Disusun Oleh:
Kelompok 4
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya milik Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas
segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalan dengan judul “Penyelesaian
Konflik Antar Kelompok”.
Selama penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut
terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang penulis jalani.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prince
Syahtri selaku dosen pengampu mata kuliah Kolaborasi Tim Kesehatan yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan hingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang penulis
lakukan selama proses pembuatan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan
pendapat yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Tujuan ....................................................................................................................... 4
C. Metodologi Penulisan ............................................................................................... 5
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik dapat menjadi biang kehancuran dalam suatu masyarakat, konflik biasanya
melibatkan dua kelompok atau lebih yang saling bersaing secara tidak sehat. Masing-
masing kelompok berusaha menjatuhkan kelompok lainnya dengan tujuan untuk
menanamkan pengaruhnya terhadap suatu masyarakat. Bila konflik terus berlanjut justru
berpengaruh besar pada kegiatan masyarakat. Pemimpin masyarakat harus bisa mengatasi
konflik, pemimpin masyarakat harus bisa menemukan solusi yang tepat tanpa
mengorbankan kelompok tertentu, kesatuan masyarakat menjadi prioritas yang harus
dikedepankan dalam mengatasi konflik. Namun sebelum membuat keputusan, yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah dengan mengidentifikasi sumber masalahnya,
menemukan semua perbedaan yang memicu terjadinya konflik.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, pemimpin masyarakat melakukan Analisa
dengan teliti dan cermat agar keputusan yang diambil dapat menyatukan Kembali semua
kelompok yang berkonflik. Ada banyak cara untuk mencairkan suasana, misalnya
melebur kelompok-kelompok itu untuk bekerja dalam satu tim kerja, atau menciptakan
games kolaborasi semua kelompok untuk menaklukan tantangan yang diberikan. Dalam
hal ini, pemimpin harus dapat membuat perubahan sikap masing-masing kelompok,
menciptakan saling ketergantungan sehingga dapat menghilangkan perbedaan dan
ketegangan yang terjadi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui penyelesaian konflik antar kelompok
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kolaborasi Tim Kesehatan
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konflik dan konflik antar
kelompok
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penyelesaian konflik antar
kelompok
4
C. Metodologi Penulisan
1. Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa
jenis referensi utama yang digunakan adalah jurnal edisi online dan artikel ilmiah
yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variative, bersifat kualitatif
maupun kuantitatif.
2. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi Pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai literatur
dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan
diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik yang dibahas.
3. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian. Kemudian
dilakukan penyusunan makalah berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara logis
dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif argumentative.
4. Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk Kembali pada tujuan penulisan dan
pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan karya tulis,
serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
B. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian Konflik
6
Menurut Fisher, konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu
atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang
tidak sejalan. Konflik adalah suatu kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering
bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Konflik timbul
karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan sosial, seperti kesenjangan
status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang yang
kemudian menimbulkan masalah-masalah diskriminasi.
Fuad dan Maskanah, konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak
atau lebih yang disebabkan karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai,
status, dan kekuasaan, dimana masing-masing pihak memiliki kepentingan terhadap
sumberdaya alam.
Konflik antar kelompok adalah pertentangan yang terjadi antara dua kelompok
atau lebih yang disebabkan oleh kepentingan yang sama.berbicara mengenai konflik
antar kelompok, maka erat kaitannya dengan kepentingan. Konflik terjadi antar dua
kelompok disebabkan oleh perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan antara dua
atau lebih pihak yang mempunyai obyek yang sama. Konflik juga bisa terjadi karena
adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan realita. Ketika suatu kelompok
mempunyai harapan atau keinginan, dan ketika harapan itu terbentur oleh situasi
nyata yang berlawanan, maka bisa menimbulkan konflik di dalam dan di luar
kelompok. Namun dalam memahami konflik antar kelompok tidak sesederhana itu,
banyak factor yang menyebabkan mengapa timbul konflik antar kelompok tergantung
konteksnya seperti apa. Masalah perekonomian, psikologis (kecemburuan,
prasangka), hukum, ekonomi, serta perbedaan identitas kelompok (etnik, agama)
menjadi masalah utama yang menyebabkan konflik terutama di negeri ini. Konflik
intergroup juga bisa terjadi karena masalah politik, agama, etnik, sejarah dan
ekonomi.
Konflik antar kelompok terjadi ketika ada kepentingan sama atau berbeda
dengan tujuan berbeda dari masing-masing kelompok. Menurut teori realistis konflik
(realistic conflict theory) bahwa dalam hubungan antar kelompok terdapat dua tujuan
berbeda terhadap sesuatu yang sama. Hal ini menyebabkan setiap kelompok ingin
7
meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan kelompok lain. Selain itu
konflik antar kelompok juga dapat dijelaskan dengan teori identitas sosial. Teori ini
melihat bahwa hubungan antar kelompok harus dilihat dari perspektif kelompok
bukan indiidu. Setiap indiidu dalam masyarakay dikelompokkan berdasarkan kategori
yang berbeda-beda, misal jenis kelamin, suku, agama, dan pekerjaan. Maka terbentuk
identitas indiidu, yang nantinya dapat membentuk identitas kelompok. Setiap
kelompok merasa lebih unggul dari kelompok lain. Kelompok menjadi pusat
segalanya atau etnosentresis dan cenderung bersifat in-group , melihat kelompok lain
sebagai musuh. Hal-hal seperti ini yang berpotensi timbulnya konflik intergroup.
a. Kepentingan sama
8
diskriminasi karena keanggotaanya sebagai aggota kelompok tertentu, maka, akan
timbul konflik kecil pada diri orang tersebut.
c. Sumber Daya
Konflik sumber daya, khususnya alam menjadi suatu yang sangat banyak kita
temui di negeri ini. Sumber daya alam menajdi suatu daya tarik yang luar biasa
bagi kelompok-kelompok yang ingin mengambil keuntungan dari sumber daya
tersebut. Sumber daya yang langka bisa menjadi sumber konflik.
e. Ketidakadilan (injustice)
f. Perilaku Agresif
9
Perilaku agresif yang dilakukan suatu kelompok terhadap kelompok lain dapat
menimbulkan konflik antar kelompok. Ketika suatu kelompok menyerang
kelompok lain, maka kelompok yang diserang akan membalas. Hal ini akan bisa
berlanjut kepada konflik yang berkepanjangan. Misalkan, ketika pertandingan
sepakbola, suporter persija menyerang suporter persib Bandung, akibat terjadi
tawuran. Kejadian ini berdampak timbulnya konflik
a. Cohesion meningkat
b. Ketegangan menururn
c. Berkuangnya figh spirit
d. Santai
e. Timbul kepasan diri
f. Streotype positif terhadp kelompok sendiri
g. Sterotype negatif terhadap kelompok lain
h. Konsolidasi semakin kuat
10
d. Melakukan recovery
e. Mencari kambing hitam atas kekalahan
f. Konformitas menurun
g. Menggantikan pemimpin
h. Belajar lebih banyak
5. Penyelesaian Konflik
a. Lumping it. Terkait dengan kegagalan salah satu pihak yang bersengketa untuk
menekankan tuntutannya. Dengan kata lain isu yang dilontarkan diabaikan (simply
ignored) dan hubungan dengan pihak lawan terus berjalan.
b. Avoidance or exit. Mengakhiri hubungan dengan meninggalkannya. Dasar
pertimbangannya adalah pada keterbatasan kekuatan yang dimiliki
(powerlessness) salah satu pihak ataupun alasan-alasan biaya sosial, ekonomi atau
psikologis.
c. Coersion. Satu pihak yang bersengketa menerapkan keinginan atau
kepentingannya pada pihak yang lain.
d. Negotiation. Kedua belah pihak menyelesaikan konflik secara bersama-sama
(mutual settlement) tanpa melibatkan pihak ketiga.
e. Conciliation. Mengajak (Menyatukan) kedua belah pihak yang bersengketa untuk
bersama-sama melihat konflik dengan tujuan untuk menyelesaikan persengketaan.
f. Mediation. Pihak ketiga yang mengintervensi suatu pertikaian untuk membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan.
g. Arbitration. Bila mana kedua belah pihak yang bersengketa menyetujui intervensi
pihak ketiga dari kedua belah pihak sudah harus menyetujui sebelumnya untuk
menerima setiap keputusan pihak ketiga.
h. Adjudication. Apabila terdapat interensi pihak ketiga yang memiliki otoritas untuk
mengintervensi persengketaan dan membuat serta menerapkan keputusan yang
diambil baik yang diharapkan maupun tidak oleh kedua belah pihak yang
bersengketa.
11
BAB III
PENYELESAIAN KONFLIK
Dalam meredam dan menyelesaikan gejolak yang berpotensi terhadap terjadinya konflik,
pemerintah menggunakan cara yang sering digunakan dalam penyelesaian konflik yaitu
dengan melakukan negosiasi, mediasi dan fasilitasi. Cara ini lazim di gunakan baik ditingkat
local, nasional maupun dunia internasional dalam resolusi konflik. Pihak ketiga seperti
pemerintah maupun pihak luar yang bukan terlibat dalam konflik akan berperan sebagai
negosiator, mediator dan fasilitator.
12
tersebut, maka pemerintah dari kedua desa yang bertikai memfasilitasi pemerintah
kecamatan maupun dari pemerintah kabupaten beserta kepolisian untuk melakukan
pertemuan dengan pelaku kunflik.
3. Peran Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam Melakukan Negosiasi
Untuk mengukur peranan pemerintah dalam melakukan negosiasi atau sebagai
negosiator dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan seperti mengidentifikasi
permasalahan, mencari dan mengumpulkan informasi dari masing-masing pihak yang
berkonflik, mendatangi pihak-pihak yang berkonflik dan mendengarkan tuntutan serta
melakukan lobby terhadap masingmasing pihak untuk menyatukan perbedaan. Dalam
Negosiasi ada aktifitas dari kedua pihak untuk saling mempengaruhi yang bertujuan
agar salah satu pihak terpengaruh dan mau menerima apa yang menjadi keinginan dari
pihak lain. Aktifitas ini lebih dikenal dengan lobbying. Dalam proses Negosiasi
Lobbying tidak pernah terpisahkan. Untuk mencapai Skesepakatan dalam Negosiasi
ternyata loby sangat efektif karena Negosiasi bisa terjadi apabila aktifitas lobbying
mendapat respon dari pihak yang berkonflik.
4. Peran Pihak Kepolisian dalam Mengatasi Konflik
Dalam Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia sesuai dengan pasal 13, Polri mempunyai tugas pokok memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat. Sebagai
implementasi pemeliharaan kamtibmas dalam kaitannya dengan konflik sosial maka
dalam pasal 15 ayat 1 huruf b salah satu wewenang Polri adalah membantu
menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang mengganggu ketertiban umum.
Dalam UU nomor 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik sosial mengamanatkan
bahwa penanganan konflik sosial mulai dari pencegahan, penghentian dan pemulihan
pasca konflik bukan hanya menjadi tanggungjawab aparat keamanan namun menjadi
tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemda dan masyarakat. UU ini juga
lebih mengedepankan penanganan konflik bukan hanya melalui pendekatan keamanan
namun lebih jauh melalui pendekatan yang bersifat terpadu dengan melibatkan
seluruh kepentingan yang dimulai dari tahap pencegahan, penghentian dan pemulihan
pasca konflik.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik integroup merupakan konflik yang terjadi antara dua kelompok atau lebih,
yang biasanya disebabkan oleh kepentingan yang sama terhadap sesuatu langka dan
terjadi pada waktu realtif sama. Ada beberapa penyebab konflik intergroup, yaitu
Kepentingan sama, antagonis kelompok (Streotype, prasangka dan diskriminiasi), sumber
daya, ketidakadilan, dan perilaku agresif. selain itu, faktor situasi khusunya situasi aversif
akan lebih mudah menimbulkan terjadinya konflik intergroup. Konflik antar kelompok
akan meyebabkan adanya kelompok yang menang dan yang kalah. Menang dan kalah
memiliki dampak yang berbeda-beda. Bagi yang menang dampaknya adalah cohesion
meningkat, ketegangan menururn, berkuangnya figh spirit, Santai, timbul kepasan diri,
streotype positif terhadp kelompok sendiri, sterotype negatif terhadap kelompok lain dan
konsolidasi semakin. Sedangkan yang kalah, dampaknya adalah mencari alasan kenapa
kalah, ketegangan meningkat, kelompok bekerja lebih keras, melakukan recovery,
mencari ‘kambing hitam’ atas kekalahan, konformitas menurun, menggantikan
pemimpin, dan belajar lebih banyak.
Untuk menangani masalah konflik tersebut, kita melakukan dengan cara Mediasi. Kita
memediasi para pemuda pelaku konflik agar permasalahannya cepat selesai. Kita dibantu
dari pemerintah kedua desa yang berkonfli, tokoh masyarakat, beserta pihak kepolisian.
Selain mediasi, kita juga melakukan negosiasi dan memfasilitasi. Segala cara kita
lakukan, agar daerah kita ini kembali aman seperti sedia kala.
B. Saran
Terkait mengenai resolusi konflik dari kejadian yang sedang berlangsung, maka penulis
mengikutkan beberapa solusi dari penelusuran pustaka dan beberapa pengalaman resolusi
konflik di beberapa tempat di Indonesia yang pertama yaitu konsoliasi dan arbitrasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sears, D.G., Freedman,J.L & Peplau, L.A. 1994. Psychology Sosial. Jilid 2. Alih
Bahasa:Michael Adriyanto. Jakarta :Erlangga
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Inpres
No 2 Tahun 2013 Tentang Penanganan Gangguan Dalam Negeri Tahun 2013
S, Miswar. 2017. Fenomena Konflik Antar Kelompok Masyarakat Dusun Soreang dengan
Dusun Lempong Kecamatan Mappakasungguh Kabupaten Takalar.
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/887-Full_Text.pdf (Diakses 4 Desember)
15