DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul menggunakan pendekatan Problem-based learning
pada materi transformasi geometri untuk Sekolah Menengah Atas kelas XI. Modul terdiri dari lima
kegiatan pembelajaran yaitu: 1) translasi; 2) refleksi; 3) rotasi; 4) dilatasi; 5) komposisi transformasi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research
and development) dengan model pengembangan ADDIE. Instrumen penelitian ini yaitu instrumen studi
lapangan, instrumen penilaian ahli, dan respon siswa. Teknik pengumpulan data dengan melakukan
analisis pada instrumen ahli dan hasil respon siswa. Teknik analisis data menggunakan skala likert dengan
empat skala jawaban. Penelitian diujicobakan terbatas hanya kepada 19 orang siswa. Hasil penelitian
menurut validasi ahli menunjukkan modul yang dikembangkan memperoleh persentase sebesar 79,80%
dengan kriteria layak. Penilaian ini berdasarkan aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, Problem-
based learning, dan penilaian pembelajaran. Adapun penilaian respon siswa menunjukkan modul
memperoleh persentase sebesar 87,44% dengan kriteria sangat layak. Penilaian tersebut berdasarkan
aspek kualitas isi dan tujuan, kebahasaan, dan Problem-based learning. Berdasarkan kedua penilaian
yang telah dilakukan ahli dan siswa, modul yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai bahan
ajar dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci: Model Pengembangan ADDIE; Modul; Problem-based learning (PBL); Transformasi
Geometri.
Abstract
This study aims to develop modules using a problem-based learning approach on geometric
transformation materials for class XI senior high schools. The module consists of five learning activities,
namely: 1) translation; 2) reflection; 3) rotation; 4) dilation; 5) transformation composition. The
research method used in this research is research and development with the ADDIE development model.
The research instruments are field study instruments, expert assessment instruments, and student
responses. Data collection techniques by analyzing the instrument experts and the results of student
responses. The data analysis technique uses a Likert scale with four answer scales. The piloted research
was limited to only 19 students. The results of the research according to expert validation show that the
developed module obtains a percentage of 79.80% with feasible criteria. This assessment is based on the
feasibility aspects of content, language, presentation, problem-based learning, and learning assessment.
As for the assessment of student responses, the module obtained a percentage of 87.44% with very decent
criteria. The assessment is based on aspects of content quality and objectives, language, and problem-
based learning. Based on the two assessments that have been carried out by experts and students, the
developed module is suitable for use as teaching material in learning mathematics.
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
This is an open access article under the Creative Commons Attribution 4.0 International License
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
telah sepenuhnya menguasai efisiensi bahan ajar lain serta membantu siswa
pengembangan bahan ajar, namun pada mencapai tujuan pembelajaran yang
kenyataannya masih banyak guru yang telah ditentukan. Pandangan serupa oleh
belum menguasainya, dan masih banyak Prastowo yang mengungkapkan bahwa
yang dilakukan secara konvensional modul adalah bahan ajar yang mudah
dalam melaksanakan proses dipahami oleh siswa yang dalam proses
pembelajaran. Efek dari pembelajaran penyusunannya disusun secara
konvensional adalah kegiatan guru lebih sistematis sehingga menjadikan mereka
dominan dan siswa lebih cenderung dapat belajar secara mandiri dengan
menjadi pendengar dan karena itu siswa atau tanpa bantuan dari guru
menjadi kurang aktif. Selain itu, (Widayanti, 2020). Guru juga harus
pembelajaran yang berlangsung tidak memberikan kesempatan kepada siswa
terlalu menarik karena keragaman untuk bebas berpikir dalam menemukan
pembelajaran yang kurang variatif konsep serta memecahkan masalah.
(Sungkono, 2009). Pembelajaran berbasis masalah
Penggunaan bahan ajar sangat diyakini dapat menciptakan lingkungan
efektif dan praktis digunakan dalam belajar dimana sebuah masalah dapat
pembelajaran di kelas, dimana guru mendorong siswa untuk belajar. Alhasil,
mampu mengelola proses pembelajaran, pembelajaran dimulai dari masalah yang
respon serta aktifitas siswa dengan baik. harus dipecahkan dan masalah dapat
Dalam mengembangkan bahan ajar menjadi jalan bagi siswa untuk
perlu diperhatikan model memperoleh pengetahuan baru sebelum
pengembangannya guna memastikan mereka memecahkan masalah yang ada
kualitas bahan ajar dalam menunjang (Nurlaily et al., 2019). Model
efektifitas pembelajaran, karena pembelajaran berbasis masalah
pengembangan bahan ajar pada menggunakan masalah dunia nyata
dasarnya merupakan proses yang sebagai stimulus untuk mendorong
bersifat linier dengan proses siswa berpikir kreatif, analitis,
pembelajaran. Ketersediaan bahan ajar sistematis dan logis dengan
selama ini masih minim. Bahan ajar menggunakan pengetahuan mereka
semestinya disusun berdasarkan untuk memecahkan masalah dan
kebutuhan tujuan pembelajaran mengeksplorasi data empiris untuk
(Cahyadi, 2019). Salah satu bahan ajar menumbuhkan sikap ilmiah (Winoto &
yang dapat digunakan untuk proses Prasetyo, 2020). Model pembelajaran
pembelajaran dimana siswa terlibat aktif ini menuntut guru untuk menerapkan
di dalamnya yaitu bahan ajar cetak pembelajaran yang bermakna dengan
berupa modul. Modul dapat membantu menghadirkan masalah-masalah yang
siswa dengan mudah memahami materi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
secara mandiri tidak terpaku pada buku siswa.
paket yang monoton yang hanya berisi Pembelajaran berbasis masalah
materi dan latihan soal. Hal inilah yang yang pada kegiatan awal proses
membuat peneliti tergerak untuk pembelajaran mempertemukan siswa
melakukan penelitian mengenai dengan masalah kehidupan nyata yang
pengembangan bahan ajar berupa terkadang situasi masalah yang mucul
modul. Sani menyatakan, modul bersifat kompleks dan membingungkan
merupakan rangkaian bahan ajar yang siswa sehingga perlu dikaji dengan
dapat berdiri sendiri tanpa dukungan melihat keterkaitan dengan disiplin ilmu
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika ISSN 2089-8703 (Print)
Volume 0, No. 0, 20xx, 00-00 ISSN 2442-5419 (Online)
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm