Anda di halaman 1dari 11

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN PERUSAHAAN EKSPEDISI

DALAM PENGIRIMAN BARANG MENURUT PERATURAN PEMERINTAH


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Angga Alfiyan1, Aprinisa2, Okta Ainita3


Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung
Jalan Zainal Abidin Pagar Alam. No 26, Labuhan Ratu, Bandar Lampung

Email :
Angga.alfian@ubl.ac.id; aprinisa@ubl.ac.id; okta.anita@ubl.ac.id

ABSTRAK
Proses pengiriman barang yang dilakukan oleh perusahaan ekspedisi, sering terjadi suatu
keadaan yang menyebabkan barang-barang yang diantarkan tidak sampai di tangan pembeli
ataupun barang yang dikirimkan rusak. Pada penelitian ini akan dibahas peran pemerintah dalam
pengawasan pertanggungjawaban perusahaan ekspedisi terhadap barang pengiriman dan
bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan konsumen yang mengalami kerugian akibat
pengiriman barang oleh perusahaan ekspedisi. Denganmenggunakan metode penelitianyuridis
normatif, disimpulkan: . 1. Peran pemerintah dalam usaha penyelenggaraan pengawasan
perlindungan konsumen adalah tanggung jawab Menteri dan/atau menteri teknis terkait sesuai
dengan PP No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Perlidungan Konsumen. 2.Tanggung jawab perusahaan pengangkutan atau perusahaan ekspedisi
mempunyai dua bentuk tanggung jawab yakni: Pertama, bertanggung jawab atas barang yang
hilang atau dicuri dan memberikan ganti kerugian yang diderita pemilik barang. Kedua,
bertanggung jawab terhadap Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan pekerjanya
(Employment Tort). Selain itu jalan yang dapat dilakukan adalah melakukan upaya hukum
terhadap perusahaan ekspedisi tersebut sebagai berikut: Melakukan gugatan keperdataan atas
perbuatan melawan hukum atau wanprestasi
Kata kunci: Perlindungan hukum, pengiriman barang, perusahaan ekspedisi.

ABSTRACT
Process of shipping good carried by the shipping company, there is often a situation that causes
the goods deleveried are not in the hand oof the buyer of the goods send are demaged. This
research will discuss the role of government inthe supervision of the responsibility of shipping
companies and the legal remedies that can be done by consumers who suffer losses duedelivery
of goods by shipping companies. Using juridical research methodsnormative, the researcher
concluded : 1 The role of the government in the effort to conduct supervisionconsumer
protection is the responsibility of the Minister and / or the relevant technical minister
accordinglywith PP No 58 of 2001 concerning Development and Supervision of
ImplementationConsumer Protection. 2, The responsibility of the freight forwarder or shipping
companyhas two forms of responsibility, that is :First is responsible for the goodslost or stolen
and compensate the damage suffered by the owner. Second, itemresponsible for the illegal
actions carried out by workers(Employment Tort). In addition, the way that can be done is to
1
take legal action against the expedition company as follows: Conducting a civil suitillegal acts
or defaults.
Key words : Legal protection, freight forwarding, shipping company.
keterima. Tetap anehnya saat admin baru
I PENDAHULUAN
Mamat, Rafa melacak semua tracking
number hanya ada satu yang belum sampai,
Jasa pengiriman barang menjadi satu
yaitu paketan yang dikirim ke Makassar ini.
layanan yang sangat dibutuhkan, terlebih di
Mamat mengira bahwa rumah yang dituju
jaman yang serba canggih ini. Manusia akan
sedang kosong jadi akan dilanjutkan lagi
selalu mencari kemudahan-kemudahan
besok. Namun sampai seminggu kemudian,
karena era globalisasi dengan perkembangan
paketan JNE YES yang harusnya 1 hari itu
teknologinya cenderung membuat mereka
ternyata belum diterima oleh pembeli.
menyukai hal-hal yang serba instan. Jasa
Karena Mamat merasa ada yang tidak beres,
pengiriman barang dapat menjadi solusi bagi
akhirnya Mamat menanyakan kepada
mereka yang menyukai kemudahan dan
pembeli apakah barang sudah sampai.
kepraktisan dalam hal mengirimkan suatu
Pembeli jawab, belum keterima. Mamat pun
barang terlebih jika itu menyangkut
meminta kerjasama pembeli untuk
keterjangkauan wilayah. Jasa pengiriman
mengambil barang ke JNE Perwakilan
barang akan sangat efisien digunakan untuk
setempat dan menelpon ke Call Center JNE
mengirim barang ke tempat dimana tidak
(021) 2927 888 jika tidak tahu kemana harus
dapat dijangkau sendiri oleh masyarakat.
mengambil barang. Keesokan harinya,
Banyaknyapenduduk yangsaling mengirim
pembeli mengirim pesan yang berisi bahwa
barang dari suatu daerah ke daerah lain yang
barang yang dikirim hilang.
jauh membuat jasa pengiriman barang ini
Entah kenapa Mamat tidak terkejut
menjadi sangat penting bagi
mengetahui barangnya hilang. Sebagai
masyarakat.(Parhusip, Putro & Setiawan,
penjual sekaligus pengirim, Mamat menolak
Jurnal Online Mahasiswa, Vol. I (No. 1)
untuk mengirim barang baru karena
September 2017).
kehilangan barang di ekspedisi bukan
Contoh kasus : Mamat mendapat pesanan 2
kesalahan pengirim. Mamat tidak mau
barang dari pelanggan Mamat yang
mengirim barang lagi karena dari pihak
berdomisili di Makassar. Kemudian Mamat
JNE-nya saja belum ada kejelasan, apakah
mengirimkan pesanan memakai layanan JNE
barang yang hilang itu akan diganti atau
YES (Jalur Nugraha Ekakurir Yakin Esok
tidak.
Sampai). Karena biasanya JNE YES itu
cepat jadi Mamat pikir besok juga langsung
2
Perlindungan konsumen merupakan perlindungan yang baik, karena masayarakat
bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis pengguna jasa pengiriman barang sebagai
yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang konsumen dan Perusahaan Ekspedisi sebagai
sehat terdapat keseimbangan perlindungan pelaku usaha harus memberikan pelayanan
hukum antara konsumen dengan produsen yang terbaik bagi para konsumen.
dan/atau penyedia jasa. Tidak adanya Penelitian ini penulis merumuskan masalah
perlindungan yang seimbang menyebabkan 1. Bagaimana peran pemerintah dalam
konsumen berada pada posisi yang lemah. pengawasan terhadap perusahaan
Kerugian-kerugian yang dialami oleh ekpedisi?
konsumen tersebut dapat timbul sebagai 2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan
akibat dari adanya hubungan hukum ekspedisi terhadap barang pengiriman?
perjanjian antara produsen dan/atau
penyedia jasa dengan konsumen, maupun
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
akibat dari adanya perbuatan melanggar
Adapun metode pendekatan yang digunakan
hukum yang dilakukan oleh produsen
adalah yuridis normatif, artinya pembahasan
dan/atau penyedia jasa.
terhadap masalah yang ada, peneliti akan
Indonesia telah memiliki beberapa
melihat pada ketentuan peraturan
peraturan perundang-undangan yang
perundang-undangan yang ada kaitannya
melindungi konsumen. Peraturan perundang-
