Anda di halaman 1dari 11

AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)

Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

PENGEMBANGAN MODUL MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI


BERBASIS PROBLEM-BASED LEARNING

Gelar Dwirahayu1, Hikmah Nurliza2, Finola Marta Putri3


1,2,3
Program Studi Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
*Corresponding author. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Juanda No.95, Banten, Indonesia
E-mail: gelar.dwirahayu@uinjkt.ac.id 1)
nurliza.hikmah18@mhs.uinjkt.ac.id 2)
finola.marta@uinjkt.ac.id 3)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul menggunakan pendekatan Problem-based learning
pada materi transformasi geometri untuk Sekolah Menengah Atas kelas XI. Modul terdiri dari lima
kegiatan pembelajaran yaitu: 1) translasi; 2) refleksi; 3) rotasi; 4) dilatasi; 5) komposisi transformasi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research
and development) dengan model pengembangan ADDIE. Instrumen penelitian ini yaitu instrumen studi
lapangan, instrumen penilaian ahli, dan respon siswa. Teknik pengumpulan data dengan melakukan
analisis pada instrumen ahli dan hasil respon siswa. Teknik analisis data menggunakan skala likert dengan
empat skala jawaban. Penelitian diujicobakan terbatas hanya kepada 19 orang siswa. Hasil penelitian
menurut validasi ahli menunjukkan modul yang dikembangkan memperoleh persentase sebesar 79,80%
dengan kriteria layak. Penilaian ini berdasarkan aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, Problem-
based learning, dan penilaian pembelajaran. Adapun penilaian respon siswa menunjukkan modul
memperoleh persentase sebesar 87,44% dengan kriteria sangat layak. Penilaian tersebut berdasarkan
aspek kualitas isi dan tujuan, kebahasaan, dan Problem-based learning. Berdasarkan kedua penilaian
yang telah dilakukan ahli dan siswa, modul yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran matematika.

Kata kunci: Model Pengembangan ADDIE; Modul; Problem-based learning (PBL); Transformasi
Geometri.

Abstract

This study aims to develop modules using a problem-based learning approach on geometric
transformation materials for class XI senior high schools. The module consists of five learning activities,
namely: 1) translation; 2) reflection; 3) rotation; 4) dilation; 5) transformation composition. The
research method used in this research is research and development with the ADDIE development model.
The research instruments are field study instruments, expert assessment instruments, and student
responses. Data collection techniques by analyzing the instrument experts and the results of student
responses. The data analysis technique uses a Likert scale with four answer scales. The piloted research
was limited to only 19 students. The results of the research according to expert validation show that the
developed module obtains a percentage of 79.80% with feasible criteria. This assessment is based on the
feasibility aspects of content, language, presentation, problem-based learning, and learning assessment.
As for the assessment of student responses, the module obtained a percentage of 87.44% with very decent
criteria. The assessment is based on aspects of content quality and objectives, language, and problem-
based learning. Based on the two assessments that have been carried out by experts and students, the
developed module is suitable for use as teaching material in learning mathematics.

Keywords: ADDIE Development Model; Geometric Transformasion; Modul; Problem-Based Learning


(PBL) Model.
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

This is an open access article under the Creative Commons Attribution 4.0 International License

