Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui upaya hukum yang dapat di tempuh pengguna jasa PT. JNE
Cabang Kota Singaraja apabila mengalami kerugian akibat wanprestasi dalam hal keterlambatan
pengiriman barang (2) bentuk ganti kerugian pengguna jasa PT. JNE cabang Kota Singaraja akibat
wanprestasi dalam hal keterlambatan pengiriman barang.Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penentuan sampel yang digunakan adalah non
probability sampling dengan bentuk purposive sampling yakni sampel yang akan dipilih berdasarkan
pertimbangan/penelitian subjektif dari peneliti. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara deskriptif
kualitatif. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa perlindungan hukum terhadap pengguna jasa
pengiriman barang dalam hal terjadinya wanprestasi adalah memberikan Upaya yang dapat di tempuh
pengguna jasa bilamana mengalami kerugian akibat wanprestasi dan/atau pengguna jasa pengiriman
barang pada PT. JNE cabang Kota Singaraja dapat mengajukan tuntutan ganti kerugian akibat wanprestasi
berdasarkan ketentuan pasal 1243 KUHPerdata.
Abstract
This study aims to (1) review and analyze law enforcement against perpetrators of traffic accidents that
This study aimed to (1) determine the legal remedies that are able be taken by the service users of PT.
JNE Singaraja City Branch if it suffers a loss due tobreach of contract in terms of delays in delivery of goods
(2) a form of compensation for service users of PT. JNE Singaraja City branch due to default in terms of
delays in delivery of goods. The type of research used is descriptive empirical legal research. Determination
of the sample used is non-probability sampling in the form of purposive sampling, namely the sample to be
selected based on subjective considerations/research from the researcher. Processing and analysing data
used a qualitative descriptive manner. Based on this research, it could be seen that legal protection for
users of goods delivery services in the event of a default is to provide efforts that could be taken by service
users when getting the losses due to default and/or users of goods delivery services at PT. JNE Singaraja
City could file a claim for compensation due to default based on the provisions of article 1243 of the Civil
Code.
330
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
331
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
332
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
333
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
cabang Kota Singaraja terkait hal bertanggung jawab atas kerugian pengguna
wanprestasi, maka penulis melakukan jasa. Dalam hal ini lokasi penelitian akan
penelitian dalam bentuk proposal skripsi dilakukan pada masyarakat di Kota
yang berjudul :“PERLINDUNGAN HUKUM Singaraja dan dari pihak-pihak yang terkait
TERHADAP PENGGUNA JASA dengan masalah yang diangkat dalam
PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL skripsi ini. Data Sekunder (Library
TERJADINYA WANPRESTASI (STUDI Research) adalah mencakup dokumen-
KASUS DI PT JALUR NUGRAHA dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
EKAKURIR (JNE) CABANG KOTA penelitian yang berwujud laporan dan
SINGARAJA) sebagainya (Amirudin dan Zainal Asiki,
2016:30). Data sekunder yang digunakan
METODE pada pembuatan kajian studi berikut ialah :
Jenis penelitian yang digunakan 1. Bahan Hukum Primer
adalah jenis penelitian hukum empiris. Menurut Peter Mahmud Marzuki,
Penelitian hukum empiris adalah penelitian bahan hukum primer merupakan bahan
yang mengacu kepada kenyataan hukum hukum yang bersifat otoritatif atau
yang mencakup kenyataan-kenyataan memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum
sosial atau budayanya, penelitian terhadap primer terdiri dari perundang-undangan,
efektivitas hukum tertulis maupun hukum catatan-catatan resmi atau risalah dalam
kebiasaan yang tercatat pada dasarnya pembuatan perundang-undangan dan
merupakan kesenjangan antara norma (das putusan-putusan hakim (Ishaq, 2017:
sollen) dengan realita hukum (das sein). 68). Bahan hukum primer yang
Faktor-faktor yang mempengaruhi hukum digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
Kajian hukum empiris ialah telaah yang UUD Tahun 1945, Kitab Undang-Undang
memperhatikan hukum untuk realita Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang
(Warjiyanti, 2018) yang mencangkup realita Hukum Dagang, Undang-Undang Nomor
sosial dan realita kultur (Dewi, 2020) yang 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
beranjak dari kesenjangan (Law in Action) Konsumen 2)
sebagai perilaku individual atau masyarakat 2. Bahan Hukum Sekunder
terhadap peraturan hukum untuk dibedakan Bahan Hukum Sekunder merupakan
ke Law in Book yang diartikan sebagai bahan hukum yang berisikan informasi
undang-undang (Marzuki, 2017) itu atau kejelasan tentang bahan hukum
berfungsi dalam masyarakat seperti halnya primer (Soekanto, 2014: 29). Bahan
perbedaan penerapan Undang-Undang atau hukum sekunder dapat berupa
aturan lainnya dengan kenyataan. Sifat dari rancangan undang-undang, hasil
penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian penelitian dan hasil karya dari kalangan
deskriptif adalah penelitian yang hukum (Ishaq, 2017: 101). Bahan hukum
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, sekunder yang digunakan dalam
dan akurat terhadap suatu populasi atau penelitian ini terdiri atas jurnal-jurnal
daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, hukum dan hasil penelitian hukum yang
karakteristik, atau factor-faktor tertentu berkaitan dengan Hukum Wanprestasi.
(Zainuddin, 2019 : 10). 3. Bahan Hukum Tersier
Data Penelitian menggunakan data Bahan hukum tersier merupakan
yang diteliti ada dua jenis yaitu data primer bahan hukum yang memberikan petunjuk
dan data sekunder. Data Primer (Field maupun penjelasan terhadap bahan
Research), yaitu data yang diperoleh hukum primer maupun bahan hukum
langsung dari sumbernya, baik melalui sekunder, seperti kamus dan
wawancara, observasi maupun laporan ensiklopedia (Ishaq, 2017: 102). Terkait
dalam bentuk dokumen tidak resmi yang penelitian ini, penulis menggunakan
kemudian dioleh oleh peneliti (Zainudi, Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa
2009:106). Penelitian ini mengarah kepada Indonesia (KBBI) dalam menerjemahkan
pengguna jasa PT. JNE sebagai pihak yang kalimat-kalimat yang sulit dimengerti.
terindikasi dirugikan maupun dari pihak Teknik pengumpulan data dalam
pelaku usaha atau PT. JNE itu sendiri yang penelitian ini menggunakan :
334
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
335
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
Pada hasil penelitian yang di dapat Selain Sintiana Dewi, peneliti juga
dari hasil wawancara dengan Bapak Putu mewawancarai pengguna jasa yaitu Putri
Yudhi Agus Pradipta selaku kepala Kantor Pagarani yang juga pernah mengalami
PT. JNE Di Cabang Kota Singaraja, jika kerugian akibat wanprestasi dalam
terjadi suatu masalah atau kendala dalam keterlambatan pengiriman barang, selama
pengiriman barang dan barang tersebut kasus keterlambatan pengiriman barang Di
belum diterima oleh si penerima sesuai JNE, Putri Pagarani Mengatakan bahwa
dengan estimasi waktu sebelumnya maka belum sama sekali pernah membawa kasus
disini pengguna jasa pada PT. JNE Di tersebut sampai menempuh jalur hukum dan
Cabang Kota Singaraja haruslah yang menuntut ke pengadilan, Putri Pagarani
terlebih dahulu melakukan konfirmasi mengatakan hal ini ia lakukan karena atas
kepada Pihak PT. JNE akibat kendala yang dasar tidak ingin melakukan suatu yang
di alami. Menurut Bapak Yudhi selaku rumit, selain itu beliau mengatakan tidak tau
kepala kantor di PT. JNE Cabang Kota bagaimana alur ataupun prosedur yang
Singaraja upaya yang ditempuh dalam harus beliau lakukan di dalam menumpuh
perjanjian pengiriman barang apabila jalur hukum khususnya dalam wanprestasi
mengalami kendala berupa keterlambatan keterlambatan pengiriman barang.