dengan judul skripsi yaitu PP No. 58 Tahun
undangan yang melindungi konsumen antara
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
lain PP No. 58 tentang pembinaan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen,
pengawasan penyelenggaraan perlindungan
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
konsumen. Dalam Pasal 1 angka 1
Konsumen, UU No. 22 Tahun 2009 tentang
disebutkan bahwa: “Perlindungan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Konsumen adalah segala upaya yang
KUHPerdata, KUHDagang dan KUHPidana.
menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada
II PEMBAHASAN
konsumen”(Miru, Ahmad. 2013)
Melihat pada apa yang diatur oleh PP No. Peran pemerintah dalam usaha
58 tahun 2001 tentang pembinaan dan pengasawan terhadap perusahaan
pengawasan penyelenggaraan perlindungan ekspedisi
konsumen di atas, diharapkan bahwa
Berdasarkan pada PP No. 58 Tahun 2001
masyarakat pengguna jasa pengiriman
tentang Pembinaan dan Pengawasan
barang sebagai konsumen mendapatkan
3
Penyelenggaraan Perlidungan Konsumen, terhadap hak dan tanggung jawab dari
maka peran pemerintah dalam pengawasan perusahaan ekspedisi maka Menteri dan atau
dan juga pembiaan terhadap perusahaan menteri terkait yang bertanggung jawab
ekspedisi dapat dilihat pada penerapan Pasal sesuai dengan bidangnya masing-masing
2, Pasal 3, Pasal 7 dan Pasal 8. sesuai dengan pasal 3 angka 2.
Pasal 2 PP No. 58 Tahun 2001 tentang Pasal 7 PP No. 58 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlidungan Konsumen. Penyelenggaraan Perlidungan Konsumen.
Pasal ini menegaskan bahwa pemerintah Pasal ini membahas peran pemerintah dalam
bertanggung jawab atas pembinaan pengawasan terhadap perlindungan
penyelenggaraan perlindungan konsumen konsumen. Pada pasal ini menyebtkan
yang menjamin diperolehnya hak konsumen bahwa “pengawasan terhadap
dan pelaku usaha serta dilaksanakannya penyelenggaraan perlindungan konsumen
kewajiban konsumen dan pelaku usaha. dan penerapan ketentuan peraturan
Pada pasal 3 PP No. 58 Tahun 2001 perundang-undangannya dilaksanakan oleh
tentang Pembinaan dan Pengawasan pemerintah, masyarakat, dan lembaga
Penyelenggaraan Perlidungan Konsumen. perlindungan konsumen swadaya
Pada pasal 3 angka 1 menyatakan bahwa masyarakat”.
pembinaan penyelenggaraan perlindungan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa
konsumen sebagaimana dimaksud dalam kewajiban untuk mengawasi
pasal 2 dilakukan oleh Menteri dan atau penyelenggaraan perlindungan konsumen
menteri terkait, yang meliputi: dilakukan oleh permerintah, masyarakat
a. Terciptanya iklim usaha dan maupun lembaga perlindungan swadaya
tumbuhnya hubungan yang sehat msyarakat. Sehingga dan penerapannya
antara pelaku usaha dan konsumen pemerintah tidak bekerja sendiri dalam
b. Berkembangnya lembaga mengawasi penyelenggaraan perlindungan
perlindungan konsumen swadaya konsumen.
masyarakat Pasal 8 PP No. 58 Tahun 2001 tentang
c. Meningkatnya kualitas sumber daya Pembinaan dan Pengawasan
manusia serta meningkatnya kegiatan Penyelenggaraan Perlidungan Konsumen
penelitian dan pengembangan di membahas pengawasan yang dilakukan
bidang perlindungan konsumen pemerintah, sebagai berikut:
Apabila terjadi suatu kelalaian atau a. Pengawasan oleh pemerintah
ketidaktahuan pihak perusahaan ekspedisi dilakukan terhadap pelaku usaha dan
4
memenuhi standar mutu produksi Tanggung jawab sepenuhnya adalah dari
barang dan/atau jasa, pencantuman pihak perusahaan pengangkutan atau
label dan klausula baku, serta perusahaan ekspedisi. Dasar timbulnya
pelayanan purna jual barang dan/atau tanggung jawab pelaku usaha Perusahaan
jasa Jasa Pengiriman Barang (Ekspeditur) atas
b. Pengasawan yang sebagaimana kerugian konsumen yang menyebutkan,
dimaksud dalam huruf (a) dilakukan setiap pelaku usaha dalam menjalankan
dalam proses produksi, penwaran, kegiatan usaha hendaknya selalu beritikad
promosi, pengiklanan, dan penjualan baik dalam melakukan kegiatan usahanya
barang dan/atau jasa dengan tidak melakukan perbuatan yang
c. Hasil pengawasan sebagaimana dapat merugikan konsumen mengingat
dimaksud dalam huruf (b) dapat perangkat hukum yang ada telah cukup
disebarluaskan kepada masyarakat lengkap untuk melindungi hak-hak
d. Ketentuan mengenai tata cara konsumen namun hal ini tidak dimaksudkan
pengawasan sebagaimana dimaksud untuk mamatikan usaha para pelaku usaha.
dan huruf (a) ditetapkan oleh menteri Oleh karena itu dalam menjalankan kegiatan
dan atau menteri teknis terkait usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 7
bersama-sama atau sendiri-sendiri Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
sesuai dengan bidang tugas masing- Perlin-dungan Konsumen, menyebutkan
masing kewajiban pelaku usaha.Berkaitan dengan
Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi hal diatas dalam realitanya hak-hak
Terhadap Barang Pengiriman konsumen sering terabaikan oleh karena