PENDAHULUAN (12pt, 10%) pendidikan matematika. Matematika


Pendidikan merupakan bagian dipelajari semua siswa mulai dari
yang sangat penting dari suatu negara sekolah dasar agar berpikir kreatif,
dalam proses pembangunannya. Hal ini logis, kritis, sistematis, dan
karena tanpa dukungan pendidikan, analitis(BNSP, 2016). Matematika
negara tidak dapat berkembang dengan merupakan ilmu dasar yang sangat
baik. Dapat dilihat dari perkembangan dibutuhkan dalam menempuh dunia
antara kota dan desa. Kota dapat pendidikan yang lebih tinggi.
dikatakan lebih maju daripada desa Salah satu materi matematika
karena sistem pembangunan dipimpin yang penting untuk dipelajari oleh siswa
oleh kaum terpelajar(Sirait, 2016). dan banyak diterapkan dalam kehidupan
Prestasi pendidikan yang dicapai sehari-hari ialah materi transformasi
menjadi harapan bagi negara untuk geometri meliputi translasi, refleksi,
setiap warga dalam meningkatkan rotasi, dilatasi, dan komposisi
kualitas sumber daya manusia di transformasi. Transformasi geometri
Indonesia, baik dari individu maupun sendiri digunakan untuk
kolektif, sekarang maupun di masa yang memindahkan suatu titik atau bangun
akan datang(Sirait, 2016). Kualitas pada suatu bidang tertentu. Adapun
tersebut memiliki ciri-ciri yang tertuang yang dipelajari pada transformasi
dalam UUD Sistem Pendidikan geometri ini(Sudarja et al., 2018).
Nasional mengenai Tujuan Pendidikan Misalnya dalam permainan catur setiap
Nasional: “Pendidikan nasional bidak dipindahkan dari satu tempat ke
berfungsi mengembangkan kemampuan tempat lain sesuai dengan aturan
dan membentuk watak serta peradaban permainannya, kegiatan tersebut
bangsa yang bermartabat dalam rangka merupakan penerapan dari konsep
mencerdaskan kehidupan bangsa, translasi.
bertujuan untuk berkembangnya potensi Berdasarkan hasil wawancara
siswa agar menjadi manusia yang peneliti dengan guru matematika di
beriman dan bertakwa kepada Tuhan SMA Fatahillah Jakarta, salah satu
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, materi yang sulit dipahami oleh siswa
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan adalah materi transformasi geometri.
menjadi warga negara yang demokratis Hal ini diperkuat Sudarja, dkk.(2018)
serta bertanggung jawab.” (BNSP, Di SMAN 8 Kota Cirebon didapat data
2016). nilai ulangan harian materi transformasi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan geometri, sebagian besar siswa kelas XI
teknologi yang semakin meningkat, belum mencapai nilai KKM hanya
menuntut siswa untuk cepat beradaptasi 36.6% yang mendapatkan nilai diatas
dan menemukan solusi dari perspektif KKM. Guru mengatakan hal itu karena
yang berbeda-beda. Untuk menghadapi siswa belum memahami konsep
tantangan tersebut, dibutuhkan transformasi geometri. Kesulitan lain
keterampilan dalam memecahkan yang dihadapi siswa ketika
masalah yang besar. Keterampilan ini memecahkan masalah transformasi
dapat dikembangkan melalui geometri adalah kurangnya
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

keterampilan berpikir matematis siswa. masalah dapat dilihat ketika


Terbukti dari hasil uji coba tersebut, menggunakan dan menerapkan prosedur
beberapa siswa mengalami kesulitan atau langkah-langkah untuk
menghubungkan gambar dengan ide menyelesaikan masalah transformasi
matematika, menjelaskan ide geometri. Kesalahan siswa dalam
matematika secara tertulis dengan menyelesaikan masalah tersebut perlu
gambar, menyatakan masalah sehari- dicari informasi untuk memperoleh
hari dalam bahasa matematika dan kejelasan mengapa siswa melakukan
menyusun pertanyaan matematika yang kesalahan (Zanthy & Maulani, 2020).
relevan dengan masalah. Oleh karena Salah satu faktor yang
itu, minat siswa dalam memecahkan mempengaruhinya adalah bahan ajar.
masalah yang disajikan mengalami Penelitian dari Tim Pengembangan
penurunan. Guru Matematika mengungkapkan
Penelitian yang juga sudah bahwa sebagian besar siswa merasa
dilakukan Albab, dkk. (2014) kesulitan untuk memecahkan masalah
menyatakan “Siswa mengalami dan menerjemahkan masalah sehari-hari
kesulitan dalam memahami konsep ke dalam model matematika. Ada
transformasi meliputi translasi, refleksi, banyak faktor yang mempengaruhi
rotasi dan kombinasi transformasi keberhasilan pembelajaran matematika
tersebut”. Selain itu, siswa juga kurang dan bahan ajar termasuk di dalamnya
memahami bagaimana suatu bangun (Tanjung & Amalia, 2019).
dicerminkan atau direfleksikan. Kasus Salah satu kompetensi yang
seperti ini juga ditemukan di dibutuhkan guru untuk memenuhi tugas
Indonesia, misalnya di MAN 1 mengajarnya adalah pengembangan
Bukittinggi. Data ini dilakukan oleh bahan ajar. Bahan ajar disebut juga
Rahmi, dkk. (2016), dari kegiatan materi pembelajaran, umumnya terdiri
tersebut diperoleh informasi bahwa dari pengetahuan, keterampilan, dan
transformasi geometri merupakan sikap yang harus dipelajari siswa untuk
materi matematika yang sulit dipahami mencapai standar kompetensi yang telah
siswa dan berdasarkan guru matematika ditentukan. Bahkan bahan ajar yang
diperoleh bahwa siswa mengalami dibuat disesuaikan dengan karakteristik
kesulitan memahami arah suatu objek siswa dan tujuan pembelajaran,
geometri yang ditransformasikan dan sehingga proses pembelajaran dilakukan
menjelaskan bukti secara aljabar dengan baik dan kemampuan yang
(Rahmi et al., 2021). Kesulitan itu dapat terukur tercapai dengan tepat. Bahan
terlihat dalam proses menyelesaikan ajar digunakan untuk membantu siswa
soal materi transformasi geometri. memahami materi yang disajikan dalam
Priatna mengatakan “Jika seorang proses pembelajaran. Bahan ajar adalah
siswa mengalami kesulitan maka siswa segala bentuk bahan yang digunakan
akan membuat kesalahan”. Berdasarkan untuk yang membantu guru
pandangan tersebut, berarti kesalahan melaksanakan kegiatan belajar
merupakan penyebab utama kesulitan mengajar (Tanjung & Amalia, 2019).
yang dihadapi siswa dalam Materi dibuat sedemikian rupa
menyelesaikan masalah transformasi sehingga pembelajaran dilakukan lebih
geometri. Kesalahan yang dilakukan efektif dan efisien serta dikembangkan
siswa tidak terjadi begitu saja. sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
Kesalahan siswa dalam pemecahan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

