Anda di halaman 1dari 23

RESENSI ARTIKEL JURNAL

INOVASI KURIKULUM DAN PEMBELJARAN


“Inovasi Kurikulum Enterprenership sebagai Upaya Memandirikan Santri secara
Ekonomi (Santri Preuner) di Pesantren Al-Ittifaq Bandung”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Kurikulum

Dosen Pengampu:
Dr.H.Toto Ruhimat,M.Pd.
Dr.Deni Kurniawan,M.Pd.

Disusun Oleh :
Celline Putriana Oktaviandi Syeira
2001127

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Jenis Inovasi 2
1.4 Metode Penelitian 2
II. PEMBAHASAN 5
III SIMPULAN 8
IV DAFTAR PUSTAKA 9
V LAMPIRAN 10

1
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pada era 4.0 saat ini,kewirausahaan sangat diperlukan,termasuk dalam hal
pendidikan.Keadaan dimana harapan bekerja semakin sulit,membuat kita perlu
mengembangkan sesuatu untuk menunjang hal tersebut.Pesantren sebagai salah satu lembaga
pendidikan perlu melahirkan lulusan yang berkualitas di bidang usaha (enterprenership).
Berkaitan dengan hal ini,maka pesantren dituntut untuk mempersiapkan para santri untuk
hidup mandiri dengan kedisiplinan,kepatuhan kepada aturan dan kewirausahaan baik sebagai
edu preuneur,enterpreuneur,maupun social-preuneur.
Pembelajaran islam di pesantren mampu menghasilkan santri yang soleh dan
solehah.Akan tetapi,kehidupan di masa yang akan datang menuntut para santri untuk siap
pula bertahan hidup di tengah masyarakat yang tidak hanya membutuhkan kesolehan tetapi
diperlukan pula kreativitas serta keterampilan secara ekonomi mandiri dalam kehidupan
bermasyarakat.
Realita yang terjadi adalah para alumni pesantren tidak seluruhnya meneruskan ke
pendidikan tinggi dan akhirnya kembali ke masyarakat.Kebanyakan dari mereka hanya
mampu mengajar ilmu agama dengan kemampuan yang sangat minim.Sehingga merea hidup
tidak sejahtera dimana pendapatannya dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup.Hal inilah yang perlu dikaji agar muncul suatu solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Program pemerintah dengan slogan santri preneur merupakan salah satu dukungan
pemerintah dalam hal pengadaan fasilitas untuk menciptakan santri preneur.Alasan kuat yang
mendasari perlunnya internalisasi nilai-nilai islam kedalam nilai-nilai enterprenership adalah
adanya harapan masyarakat agar anak-anaknya mendapatkan ilmu agama,dan kemandirian
baik secara pribadi maupun ekonomi atau santri preuneur.Untuk mencapai target santri
preuneur dibutuhkan adanya inovasi kurikulum dalam bentuk kegiatan terstruktur bersatu
dengan kurikulum pesantren.
Berdasarkan hal-hal diatas,penulis melakukan penelitian terhadap pesantren yang
memiliki dua dasar pembelajaran yaitu pembelajaran ilmu keagamaan dan pembelajaran
enterpreunership.Fokus penelitian ini pada Inovasi Kurikulum Enterprenership
(kewirausahaan) di Pesantren Al-Ittifaq Bandung.

1
I.2 Tujuan
Dalam artikel (S.Chadidjah,dkk.,2020) tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
kegiatan dari inovasi kurikulum baru yaitu kurikulum enterpenership yang ada di pesantren
Al-Ittifaq dimana memiliki fokus perubahan pesantren yaitu focus on customer,totally
environment,commitment, measurment,dan continuos untuk memandirikan santri secara
ekonomi.

I.3 Jenis Inovasi

Inovasi kurikulum enterprenership atau kewirausahaan telah dilaksanakan berbagai


lembaga pendidikan salah satunya pesantren.Dalam penelitian ini,pihak pesantren Al-Ittifaq
menggabungkan pembelajaran agama Islam dengan praktik kewirausahaan dibidang
pertanian sayuran (Agribisnis).

I.4 Metode Penelitian


Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kualitatif,dengan Studi
Kepustakaan (Library Research) dan termasuk pada penelitian ilmu sosial,Newman
mengatakan bahwa penelitian ilmu sosial bersifat meresap dan mempengaruhi kehidupan
keseharian orang-orang di sekitar penelitian.Peneliti menggunakan berbagai sumber yang
berkaitan dengan objek penelitian dan studi kasus di lapangan melihat langsung upaya
inovasi Kurikulum Enterprenership di Pesantren Al-Ittifaq Bandung yang dianggap sudah
berhasil.

Hasil Penelitian
1) Inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah suatu ide,gagasan atau tindakan tertentu
dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan.Inovasi ini muncul dari keresahan pihak-pihak tertentu
tentang penyelenggaraan pendidikan yang dirasakan.
2) Wirausaha atau enterprener menurut Zimmerer,Scraborough dan Wilson adalah
seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian
demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasikan

2
peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan sehingga
sumber daya itu dapat dikapitalisasikan.
3) Pesantren dituntut untuk melahirkan alumni yang solih dan mampu mandiri di
masyarakat dengan cara mengadakan berbagai inovasi.Inovasi yang menjadi fokus
dari perubahan pesantren ini adalah :a) focus on customer, b) totality environment, c)
commitment, d) measurement, e) continous improvement.
4) Ada tiga model pengelolaan bisnis pesantren menurut Zaenudin Akbar yaitu
pengembangan bisnis untuk pendidikan kewirausahaan,pengelolaah bisnis semi
profesional dan profesional.Ketiga model tersebut cocok diterapkan dengan
mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dimiliki pesantren dalam upaya
menuju kemandirian ekonomi pesantren.
5) K.H.Fuad Afandi sebagai generasi ketiga pesantren Al-Ittifaq melihat realitas
ekonomi para orangtua santri dan tuntutan serta perubahan zaman berusaha
melakukan inovasi di pesantrennya.Ia berharap dapat melahirkan alumni pesantren
yang mepunyai kemampuan dibidang keagamaan dan kewirausahaan.
6) Pesantren Al-Ittifaq bersama K.H.Fuad mencoba memadukan pesantren dengan
kegiatan pertanian dengan alesan 90% santri pada saat itu berasal dari keluarga
kurang mampu dan santri yang lulus tidak mungkin menjadi ulama.Maka terwujudlah
rancangan kurikulum dengan fokus peningkatan kemandirian santri pada bidang
agribisnis.
7) focus on customer : fokus pada kebutuhan konsumen sebagai utama untuk bertani
Totally Environment : pesantren ini menggunakan kesuburan tanah dan pegunungan
sebagai lahan untuk bertani
Commitment : keistiqomahan dalam melaksanakan sebuah cita-cita yang mulia dalam
hal ini menghidupi santri dan pesantren demi ridho Ilahi
Measurment : Kiai dan para santri bekerja bersama dengan mengharap keuntungan
(terukur), sehingga dari keuntungan itu bisa membiyai seluruh kebutuhan.
Continous : Kiai dan seluruh santri terus memperbaiki kewirausahan dan jaringan
petani sayur yang istiqomah kepada pesantren
8) Pesantren Al-Ittifaq dinilai sebagai pesantren percontohan yang sukses sebagai
pesantren kewirausahaan karena pesantren ini didukung oleh keadaan alam Ciwidey
Jawa Barat yang cocok untuk berkebun sayuran dan berternak.

3
9) K.H.Fuad mencoba memadukan kegiatan keagamaan rutin dengan kegiatan pertanian
(Agribisnis) yang menjadi kegiatan pesantren hingga sekarang.Kegiatan ini terdiri
dari:
- Budidaya tanaman,mulai dari pengolahan lahan,penanaman tanaman hortikultura
dan pemanenan
- Peternakan,kegiatan memelihara ayam,kelinci,domba,sapi,dan lainnya
- Pengolahan pascapanen,penanganan pasca panen meliputi sortasi,gradding,
packing,wrapping dan labelling.
- Pemasaran,mendistribusikan hasil tani ke daerah sekitar Bandung dan Jakarta
- Koperasi,mengelola administrasi dan keuangan oleh beberapa santri
- Pengolahan hasil pertanian dan administrasi perkantoran.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan bertani
sayur,berternak dan pengelolaan hasil.
10) Hasil dari agribisnis ini sangat berpengaruh pada keberlangsungan kehidupan
santri.Pesantren Al-Ittifaq sampai saat ini menjadi pesantren yang mandiri dengan
omset milyaran rupiah yang membuktikan bahwa santri di pesantren Al-Ittifaq adalah
santri preneur atau wirausaha.Hal ini sejalan dengan tujuan lulusan santri yaitu santri
yang berakhlak mulia,mandiri,dan berjiwa usaha.

4
II. PEMBAHASAN

Pandangan
Kurikulum Enterpreneurship atau kurikulum berbasis wirausaha dapat
dikatakan sebagai suatu upaya pemerintah dalam penyempurnaan sistem pendidikan di
Indonesia.Kesempatan ini tentu saja perlu dimanfaatkan oleh pemerintah setempat untuk
mencipatkan sebuah lembaga pendidikan yang lebih terarah,cakap,da terampil.Hal ini
berkaitan dengan kurikulum yang dirancang pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui kurikuluum berbasis wirausaha.Pada UU.No.20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS dan PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah
memberikan banyak ruang bagi lembaga pendidikan untuk membuat dan mengelola
kurikulumnya sesuai dengan potensi dan kompetensi wilayah/lingkungan yang dimilikinya.
Kecepatan arus globalisasi menjadi alasan kuat diadakannya kurikulum berbasis
wirausaha.Berkaitan dengan hal ini,maka Indonesia perlu mempersiapkan generasi muda
yang siap menghadapi tantangan tersebut.Jika dilihat,menurut BPS (2007) di Indonesia
terdapat 10 angkatan kerja yang berstatus menganggur.Hal ini disebabkan oleh minimnya
lapangan kerja baru dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6% dimana hanya
tersedia sekitar 1.590.000 lapangan kerja baru yang tentu saja tidak sebanding dengan
pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.Daya saing Indonesia dalam hal ekonomi pun
masih terbilang rendah dibandingkan negara lain yang disebabkan oleh rendahnya
produktivitas Sumber Daya Manusia. Growth Competitiveness Index Rankings
2005,menunjukkan bahwa daya saing Indonesia berada pada urutan 74 dari 117 negara yang
disurvei (Wasino, 2008).
Kurikulum berbasis wirausaha pun nampaknya akan bagus diterapkan di berbagai
lembaga pendidikan seperti Sekolah Dasar,Sekolah Menengah,Perguruan tinggi,hingga
pesantren yang nantinnya akan menghasilkan alumni dari generasi muda yang siap untuk
menghadapi bonus demografi Indonesia pada periode tahun 2020-2030.Pada periode itu
penduduk usia produktif dua kali lipat lebih banyak daripada penduduk non
produktif.Peluang ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin karena hanya terjadi satu kali dan

5
dapat terjadi apabola pendidik usia produktif mampu berkarya dan berkembang secara
produktif.Dari bonus demogtafi inilah yang dapat mendorong perekonomian Indonesia di
masa yang akan datang.
Bonus demografi akan membuat perekonomian menjadi semakin dinamis untuk
memenuhi konsumsi pasar diperlukan produksi yang tinggi.Disinilah peran wirausaha dalam
perekonomian Indonesia sebagai penggerak,pengendali,dan pendorong perekonomian dalam
menghasilkan lapangan kerja dan menciptakan profuktivitas.Enterpereneurship adalah hal
utama agar Indonesia menjadi negara maju dalam menghadapi persaingan global.
Indonesia tidak hanya menambah jumlah pengusaha,tetapi perlu juga melahirkan
pengusaha baru yang berkualitas dan terdidik yakni dari kalangan pelajar.Peran pendidikan
dalam meningkatkan semangat kewirausahaan sangat penting .Pendidikan dituntut untuk
mengimplementasikan kurikulum berbasis wirausaha dalam membangun perekonomian yang
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis.Peluang ini dapat diwujudkan dengan
adanya inovasi kurikulum berbasis wiraysaha.Penumbuhan jiwa kewirausahaan bagi peserta
didik sangat diperlukan karena minimnya lapangan kerja bagi lulusan dunia
pendidikan.Mencari lapangan kerja bukanlah satu-satunya cara mendapatkan pekerjaan,
wirausaha adalah pilihan yang tepat saat lapangan pekerjaan tidak lagi tersedia.
Pelaksanaan kurikulum berbasis wirausaha yang tidak hanya dapat dilaksanakan di
lembaga pendidikan formal,tetapi lembaga pendidikan non formal pun dapat
melaksanakannya dengan baik.Pesantren yang memiliki ciri khas kemandirian sangat cocok
menerapkan kurikulum berbasis wirausaha untuk mengajarkan kepada para santri berbagai
keahlian kewirausahaan yang tentunya tidak lepas dari ilmu agama.Disamping mempelajari
ilmu agama,para santri juga perlu dibekali berbagai hard skill dan softskill dalam
berwirausaha untuk kehidupannya setelah lulus dan kembali ke masyarakat.
Maka dari itu,saya merasa kurikulum berbasis kewirausahaan dapat memberikan
kemajuan suatu negara melalui para pelajar di Indonesia baik dari pendidikan formal maupun
non formal.Kurikulum berbasis wirausaha dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada
pelajar-pelajar bangsa sejak dini yang nantinya menjadi bekal bagi mereka jika di masa yang
akan datang lapangan pekerjaan sudah tidak lagi tersedia.Meningkatnya jumlah wirausaha di
Indonesia akan membawa dampak baik bagi negara dimana tingkat perekonomian akan
semakin baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.Adanya keseimbangan antara
kehidupan akademik dengan kewirausahaan dapat mewujudkan bangsa Indonesia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,cerdas,berakhlak,terampil,sejahtera dan mandiri.
Komentar

6
Penelitian terhadap inovasi kurikulum enterprenership di Pondok Pesantren Al-Ittifaq
Ciwidey Jawa Barat ini sangat baik karena dapat membuktikan bahwasannya kurikulum ini
menjanjikan untuk diterapkan diberbagai lembaga pendidikan formal maupun non
formal.Kurikulum berbasis wirausaha ini menyesuaikan dengan potensi dan kompetensi
wilayah yang dimiliki, pada Pesantren Al-Ittifaq melaksanakan kurikulum dengan fokus
pertanian,penanaman sayuran,dan peternakan disesuaikan dengan potensi kondisi alam
sekitar daerah Ciwidey Jawa Barat ini termasuk ke dalam daerah yang dingin dan sejuk
memberikan kesuburan pada tanahnya.Hal ini dimanfaatkan pihak pesantren untuk menanam
sayur dan bertani.Berbagai kegiatan keagamaan dan wirausaha dilaksanakan dengan
seimbang oleh seluruh santri.Kegiatan keagamaan seperti pengajian,sholat berjamaan,tahfidz
Qur’an,dll dapat menciptakan sumber daya manusia yang islami dan berakhlak
mulia,Sedangkan,kegiatan wirausaha yang meliputi budidaya
tanaman,peternakan,pengelolaan hasil panen,pemasaran dan koperasi menciptakan sumber
daya anusia yang mandiri dan berjiwa wirausaha.Penelitian ini dapat menjadi contoh nyata
pelaksanaan kurikulum enterprenership di lembaga pendidikan,sehingga nantinya setiap
lembaga pendidikan turut mengembangkan kurikulum sebagai yang berpeluang besar
bermanfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang khususnya bagi para pelajar sebagai
generasi muda Indonesia.
Interpretasi Penulis
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dalam sejarah Indonesia sejak
ratusan tahun lalu (Ninik,Masruroh,Umiarso,2011) sehingga banyak pesantren yang telah
berdiri di waktu tersebut.Masyarakat menyebut pesantren tertinggal zaman karena hanya
memberikan pelajaran yang umum kepada santri.Hal yang sudah seharusnya dilakukan
inovasi dalam peningkatan mutu pesantren adalah kurikulum,manajemen sarana prasarana
pendidikan,dan membangun kerja sama baik dengan pesantren maupun dengan lembaga lain
yang terkait (H.M.Sulton,Moh.Khusnuridho,2006).Inovasi kurikulum yang diterapkan pada
Pesantren Al-Ittifaq yaitu kurikulum enterprenership atau kurikulum wirausaha sangat
berpengaruh terhadap kehidupan santri.Kurikulum ini sebenarnya sejalan dengan ajaran islam
sendiri,karena dalam Al-Quran telah banyak mengajarkan tentang enterprenership yaitu
bekerja dengan penuh kegigihan.Misalnya dalam surat Al-An’am:135,ayat tersebut
menjelaskan bahwa bekerja yang baik dalam melakukan kegiatan usaha memberikan
kesenangan serya tidak merugikan orang lain.Dalam hadis Nabi yang diriwayatkan Al-
Bukhori menyebutkan bahwa Allah SWT.akan menunjukkan jalan keluar dari masalah yang
dihadapi dan memberikan pertolongan kepada seseorang yang memiliki kesungguhan dalam