Peraturan perundang-undangan sudah di suatu perbuatan pelaku usaha yang tidak


atur beberapa kewajiban yang harus ditaati mengindahkan kewajibannya.
oleh perusahaan pengangkutan dalam Sebagaimana yang telah diketahui bahwa
menjalankan usahanya, demikian juga peraturan perundang-undangan mengatur
halnya dengan perusahaan ekspedisi dimana beberapa kewajiban yang harus dipatuhi
ketentuan ini berlaku juga. Namun ternyata oleh perusahaan pengangkutan dalam
jika dalam melaksanakan kewajiban- menjalankan usahanya sebagaimana yang
kewajiban tersebut terjadi hal-hal yang tidak dijelaskan sebelumnya. Apabila dalam
diinginkan atau juga terjadi pelanggaran melaksanakan kewajibannya itu terjadi
yang dilakukan oleh perusahaan pelanggaran maka tentu saja tanggung jawab
pengangkutan atau perusahaan ekspedisi sepenuhnya menjadi milik pihak Perusahaan
maka perusahaan harus bertanggung jawab.
5
Pengangkut, berikut beberapa tanggung Pasal 193 UU No.22 Tahun 2009
jawab yang dimaksud : bersangkutan yang berbunyi:
a. Bertanggung jawab atas barang yang “Perusahaan Angkutan Umum
hilang/dicuri dan memberikan ganti bertanggung jawab atas kerugian yang
kerugian yang dederita pemilik barang diderita oleh pengirim barang karena
Jika Barang yang diangkut hilang/dicuri barang musnah, hilang, atau rusak akibat
atau mengalami kerusakan yang penyelenggaraan angkutan, kecuali
disebabkan oleh kesalahan atau terbukti bahwa musnah, hilang, atau
keteledoran Perusahaan Pengangkut rusaknya barang disebabkan oleh suatu
maka ia harus bertanggung jawab atas kejadian yang tidak dapat dicegah atau
hal tersebut. Adapun posisi pengangkut dihindari atau kesalahan pengirim.”
di sini terkait dengan terjadinya Adapun yang menjadi peringan bagi
hilangnya barang karena lalai atau Perusahaan Jasa Pengangkut Barang
kekuranghati-hatian Pengangkut dalam untuk mengindari ganti kerugian ini
memverifikasi identitas asli sang sopir , tentunya jika mereka dapat membuktikan
terbukti dengan fakta di lapangan bahwa bahwa musnah atau hilangnya barang
KTP, SIM dan SKCK milik sang Supir yang diangkut tersebut merupakan suatu
adalah palsu, disamping itu Pengangkut peristiwa yang tidak dapat
gagal memonitorisasi dan melakukan dicegah/dihindari (overmacht) atau
pengawasan terhadap kinerja sang sopir kesalahan pengirim.
yang menyebabkan hilangnya barang. Contoh kasus : melanjutkan dari kasus
Tindakan ini berampak kerugian Mamat yang kehilangan barang yang
kepada Pemilik Barang sehingga akan dikirim melalui JNE YES
Pengangkut wajib bertanggung jawab Tasikmalaya cabang Tamansari,
sesuai dengan ketentuan yang tercantum Mamatmengkomunikasikan mengenai
dalam Pasal 1366 KUHPerdata yang kasus barang hilang di Makassar itu
berbunyi: kepada pihak JNE Tasikmalaya cabang
“Setiap orang bertanggung-jawab tidak Tamansari. Setelah 14 hari kerja
saja untuk kerugian yang disebabkan terhitung dari sejak JNE Pusat
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian menghubungi Mamat, akhirnya Mamat
yang disebabkan kelalaian atau kurang mendapat kabar dari pembeli bahwa
hati-hatiannya” pihak JNE akan mengganti rugi sejumlah
Perihal ganti kerugian atas barang 50 dari seluruh total biaya kerugian.
yang hilang tersebut diperjelas dalam
6
UU No.8 Tahun 1999 Tentang dalam konteks pekerjaan. Adapun bunyi
perlindungan Konsumen juga pasal tersebut sebagai berikut:
memberikan perlindungan kepada “Seseorang tidak hanya bertanggung
Pengirim selaku pemilik barang jika jawab, atas kerugian yang disebabkan
terjadi kerugian yang ditimbulkan dalam perbuatannya sendiri, melainkan juga
pelaksanaan kewajiban Perusahaan Jasa atas kerugian yang disebabkan
Pengangkutan, yaitu sebagaimana perbuatan-perbuatan orang-orang yang
tercantum dalam Pasal 19 ayat 1 yang menjadi tanggungannya atau
berbunyi: disebabkan barang-barang yang berada
“Pelaku usaha bertanggung jawab di bawah pengawasannya”.
memberikan ganti rugi atas kerusakan, Adapun mengenai pertanggung jawaban
pencemaran, dan atau kerugian suatu perusahaan jasa pengangkutan
konsumen akibat mengkonsumsi barang barang terhadap perbuatan pekerjanya
dan atau jasa yang dihasilkan atau diperkuat kembali dalam Pasal 191 UU
diperdagangkan.” No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan pemberian ganti kerugian dan Jalan yang berbunyi:
berdasarkan peraturan tersebut tidak “Perusahaan Angkutan Umum
menghapuskan kemungkinan adanya bertanggung jawab atas kerugian yang
tuntutan pidana. diakibatkan oleh segala perbuatan orang
yang dipekerjakan dalam kegiatan
b. Bertanggung Jawab Terhadap Perbuatan
penyelenggaraan angkutan.”
Melawan Hukum yang dilakukan
Sopir/Pekerjanya (Employment Tort) Perusahaan ekspedisi tidak memberikan
Perusahaan Pengangkut juga harus pertanggung jawaban terhadap kerugian
bertanggung jawab atas perbuatan sopir yang diterima konsumen atas
yang dipekerjakannya. Pasal 1367 hilang/rusaknya barang yang akan dikirim,
KUHPerdata adalah landasan utama oleh karena itu pemilik barang dapat
bagi pertanggungjawaban tersebut, melakukan gugatan keperdataan atas
dimana seorang majikan (employer) hilangnya barang miliknya terkait
bertanggung jawab secara tidak penyelenggaran pengangkutan barang yang
langsung terhadap perbuatan melawan dilakukan oleh suatu perusahaan
hukum yang dilakukan pekerjanya expedisi/jasa pengangkutan barang. Dimana
(employer) sejauh hal tersebut terjadi gugatan ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
a. Gugatan Atas Dasar Wanprestasi