dalam pengiriman barang, dapat dilakukan Pelaksanaan pengiriman atau
melalui upaya penyelesaian masalah hukum pengangkutan barang di PT. JNE cabang
diluar pengadilan (non-litigation), Sengketa kota Singaraja tidak selamanya berjalan
atau beda pendapat perdata dapat dengan baik dan lancar karena dapat terjadi
diselesaikan olehmelalui alternatif berbagai kendala dalam proses
penyelesaian sengketa yang didasarkan pengirimannya. Dari sekian kendala
pada itikad baik dengan mengesampingkan ataupun masalah yang terjadi dalam
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan pengiriman barang pada PT. JNE terdapat
Negeri. masalah yang paling umum dan sering
Selain melakukan wawancara dengan terjadi yakni keterlambatan dalam
bapak Yudhi selaku Kepala Kantor JNE pengiriman barang. Hal tersebut memicu
Cabang Kota singaraja, peneliti juga terjadinya wanprestasi dikarenakan barang
mewawancarai beberapa pengguna jasa pengguna jasa yang hendak dikirim pada
yang mengalami kerugian di dalam kenyataannya tidak dikirim sesuai dengan
pengiriman barang terkait dengan upaya estimasi waktu yang delag disepakati kedua
hukum yang mereka tempuh dalam belah pihak.
penyelesaian kasus wanprestasi ini. Peneliti Adapun upaya-upaya hukum yang
mewawancarai Sintiana Dewi selaku dapat dilakukan pengguna jasa apabila
pengguna jasa yang pernah mengalami dirugikan dalam pemanfaatan Jasa
kerugian akibat keterlambatan dalam pengiriman khusunya dalam hal
pengiriman barang, disini peneliti keterlamabatan pengiriman barang,
menanyakan terkait dengan apakah beliu pengguna jasa berhak untuk mengajukan
perah menemupuh jalur hukum dalam gugatan terhadap kerugian yang
menyelesaikan kasus wanprestasi ini, beliau dideritanya. Pengaturan mengenai
mengatakan bahwa selama ini kasus yang penyelesaian sengketa antara konsumen
beliau rasakan khususnya dalam hal dengan pelaku usaha adalah sebagai
keterlambatan pengiriman barang yang berikut:
disebabkan oleh phak JNE itu sendiri upaya 1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat
yang Sintiana Dewi lakukan belum pernah menggugat pelaku usaha melalui
sampai menempuh jalur Hukum. Belaiu lembaga yang bertugas menyelesaikan
mengatakan bahwa hal ini ia lakukan karena sengketa antara konsumen dan pelaku
jika sampai menempuh jalur hukum beliau usaha atau melalui badan peradilan yang
harus mengeluarkan biaya, belum lagi jika berada di lingkungan peradilan umum.
menempuh jalur hukum atau pengadilan 2. Penyelesaian sengketa konsumen
biaya yang dikeluarkan lumayan cukup dapat ditempuh melalui pengadilan atau
mahal dibandingkan dengan barang yang melalui luar pengadilan berdasarkan
Beliau kirim.
336
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
pilihan sukarela para pihak yang PT. JNE pernah terjadi sengketa
bersengketa. antara pemilik barang angkutan dan pihak
3. Penyelesaian sengketa di luar pengangkut, namun sejauh ini sengketa
pengadilan sebagaimana dimaksud tersebut dapat diselesaikan dengan jalan
pada ayat (2) tidak menghilangkan damai secara kekeluargaan antara pihak
tanggung jawab perdata sebagaimana pengangkut dan pihak pemilik barang
diatur dalam undang-undang. angkutan. Pada penyelesaian sengketa ini
4. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian pihak PT. JNE dan pemilik barang angkutan
sengketa konsumen di luar pengadilan, tidak melibatkan pihak ketiga dalam
gugatan melalui pengadilan hanya penyelesaian masalah. Jika dilihat dari cara
dapat ditempuh apabila upaya tersebut penyelesaian sengketanya, maka
dinyatakan tidak berhasil oleh salah penyelesaian yang dilakukan para pihak
satu pihak atau oleh para pihak yang disini adalah “negosiasi” karena hanya
bersengketa. dilakukan oleh pihak yang berkepentingan,
Pemilik barang yang dirugikan tanpa melibatkan pihak ketiga.
keselamatan badannya, keamanan jiwanya, Upaya hukum Dalam sistem
atau harta bendanya dalam pemanfaatan penyelesaian sengketa perdata terdapat
jasa pengiriman dapat mengajukan gugatan tahapan penyelesaian sengketa melalui
melalui Peradilan Umum ataupun melalui ruang Non litigasi (di luar peradilan) sebelum
BPSK. Berdasarkan data lapangan sengketa tersebut di proses di peradilan (Dr.
diperoleh bersumber dari hasil wawancara Djoko Imbawani Atmadjaja, 2016),
dengan beberapa pihak pengguna jasa yang penyelesain non litigasi tersebut dibagi dua
mengalami kerugian dalam keterlamabatan yaitu Abritase dan Alternative Dispute
pengiriman barang pada PT. JNE cabang Resolution (ADR). Hal ini telah di atur di
Kota Singaraja, mereka beranggapan dalam undang-undang UU 30 tahun 1999
bahwa banyaknya syarat yang harus tentang Arbitrase dan Alternatif
dipenuhi dalam proses pengajuan gugatan Penyelesaian Sengketa mengatur tentang
jika di bawa ke dalam ranah hukum atau penyelesaian sengketa atau beda pendapat
pengadilan. Hal ini membuat mereka dalam antar para pihak dalam suatu hubungan
mempenuhi kompensasi dari pihak PT.JNE, hukum tertentu yang telah mengadakan
membuat pengguna jasa memutuskan untuk perjanjian arbitrase yang secara tegas
menyelesaikan kasus ini secara menyatakan bahwa semua sengketa atau
kekeluargaan. Penanganan gangguan beda pendapat yang timbul atau yang
terhadap pengiriman barang ataupun mungkin timbul dari hubungan hukum
kerugian yang diderita konsumen, pihak tersebut akan diselesaikan dengan cara
PT.JNE berusaha cepat dalam mencari arbitrase atau melalui alternatif
alternatif solusi dalam pemberian penyelesaian sengketa. Apabila alternatif
kompensasi dan ganti rugi. Hal ini dilakukan penyelesaian sengketa sebagaimana
secara kekeluargaan. Dengan adanya dijelaskan di atas masih belum bisa
peristiwa yang menimbulkan suatu kerugian menyelesaikan suatu perselisihan para
kepada salah satu pihak, sehingga pihak dalam perjanjian pengangkutan, maka
mengakibatkan timbulnya konflik diantara langkah selanjutnya yang harus dilakukan
para pihak, maka terhadap pihak oleh para pihak yaitu dengan melakukan
pengangkut dan pemilik barang angkutan suatu gugatan tuntutan ganti kerugian
dapat menyelesaikan permasalahan kepada Pengadilan.
tersebut secara kekeluargaan, yakni dengan Secara keseluruhan berdasarkan hasil
alternatif penyelesaian sengketa atau yang penelitian Upaya Hukum yang telah
dikenal dengan penyelesaian sengketa diberikan Oleh pihak PT. JNE cabang Kota
melalui jalur nonlitigasi, hingga Singaraja kepada pengguna jasa yag
permasalahan tersebut mendapat solusi mengalami kerugian akibat wanprestasi
tanpa harus menyelesaikan keterlaambatan pengiriman barang telah
permasalahannya melalui pengadilan (jalur sesuai dengan ketentuan yang terdapat
litigasi). padaketentuan peraturan UU 30 tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif
337
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
Penyelesaian Sengketa (Shahab, 2000). Dari pihak PT. JNE cabang Kota
Karena di dalam penyelesaian setiap singaraja mengatakan bahwa
masalah atau kendala yang menyebabkan Keterlambatan dalam pengiriman barang
kerugian pada pengguna pada pengiriman kiriman tidak mendapat suatu ganti kerugian
barang yang dilakukan di PT. JNE cabang berupa pengembalian uang tetapi
Kota Singaraja, dari pihak PT. JNE sudah memberikan tanggung jawab kepada
memberi upaya upaya yang sesuai dengan pengguna jasa dengan memprioritaskan
aturan yang berlaku dengan barang pengguna jasa tersebut dan segera
mengedepankan jalan damai dengan mengirimkannya ke tempat tujuan, dari
melakukan negosiasi atau mediasi Bersama Pihak JNE mengaku bahwa jika ada barang
kedua belah pihak. dari konsumen yang mengalami
keterlambatan dalam pengiriman barang
Bentuk Ganti Kerugian Pengguna Jasa pihak JNE akan memberi suatu informasi
PT. Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Kota kepada pengguna jasa bahwa barang
Singaraja Akibat Wanprestasi Dalam Hal kirimannya mengalami keterlambatan dalam
Keterlambatan Pengiriman Barang pengiriman barang. Tetapi ada
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengecualian jika bagi pengguna jasa yang
beberapa pengguna jasa yang pernah mengalami keterlambatan dalam
mengalami kerugian akibat wanprestasi pengiriman barang hingga berbulan-bulan
dalam hal keterlambatan pengiriman maka pemberian ganti ruginya berupa
barang, beberapa pengguna jasa tersebut pengembalian uang sejumlah tarif
menyatakan bahwa mereka tidak pengiriman dengan catatan bahwa hal
mengajukan klaim/complain ke pihak tersebut terjadi karena adanya faktor
perusahaan jasa pengiriman atas kerugian kesalahan atau kelalaian dari pihak PT. JNE
yang dideritanya. Berdasarkan hasil Cabang Kota Singaraja sendiri. Untuk
wawancara, pengguna jasa tidak mendapatkan ganti kerugian atas
mengajukan complain terhadap perusahaan keterlambatan barang bagi pengguna
jasa pengiriman karena enggan mengurus layanan jasa pengiriman regular harus
prosedur klaim yang memakan waktu serta mengajukan klaim keterlambatan barang.
ribet, selain itu beberapa diantaranya Peneliti juga mewawancarai
menyatakan bahwa complain tidak diajukan pengguna jasa yang pernah mengalami
karena barang kirimannya dianggap tidak kerugian akibat wanprestasi keterlambatan
begitu tinggi nilai atau nominalnya sehingga pengiriman barang yaitu
mereka membiarkan hal tersebut. Sintiana Dewi. Pada saat itu Sintiana
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dewi yang beada di bali hendak
konsumen, peneliti mendapati bahwa mengirimkan barang kepada kakaknya yang
terdapat konsumen yang tidak mengetahui berada di Kota Bandung, sudah ada
mengenai keberadaan ketentuan pemberian kesepakatan antara pengguna jasa dan
ganti kerugian bagi pengguna jasa atau pelaku usaha terhadap estimasi waktu
konsumen yang mengalami kerugian akibat dalam pengiriman barang yaitu pelaku
wanprestasi, dimana dalam hal ini sudah usaha atau pihak PT. JNE sudah mengklaim
diatur di dalam pasal 1243 KUHPerdata. bahwa barang akan sampai paling lambat
Berdasarkan hasil wawancara, Bapak Yudhi satu minggu. Dan Sintiana Dewi sudah
mengatakan bahwa sebaiknya jika melakukan pembayaran ke PT. JNE sebagai
mengalami masalah dalam hal bentuk kewajiban yang harus di penuhi
keterlambatan pengiriman barang sebagai pengguna jasa, namun di satu sisi
seharusnya pihak pengirim atau pengguna pelaku usaha tidak melakukan
jasa yang seharusnya bersikap atau kewajibannya dengan baik karena barang
langsung mengambil tindakan untuk yang hendak dikirim oleh Sintiana Dewi
melapor langsung Ke pihak JNE, sehingga kepada kakaknya tidak tiba tepat waktu
nantinya dari pihak JNE bisa mencari faktor sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
penyebab keterlambatan pengiriman barang Peneliti juga mewawancarai
serta mencari solusinya langsung. konsumen atas nama Putri pagarani yaitu
pengguna jasa yang pernah mengalami
338
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
masalah dalam keterlambatan pengiriman ganti rugi atas semua kerugian yang
barang, dimana kasus beliau tersebut dialaminya. Tak jarang pula terdapat pelaku
bermula dari saudari putri membeli masker usaha yang berusaha menghindari
wajah di salah satu online shop yang berada tanggung jawab yang seharusnya diberikan
di jakarta, online shop tersebut sudah kepada konsumen. Kondisi tersebut
menerangkan bahwa barang yang dipesan mendorong pemerintah untuk mengeluarkan
oleh putri sudah ia kirimkan lewat ekspedisi peraturan perundang-undangan guna
JNE dan barang tersebut akan sampai pada melindungi kepentingan konsumen yakni
waktu kurang lebih 3-4 hari, namun ternyata Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
barang tersebut tidak kunjung datang juga Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dan setelah di cek ternyata barang yang di Tentang Perlindungan Konsumen (Miru &
pesan oleh saudari putri mengalami kendala Yudo, 2020).
di JNE diperkirakan karena masalah Dalam hal keterlambatan seharusnya
overload barang, saudari putri enggan untuk PT. JNE bertanggung jawab untuk
menyatakan complain ke JNE karena memberikan ganti kerugian sesuai dengan
menurutnya klaim complin terlalu ribet dan ketentuan Pasal 477 KUHD yang
harus melalui banyak proses. menyatakan bahwa pengangkut wajib
Apabila terdapat pengguna jasa yang bertanggung jawab untuk kerugian yang
mengalami kerugian khusunya dalam hal disebabkan karena terlambat diserahkannya
wanprestasi keterlambatan pengiriman barang yang diangkutnya, kecuali apabila
barang, ia berhak untuk menuntut ganti rugi dibuktikannya, bahwa keterlambatan itu
atas semua kerugian yang dialaminya. disebabkan karena suatu malapetaka yang
Namun tak jarang pula masih terdapat selayaknya tidak dapat dicegah atau
pelaku usaha yang menghindar dari dihindarkan, karena Dalam perjanjian
tanggung jawab yang semestinya diberikan pengangkutan tidak menutupi.kemungkinan
kepada pengguna jasa yang mengalami bahwa dapat terjadi force majeure dalam
kerugian tersebut. Kondisi ini mendorong perjanjian tersebut. Force majeure (keadaan
pemerintah untuk mengeluarkan peraturan memaksa atau overmacht) diatur dalam BW
perundang-undangan guna melindungi dalam.pasal 1244 dan 1245. Berdasarkan
masyarakat dari hal tersebut yakni Kerugian ketentuan mengenai force majeure dalam
yang dalam hal wanprestasi terjadi karena BW maka dapat disimpulkan bahwa force
adanya suatu prestasi yang tidak dilakukan majeure (keadaan memaksa atau
dengan baik di dalam suatu perjanjian. overmacht) adalah suatu kejadian yang
Dalam perjanjian, terdapat asas-asas yang tidak terduga, tidak disengaja dan tidak
menjadi dasar pelaksanaannya. Dari dapat dipertangunggjawabkan serta
berbagai asas yang ada dalam perjanjian, memaksa dengan maksut pihak yang
asas pacta sunt servanda dianggap sebagai mengalami force majeure tidak dapat
asas fundamental karena asa tersebut memenuhi kewajiban dalam perjanjian
melandasi lahirnya suatu perjanjian. tersebut. Menurut subekti, keadaan
Pengaturan tentang asas pacta sunt memaksa adalah suatu alasan untuk
servanda pada hukum positif (Khairani, dibebaskan dari kewajiban membayar ganti
2011), diatur dalam pasal 1338 ayat (1) dan rugi (Subekti, 2002). Sehingga apabila
(2) KUHPer yang mengatur: dilihat force majeure dalam perjanjian
1. Semua persetujuan yang dibuat sesuai pengangkutan , Pasal 468 KUHD pada
dengan undang-undang berlaku sebagai dasarnya menyatakan bahwa pihak
undang-undang bagi mereka yang pengangkut dalam melaksanakan
membuatnya; pengangkutan. haruslah dilaksanakan
2. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali dengan baik serta harus menjaga agar
selain dengan kesepakatan kedua belah barang-barang yang diangkut tetap berada
pihak, atau karena alasan-alasan yang dalam keadaan aman dari saat pihak
ditentukan oleh undang-undang. pengirim menyerahkan barang kepada
Apabila konsumen mengalami pihak. penggangkut sampai saat
kerugian dalam menggunakan produk atau penyerahnya kepada pihak penerima dan
jasa dari pelaku usaha, ia berhak menuntut pihak pengangkut juga mempunyai
339
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
kewajiban untuk mengganti kerugian yang tanggung jawab pelaku usaha, meliputi
disebabkan karena tidak diserahkannya tanggung jawab ganti kerugian atas
barang seluruhnya atau sebagian atau keterlambatan pengiriman barang berupa
barang mengalami kerusakan, kecuali pihak Biaya, kerugian, dan bunga yang diberikan
pengangkut dapat membuktikan bahwa kepada pengguna jasa yang mengalami
barang tidak dapat diserahkan karena akibat kerugian. Begitu pula dengan adanya
dari suatu peristiwa diluar kehendaknya dan kesalahan atau kelalaian yang disebabkan
tidak dapat dicegahnya (Force Majeure). pelaku usaha yang dialami oleh pengguna
Bentuk ganti kerugian terhadap jasa JNE meliputi keterlambatan dalam
wanprestasi pengiriman barang dalam hal pengiriman barang sehingga sesuai dengan
keterlambatan pengiriman barang diatur di sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal
dalam kitab Undang-Undang Hukum 19 ayat (1) UUPK yaitu pelaku usaha
Perdata pasal 1243KUHPerdata bertanggung jawab memberikan ganti rugi
menentukan bahwa; Penggantian biaya, atas kerusakan, pencemaran dan atau
kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
suatu perikatan mulai diwajibkan, bila barang dan atau jasa yang dihasilkan atau
debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, diperdagangkan.
tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, Terhadap kerugian akibat
atau jika sesuatu yang harus diberikan atau keterlambatan pengiriman barang PT. JNE
dilakukannya hanya dapat diberikan atau cabang Kota Singaraja tidak memberikan
dilakukannya dalam waktu yang melampaui ganti kerugian baik berupa penggantian
waktu yang telah ditentukan (Muhammad, barang maupun kompensasi dalam bentuk
2013). Selanjutnya di dalam Undang- lainnya sebagaimana diatur dalam pada
Undang Perlindungan Konsumen pada pasal 1243 KUHPerdata dan pasal 19
Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Undang-undang perlindungan konsumen,
Konsumen diatur pula mengenai Tanggung melainkan PT. JNE berjanji untuk sesegera
jawab pelaku usaha. mungkin mengirimkan barang tersebut, hal
Berdasarkan hasil penelitian yang ini sebagai akibat dari pemenuhan asas
peneliti peroleh melalui wawancara dengan pacta sunt servanda yang mewajibkan para
Bapak Yudhi selaku.Pimpinan Kantor JNE pihak untuk mentaati perikatan diantara
Cabang Singaraja, adapun bentuk tanggung mereka sehingga setiap prestasi harus tetap
jawab JNE terhadap pengguna jasa yang dilaksanakan.
menderita kerugian akibat keterlambatan
dalam pengiriman barang ialah yakni SIMPULAN
Keterlambatan dalam pengiriman barang Berdasarkan hasil penelitian dan
kiriman tidak mendapat suatu ganti pembahasan yang telah diuraikan di atas,
kerugian, dari Pihak JNE mengaku bahwa maka dapat disimpulkan bahwa Upaya
jika ada barang dari konsumen yang Hukum yang telah diberikan oleh pihak PT.
mengalami keterlambatan dalam JNE cabang Kota Singaraja kepada
pengiriman barang pihak JNE akan pengguna jasa apabila mengalami kerugian
memberi suatu informasi kepada pengguna akibat wanprestasi dalam hal keterlambatan
jasa bahwa barang kirimannya mengalami pengiriman barang mengacu pada
keterlambatan dalam pengiriman barang. alternative penyelesaian sengketa
Tetapi ada pengecualian jika bagi pengguna sebagaimana diatur di dalam Undang-
jasa yang mengalami keterlambatan dalam Undang Republik Indonesia Nomor 30
pengiriman barang hingga berbulan-bulan Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan
maka pemberian ganti ruginya berupa Alternatif Penyelesaian Sengketa, dimana
pengembalian uang sejumlah tarif dalam prakteknya PT. JNE cabang Kota
pengiriman dengan catatan bahwa hal singaraja mengedepankan jalur damai
tersebut terjadi karena adanya faktor melalui negosisasi dan mediasi dengan
kesalahan atau kelalaian dari pihak PT. JNE pihak pengguna jasa yang mengalami
Cabang Kota Singaraja sendiri. kerugian.
Memperhatikan substansi Pasal 1243 Terhadap kerugian akibat
KHUPerdata dapat diketahui bahwa keterlambatan pengiriman barang PT. JNE
340
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
341
e-Journal Komunikasi Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 5 Nomor 2 Agustus 2022)
342