telah sepenuhnya menguasai efisiensi bahan ajar lain serta membantu siswa
pengembangan bahan ajar, namun pada mencapai tujuan pembelajaran yang
kenyataannya masih banyak guru yang telah ditentukan. Pandangan serupa oleh
belum menguasainya, dan masih banyak Prastowo yang mengungkapkan bahwa
yang dilakukan secara konvensional modul adalah bahan ajar yang mudah
dalam melaksanakan proses dipahami oleh siswa yang dalam proses
pembelajaran. Efek dari pembelajaran penyusunannya disusun secara
konvensional adalah kegiatan guru lebih sistematis sehingga menjadikan mereka
dominan dan siswa lebih cenderung dapat belajar secara mandiri dengan
menjadi pendengar dan karena itu siswa atau tanpa bantuan dari guru
menjadi kurang aktif. Selain itu, (Widayanti, 2020). Guru juga harus
pembelajaran yang berlangsung tidak memberikan kesempatan kepada siswa
terlalu menarik karena keragaman untuk bebas berpikir dalam menemukan
pembelajaran yang kurang variatif konsep serta memecahkan masalah.
(Sungkono, 2009). Pembelajaran berbasis masalah
Penggunaan bahan ajar sangat diyakini dapat menciptakan lingkungan
efektif dan praktis digunakan dalam belajar dimana sebuah masalah dapat
pembelajaran di kelas, dimana guru mendorong siswa untuk belajar. Alhasil,
mampu mengelola proses pembelajaran, pembelajaran dimulai dari masalah yang
respon serta aktifitas siswa dengan baik. harus dipecahkan dan masalah dapat
Dalam mengembangkan bahan ajar menjadi jalan bagi siswa untuk
perlu diperhatikan model memperoleh pengetahuan baru sebelum
pengembangannya guna memastikan mereka memecahkan masalah yang ada
kualitas bahan ajar dalam menunjang (Nurlaily et al., 2019). Model
efektifitas pembelajaran, karena pembelajaran berbasis masalah
pengembangan bahan ajar pada menggunakan masalah dunia nyata
dasarnya merupakan proses yang sebagai stimulus untuk mendorong
bersifat linier dengan proses siswa berpikir kreatif, analitis,
pembelajaran. Ketersediaan bahan ajar sistematis dan logis dengan
selama ini masih minim. Bahan ajar menggunakan pengetahuan mereka
semestinya disusun berdasarkan untuk memecahkan masalah dan
kebutuhan tujuan pembelajaran mengeksplorasi data empiris untuk
(Cahyadi, 2019). Salah satu bahan ajar menumbuhkan sikap ilmiah (Winoto &
yang dapat digunakan untuk proses Prasetyo, 2020). Model pembelajaran
pembelajaran dimana siswa terlibat aktif ini menuntut guru untuk menerapkan
di dalamnya yaitu bahan ajar cetak pembelajaran yang bermakna dengan
berupa modul. Modul dapat membantu menghadirkan masalah-masalah yang
siswa dengan mudah memahami materi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
secara mandiri tidak terpaku pada buku siswa.
paket yang monoton yang hanya berisi Pembelajaran berbasis masalah
materi dan latihan soal. Hal inilah yang yang pada kegiatan awal proses
membuat peneliti tergerak untuk pembelajaran mempertemukan siswa
melakukan penelitian mengenai dengan masalah kehidupan nyata yang
pengembangan bahan ajar berupa terkadang situasi masalah yang mucul
modul. Sani menyatakan, modul bersifat kompleks dan membingungkan
merupakan rangkaian bahan ajar yang siswa sehingga perlu dikaji dengan
dapat berdiri sendiri tanpa dukungan melihat keterkaitan dengan disiplin ilmu
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

