Anda di halaman 1dari 5

MATA KULIAH

ETIK DAN LEGAL DALAM KEPERAWATAN

Penyelesaian Masalah Etik Terkait Dengan Dilemma Etik Pada Kasus Euthanasia

(Soal UAS)

Oleh:
Ainal Mardhiah
(2212201010008)

Dosen Pembimbing:
Teuku Tahlil, S.Kp., M.S., Ph.D

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
1. Jelaskan penyelesaian masalah etik terkait dengan dilemma etik pada kasus euthanasia.

Jawaban

Permasalahan euthanasia sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi penyakit yang
tak kunjung sembuh, sementara pasien sudah dalam keadaan sekarat dan menyiksa. Dalam
situasi demikian, tidak jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak
ingin diperpanjang hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah tidak sadar,
keluarga pasien yang tidak tega melihat pasien yang penuh penderitaan menjelang ajalnya
meminta kepada dokter atau perawat untuk tidak meneruskan pengobatan atau bila perlu
memberikan obat yang mempercepat kematian. Dari sinilah istilah euthanasia muncul, yaitu
melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan atau mati secara baik (Prihastuti,
2018).
Istilah euthanasia berasal dari Bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti
indah, bagus, terhormat, atau gracefully and with dignity, sedangkan thanatos berarti mati.
Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik (a good death).
Seorang penulis Romawi yang bernama Suetonis, dalam bukunya yang berjudul Vita
Ceasarum, mengatakan bahwa euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita” (Ari dan Helmi,
2010). Pengertian lain mengenai euthanasia diberikan oleh ikatan dokter Belanda sebagai
berikut: Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang
hidup seorang pasien atau sengaja melakukan seuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri
(Alexandra, 2008).
a. Euthanasia dalam Pandangan Hak Asasi Manusia
Euthanasia dilihat dari pandangan HAM merupakan pelanggaran karena sesuai dengan
isi dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: “Setiap
orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya”
maka sesulit apapun seseorang mempertahankan hidupnya, orang lain tidak bisa dengan
mudah mengambilnya atau sesakit apapun seseorang orang lain wajib mengupayakan
pengobatan terhadap penyakit yang dialami (Legi, 2016). Euthanasia merupakan perbuatan
yang melanggar hukum atau merupakan suatu tindak pidana. Karena perbuatannya itu
mengakibatkan matinya orang lain maka euthanasia itu merupakan tindak pidana
pembunuhan. Dasar hukum untuk larangan euthanasia tercantum dalam pasal 344 KUH
Pidana. Pasal tersebut berbunyi : “Barangsiapa menghilangkan nyawa orang atas
permintaan sungguh-sungguh orang itu sendiri, dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya dua belas tahun” (Prihastuti indrie 2018).
Euthanasia jika dikaitkan dengan HAM maka terciptanya adanya hak untuk mati yaitu
hak yang muncul dengan adanya hak untuk hidup. Konsep hak hidup yang terdapat dalam
DUHAM (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) dipandang telah mencakup
pengertiannya dalam hak untuk mati yang dimana menimbulkan perdebatan. Hak untuk
memilih nasibnya sendiri merupakan bagian dari HAM yang pada hakekatnya termasuk
dalam hak-hak dasar. Dalam Kesehatan, hak tersebut dapat membuat pasien dalam
menentukan pilihan mengenai kesehatannya sendiri. Hak tersebut diwujudkan dalam
hukum kesehatan yaitu hak untuk menolak perawatan atau pengobatan serta tindakan
medik (Wijaya dan Parwata, 2021).
b. Ethanasia Dalam Pandangan Islam
Euthanasia adalah istilah yang didapati dalam dunia kedokteran, diartikan sebagai
pembunuhan tanpa penderitaan terhadap pasien yang sedang kritis (akut) atau menderita
penyakit menahun serta tipis harapannya untuk sembuh kembali (Fahmi, 2020).
Kontroversi yang mana menyangkut isu etika euthanasia (perilaku sengaja dan sadar
mengakhiri hayat seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan) tidak
saja santer didiskusikan di kalangan dunia medis, tetapi telah merambah kemanamana
terutama para ulama Islam. Isu euthanasia selalu muncul, salah satunya karena praktek
tersebut bukan hanya melibatkan pertimbangan hidup mati. Tetapi, termasuk juga
pertimbangan hukum, perasaan dan etika kedokteran. Selama jenis penyakit pada manusia
terus berkembang dan penyembuhan terhadapnya diyakini mustahil (apalagi dengan kadar
penularan yang tinggi), para ahli medis dan hukum mulai melirik kemungkinan-
kemungkinan euthanasia (Prihastuti indrie 2018).
Euthanasia, tidak ubahnya dengan menghabisi pasien yang menderita tanpa sama
sekali mengakhiri penderitaan mereka. Dengan kata lain, pengobatan terhadap rasa sakit
atau nyeri yang tak terbendung bukan semata dapat dilakukan dengan pembunuhan, tetapi
dapat pula ditempuh dengan terapi lain. Tentu saja faktor agama akan sangat menentukan
sikap seseorang terhadap derita sakit dan juga nyeri yang dialamainya. Filsafat Budha
menyatakan bahwa derita sakit bersumber dari frustasi. Bagi kaum Hindu yang menyakini
bahwa pain (rasa sakit dan nyeri yang berasal dari bahasa Latin poena) berarti siksaan akan
lebih merasakan penderitaan nyeri dibanding seorang Muslim yang menilai penderitaan
sebagai cobaan dari Tuhan atau bahkan pembersihan diri sebelum menghadap kepadaNya
(Fahmi, 2020).
Ketika orang-orang yang mana pro euthanasia menganggap bahwa kebebasan untuk
melakukan apa saja terhadap diri seseorang adalah hak yang paling utama bagi mereka
yang berdaya tinggi. Sebagaimana saya berhak memilih kapal untuk berlayar, atau rumah
untuk dihuni, sayapun berhak untuk memilih kematian untuk dapat meninggalkan
kehidupan ini. Maka Islam justru tidak sejalan dengan filosofis tersebut. Islam mengakui
hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah SWT
kepada manusia. Hanya Allah SWT yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan
kapan ia mati. Bagi mereka yang menderita bagaimanapun bentuk dan kadarnya Islam
tidak membenarkan merenggut kehidupan baik melalui praktek euthanasia apalagi bunuh
diri.

