabungan dalam dunia
perbankan tidak hanya bagi bank yang dinilai tidak sehat saja, akan tetapi bank yang
sehatpun dapat pula bergabung dengan bank lainnya sesuai dengan tujuan bank tersebut.
Sebagai contoh bank dapat bergabung dengan tujuan untuk menguasai pasar. Namun
biasanya penggabungan antar bank yang tidak sehat lebih diutamakan.

Jenis-jenis penggabungan yang dapat dipilih dan yang biasa dilakukan di Indonesia
adalah sebagai berikut :

1. Merger

Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu dari bank yang ikut merger dan membubarkan
bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dulu. Penggabungan tersebut dapat
dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh saham bank lainnya yang ikut
bergabung menjadi satu dengan bank yang dipilih untuk dijadikan bank yang akan
dipertahankan. Biasanya bank hasil merger memakai salah satu nama yang dipilih
secara bersama. Sebagai contoh: Bank Maras melakukan merger dengan Bank
Menumbing dan disepakati memakai nama Bank Maras, maka nama Bank Menumbing
diganti menjadi bank Maras
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

2. Konsolidasi

Yaitu penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara mendirikan bank baru dan
membubarkan hank-bank yang ikut konsolidasi tersebut tanpa melikuidasi terlebih dulu.
Contoh konsolidasi, misalnya Bank Maras melakukan konsolidasi dengan Bank
Menumbing, maka nama kedua bank tersebut dibubarkan dan menamakan bank yang
baru, misalnya Bank Mangkol.

3. Akuisisi

Merupakan pengambil-alihan kepemilikan suatu bank yang berakibat beralihnya


pengendalian terhadap bank. Dalam penggabungan dengan bentuk akuisisi biasanya
nama bank yang diakuisisi tidak berubah dan yang berubah hanyalah kepemilikannya.
Contoh di atas misalnya Bank Maras diakuisisi oleh Bank Menumbing maka nama
Bank Maras tidak berubah dan yang berubah adalah kepemilikannya saja yaitu menjadi
milik Bank Menumbing.

Terdapat beberapa alasan suatu bank atau suatu perusahaan untuk melakukan
penggabungan baik penggabungan secara Merger, Konsolidasi maupun Akuisisi. Alasan
yang biasa dipakai yaitu antara lain :

1. Masalah Kesehatan, Apabila bank sudah dinyatakan tidak sehat oleh Bank Indonesia
setelah melalui beberapa perbaikan sebelumnya, maka sebaiknya bank tersebut
melakukan penggabungan. Pilihan penggabungan tentunya dengan bank yang sehat.
Jika bank yang digabungkan sama-sama dalam kondisi tidak sehat maka sebaiknya
pilihan penggabungan adalah konsolidasi atau dapat pula diakuisisi oleh bank lain
yang sehat.

2. Masalah Permodalan, Apabila modal suatu bank dirasakan kecil sehingga sulit
untuk melakukan perluasan usaha, maka bank dapat bergabung dengan satu atau
beberapa bank sehingga modal dimiliki menjadi besar..

3. Masalah Manajemen, Manajemen bank yang sembrawut atau kurang profesional se-
hingga, perusahaan terus merugi dan sulit untuk berkembang. Jenis bank inipun
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

sebaiknya melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha dengan bank yang
lebih profesional yang terkenal dengan kualitas manajemennya.

4. Teknologi dan Administrasi, Bank yang menggunakan teknologi yang masih


tradisional sangat menjadi masalah. Dalam perkembangan yang sedemikian cepat
diperlukan teknologi yang canggih. Untuk memperoleh teknologi yang canggih
diperlukan modal yang tidak sedikit. JaIan keluar yang dipilih adalah melakukan
penggabungan dengan bank yang sudah memiliki teknologi yang canggih. Demikian
pula bagi bank yang kurang teratur dan masih tradisional dalam hal administrasinya,
sebaiknya bank melakukan penggabungan atau peleburan sehingga diharapkan
administrasinya menjadi lebih baik.

5. Ingin Menguasai Pasar, Tujuan ingin menguasai pasar tidak diumumkan secara
jelas kepada pihak luar dan biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut
bergabung. Dengan adanya penggabungan dari beberapa bank, maka jumlah cabang
dan jumlah nasabah yang dimiliki bertambah. Tujuan ini juga dilakukan untuk meng-
hilangkan atau melawan pesaing yang ada.

Keinginan untuk mengadakan penggabungan bank, baik penggabungan secara


merger, konsolidasi atau akuisisi dapat dilakukan atas : 1). Inisiatif bank yang
bersangkutan atau; 2). Permintaan Bank Indonesia atau ; 3). Inisiatif badan khusus
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Dalam melakukan penggabungan, maka pihak perbankan hendaknya


memenuhi beberapa peraturan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Izin untuk
melakukan Merger, Konsolidasi atau Akuisisi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

1). Memenuhi rasio kecukupan modal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2). Calon anggota Direksi dan Dewan Komisaris tidak termasuk daftar orang yang
tercela dibidang perbankan.
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

3). Dalam hal akuisisi, maka bank wajib memenuhi ketentuan mengenai pengertian
modal oleh bank yang diatur oleh Bank Indonesia.

1.13. Pembinaan dan Pengawasan Bank


Kegiatan perbankan yang dilakukan sehari-hari, baik oleh bank umum maupun bank
perkreditan rakyat tidak terlepas dari berbagai kesalahan. Kesalahan ini dapat dilakukan
secara sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, agar dunia perbankan dapat berjalan
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan bank terhadap seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perbankan. Pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
Dalam hal pembinaan dan pengawasan bank tersebut, Bank Indonesia menetapkan
kesehatan bank meliputi aspek kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank
dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Apabila menurut penilaian Bank Indonesia menilai suatu bank mengalami
kesulitan atau membahayakan kelangsungan hidupnya, maka Bank Indonesia dapat
melakukan tindakan agar :

1. Pemegang saham menambah modal


2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris atau direksi bank
3. Bank menghapuskan buku kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
yang macet dan memperhitungka kerugian bank dengan modalnya
4. Melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban
6. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak
lain
7. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau kewajiban kepada bank atau
pihak lain.

Kemudian apabila tindakan di atas tidak mampu untuk mengatasi kesulitan


yang dihadapi bank dan menurut penilaian Bank Indonesia dapat membahayakan sistem
perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

memerintahkan direksi bank untuk meneyelengfarakan Rapat Umum Pemegang Saham


guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi.

1.14. Kerahasiaan Bank dan Sangsi Administratif


a. Pengertian
Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya (Pasal 1 angka 28 UU No.10 Tahun
1998 tentang Perbankan)
Yang dimaksud Nasabah Penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya
di Bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian Bank dengan nasabah yang
bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan Simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan atau bentuk lainnya

b. Pengecualian Rahasia Bank


1. Untuk Kepentingan Perpajakan
Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri
Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank agar memberikan
keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan
keuangan Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak
2. Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank
Untuk penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang Negara dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank
Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang Negara dan Lelang
Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari Bank
mengenai simpanan Nasabah Debitur
3. Untuk kepentingan Peradilan Pidana
Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan bank Indonesia dapat
memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari
Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada Bank
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

4. Untuk kepentingan peradilan Perdata


Dalam perkara perdata antara Bank dengan nasabahnya, direksi Bank bersangkutan
dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang
bersangkutan dan memnerikan keterangan lainnya yang relevan dengan perkara
tersebut.
5. Untuk keperluan Tukar-Menukar Informasi antar Bank
Dalam rangka tukar-menukar informasi antar Bank, direksi Bank dapat
memberitahkan keadaan keuangan nasabahnya kepada Bank lain
6. Pemberian keterangan atas persetujuan nasabah
a. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat
secara tertulis, Bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan nasabah
b. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang sah dari
nasabah penyimpan yang bersangkutan yang berhak memperoleh keterangan
mengenai simpanan nasabah penyimpan tersebut
c. Sanksi Pelanggaran Kerahasian Bank
a. Sanksi Pidana
Di dalam pembukaan rahasia bank untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana,
tanpa membawa perintah atau izin tertulis dari pimpinan bank indonesia, dengan
sengaja memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan, diancam
dengan pidana sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 4 tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000 dan paling banyak Rp.2.000.000.000.
1) Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi lainnya
yang dengan sengaja membuka rahasia bank di mana tidak melalui prosedur,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling lama 4
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000 dan paling banyak Rp.
8.000.000.000.
2) Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak
memberikan keterangan atau membuka rahasia bank di mana telah ditempuh
prosedur, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 tahun dan paling
lama 7 tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 4.000.000.000 dan paling
banyak Rp. 15.000.000.000
ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

b. Sanksi Administratif
Bank Indonesia dapat menetapkan atau menambah sanksi administratif sbb :
1) Denda Uang
2). Teguran tertulis
3) Penurunan tingkat kesehatan bank
4) Larangan turut serta dalam kegiatan kliring
5) Pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun
untuk bank secara keseluruhan
6) Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat
pengganti sementara sampai rapat umum pemegang saham
7) Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar
orang tercela dibidang perbankan

C. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan pengertian kegiatan simpanan dan pinjaman dalam perbankan, berikut
contohnya
2. Jelaskan pengertian spread based dan fee based apa maksudnya bagi bank, kemudian
menurut saudara mana yang paling penting
3. Uraikan 5 macam perbedaan antara bank umum dengan BPR
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesehatan bank dan bagaimana cirri-ciri bank yang
sehat, kemudian bagaimana pula saran saudara terhadap bank yang sakit tersebut?
5. Jelaskan secara lengkap tujuan bank melakukan merger, konsolidasi dan akuisisi
6. Uraikan pengertian rahasia bank berikut sangsi yang dikenakan terhadap pelanggaran
rahasia bank tersebu?

D. DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Siamat, (2005), Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter Dan
Perbankan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, (2007), Bank Syariah, Teori, Praktik, dan
Peranannya, Celestial Publising, PT. Senayan Abadi, Jakarta

Dr. Kasmir, (2013), Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta

Dr. Kasmir, (2014), Manajemen Perbankan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta


ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Anda mungkin juga menyukai