yang berbeda. Pandangan Baden (2007) METODE PENELITIAN


tentang Problem-Based Learning adalah Dalam penelitian ini metode yang
pendekatan pembelajaran dengan digunakan adalah metode Research and
fleksibilitas dan keragaman isu yang Development (R&D). Penelitian dan
dapat disajikan dalam berbagai cara pengembangan sebagai proses untuk
pandang disiplin ilmu yang berbeda mengembangkan dan memvalidasi
dalam berbagai konteks yang beragam. produk yang akan digunakan dalam
Pembelajaran yang diawali dengan pendidikan dan pembelajaran. Model
adanya masalah yang diharapkan pengembangan yang digunakan dalam
mampu diselesaikan oleh siswa dengan penelitian ini ialah model ADDIE Dick
menggunakan masalah dunia nyata dan Carry (1996) yang memiliki 5
untuk mengidentifikasi dalam meneliti tahapan yaitu analisis (analysis),
konsep dan mengetahui solusi melalui perancangan (design), pengembangan
masalah tersebut (Bukhiri & Retnawati, (development), implementasi
2017). (implementation), dan evaluasi
Problem-based learning (evaluation) (Mulyatiningsih, 2011).
merupakan inovasi pembelajaran yang Sesuai dengan model
dapat meningkatkan kemampuan pengembangan modul yang digunakan,
berpikir dan pemecahan masalah pada prosedur pengembangan modul terdiri
siswa, karena proses pembelajaran yang dari lima tahap, yaitu:
menuntut siswa untuk terlibat aktif 1. Tahap Analisis
dalam penyelesaian masalah. Jadi, Beberapa kegiatan analisis yang
penggunaan Problem-based learning dilakukan yaitu menganalisis sumber
dapat menjadi model pembelajaran yang belajar, karakteristik siswa, dan
tepat untuk diterapkan pada disiplin kurikulum.
ilmu salah satunya yaitu dalam 2. Tahap Perancangan
pelajaran matematika, karena dalam Pada tahap ini kegiatan yang
proses pembelajarannya guru dapat dilakukan yaitu perumusan indikator
mengajukan masalah yang terkait dan tujuan pembelajaran, pendekatan
dengan kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran, penyajian materi dan
siswa akan lebih mudah memahami penyusunan modul. Dan perumusan
materi yang sedang dipelajari. alat evaluasi.
Berdasarkan pernyataan yang 3. Tahap Pengembangan
telah dipaparkan, peneliti melihat Pada tahap pengembangan, kerangka
adanya kesenjangan pada proses yang masih konseptual akan
pembelajaran. Minimnya direalisasikan menjadi produk yang
pengembangan bahan ajar berupa modul siap diimplementasikan. Dalam
dan tepatnya penggunaan model penelitian ini dibagi menjadi 3
Problem-based learning saat proses bagian yaitu merealisasikan atau
pembelajaran, sehingga peneliti tertarik pembuatan modul, dilakukan validasi
untuk melakukan penelitian dengan oleh ahli setelah modul selesai
judul “Pengembangan Modul Problem- dibuat, terakhir merevisi modul.
Based Learning Pada Materi 4. Tahap Implementasi
Transformasi Geometri”. Kegiatan implementasi pada
penelitian ini yaitu
mengimplementasikan
pengembangan modul diterapkan
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