7
Gugatan terkait dengan wanprestasi “Tiap-tiap perikatan untuk berbuat
mempunyai dasar adanya suatu sesuatu, atau untuk tidak berbuat
pelanggaran terhadap perjanjian sesuatu, apabila si berutang tidak
pengangkutan antara Pemilik Barang memenuhi kewajibannya, mendapatkan
(Pengirim) dengan Perusahaan Jasa penyelesaiannya dalam kewajibannya
Pengangkutan. memberikan penggantian biaya, rugi,
Menurut Subekti, seseorang dikatakan bunga”.
telah wanprestasi apabila: Kapan untuk memberikan gugatan
1. Tidak melakukan apa yang ganti kerugian tersebut, dasar
disanggupi akan dilakukannya; wanprestasi mengacu pada ketentuan
2. Melaksanakan apa yang pasal 1243 KUH Perdata bahwa
dijanjikannya, tetapi tidak “Penggantian biaya, rugi dan bunga
sebagaimana dijanjikan; karena tak dipenuhinya suatu perikatan,
3. Melakukan apa yang dijanjikannya barulah mulai diwajibkan, apabila si
tetapi terlambat; berutang, setelah dinyatakan lalai
4. Melakukan sesuatu yang menurut memenuhi perikatannya, tetap
perjanjian tidak boleh dilakukannya. melalaikannya, atau jika sesuatu yang
Apabila salah satu pihak tidak harus diberikan atau dibuatnya, hanya
memenuhi prestasinya, maka dinyatakan dapat diberikan atau dibuat dalam
telah wanprestasi, artinya “tidak tenggang waktu yang telah
memenuhi kewajiban yang telah dilampaukannya”.
ditetapkan dalam perikatan. (R. Subeki.
b. Gugatan Keperdataan Dasar Perbuatan
1975, hal. 20)
Melawan Hukum
PerusahaanPengangkutan melakukan
wanprestasi, melaksanakan apa yang Sebagaiman diketahui bahwa Jika
dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana Pekerja suatu Perusahaan Pengangkutan
dijanjikan, mengangkut dan melakukan perbuatan melawan hukum
mengirimkan barang yang menjadi maka Pasal 1367 KUHPerdata adalah
tanggungnya tetapi tidak sampai ke landasan utama bagi Pemilik barang
tempat tujuannya. Maka, Perusahaan untuk melakukan gugatan atas dasar
Pengangkutan tersebut diwajibkan untuk Perbuatan melawan hukum Adapun
memberikan ganti kerugian sesuai pertanggungjawaban perbuatan tersebut,
dengan ketentuan pasal 1239 KUH dimana seorang majikan (employer)
Perdata bahwa bertanggung jawab secara tidak langsung