7
berusaha. Pesantren yang menggabungkan antara pendidikan islam dan wirausaha diperlukan
jika ingin menyesuaikan diri dengan perubahan ketika semakin banyaknya
pengangguran,adanya pesantren seperti Al-Ittifaq ini diharapkan membekali santrinya dengan
keterampilan tertentu untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan
bagi orang lain dengan didasari oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sehingga terbentuk santri soleh dan solehah,berakhlak mulia,cerdas,giat,dan mandiri.

III SIMPULAN

Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan yang mempelajari ilmu agama dan tidak
mengikuti perubahan zaman.Pesantren Al-Ittifaq merupakan salah satu pesantren yang
membuktikan dirinya adalah pesantren modern yang memiliki kemampuan lebih untuk
menghadapi perubahan melalui pemberdayaan sumber daya alam dan manusia secara kreatif.
Pondok Pesantren Al-Ittifa memiliki potensi untuk mengembangkan santri preneur yang
terwujud dari adanya beberapa potensi yang dapat dimanfaatkan dan belum dimaksimalkan
yaitu kesuburan tanah di daerah sekitar Ciwidey Jawa Barat.K.H.Fuad Afandi telah
memfokusikan inovasi Pesantren Al-Ittifaq yaitu 1)Focus:kebutuhan konsumen untuk
bertani,2)Totally Environment:Pesantren Al-Ittifaq memanfaatkan kesuburan tanah dan
pegunungan sebagai lahan bertani,3) Commitment : keistiqomahan dalam melaksanakan
kegiatan untuk menghidupu santri dan pesantren demi ridho Ilahi,4) Measurment:Kiai dan
santri bekerja sama mengharapkan keuntungan untuk membiayai kebutuhan,dan 5)
Continous : Kiai dan santri terus memperbaiki kewirausahaan di Pesantren sehingga menjadi
pesantren mandiri.
Keseriusan Pesantren Al-Ittifaq Ciwidey Jawa Barat untuk melahirkan alumni
pesantren yang kompeten dibidang keagamaan dan kewirausahaan (Enterprenership) serta
memandirikan santri secara ekonomi (santri prener) melalui inovasi kurikulum di pesantren
sukses dilakukan terbukti dengan omset yang didapatkan dari kegiatan wirausaha hingga
mencapai milyaran rupiah dan memiliki jaringan petani yang kuat membuat kebutuhan
pesantren tercukupi.

8
IV DAFTAR PUSTAKA

Chadidjah, S., Basyar, A. S., Mansur, A. S., & Zaqiyah, Q. Y. (2020). Inovasi Kurikulum
Enterprenership sebagai Upaya Memandirikan Santri secara Ekonomi (Santri Preuner)
di Pesantren Al-Ittifaq Bandung. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat
Islam, 13(1), 21-30.
Meiriyanti, R., & Santoso, A. (2018). Implementasi Kurikulum Berbasis Entrepreneurship
Untuk Mencetak Generasi Pengusaha Dalam Menghadapi Bonus Demografi. Fokus
Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ekonomi, 12(2), 1-21.

9
V LAMPIRAN

10
INOVASI KURIKULUM ENTERPRENERSHIP SEBAGAI UPAYA
MEMANDIRIKAN SANTRI SECARA EKONOMI (SANTRI PREUNER) DI
PESANTREN
AL-ITTIFAQ BANDUNG
Sitti Chadidjah,1 Agus Sams ul Bassar,2 Agus Salim Mansyur,3 Qiqi Yuliati Zaqiah4
1 2
Universitas Muhammadiyah Bandung, Insitut Agama Islam Latifah Mubarokiyah

3
(IAILM) Suryalaya Tasikmalaya, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

4
Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

sittichadidjah@staim-bandung.ac.id

Abstract
Entrepreneurship is very important in the 4.0 era in preparing the quality Alumni of
pesantren in the field of religion and entrepreneurship. So curriculum innovation in
pesantren is important. This descriptive research uses a qualitative approach with the
Study of Literature and case studies at Pesantren (Islamic Boarding School) Al-Ittifaq in
Bandung. Based on research that Pesantren Al-Ittifaq able to produce the quality alumni
in the field of religion and entrepreneurship and able to make santri independently in
economic (Santripreneur). Innovations made by KH. FuadAfandi is: (1) Focus: on
consumer needs (2) Totality environment: where pesantren use soil fertility as agricultural
land. (3) Commitment: in carrying out the noble ideals of living for students and pesantren
for the sake of Alloh’s blessing. (4) Measurement: Kiai and the students work together to
expect profit (measurable), so that they can finance all needs.
(5) Continuous improvement: Kiai and all students continue to improve entrepreneurship
and the continuity of pesantren, so that they become independent with a turnover of
billions of rupiah and a strong network of vegetable farmers.

11
Keywords: Entrepreneurship, Innovation, Curriculum.

Abstrak
Kewirausahaan sangat penting di era 4.0 dalam mempersiapkan alumni pesantren yang
berkualitas di bidang keagamaan dan kewirausahaan (enterprenership). Maka inovasi
kurikulum di pesantren penting. Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan Studi Kepustakaan dan studi kasus di Pesantren Al-Ittifaq Bandung.
Berdasarkan penelitian Pesantren Al-Ittifaq mampu melahirkan alumni berkualitas
dibidang keagamaan dan kewirausahaan (entrepreneurship) dan mampu memandirikan
santri secara ekonomi (Santripreneur). Inovasi yang dilakukan KH. Fuad Afandi adalah:
(1) Fokus: pada kebutuhan konsumen.(2) Totality environment: di mana pesantren
menggunakan kesuburan tanah sebagai lahan bertani. (3) Commitment: dalam
melaksanakan cita-cita mulia menghidupi santri dan pesantren demi ridho Ilahi. (4)
Measurement: Kiai dan para santri bekerja bersama dengan mengharap keuntungan
(terukur), sehingga mampu membiayai seluruh kebutuhan. (5) Continous improvement:
Kiai dan seluruh santri terus memperbaiki kewirausahan dan kelanggengan pesantren,
sehingga menjadi mandiri dengan omset milyaran rupiah dan jaringan petani sayur yang
kuat.
Kata Kunci: Enterprenership, Inovasi, Kurikulum.
A. Pendahuluan
Kewirausahaan menjadi sangat penting di era 4.0, di mana harapan bekerja
semakin tidak mudah, sehingga pesantren sebagai lembaga pendidikan perlu
mempersiapkan outcame (alumni) yang berkualitas di bidang wirausaha (enterprenership).
Pesantren dituntut mempersiapkan kemandirian hidup para santri dengan kedisiplinan,
kepatuhan kepada aturan dan kewirausahaan baik itu sebagai edu preuneur, enterpreuneur,
atau social-preuneur.
Melalui pembelajaran ilmu-ilmu keislaman, orang tua berharap putra putrinya
mampu menjadi anak soleh dan solehah. Namun untuk kehidupan selanjutnya dan
kemampuan bertahan hidup dimasyarakat tidak cukup dengan kesolehan, melainkan perlu
kreativitas dan memiliki keterampilan (life skill) serta kemampuan secara ekonomi secara
mandiri ketika terjun di masyarakat.
Realita bahwa tidak semua orang tua santri yang mampu membiayai putra-putrinya untuk
mesantren, putus di tengah perjalanan karena keterbatasan biaya tidak bisa dihindari. Disisi
lain bahwa alumni pesantren tidak semua meneruskan ke pendidikan yang lebih tinggi atau

12
kuliah, malah sebagian besar langsung kembali ke masyarakat. Mereka hanya mampu
mengajarkan ilmu agama yang sudah didapat dari pesantren dengan kemampuan
sekedarnya dan sangat minim sekali, sehingga mereka hidup tidak mudah bahkan banyak
yang termasuk kategori keluarga pra sejahtera. Kalaupun mereka bisa mengajarkan ilmu
yang didapat dari pesantren, pendapatan perkapitanya belum memadai untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Ini adalah fenomena lulusan santri yang harus dicari solusinya.

Di pesantren santri melaksanakan aktivitas inti mempelajari ilmu agama dan dilatih
mempunyai keterampilan khusus. Keterampilan ini disesuaikan dengan kemampuan
pesantren dan potensi alam. Pemerintah melalui Undang-Undang nomor: 18 tahun 2019
memberikan bantuan dana yang disesuaikan dengan potensi pesantren tersebut. Adanya
dana memudahkan pesantren untuk mempunyai fasilitas yang mendukung kemandirian
santri. Dana atau modal merupakan pelengkap dalam dunia enterpreuneur, yang lebih
utama adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai enterprenership kepada para santri agar
mampu mandiri secara ekonomi.
Program yang digulirkan oleh pemerintah melalui slogan santri preuneur
merupakan titik terang atau jawaban dari kondisi di atas. Terutama di Jawa Barat
berdasarkan data tahun 2012 menduduki peringkat pertama, setelah Jawa Timur, yaitu
mempunyai 9.791 pesantren. Jumlah pesantren yang menerima program OPOP (One

1
Pesantren One Product) sejumlah 1.076 pesantren.

Ada alasan kuat yang mendasari perlunya internalisasi nilai-nilai Islam ke dalam
nilai-nilai enterprenership di pesantren, yaitu adanya harapan masyarakat yang
menginginkan anak-anaknya mendapatkan ilmu- ilmu agama, dan kemandirian santri baik
secara pribadi maupun secara ekonomi atau istilah kerennya membentuk santri preuneur.
Untuk mencapai target santri preuneur, membutuhkan pembiasaan atau pelatihan secara
sistematis serta inovasi kurikulum dalam bentuk kegiatan terstruktur yang bersatu dengan
kurikulum pesantren.
Bertitik tolak dari realita di atas penulis tertarik melakukan penelitian terhadap
pesantren yang mempunyai dua dasar pembelajaran, pertama adalah pembelajaran ilmu-
ilmu keagamaan, kedua pembelajaran enterpreunership. Fokus penelitian ini pada Inovasi
Kurikulum Enterprenership (kewirausahaan) di Pesantren Al-Ittifaq Bandung.

B. Metode Penelitian

13
Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan Studi Kepustakaan
(library reseach) dan termasuk pada penelitian ilmu sosial, Newman mengatakan bahwa
penelitian ilmu sosial bersifat meresap dan mempengaruhi kehidupan keseharian orang-

2
orang di sekitar penelitian. Penelitian menurut Creswell adalah suatu proses dari langkah-
langkah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi untuk

3
meningkatkan pemahaman tentang suatu topik atau isu.

Peneliti menggunakan berbagai sumber yang berkaitan dengan objek penelitian,


dan studi kasus di lapangan melihat langsung upaya Inovasi Kurikulum Enterprenership di
Pesantren Al-Ittifaq Bandung yang dianggap sudah berhasil.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Inovasi Kurikulum Enterprenership di Pesantren
Kurikulum atau biasa disebut manhaj dalam bahasa Arab merupakan sejumlah
pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh
sekolah atau lembaga bagi peserta didiknya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud
menolong untuk berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan dapat
mengantarkan adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik sesuai dengan tujuan

4
pendidikan yang telah ditetapkan.

Inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah suatu ide, gagasan atau tindakan-
tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah- masalah pendidikan. Inovasi biasanya muncul dari keresahan
pihak- pihak tertentutentang penyelenggaraan pendidikan, dengan kata lain bahwa inovasi

5
itu ada karena adanya masalah yang dirasakan.

Enterprenership berasal dari Bahasa Inggris “enterprener” yang artinya…. Dalam bahasa
Indonesia disebut kewirausahaan. Sebagian ahli memaknai entreprenurship: “…the
attempt to create value through recognition of business opportunity, the management of
risk-taking appropriate to the opportunity and through the communicative and
management skills to mobilize human, financial and material resources neccessary to
bring a project fruition”. Hisrich, Peters dan Sheperd (2010: 6) menambahkan,
“entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the

14
necessary time and effort; assuming the accompanying financial, psychic and social risks
and uncertainties; and receiving the resulting rewards of monetary and personal
satisfaction”.

Wirausaha atau entrepreneur menurut Soegoto adalah seseorang yang memiliki


jiwa dan kemampuan yang bersifat kreatif dan inovatif, mampu menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda, mampu memulai usaha, mampu membuat sesuatu yang baru, mampu
mencari peluang, berani mengambil risiko dan mampu mengembangkan ide dan
meramusumberdaya. Entrepreneur menurut Zimmerer, Scraborough dan Wilson adalah
seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi
mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasikan peluang yang
signifikan dan menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-

7
sumber daya itu bisa dikapitalisasikan.

Menurut Suryana menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan


melihat dan menilai peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumber daya dan
mengambil tindakan dan resiko dalam rangka menyukseskan bisnisnya. Bashith
memperjelas bahwa kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat
pada invidu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan
gagasan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan
memnfaatkan peluang menuju sukses. Inti kewirausahaan menurut Drucker yang dikutip
oleh Alma adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui

8
pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.

Ada beberapa faktor yang mendorong perlunya inovasi sebuah kurikulum dan
pembelajaran, di antaranya:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi
yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan
kebudayaan bangsa Indonesia.
b. Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung,
ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.
Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik,
sedangkan dipihak lain kesempatan sangat terbatas.

a. Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti

15
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Belum berkembangnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana
yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan perubahan yang
dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.
c. Kurang ada relevansi antara program pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang
sedang membangun.
9
d. Keterbatasan dana.

Tidak terkecuali pesantren yang dituntut melahirkan alumni yang solih dan mampu
mandiri di masyarakat, perlu mengadakan berbagai inovasi. Inovasi yang menjadi sentral
dari perubahan pesantren ini meminjam istilah Edward Sallismencakup:1) focus on
customer, 2) totality environment, 3) commitment, 4) measurement, 5) continous

10
improvement.

Sebagai pertimbangan ada tiga model pengelolaan bisnis di pesantren menurut


Zaenudin Akbar, yaitu pengembangan bisnis untuk pendidikan kewirausahaan,

11
pengelolaan bisnis semi profesional, dan profesional. Ketiga model tersebut cocok
diterapkan dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dimiliki pesantren
dalam upaya menuju kemandirian ekonomi pesantren. Lebih penting lagi di beberapa
pesantren model pengelolaan bisnis tersebut melibatkan parasantri, bahkan dijadikan
laboratorium bisnis untuk mengasah kemampuan enterprenership para santri.
2. Inovasi Kurikulum Enterprenership Sebagai Upaya Memandirikan Santri Secara Ekonomi
(Santripreuner) di Pesantren Al-Ittifaq Bandung

Komponen yang terpenting dalam pendidikan satu di antaranya adalah kurikulum.


Petunjuk dalam melaksanakan segala proses pendidikan di satu lembaga pendidikan ini,
tidak terlepas dari ideologi yang dipegang oleh satu bangsa, satu komunitas, dan dalam
lembaga pendidikan pesantren ideologi atau prinsip-prinsip seorang Kiai. Sosok Kiai di
pesantren sangat diperlukan untuk menjalani keberlangsungan satu pesantren. K.H. Fuad
Afandi sebagai generasi ketiga pesantren ini melihat realitas ekonomi para orang-tua santri
dan tuntutan serta perubahan jaman berusaha melakukan inovasi di pesantrennya.
Keseriusan akademik untuk melahirkan alumni pesantren yang mempunyai kemampuan
dibidang keagamaan dan kewirausahaan menjadi satu hal yang tidak bisa hindari.
Perwujudannya adalah dengan merancang dan menginovasi kurikulum pesantren.

16
Pesantren Al-Ittifaq awalnya pesantren salafiyah yang mengkaji kitab-kitab kuning.
Pada tahun 1970 dengan keberanian generasi ketiga KH Fuad mencoba memadukan
pesantren dan kegiatan pertanian. Ada dua hal yang melatarbelakangi pesantren ini untuk
menanam sayur, 1) karena 90% santri pada saat itu berasal dari keluarga kurang mampu, 2)

12
Santri setelah dari pesantren tidak mungkin semua menjadi Ulama.

Santri belajar mengaji kitab kuning dan belajar menanam sayur. Kondisi alam
sekitar yang dingin dan sejuk memberikan kesuburan pada tumbuhnya sayuran, maka KH
Fuad memilih untuk menanam sayuran disekitar pesantren. Pelatihan pertanian sayuran
memegang prinsip INPEKBI (Ilahi, Negeri, Pribadi, Ekonomi, Keluarga, Birahi, Ilmihi)
yang artinya dalam mengembangkan agribisnis harus di ridhoi Allah, diakui pemerintah
(Negeri) berdasarkan kepribadian yang luhur, ekonomis, dan mempunyai keuntungan.
Inovasi yang menjadi sentral dari perubahan pesantren:1) focus on customer, 2)
totality environment, 3) commitment, 4) measurement, 5) continous improvement
dilakukan oleh Kyai. Fokus pada kebutuhan konsumen menjadi ide utama KH. Fuad
Afandi untuk memilih bertani. Totality environment, pesantren ini menggunakan
kesuburan tanah dan pegunungan sebagai lahan untuk bertani. Commitment, keistiqomahan
dalam melaksanakan sebuah cita-cita yang mulia dalam hal ini menghidupi santri dan
pesantren demi ridho Ilahi. Measurement, dalam menjalan proses bertani Kiai dan para
santri bekerja bersama dengan mengharap keuntungan (terukur), sehingga dari keuntungan
itu bisa membiyai seluruh kebutuhan. Continous improvement, Kiai dan seluruh santri
terus memperbaiki kewirausahan dan kelanggengan pesantren, sehingga sampai hari ini
menjadi pesantren yang mandiri dengan omset milyaran rupiah dan jaringan petani sayur
yang istiqomah kepada pesantren, merupakan aset yang utama.

Pesantren Al-Ittifaq yang berada di Ciwidey Jawa Barat berdiri pada tahun 1934 dibawah
gunung Patuha merupakan pesantren yang menggabungkan pembelajaran agama Islam
dalam hal ini pelajaran pesantren dan praktek kewirausahaan dibidang pertanian sayuran.
Didukung oleh keadaan alam yang cocok untuk berkebun sayuran dan beternak,
memberikan keberkahan pada pesantren ini. Sehingga pesantren Al-Ittifaq menjadi
pesantren percontohan sebagai pesantren kewirausahaan yang sukses.
Kegiatan keagamaan setiap hari dilaksanakan untuk seluruh para santri dan
masyarakat sekitar, di antaranya :

17
Kegiatan Penjelasan

A. Harian : Kegiatan menggali dan mempelajari ilmu agama yang


1. Pengajian dilakukan setelah melakukan sholat berjamaah dengan
Khusus rujukan berbagai kitab kuning.

2. Tandhif (Opsih) Kegiatan membersihkan lingkungan pondok pesantren


yang dilakukan dipagi hari sekitar pukul 06.00-06.30.
3. Shalat Sholat yang dilakukan secara bersama-sama di masjid
berjamaah pondok pesantren.
B. Mingguan : Kegiatan untuk melatih public speaking santri yang
1. Muhadloroh dilakukan setiap malam Kamis secara berkelompok dan
bergiliran.
2. Pengajian Kegiatan menggali ilmu agama yang diikuti oleh santri
umum dan masyarakat sekitar pondok pesantren setiap Hari Senin
malam.
3. Olahraga Kegiatan untuk menjaga kesehatan fisik santri yang
dilakukan setiap hari Jumat dan Minggu, seperti: bola basket,
futsal, tenis meja, badminton, dan lainnya.
4. Debaan Kegiatan melantunkan shalawat Deba yang dilakukan bersama
setiap hari Kamis malam
5. Tahfidz Qur’an Kegiatan setoran hafalan al-Qur’an santri dilakukan pada
Hari Jum’at sampai Minggu.

Selain kegiatan bersifat harian dan mingguan di atas, ada kegiatan bulanan yang
dilaksanakan, seperti pengajian bulanan yang diikuti para santri dan masyarakat sekitar.
Sedang kegiatan tahunan adalah: Haflatul imtihan (kegiatan setelah ujian kenaikan),
Khitanan massal, dan berbagai kegiatan Hari Besar Islam di bulan-bulan tertentu. Semua
kegiatan tersebut sebagai upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang
berkepribadian islami dan berakhlaq mulia.
Tahun 1970 KH. Fuad Affandi mencoba memadukan antara kegiatan keagamaan
dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di pondok pesantrennya agar mampu
membantu para santri dari segi ekonomi. Ternyata Kegiatan usaha pertanian (agribisnis)
ini malah menjadi tulang punggung kegiatan pesantren sampai sekarang.
Di antara kegiatan agribisnis yang dipadukan dengan kegiatan keagamaan dalam
satu kesatuan kurikulum untuk mencetak enterprenerhip adalah :
Kegiatan Penjelasan
Harian: Kegiatan yang diikuti santri mulai dari pengolahan lahan,
1. Budidaya tanaman penanaman tanaman hortikultura, dan pemanenan.
2. Peternakan Kegiatan memelihara hewan ternak seperti: ayam, kelinci,

18
domba, sapi, dan lainnya.
3. Pengolahan Kegiatan penanganan pasca panen yang dilakukan di gudang
pascapanen pengemasan, meliputi sortasi, grading, packing, wrapping,
dan
labelling.
4. Pemasaran Kegiatan mendistribusikan produk dari hasil pertanian ke
beberapa daerah, seperti: sekitar Bandung dan Jakarta
5. Koperasi Kegiatan mempelajari, mengelola administrasi dan keuangan
yang hanya diikuti oleh santri pilihan.
Kegiatan bertani juga disertai dengan kegiatan mengolah hasil pertanian dan
administrasi perkantoran. Kegiatan ini dikenal dengan sebutan agribisnis. Tujuannya
menumbuh kembangkan keahlian dan keterampilan bertani sayur, berternak dan
melakukan engelolaan hasil sekaligus kerapihan administrasi. Semua santri rutin
melakukan kegiatan tersebut. Sehingga santri terbiasa menjalani semua aktivitas tersebut.
Penjelasan di atas membawa kita pada situasi saat ini, pesantren menjadi satu
pilihan utama orang tua. Inovasi kurikulum menginternalisasi nilai-nilai enterprenership
kedalam nilai-nilai Islam, merupakan pilihan yang cerdas dari KH. Fuad. Hal ini
dilatarbelakangi prinsip saat memulai bertani, yaitu tidak semua lulusan pesantren bisa
menjadi kiai, maka melahirkan alumni pesantren yang mempunyai kemampuan
kewirausahan di bidang pertanian menjadi tujuan kedua Sehingga terwujud rancangan
kurikulum dengan fokus peningkatan kemandirian santri (focus on consumen) pada bidang
agribisnis yang menjadi trademark nya.
Kerja keras bertani sayuran sendiri, menjual sayuran sendiri, memproduksi,
mengelola sayuran sendiri merupakan pelatihan yang diberikan kepadai semua santri.
Selaras dengan tujuan dari lulusan santri AL-Ittifaq yaitu santri yang mempunyai akhlak
mulia, mandiri dan berjiwa wirausaha. Hasil dari agribisnis ini sangat berpengaruh pada
keberlangsungan jalannya semua aktivitas santri di pesantren.

D. Kesimpulan
Keseriusan akademik untuk melahirkan alumni pesantren yang mempunyai
kemampuan dibidang keagamaan dan kewirausahaan (entrepreneurship) dan mampu
memandirikan santri secara ekonomi (Santri preneur), menuntut adanya inovasi kurikulum
di pesantren. Sebagaimana dilakukan oleh KH. Fuad Afandi di Pesantren Al- Ittifaq
dengan: (1) Fokus: pada kebutuhan konsumen untuk bertani. (2) Totality environment:
pesantren ini menggunakan kesuburan tanah dan pegunungan sebagai lahan bertani. (3)

19
Commitment: keistiqomahan dalam melaksanakan cita-cita mulia menghidupi santri dan
pesantren demi ridho Ilahi. (4) Measurement: dalam menjalan proses bertani Kiai dan para
santri bekerja bersama dengan mengharap keuntungan (terukur), sehingga dari keuntungan
itu bisa membiyai seluruh kebutuhan. (5) Continous improvement, Kiai dan seluruh santri
terus memperbaiki kewirausahan dan kelanggengan pesantren, sehingga menjadi pesantren
mandiri dengan omset milyaran rupiah dan jaringan petani sayur yang merupakan aset
utama pesantren.

Daftar Pustaka

Akbar, Zaenudin, Model Manajemen Bisnis Pesantren, Jurnal Pengembangan Wiraswasta


Vol.20 No. 1, April 2018.
Bashith, Abdul, Entrepreneurship Education Practice For Womens Empowerment
At Kanigoro Pagelaran Malang (Reflection Report Handmade Participatory
Action Research), Proceeding International Conference of Islamic Education:
Reforms, Prospects and Challenges Faculty ofTarbiyah and Teaching Training,
Maulana Malik Ibrahim State Islamic University, Malang December 2-3, 2015.

20
Dwiyanisa, Ashila, Dukungan Bandung Creative City Forum Terhadap Rintisan Usaha
Baru Generasi Muda Kota Bandung (Studi Kasus pada Komunitas Ngadu Ide
sebagai Partner Eksternal BCCF), Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship
Vol. 11, No. 2, Oktober 2017.
Prastyawan, Inovasi Kurikulum Dan Pembelajaran, Al Hikmah, Volume 1, Nomor 2,
September 2011
Ramayulis, Filsafat Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Pusat: Kalam, 2015.
Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, USA : Stylus Publishing, 2002
Wahyu Handaru, Agung, Karakteristik Entrepreneur Melalui Multiple Diskriminan
Analisis (Studi Pada Etnis Tionghoa, Jawa dan Minang di Bekasi Utara), Jurnal
Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) | Vol 6, No. 1, 2015.
Jhon Creswell, Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaa, dan Evaluasi Riset Kualitatif
dan Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015
W. Lawrence Neuman, Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, Edisi 7, Jakarta: Indeks, 2013
http://bappeda.jabarprov.go.id/1-076-ponpes-lolos-seleksi-tahap.

21

Anda mungkin juga menyukai