dalam pembelajaran di kelas. 1-4 dengan pilihan respon sangat baik


Rancangan modul yang telah di memperoleh skor 4, baik memperoleh
kembangkan diterapkan pada kondisi skor 3, kurang baik memperoleh skor 2,
yang sebenarnya. Produk bahan ajar dan sangat kurang memperoleh skor 1.
berupa modul diujicobakan terbatas Data yang terkumpul akan
kepada 19 orang siswa. Setelah dihitung nilai rata-rata menggunakan
diterapkan dalam bentuk kegiatan rumus penghitungan yang dijabarkan
pembelajaran kemudia dilakukan sebagai berikut:
evaluasi kembali. ∑𝑋
5. Tahap Evaluasi 𝑋̅ = 𝑥 100%
𝑛
Tahap evaluasi merupakan langkah Keterangan:
terakhir dari model desain sistem 𝑋̅ = Rata-rata
pembelajaran ADDIE untuk
memberikan nilai terhadap ∑𝑋 = Jumlah setiap data
pengembangan modul dalam 𝑛 = Jumlah data
pembelajaran. Evalusi dilakukan Kriteria yang digunakan dianggap
dalam dua bentuk yaitu evaluasi valid jika tingkat ketercapaiannya
formatif dan evaluasi sumatif. memenuhi standar yang digunakan.
Evaluasi formatif dilaksanakan pada Tingkat ketercapaian kriteria sebagai
pada tiap tahap pengembangan yaitu berikut:(Yuliastuti & Soebagyo, 2021)
setelah tahap analisis, desain, dan
pengembangan. Evalusi sumatif yaitu Tabel 1 Tingkat Pencapaian dan
penilaian tahap akhir berupa Kualifikasi
tanggapan terhadap modul yang
dikembangkan oleh subjek uji coba. Tingkat Pencapaian
Hasil evalusi digunakan untuk Tingkat Kelayakan
(%)
memberikan umpan balik terhadap
pengembangan modul. Kemudian Sangat Layak/Sangat
revisi juga perlu dibuat berdasarkan 80% < 𝑝 ≤ 100%
Baik
hasil evaluasi untuk pengembangan
modul. Dalam penelitian ini, evaluasi 60% < 𝑝 ≤ 80% Layak/Baik
yang dilakukan adalah evaluasi
Cukup Layak/Cukup
formatif pada tahap pengembangan 40% < 𝑝 ≤ 60%
setelah divalidasi oleh ahli, Baik
sedangkan evaluasi sumatif berupa
Tidak Layak/Tidak
respon siswa terhadap modul yang 20% < 𝑝 ≤ 40%
telah dikembangkan. Baik
Instrumen yang digunakan dalam
Sangat Tidak
penelitian ini adalah instrumen studi
lapangan, instumen validasi ahli, dan 0% < 𝑝 ≤ 20% Layak/Sangat Tidak
instrumen penilaian oleh siswa.
Baik
Penilaian respon siswa menggunakan
angket. Instrumen yang digunakan
untuk mengungkapkan data dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah instrumen berupa Tahap pengembangan dalam
skala likert dengan empat pilihan, penelitian ini diawali tahap analisis
rentan skala skor yang disediakan antara (analysis) dengan melakukan
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

wawancara guru matematika di sekolah semester 1 edisi revisi 2017 dan


SMA Fatahillah Jakarta untuk penyusunan modul yang akan
mengumpulkan informasi mengenai dikembangkan teriri dari awalan yaitu
sumber belajar, karakteristik siswa dan cover, kata pengantar, daftar isi, daftar
kurikulum. Berdasarkan hasil tabel, daftar gambar, peta konsep;
wawancara, bahan ajar yang digunakan bagian pendahuluan yang berisikan
hanya berupa LKS dan buku paket deskripsi singkat modul, kompetensi
dinilai belum sepenuhnya dapat dan indikator, pedoman penggunaan
meningkatkan kemampuan berpikir modul, deskripsi singkat materi, dan
tingkat tinggi siswa. Kebanyakan siswa tahapan kegiatan pembelajaran; bagian
hanya ingin menggunakan rumus instan akhir ada kunci jawaban, glosarium dan
yang memudahkan mereka untuk daftar pustaka. Terakhir ada perumusan
menemukan jawaban dengan cepat. alat evaluasi yang dalam penelitian ini
Guru mengungkapkan sikap berupa instrumen validasi untuk
siswa pada saat diminta untuk bertanya memvalidasi produk yang sudah
atau mengungkapkan pendapat dikembangkan. Instrumennya berbentuk
mengenai materi pelajaran masih ragu angket yang akan diisi oleh ahli dan
dan tidak percaya diri. Hal itu juga juga angket respon yang diisi oleh
disebabkan karena kurangnya daya siswa.
minat dan keterlibatan siswa dalam Tahap pengembangan
kegiatan pembelajaran matematika (Development) yang terdiri dari 3
dimana sebagian dari mereka masih kegiatan . Pertama, pembuatan modul
menganggap matematika itu adalah yaitu merealisasikan rancangan modul
pelajaran yang sulit. yang berisikan 5 kegiatan pembelajaran
Setelah menganalisis masalah terdiri dari translasi, refleksi, rotasi,
yang terjadi dan kebutuhan siswa dalam dilatasi, komposisi transformasi. Setelah
pembelajaran, selanjutnya mengkaji penentuan masalah tiap unit pada tahap
kompetensi inti dan kompetensi dasar mengorganisasikan masalah, peneliti
yang diatur dalam permendikbud melakukan penyempurnaan tahapan-
Nomor 24 Tahun 2016 lampiran 16, tahapan problem-based learning yaitu
pada penelitian ini materi yang ada 4 tahapan lainnya, diantaranya
ditetapkan yaitu transformasi geometri. mengorganisasikan siswa, membimbing
Adapun kompetensi dasar yang penyelidikan, mengembangkan hasil,
berkaitan dengan materi transformasi mengevaluasi dan menganalisis hasil.
geometri termuat dalam KD 3.5 dan KD Selanjutnya ada latihan soal dan
4.5. terakhir melengkapi modul dengan
Tahap perancangan (design) cover, kata pengantar, daftar isi, daftar
dalam penelitian ini yaitu merumuskan tabel, daftar gambar, peta konsep, konci
indikator dan tujuan pembelajaran yakni jawaban, glosarium dan daftar pustaka.
berpacuan pada penguasaan KD 3.5 dan Setelah tahap pembuatan modul
KD 4.5 kurikulum 2013. Pendekatan selesai, kegiatan selanjutnya adalah
pembelajaran yang digunakan dalam validasi oleh ahli. Tujuan validasi ini
penelitian ini yaitu pendekatan adalah mengetahui tingkat kelayakan
Problem-Based Learning (PBL), bahan ajar yang sedang dikembangkan.
Penyajian isi materi bersumber dari Dalam penelitian ini validasi oleh ahli
buku paket mata pelajaran matematika terdiri dari 3 orang dosen Prodi
tingkat SMA/SMK/MA/MAK kelas XI Pendidikan Matematika UIN Syarif
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

Hidayatullah Jakarta dan 4 orang guru menilai, memberikan komentar dan


matematika dari 2 sekolah berbeda yaitu saran atas modul yang sedang
2 orang dari SMA Fatahillah Jakarta dikembangkan.
dan 2 orang dari SMAN 47 Jakarta.
Para validator diberi angket untuk
Tabel 2. Hasil Validasi Modul Oleh Para Ahli

No. Aspek Persentase (%) Kriteria


1. Kelayakan Isi 79,91 Layak
2. Bahasa 83,33 Sangat Layak
3. Penyajian 78,17 Layak

4. Problem-based learning 75,89 Layak

5. Penilaian 80,00 Layak


Penilaian Keseluruhan 79,70 Layak
orang siswa kelas XII SMA Fatahillah
Berdasarkan penilaian dari Jakarta. Siswa dibagi menjadi 5
validasi ahli, modul yang kelompok, uji coba dilakukan satu kali
dikembangkan mendapatkan persertase
skor sebesar 79,70% dengan kriteria pertemuan dengan menyelesaikan 5
layak. Sejalan dengan penelitian yang kegiatan pembelajaran yang berbeda
dilakukan oleh Erawati (2021) tiap kelompok. Pada proses uji coba ini
mendapatkan skor persentase sebesar masing-masing kelompok diberikan
76,20% terhadap validasi ahli dengan lembar kegiatan pembelajaran, kemudia
kriteria layak. Penelitian yang dilakukan
Hafizah (2019) saat uji coba pendidik peneliti menjelaskan cara mengerjakan
mendapatkan angka 3,67 dengan modul, setelah itu siswa menyelesaikan
kriteria sangat menarik. Komentar dan masalah dan latihan soal yang sudah
saran dari para ahli dijadikan bahan disajikan di dalam modul.
revisi untuk memperbiki tingkat Setelah siswa selesai
kelayakan modul sehingga layak untuk
diujicobakan kepada siswa. mengerjakan modul, lalu peneliti
Tahap implementasi memberikan angket respon siswa
(Implementation), modul yang sudah berisikan 20 pertanyaan pada bagian
direvisi selanjutnya diujicobakan akhir terdapat kolom komentar dan
kepada siswa untuk menilai modul dari saran. Penilaian respon siswa dilakukan
kualitas isi dan tujuan, kebahasaan, dan dengan mengisi google form. Penilaian
problem-based learning serta manfaat ini bertujuan untuk mengetahui respon
yang didapat atas keterlibatan siswa siswa setelah menggunakan modul
dalam kegiatan pembelajaran. Proses sedangkan komentar dan saran
menguji cobakan modul dilakukan digunakan untuk penyempurnaan
secara tatap muka dan terbatas hanya 19 modul.
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

Hasil penilaian respon siswa


dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Hasil Respon Siswa Terhadap Modul

No. Sub Aspek Persentase(%) Kriteria


1. Kualitas isi dan tujuan. 87,63 Sangat Baik
2. Kebahasaan. 88,35 Sangat Baik
3. Problem-based learning . 86,35 Sangat Baik
Penilaian Keseluruhan 87,44 Sangat Baik
Berdasarkan tabel hasil respon KESIMPULAN DAN SARAN (5%)
siswa memperoleh persentase skor Pengembangan modul dengan
sebesar 87,44% dengan kriteria sangat model Problem-based learning pada
baik. Sesuai dengan penelitian Erawati materi transformasi geometri yang
dikembangkan menggunakan model
(2021) memperoleh skor 71,35% pada pengembangan ADDIE dengan 5
respon siswa dengan kriteria baik. tahapan sebagai berikut: pertama tahap
Selanjutnya ada penelitian yang analisis, kegiatan analisis yang
dilakukan Hafizah (2019) yang dilakukan yaitu analisis sumber belajar,
memperoleh kriteria sangat baik pada karakter siswa, kurikulum. Kedua tahap
perancangan, kegiatan yang dilakukan
uji coba kecil dan uji coba lapangan. merumukan indikator dan tujuan
Tahap evaluasi (evaluation) pembelajaran, menentukan pendekatan
yaitu tahap akhir pada pengembangan pembelajaran, penyajian materi dan
dalam penelitian ini. Kegiatan yang penyusunan modul, perumusan alat
dilakukan peneliti adalah mengevaluasi evaluasi. Ketiga tahap pengembangan,
kegiatan yang dilakukan yaitu
dengan menganalisis hasil pengerjaan merealisasikan modul selanjutnya
dan respon siswa terhadap modul yang validasi oleh ahli dan terakhir revisi
diujicobakan pada siswa. Tahap ini sesuai saran dan komentar. Keempat
sangat penting untuk perbaikan modul tahap implementasi, kegiatan ini
yang dikembangkan. Dilihat dari hasil diujicobakan terbatas kepada 19 siswa
kemudian mengisi angket respon berupa
pengerjaan modul, siswa mampu pertanyaan berbentuk google form
menyelesaikan semua tahap kegiatan terkait pengembangan modul. Kelima
pembelajaran dengan baik dan benar. tahap evaluasi, kegiatan yang dilakukan
Mampu menjawab semua latihan soal dengan menganalisis hasil penilaian
yang diberikan menjadikan modul yang oleh ahli dan respon siswa. Hasil yang
diperoleh berdasarkan validasi ahli, dari
dikembangan dinilai mampu dipahami aspek kelayakan isi, kebahasaan,
oleh hampir seluruh siswa yang penyajian, Problem-based learning ,
mengerjakan. dan penilaian pembelajaran
mendapatkan persentase skor 79,70%
dengan kriteria layak. Hasil perolehan
respon siswa dari aspek kualitas isi dan
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