8
terhadap perbuatan melawan hukum Berdasarkan pasal tersebut unsur-unsur
yang dilakukan pekerjanya (employee) tindak pidana penggelapan dalam
sejauh hal tersebut terjadi dalam konteks hubungan kerja ini adalah:
pekerjaan. Adapun buyi ketentuan Pasal 1. Dikuasainya barang karena adanya
1367 KUHPerdata yang mendukung hubungan kerja;
klaim tersebut adalah sebagai berikut: 2. Mendapat upah atas hubungan
“Seseorang tidak hanya bertanggung tersebut
jawab, atas kerugian yang disebabkan 3. Hubungan kerja tersebut merupakan
perbuatannya sendiri, melainkan juga pencaharian salah satu pihak
atas kerugian yang disebabkan Maka berdasarkan Pasal 374 KUH
perbuatan-perbuatan orang-orang yang Pidana ini, Pemilik barang dapat
menjadi tanggungannya atau disebabkan melaporkan tindakan pidana atas
barang-barang yang berada di bawah perbuatan penggelapan yang dilakukan
pengawasannya…………..” oleh Perusahaan Pengangkutan yang

c. Pelaporan Pidana Atas Tindakan bersangkutan.

Penggelapan
III PENUTUP
Melihat kronologis terhadap
peristiwa yang terjadi maka patut diduga
Peran pemerintah dalam usaha
bahwa perbuatan si Sopir (yang
penyelenggaraan pengawasan perlindungan
merupakan pekerja Perusahaan
konsumen adalah tanggung jawab Menteri
Pengangkut) merupakan Tindak Pidana
dan/atau menteri teknis terkait sesuai dengan
Penggelapan dalam Hubungan Kerja.
PP No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Dan telah memenuhi unsur Pasal 374
dan Pengawasan Penyelenggaraan
KUH Pidana yaitu Penggelapan yang
Perlidungan Konsumen. Pengawasan yang
dilakukan dalam hubungan kerja, yang
dilakukan oleh pemerintah adalah terhadap
berbunyi:
pelaku usaha dan memenuhi standar mutu
“Penggelapan yang dilakukan oleh orang
produksi barang dan/atau jasa, pencantuman
yang penguasaannya terhadap barang
label dan klausula baku, serta pelayanan
disebabkan karena ada hubungan kerja
purna jual barang dan/atau jasa. Pengawasan
atau karena pencaharian atau karena
yang dilakukan ini harus dilakukan dengan
mendapat upah untuk itu, diancam
cara penelitian, pengujian maupun survey
dengan pidana penjara paling lama lima
langsung yang kemudian hasilnya harus
tahun”
disebarluaskan kepada masyarakat.

9
Tanggung jawab perusahaan pengangkutan konsumen berupa pemberian kompensasi,
atau perusahaan ekspedisi mempunyai dua ganti rugi dan/atau penggantian apabila
bentuk tanggung jawab yakni: Pertama, barang dan/atau jasa maka perusahaan
bertanggung jawab atas barang yang hilang pengangkutan atau perusahaan ekspedisi
atau dicuri dan memberikan ganti kerugian tersebut harus digugat ke pengadilan.
yang diderita pemilik barang. Kedua,
DAFTAR PUSTAKA
bertanggung jawab terhadap Perbuatan
Melawan Hukum yang dilakukan pekerjanya Buku
(Employment Tort). Selain itu jika pihak Fauzia, Liza. 2008.Perlindungan Hukum
perusahaan ekspedisi tidak mau memberikan Terhadap Konsumen Listrik Pada
pertanggung jawaban atas hilang/rusaknya PT. PLN (Persero)
barang yang akan dikirim maka pihak
Fuady,Munir. 2008. PengantarHukumBisnis,
kunsumen (pemilik barang), maka pihak
MenataBisnisModern di EraGlobal.
pemilik barang berhak melaporkan
PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
perusahaan ekspedisi dalam jalur hukum.
Wilayaha Sumatera Utara. Medan,
Saran yang dapat disampaikan sebagai
Hadjon. Philips. M, 1987, Perlindungan
berikut :
Hukum Bagi Rakyat di
Pemerintah harus gencar dalam mengawasi
Indonesia.PT.Bina Ilmu: Surabaya.
perusahaan ekspedisi maupun perusahaan
Hamzah, Achmad. 2012. Undang-Undang
pengangkutan
No 8 Tahun 1999. Sinar Grafika:
Pemerintah harus membuka sarana
Jakarta.
penyebaran informasi kepada masyarakat
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2011.Hukum
mengenai hasil pengawasan yang telah
Perlindungan Konsumen. Sinar
dilakukan agar masyarakat luas dan memilih
Grafika: Jakarta
perusaan terbaik dan terpercaya
Mertokusumo, Sudikno. 1985.Mengenal
Tanggung jawab PerusahaanPengangkutan
Hukum Suatu Pengantar. Liberty:
atau Perusahaan ekspedisi terhadap
Yogyakarta.
konsumen harus benar-benar diterapkan dan
Miru, Ahmad. 2013. Hukum Perikatan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan
Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW.
peraturanperundang-undangan yang telah
Gramedia: Jakarta.
diatur. Sehingga konsumen tidak akan
Miru, Achmadi.2013. Prinsip-Prinsip
dirugikan.
Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Apabila perusahaan pengangkutan tidak
dapat melaksanakan kewajibannya terhadap
10
di Indonesia, RajaGrafindo Persda,
Jakarta.
R. Subekti, Pokok-pokok dari Sumber Lain
HukumPerdata cet. XI. 1975, hal. 20.. Jurnal
Intermasa :Jakarta. Nangin, Chikie. 2017. Perlindungan Hukum
Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan TerhadapKonsumen Yang Mengalami
Konsumen Indonesiahalaman 51-52 18 KerugianAkibat Pengiriman Barang
Ibid., halaman 50. Jakarta: Grasindo OlehPerusahaan Ekpedisi Menurut UU
Nomor 8 Tahun 1999
TentangPerlindungan Konsumen. Vol.
Sutarmanyodo, 2004, Hukum Perlindungan
VI/No. 4/Juni.
Konsumen, Raja Grafindo Persada,
Yudikindra, widyananda. Dan badriah, siti m.
Jakarta.
2016. Perlindungan Hukum Bagi Pelaku
Peraturan Perundang-Undangan Usaha Bagi Jasa Pengiriman Paket
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Barang Domestik Atas Tindakan
Perlindungan Konsumen Konsumen Yang Bertikad Tidak Baik (

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Studi Pada PT. Pos Indonesia ( Persero )
Yogyakarta ).
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Makalah
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
Mahda. 2014. Tanggung Jawab Pengangkut
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Kerugian Konsumen
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Akibat Hilangnya Dokumen.

11

Anda mungkin juga menyukai