Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN 4

STRUKTUR KEPEMILIKAN
Mata Kuliah: Coorporate Governance ***

Nama : Mirna
NIM : 101901116
Kelas: A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2022
A. Struktur Kepemilikan
Menurut Abdurahman (2008) dan Irawan (2015) Struktur kepemilikan adalah komposisi
pemegang saham dalam suatu perusahaan yang dimiliki dibagi dengan seluruh jumlah saham
yang dimiliki dibagi dengan seluruh jumlah saham yang ada. Proporsi dalam kepemilikan ini
akan menentukan jumlah mayoritas dan minoritas kepemilikan saham dalam perusahaan.
Menurut Haryono (2005) menjelaskan bahwa struktur kepemilikan adalah komposisi modal
antara hutang dan ekuitas termaksud juga proporsi antara kepemilikan saham insider
shareholders dan outside shareholders. Sedangkan menurut Sudana (2011) dalam Runtu et al,
(2019), struktur kepemilikan merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer
perusahaan. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal kedalam
perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi kewenangan
mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan, dengan harapan manajer bertindak sesuai
dengan kepentingan pemilik.
Struktur kepemilikan bertujuan untuk memaksimalkan pengendalian dan pengawasan
terhadap para manajer dalam melaksanakan tugasnya untuk mengelola perusahaan sehingga
dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Proporsi kepemilikan yang berbeda akan menghasilkan
tingkatan kepemilikan yang berbeda pula pada suatu perusahaan sehingga setiap pemilik
memiliki hak dan wewenang tersendiri dalam hal pengambilan keputusan di dalam perusahaan.

a. Kepemilikan Institusional
Menurut Widarjo dan Herdiyanto (2018), Kepemilikan institusional merupakan kondisi
dimana institusi memiliki saham dalam suatu perusahaan. Institusi tersebut dapat berupa institusi
pemerintah, institusi swasta, domestic maupun asing. Sedangkan menurut Bernandhi & Muid
(2014), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau
lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi
lainnya.
Institusi sebagai pihak ketiga dalam struktur kepemilikan memiliki peranan yang penting
dalam meminimalisasi konflik keagenan yang mungkin terjadi akibat benturan kepentingan
antara pemegang saham dan pihak manajer. Hal ini karena investor institusional dapat menjadi
salah satu mekanisme monitoring dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer sehingga
peran pengawasan akan menjadi lebih efektif. Adanya kepemilikan oleh institusional seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-
institusi lain mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.

b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif
dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan misalnya direjktur dan kominsaris. Menurut
Christiawan (2007) menyatakan Kepemilikan Manajerial adalah situasi dimana manajer
memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan.
Manajer yang ikut berperan sebagai pemegang saham perusahaan di nilai dapat
mensejajarkan kedudukan antara manajer dan pemegang saham. Selain sebagai pihak yang
mengelola perusahaan, manajer juga turut berperan dalam pengambilan keputusan
segingga hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer. Sebagai bagian dari struktur
kepemilikan, manajer tetap berkewajiban bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham
dengan tingkatan lebih tinggi.

c. Kepemilikan Publik
Menurut Purba (2021) Kepemilikan publik merupakan presentase saham yang dimiliki
oleh pihak luar (outsider ownership). Sedangkan menurut Wijayanti (2009), Kepemilikan public
adalah proporsi atau jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh public atau umum yang tidak
memiliki hubungan isttimewa dengan perusahaan. Perusahaan yang menyediakan kepemilikan
public memiliki tujuan untuk mendapatkan pendannaan yang maksimal melalui diperolehnya
saham dari pihak internal maupun pihak eksternal. Pihak eksternal diperoleh dari saham
masyarakat yang selanjutnya disebut dengan kepemilikan publik.
Sebagai perusahaan yang sahamnya juga dimiliki publik atau masyarakat luas,
tanggungjawab terhadap operasional perusahaan juga akan semakin besar karena adanya
pengawasan yang lebih ketat dari publik. Investor publik menuntut kinerja yang baik dan
pendapatan yang besar dari perusahaan agar modal yang mereka tanamkan dalam peran
monitoring ini juga dapat mendorong para manajer untuk dapat lebih mementingkan kepentingan
saham.
B. Perseroan Terbatas (PT)
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas, yang
selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
selanjutnya terbagi dalam saham dan memenuhi persayaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Pengertian perseroan terbatas secara umum adalah suatu unit atau badan usaha berbadan
hukum yang mana modalnya terkumpul dari berbagai saham, dan setiap pemiliknya memiliki
bagian dari banyaknya lembar saham yang dimiliki oleh masing-masing investor. Lembar saham
yang menjadi modal pembentukan Perseroan Terbatas bisa diperjualbelikan sehingga aka nada
perubahan status kepemilikan tanpa harus membubarkan perusahaan.
1. Sruktur Kepemilikan Perseroan Terbatas (PT)
Kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal dikelompokkan secara terpisah pada
perseroan terbatas. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan sedangkan pengelola
perusahaan diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya, struktur kepemilikan pada
perseroan terbatas terdiri dari pemegang sham, direksi, dan komisaris.
Isi RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris.
2) Memberhentikan direksi atau komisaris
3) Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris
4) Mengevaluasi kinerja perusahaan
5) Memutuskan rencana penambahan atau pengurangan saham perusahaan
6) Menentukan kebijakan perusahaan
7) Mengumumkan pembagian laba (dividen).

C. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimilki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, dan juga Badan Usaha Milik Negara mempunyai
peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat (Undnag-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara).
Pengertian BUMN secara umum merupakan perusahaan yang seluruh sahamnya dikuasai oleh
Pemerintah, atau minimalnya 51% sahamnya dimilki oleh Negara.
Maksud dan tujuan didirikannya BUMN adalah memberikan sumbangan bagi perkembangan
perekonomian nasional pada umumnya dan peneriamaan Negara pada khususnya,
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi
dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak, dan juga menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi (Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003).
1. Struktur Kepemilikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Pada tahun 1969, ditetapkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969. Dalam Undang-undang
tersebut, BUMN disederhanakan bentuknya menjadi tiga bentuk usaha Negara yaitu Perusahaan
Jawatan (Perjan) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Indonesische Bedrujvenwet (Stbl.
1927 419), Perusahaan Umum (Perum) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Undang-undang
Nomor 19 Pip Tahun 1960 dan Perusahaan Perseroan yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan
Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

b. Perusahaan Umum (Perum)


Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Perusahaan Umum, yang disebut Perum,
adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan

c. Persero
Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Perusahaan perseroan, yang selanjutnya disebut
Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham
yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan. Pengertian Persero menurut Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang PT atau perseroan Terbatas yang isinya bahwa PT adalah suatu badan
hukum dengan dilengkapi persekutuan modal. Jadi perseroan ini didirikan dengan perjanjian dan
juga melakukan usaha dengan suatu modal yang terbagi dalam bentuk saham

D. Contoh Kasus Bank Century


Latar Belakang Kasus Bank Centurt
Hiruk pikuk seputar kasus Bank Century, yang kini telah berganti nama menjadi Bank Mutiara,
menyita perhatian banyak elemen masyarakat. Tema besar kasus tersebut adalah korupsi.Lakon
para legislator/Dewan Perwakilan Rakyat/DPR (baca: Panitia Khusus /Pansus Hak Angket Bank
Century) dalam upaya pembongkaran kasus Bank Century, di simak secara luas oleh masyarakat
melalui pemberitaan berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahkan masyarakat
sendiri dapat melihat jalannya persidangan Pansus Hak Angket Bank Century melalui program
Breaking News yang disiarkan secara langsung (Live Streaming) oleh beberapa televisi
swasta.Pemerintah (DEPKEU) dan Bank Indonesia (BI) yang sementara ini dituduh sebagai
pihak-pihak yang paling bertanggung jawab atas pengucuran dana talangan (bailout) kepada
Bank Century yang dinilai telah merugikan Negara sekitar Rp6,76 Trilyun melakukan pembelaan
diri, seolah tidak ada yang keliru dengan mekanisme dan keputusan yang telah diambilnya.
Kesimpulan dari Kasus Bank Century
Bank Century mengalami kesulitan likuiditas karena beberapa nasabah besar Bank Century
menarik dananya seperti Budi Sampoerna akan menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun
belum lagi diperparah oleh masalah lainnya yng terjadi di Bank Century sehingga, total dana
yang dikucurkan kepada Bank Century sebesar Rp 6,762 triliun.
KESIMPULAN

struktur kepemilikan merupakan suatu tata kelola perusahaan yang digunakan untuk
mengendalikan masalah keagenan atau benturan kepentingan yang mungkin terjadi antara
pemegang saham (pemilik perusahaan) dan manajer atau pihak yang menjalankan perusahaan.
Struktur kepemilikan bertujuan untuk memaksimalkan pengendalian dan pengawasan terhadap
para manajer dalam melaksanakan tugasnya untuk mengelola perusahaan sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Proporsi kepemilikan yang berbeda akan menghasilkan
tingkatan kepemilikan yang berbeda pula pada suatu perusahaan sehingga setiap pemilik
memiliki hak dan wewenang tersendiri dalam hal pengambilan keputusan di dalam perusahaan.
Pengertian perseroan terbatas secara umum adalah suatu unit atau badan usaha berbadan hukum
yang mana modalnya terkumpul dari berbagai saham, dan setiap pemiliknya memiliki bagian
dari banyaknya lembar saham yang dimiliki oleh masing-masing investor.
Struktur kepemilikan secara umum terbagi atas 3 yaitu, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Publik. Kepemilikan institusional merupakan kondisi
dimana institusi memiliki saham dalam suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial adalah
pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif dalam pengambilan keputusan di
dalam perusahaan misalnya direjktur dan kominsaris. Kepemilikan publik merupakan presentase
saham yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Berdasarkan Undang-Undang RI
Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang selanjutnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persayaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Badan
Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimilki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan Negara yang dipisahkan, Maksud dan tujuan didirikannya BUMN adalah
memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
peneriamaan Negara pada khususnya, menyelenggarakan kemanfaatan umum.

Anda mungkin juga menyukai