Penyelesaian Masalah Etik Terkait Dengan Dilemma Etik Pada Kasus Euthanasia

Etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam melaksanakan
praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Selain itu, seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang
lingkup pelayanan keperawatan semakin kompleks. Untuk itu, perawat dituntut
kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis (Sri
Wahyuni, 2021). Etika keperawatan adalah norma-norma yang menjadi pedoman bagi
perawat untuk bertingkah laku dalam pelayanan keperawatan yang bersifat profesional. Etika
tidak hanya menggambarkan sesuatu, tetapi lebih kepada perhatian dengan penetapan norma
atau standar kehidupan seseorang. Etik dititik beratkan pada pernyataan atas dasar yang baik
dan buruk, karakter, motif, atau tindakan yang benar atau salah. Etik tidak selamanya sejalan
dengan legal (Hutahaean, 2020). Legal adalah sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan
undang-undang. Legal keperawatan dinyatakan sebagai aspek legal/hukum yang mendasari
praktik keperawatan. Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu kejadian yang dapat
di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan sah, sesuai dengan undang-
undang/hukum mengenai tindakan mandiri perawat professional melalui kerjasama dengan
klien baik individu, keluarga, atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya (Hutahaean, 2020).
Oleh karena itu, sangat di harapkan bagi perawat agar dalam pengambilan keputusan
klinis asuhan keperawatan, perawat harus senantiasa menjunjung kode etik keperawatan dan
menerapkan prinsip etik keperawatan agar tidak menimbulkan kerugian bagi klien sebagai
penerima asuhan keperawatan dapat menimbulkan injury atau bahaya fisik seperti nyeri,
kecacatan atau kematian, serta bahaya emosional seperti perasaan tidak berdaya atau
terisolasi. Kode etik harus dijadikan sebagai pedoman untuk menghindari munculnya masalah
dalam menjalankan tugasnya.

2. Jelaskan Proses Pengambilan Keputusan Masalah Etik Dan Dilemma Etik

Proses pengambilan keputusan dalam masalah etik dan dilema etik adalah dengan

memperhatikan aspek legal dari suatu kasus yang kita hadapi. Legal adalah sesuatu yang

dianggap sah oleh hukum dan undang-undang. Legal keperawatan dinyatakan sebagai aspek

legal/hukum yang mendasari praktik keperawatan. Dan senantiasa menjunjung kode etik

keperawatan dan menerapkan prinsip etik keperawatan agar tidak menimbulkan kerugian bagi

klien sebagai penerima asuhan keperawatan dapat menimbulkan injury atau bahaya fisik

seperti nyeri, kecacatan atau kematian, serta bahaya emosional seperti perasaan tidak berdaya

atau terisolasi. Kode etik harus dijadikan sebagai pedoman untuk menghindari munculnya

masalah dalam menjalankan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai