Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENYELESAIAN KONFLIK ANTARKELOMPOK

Dosen Pembimbing: Prince Syahtri, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Viosa Priska Leftiana 2021206203042

Dela Yuliana Sari 2021206203041

Citra Aryani 2021206203084

Ananda Ilma Arsilia 2021206203036

Duta Prama Chandra 2021206203059

Yusuf Azis Taufiq 2021206203056

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas
segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalan dengan judul “Penyelesaian
Konflik Antar Kelompok”.

Selama penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut
terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prince
Syahtri selaku dosen pengampu mata kuliah Kolaborasi Tim Kesehatan yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan hingga terselesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang penulis
lakukan selama proses pembuatan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan
pendapat yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya.

Pringsewu, 4 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Tujuan ....................................................................................................................... 4
C. Metodologi Penulisan ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

A. Contoh Kasus Konflik Antar Kelompok ................................................................... 6


B. Laporan Pendahuluan ................................................................................................ 6

BAB III PENYELESAIAN KONFLIK ............................................................................ 12

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konflik dapat menjadi biang kehancuran dalam suatu masyarakat, konflik biasanya
melibatkan dua kelompok atau lebih yang saling bersaing secara tidak sehat. Masing-
masing kelompok berusaha menjatuhkan kelompok lainnya dengan tujuan untuk
menanamkan pengaruhnya terhadap suatu masyarakat. Bila konflik terus berlanjut justru
berpengaruh besar pada kegiatan masyarakat. Pemimpin masyarakat harus bisa mengatasi
konflik, pemimpin masyarakat harus bisa menemukan solusi yang tepat tanpa
mengorbankan kelompok tertentu, kesatuan masyarakat menjadi prioritas yang harus
dikedepankan dalam mengatasi konflik. Namun sebelum membuat keputusan, yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah dengan mengidentifikasi sumber masalahnya,
menemukan semua perbedaan yang memicu terjadinya konflik.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, pemimpin masyarakat melakukan Analisa
dengan teliti dan cermat agar keputusan yang diambil dapat menyatukan Kembali semua
kelompok yang berkonflik. Ada banyak cara untuk mencairkan suasana, misalnya
melebur kelompok-kelompok itu untuk bekerja dalam satu tim kerja, atau menciptakan
games kolaborasi semua kelompok untuk menaklukan tantangan yang diberikan. Dalam
hal ini, pemimpin harus dapat membuat perubahan sikap masing-masing kelompok,
menciptakan saling ketergantungan sehingga dapat menghilangkan perbedaan dan
ketegangan yang terjadi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui penyelesaian konflik antar kelompok
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kolaborasi Tim Kesehatan
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konflik dan konflik antar
kelompok
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penyelesaian konflik antar
kelompok

4
C. Metodologi Penulisan
1. Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa
jenis referensi utama yang digunakan adalah jurnal edisi online dan artikel ilmiah
yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variative, bersifat kualitatif
maupun kuantitatif.
2. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi Pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai literatur
dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan
diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.
3. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian. Kemudian
dilakukan penyusunan makalah berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara logis
dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif argumentative.
4. Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk Kembali pada tujuan penulisan dan
pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan karya tulis,
serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus Konflik Antar Kelompok


Awal mula terjadinya konflik antar kelompok Pemuda Dusun Soreang dengan Dusun
Lempong itu berawal sekitar tahun 1990 sampai tahun 2014. Akan tetapi awal mula
penyebab terjadinya konflik tersebut kurang jelas. Hanya sebatas kenakalan remaja,
sehingga perkelahian tak terindahkan. Hanya karena dipengaruhi oleh minuman keras,
hingga dendam sehingga kerap terjadi perkelahian antar pemuda yang berujung terjadinya
konflik. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan antara pemuda di Dusun Soreang
dengan Dusun Lempong, yang mana dpicu oleh dendam lama yang berkelanjutan tanpa
ada tahap-tahap penyelasaiannya sehingga mengakibatkan masalah tersebut semakin
berkelanjutan. Konflik yang terjadi antara dusun soreang dengan dusun lempong adalah
konflik antar pemuda, karena konflik tersebut menjadi besar sehingga melibatkan para
orangtua di desa tersebut. Awalnya orang tua tidak ada yang ikut tapi karena konfliknya
sudah besar akhirnya para orangtua pun ikut. Konflik ini juga terjadi karena orangtua
tidak pernah memberitahukan kepada anak-anaknya bahwa masyarakat di Dusun Soreang
maupun Dusun Lempoang itu masih banyak yang memiliki hubungan keluarga, karena
dulunya dusun soreang adalah bagian dari dusun lempong. Yang menjadi puncak
terjadinya konflik adalah akhir tahun 2010 dimana konflik kembali terjadi antara dusun
tersebut. Yang mana terdapat berbagai korban yang terkena senjata tajam meskipun tidak
ada korban jiwa pada konflik tersebut, akan tetapi dari konflik yang terjadi tersebut
menimbulkan berbagai macam kerugian bagi masyarakat sipil.

B. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian Konflik

Konflik adalah perjuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk


memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas, dan lain
sebagainya, dimana tujuan dari mereka bertikai itu tidak hanya untuk memperoleh
keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya dengan kekerasan atau
ancaman.

6
Menurut Fisher, konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu
atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang
tidak sejalan. Konflik adalah suatu kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering
bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Konflik timbul
karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan sosial, seperti kesenjangan
status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang yang
kemudian menimbulkan masalah-masalah diskriminasi.

Fuad dan Maskanah, konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak
atau lebih yang disebabkan karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai,
status, dan kekuasaan, dimana masing-masing pihak memiliki kepentingan terhadap
sumberdaya alam.

2. Konflik Antar Kelompok

Konflik antar kelompok adalah pertentangan yang terjadi antara dua kelompok
atau lebih yang disebabkan oleh kepentingan yang sama.berbicara mengenai konflik
antar kelompok, maka erat kaitannya dengan kepentingan. Konflik terjadi antar dua
kelompok disebabkan oleh perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan antara dua
atau lebih pihak yang mempunyai obyek yang sama. Konflik juga bisa terjadi karena
adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan realita. Ketika suatu kelompok
mempunyai harapan atau keinginan, dan ketika harapan itu terbentur oleh situasi
nyata yang berlawanan, maka bisa menimbulkan konflik di dalam dan di luar
kelompok. Namun dalam memahami konflik antar kelompok tidak sesederhana itu,
banyak factor yang menyebabkan mengapa timbul konflik antar kelompok tergantung
konteksnya seperti apa. Masalah perekonomian, psikologis (kecemburuan,
prasangka), hukum, ekonomi, serta perbedaan identitas kelompok (etnik, agama)
menjadi masalah utama yang menyebabkan konflik terutama di negeri ini. Konflik
intergroup juga bisa terjadi karena masalah politik, agama, etnik, sejarah dan
ekonomi.

Konflik antar kelompok terjadi ketika ada kepentingan sama atau berbeda
dengan tujuan berbeda dari masing-masing kelompok. Menurut teori realistis konflik
(realistic conflict theory) bahwa dalam hubungan antar kelompok terdapat dua tujuan
berbeda terhadap sesuatu yang sama. Hal ini menyebabkan setiap kelompok ingin

7
meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan kelompok lain. Selain itu
konflik antar kelompok juga dapat dijelaskan dengan teori identitas sosial. Teori ini
melihat bahwa hubungan antar kelompok harus dilihat dari perspektif kelompok
bukan indiidu. Setiap indiidu dalam masyarakay dikelompokkan berdasarkan kategori
yang berbeda-beda, misal jenis kelamin, suku, agama, dan pekerjaan. Maka terbentuk
identitas indiidu, yang nantinya dapat membentuk identitas kelompok. Setiap
kelompok merasa lebih unggul dari kelompok lain. Kelompok menjadi pusat
segalanya atau etnosentresis dan cenderung bersifat in-group , melihat kelompok lain
sebagai musuh. Hal-hal seperti ini yang berpotensi timbulnya konflik intergroup.

3. Penyebab Konflik Antar Kelompok

Ada beberapa penyebab konflik antar kelompok, yaitu:

a. Kepentingan sama

Bila dua kelompok mempunyai kepentingan sama terhadap sesuatu, maka


timbul persaingan untuk mendapatkannya. Ketika persaingan terjadi, maka ada
upaya-upaya dari setiap kelompok untuk mendapatkan yang diinginkan, sehingga
terkadang kelompok menggunakan tindakan-tindakan yang merugikan kelompok
lain.

b. Streotype, prasangka dan diskriminasi

Menurut Sears, dkk, (1983) Streotype, prasangka dan diskriminasi merupakan


tiga komponen dalam antagonism kelompok. Pertama, streortype- yang
merupakan komponen kognitif. Streotype adalah keyakinan tentang sifat-sifa
pribadi yang dimiliki orang dalam kelompok. Biasanya streotype berdasarkan
katagori sosial. Kedua, prasangka—yang merupakan komponen afektif. Prasangka
merupakan salah satu sikap yang cenderung negatif. Prasangka adalah sikap
negatif terhadap kelompok tertentu atau seseorang karena keanggotaannya dalam
kelompok tertentu. Ketiga, diskriminasi—yang merupakan komponen konatif.
Diskriminasi adalah perilakuan berbeda dari pihak lain berdasarkan oleh
keanggotaannya kelompoknya. Ketika seseorang mengalami perlakukan

8
diskriminasi karena keanggotaanya sebagai aggota kelompok tertentu, maka, akan
timbul konflik kecil pada diri orang tersebut.

c. Sumber Daya

Konflik sumber daya, khususnya alam menjadi suatu yang sangat banyak kita
temui di negeri ini. Sumber daya alam menajdi suatu daya tarik yang luar biasa
bagi kelompok-kelompok yang ingin mengambil keuntungan dari sumber daya
tersebut. Sumber daya yang langka bisa menjadi sumber konflik.

d. Identitas Sosial atau Kategori Berbeda

Setiap kelompok mempunyai identitas sosial berbeda. Indentitas suatu


kelompok berkaiatan dengan dengan atribut yang dimiliki. Seperti ciri-ciri, nilai
yang dianut, tujuan, dan norma. Identifikasi social sangat berguna untuk proses
katagori dan perbandingan social (Hogg & Grieve, 1999). Deaux, dkk., (dalam
Reid, 2004) mengidentifikasi ada empat katagori dalam identifikasi social, yaitu
lapangan kerja dan hobi (siswa, atlet),afiliasi politik (democrat, feminis), etnik dan
agama (Hispanic, jewish) dan stigma identitas (alkoholik).

e. Ketidakadilan (injustice)

Ketidakadilan sering kali menimbulkan konflik. Kita bisa melihat banyak


konflik-konflik yang terjadi diakibatkan ketidakadilan. Menururt teori keadilan
(equity theory), konflik terjadi karena adanya ketidakadilan dalam distribusi yang
membuat orang atau kelompok menjadi distress dan frustasi. Akibatnya kelompok
menggunakan cara menurut pandangan mereka benar, tetapi bagi kelompok lain
hal tersebut dapat menimbulkan konflik. Namun perlu dipahami bahwa
sebenarnya keadilan keadilan bersifat relatif atau subjektif bagi setiap orang atau
kelompok.persepsi keadilan bagi setiap kelompok berbeda-beda. Orang atau
kelompok lebih cenderung menilai sesuatu itu adil ketika hasil yang diperoleh
lebih menguntungkan bagi kelompoknya sendiri.

f. Perilaku Agresif

9
Perilaku agresif yang dilakukan suatu kelompok terhadap kelompok lain dapat
menimbulkan konflik antar kelompok. Ketika suatu kelompok menyerang
kelompok lain, maka kelompok yang diserang akan membalas. Hal ini akan bisa
berlanjut kepada konflik yang berkepanjangan. Misalkan, ketika pertandingan
sepakbola, suporter persija menyerang suporter persib Bandung, akibat terjadi
tawuran. Kejadian ini berdampak timbulnya konflik

Dari uraian diatas diketahui banyak faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya


konflik intergroup, mulai dari kepentingan, sumberdaya, atau masalah psikologis.
Namun yang tak kalah pentingnya adalah situasi di mana konflik itu terjadi. Situasi
yang tidak menyenangkan (aversif situation) dapat meningkatkan kecenderungan
timbulnya konflik intergroup (Forsyth, 1983).

4. Dampak Konflik Antar Kelompok

Menurut Blake dan Mountein (dalam Johnson & Johnson,2000) konflik


intergroup dihadapkan kepada dua kondisi, yaitu menang atau kalah. Kedua kondisi
ini memiliki efek terhadap anggota dalam kelompok, hubungan antar kelompok dan
struktur kelompok sendiri.

Bagi kelompok yang menang dalam konflik akan berdampak pada:

a. Cohesion meningkat
b. Ketegangan menururn
c. Berkuangnya figh spirit
d. Santai
e. Timbul kepasan diri
f. Streotype positif terhadp kelompok sendiri
g. Sterotype negatif terhadap kelompok lain
h. Konsolidasi semakin kuat

Bagi kelompok yang kalah dalam konflik akan berdampak pada:

a. Mencari alasan kenapa kalah


b. Ketegangan meningkat
c. Kelompok bekerja lebih keras

10
d. Melakukan recovery
e. Mencari kambing hitam atas kekalahan
f. Konformitas menurun
g. Menggantikan pemimpin
h. Belajar lebih banyak

5. Penyelesaian Konflik

Ada delapan prosedur umum dalam rangka penyelesaian konflik, yaitu:

a. Lumping it. Terkait dengan kegagalan salah satu pihak yang bersengketa untuk
menekankan tuntutannya. Dengan kata lain isu yang dilontarkan diabaikan (simply
ignored) dan hubungan dengan pihak lawan terus berjalan.
b. Avoidance or exit. Mengakhiri hubungan dengan meninggalkannya. Dasar
pertimbangannya adalah pada keterbatasan kekuatan yang dimiliki
(powerlessness) salah satu pihak ataupun alasan-alasan biaya sosial, ekonomi atau
psikologis.
c. Coersion. Satu pihak yang bersengketa menerapkan keinginan atau
kepentingannya pada pihak yang lain.
d. Negotiation. Kedua belah pihak menyelesaikan konflik secara bersama-sama
(mutual settlement) tanpa melibatkan pihak ketiga.
e. Conciliation. Mengajak (Menyatukan) kedua belah pihak yang bersengketa untuk
bersama-sama melihat konflik dengan tujuan untuk menyelesaikan persengketaan.
f. Mediation. Pihak ketiga yang mengintervensi suatu pertikaian untuk membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan.
g. Arbitration. Bila mana kedua belah pihak yang bersengketa menyetujui intervensi
pihak ketiga dari kedua belah pihak sudah harus menyetujui sebelumnya untuk
menerima setiap keputusan pihak ketiga.
h. Adjudication. Apabila terdapat interensi pihak ketiga yang memiliki otoritas untuk
mengintervensi persengketaan dan membuat serta menerapkan keputusan yang
diambil baik yang diharapkan maupun tidak oleh kedua belah pihak yang
bersengketa.

11
BAB III
PENYELESAIAN KONFLIK

Dalam meredam dan menyelesaikan gejolak yang berpotensi terhadap terjadinya konflik,
pemerintah menggunakan cara yang sering digunakan dalam penyelesaian konflik yaitu
dengan melakukan negosiasi, mediasi dan fasilitasi. Cara ini lazim di gunakan baik ditingkat
local, nasional maupun dunia internasional dalam resolusi konflik. Pihak ketiga seperti
pemerintah maupun pihak luar yang bukan terlibat dalam konflik akan berperan sebagai
negosiator, mediator dan fasilitator.

1. Peran Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam Melakukan Mediasi


Peranan pemerintah dalam melakukan mediasi atau sebagai mediator dapat dilihat
dari upaya mempertemukan pihak yang berkonflik. Dimana mereka bisa
menyampaikan keluhan dan tuntutannya secara lansung, menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari masing-masing pihak yang berkonflik dalam pertemuan,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-masing pihak yang berkonflik,
mengetahui perbedaan-perbedaan-perbedaan dalam pertemuan, mencari kata sepakat
dalam pertemuan baik lisan maupun tulisan dan menyusun rencana tindak lanjut dari
hasil yang dicapai, termasuk agenda pertemuan berikutnya. Untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi antara peuda Dusun Soreang dengan Dusun Lempong,
pemerintah kecamatan beserta pemerintah desa melakukan mediasi agar permasalahan
ini mencapai titik perdamaian. Pemerintah kecamatan beserta pemerintah desa
memanggil para pelaku atau actor dari konflik yang terjadi. Alasannya agar
permasalahan ini dapat diketahui apa penyebabnya sehingga tidak terjadi konflik yang
begitu serius.
2. Peran Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam Melakukan Fasilitasi
Peranan pemerintah dalam melakukan fasilitasi atau sebagai fasilitator dapat dilihat
dari penyediaan sarana pertemuan (lokasi, tempat dan fasilitas),menetapkan waktu
dan agenda pertemuan serta memfasilitasi pertemuan untuk mencapai kesepakatan
(sebagai fasilitator). Campur tangan pemerintah kecamatan beserta pemerintah desa
dalam menyelesaikan konflik tersebut bertujuan untuk mengupayakan kedua
kelompok pemuda ini bisa hidup berdampingan tanpa ada pertentangan. Berkaitan
dengan upayah yang dilakukan oleh pemerintah dalam menyelesaikan konflik

12
tersebut, maka pemerintah dari kedua desa yang bertikai memfasilitasi pemerintah
kecamatan maupun dari pemerintah kabupaten beserta kepolisian untuk melakukan
pertemuan dengan pelaku kunflik.
3. Peran Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam Melakukan Negosiasi
Untuk mengukur peranan pemerintah dalam melakukan negosiasi atau sebagai
negosiator dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan seperti mengidentifikasi
permasalahan, mencari dan mengumpulkan informasi dari masing-masing pihak yang
berkonflik, mendatangi pihak-pihak yang berkonflik dan mendengarkan tuntutan serta
melakukan lobby terhadap masingmasing pihak untuk menyatukan perbedaan. Dalam
Negosiasi ada aktifitas dari kedua pihak untuk saling mempengaruhi yang bertujuan
agar salah satu pihak terpengaruh dan mau menerima apa yang menjadi keinginan dari
pihak lain. Aktifitas ini lebih dikenal dengan lobbying. Dalam proses Negosiasi
Lobbying tidak pernah terpisahkan. Untuk mencapai Skesepakatan dalam Negosiasi
ternyata loby sangat efektif karena Negosiasi bisa terjadi apabila aktifitas lobbying
mendapat respon dari pihak yang berkonflik.
4. Peran Pihak Kepolisian dalam Mengatasi Konflik
Dalam Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai dengan pasal 13, Polri mempunyai tugas pokok memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat. Sebagai
implementasi pemeliharaan kamtibmas dalam kaitannya dengan konflik sosial maka
dalam pasal 15 ayat 1 huruf b salah satu wewenang Polri adalah membantu
menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang mengganggu ketertiban umum.
Dalam UU nomor 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik sosial mengamanatkan
bahwa penanganan konflik sosial mulai dari pencegahan, penghentian dan pemulihan
pasca konflik bukan hanya menjadi tanggungjawab aparat keamanan namun menjadi
tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemda dan masyarakat. UU ini juga
lebih mengedepankan penanganan konflik bukan hanya melalui pendekatan keamanan
namun lebih jauh melalui pendekatan yang bersifat terpadu dengan melibatkan
seluruh kepentingan yang dimulai dari tahap pencegahan, penghentian dan pemulihan
pasca konflik.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik integroup merupakan konflik yang terjadi antara dua kelompok atau lebih,
yang biasanya disebabkan oleh kepentingan yang sama terhadap sesuatu langka dan
terjadi pada waktu realtif sama. Ada beberapa penyebab konflik intergroup, yaitu
Kepentingan sama, antagonis kelompok (Streotype, prasangka dan diskriminiasi), sumber
daya, ketidakadilan, dan perilaku agresif. selain itu, faktor situasi khusunya situasi aversif
akan lebih mudah menimbulkan terjadinya konflik intergroup. Konflik antar kelompok
akan meyebabkan adanya kelompok yang menang dan yang kalah. Menang dan kalah
memiliki dampak yang berbeda-beda. Bagi yang menang dampaknya adalah cohesion
meningkat, ketegangan menururn, berkuangnya figh spirit, Santai, timbul kepasan diri,
streotype positif terhadp kelompok sendiri, sterotype negatif terhadap kelompok lain dan
konsolidasi semakin. Sedangkan yang kalah, dampaknya adalah mencari alasan kenapa
kalah, ketegangan meningkat, kelompok bekerja lebih keras, melakukan recovery,
mencari ‘kambing hitam’ atas kekalahan, konformitas menurun, menggantikan
pemimpin, dan belajar lebih banyak.
Untuk menangani masalah konflik tersebut, kita melakukan dengan cara Mediasi. Kita
memediasi para pemuda pelaku konflik agar permasalahannya cepat selesai. Kita dibantu
dari pemerintah kedua desa yang berkonfli, tokoh masyarakat, beserta pihak kepolisian.
Selain mediasi, kita juga melakukan negosiasi dan memfasilitasi. Segala cara kita
lakukan, agar daerah kita ini kembali aman seperti sedia kala.

B. Saran
Terkait mengenai resolusi konflik dari kejadian yang sedang berlangsung, maka penulis
mengikutkan beberapa solusi dari penelusuran pustaka dan beberapa pengalaman resolusi
konflik di beberapa tempat di Indonesia yang pertama yaitu konsoliasi dan arbitrasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sears, D.G., Freedman,J.L & Peplau, L.A. 1994. Psychology Sosial. Jilid 2. Alih
Bahasa:Michael Adriyanto. Jakarta :Erlangga

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Inpres
No 2 Tahun 2013 Tentang Penanganan Gangguan Dalam Negeri Tahun 2013

UU No. 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik

S, Miswar. 2017. Fenomena Konflik Antar Kelompok Masyarakat Dusun Soreang dengan
Dusun Lempong Kecamatan Mappakasungguh Kabupaten Takalar.
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/887-Full_Text.pdf (Diakses 4 Desember)

15

Anda mungkin juga menyukai