tujuan, kebahasaan, dan Problem-based Geometri. Universitas Islam


learning memperoleh persentase skor Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
87,44% dengan kriteria sangat baik. Hafizah, F. (2019). Pengembangan
Saran dalam penelitian ini yaitu Modul Dengan Metode Whole
peneliti selanjutnya dapat menggunakan Brain Teaching (WBT) Berbasis
model Problem-based learning untuk Tapis Lampung Pada Materi
materi matematika lainnya atau Geometri Transformasi SMP/MTs.
menambahkan materi yang belum ada Universitas Islam Negeri Raden
di dalam penelitian ini. Penelitian ini Intan Lampung.
diujicobakan terbatas, untuk peneliti Mulyatiningsih, E. (2011). Riset
selanjutnya dapat melakukan uji coba Terapan Bidang Pendidikan dan
dengan skala yang lebih luas. Teknik (Cetakan 1). UNY Press.
Nurlaily, V. A., Soegiyanto, H., &
DAFTAR PUSTAKA Usodo, B. (2019). Elementary
Albab, I. U., Hartono, Y., & school teacher’s obstacles in the
Darmawijoyo, D. (2014). implementation of problem-based
Kemajuan Belajar Siswa Pada learning model in mathematics
Geometri Transformasi learning. Journal on Mathematics
Menggunakan Aktivitas Refleksi Education, 10(2), 229–238.
Geometri. Jurnal Cakrawala https://doi.org/10.22342/jme.10.2.5
Pendidikan, 3(3), 338–348. 386.229-238
https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.23 Rahmi, A., Armiati, A., & Syarifuddin,
78 H. (2021). Tahap Preliminary
BNSP. (2016). Permendiknas RI No. 22 Research Pengembangan Media
Tahun 2006 Tentang Standar Pembelajaran Berbasis Komputer
Proses Pendidikan Dasar dan pada Materi Transformasi
Menengah. SMA/MA. Jurnal Riset Pendidikan
Bukhiri, & Retnawati, H. (2017). Matematika Jakarta, 3(1), 14–18.
Perangkat Pembelajaran https://doi.org/10.21009/jrpmj.v3i1
Matematika Menggunakan .5695
Pendekatan Problem Based Sirait, E. D. (2016). Pengaruh Minat
Learning: Berorientasi pada Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Prestasi Belajar, Kemampuan Matematika. Formatif: Jurnal
Penalaran Matematis, & Rasa Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(1), 35–
Ingin Tahu Siswa (E. Apino (ed.); 43.
Pertama). Parama Publishing. https://doi.org/10.30998/formatif.v
Cahyadi, R. A. H. (2019). 6i1.750
Pengembangan Bahan Ajar Sudarja, S. E., Aminah, N., & Hartono,
Berbasis Addie Model. Halaqa: W. (2018). Desain Bahan Ajar
Islamic Education Journal, 3(1), Transformasi Geometri Berbasis
35–42. Kemampuan Komunikasi
https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i Matematis Melalui Problem Based
1.2124 Learning. Dialetika Pendidikan
Erawati, S. E. (2021). Pengembangan Matematika, 5(2), 120–139.
Bahan Ajar Matematika Dengan Sungkono. (2009). Pengembangan Dan
Strategi Problem Based Learning Pemanfaatan Bahan Ajar Modul
Terintegrasi Musik Pada Dalam Proses Pembelajaran.
Pembelajaran Transformasi
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)

DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm

Majalah Ilmiah Pembelajaran,


5(1).
Tanjung, S. A. H., & Amalia, Y. (2019).
Pengembangan Bahan Ajar
Problem Based Learning
Kemampuan Pemecahan Masalah
Materi SPLTV. Ilmiah Pendidikan
Matematika, 3, 11.
Widayanti, Y. (2020). Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik
dengan Modul Pembelajaran
Berbasis Problem Based Learning
(PBL). Jurnal Pendidikan Ekonomi
Undiksha, 12(1), 166.
https://doi.org/10.23887/jjpe.v12i1.
25648
Winoto, Y. C., & Prasetyo, T. (2020).
Efektivitas Model Problem Based
Learning Dan Discovery Learning
Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 4(2), 228–238.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v
4i2.348
Yuliastuti, R., & Soebagyo, J. (2021).
Pengembangan Bahan Ajar
Matematika Berbasis Matematika
Terapan pada Materi Matriks.
Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(3),
2270–2284.
https://doi.org/10.31004/cendekia.
v5i3.811
Zanthy, L. S., & Maulani, F. I. (2020).
Analisis Kesulitan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Materi
Transformasi Geometri.
Gammath : Jurnal Ilmiah Program
Studi Pendidikan Matematika,
5(1), 16–25.
https://doi.org/10.32528/gammath.
v5i1.3189

Anda mungkin juga menyukai